Bab II Tatanan Geologi Daerah Penelitian II.1 Tatanan Geologi Daerah Jawa Bagian Barat II.1.1 Fisiografi. Berdasarkan Peta Geologi Regional Lembar Jawa Bagian Barat skala 1:500.000 (Gafoer dan Ratman, 1998) tatanan geologi Jawa bagian barat dapat dibedakan menjadi empat lajur (Gambar 2.1),
1. Lajur Jawa Utara 2. Lajur Bogor 3. Lajur Gunungapi Tengah 4. Lajur Pegunungan Selatan
Gambar 2.1. Tatanan geologi Jawa bagian barat dapat dikelompokkan menjadi empat jalur: lajur jawa utara, lajur bogor, lajur gunungapi tengah (segitiga warna merah adalah gunungapi aktif), dan lajur pegunungan selatan.
11
Morfologi daerah ini dapat dibedakan atas lima satuan yakni dataran rendah, perbukitan bergelombang, daerah kars, dan pebukitan gunungapi. Satuan dataran rendah menempati lajur jawa utara. Satuan perbukitan bergelombang umumnya menempati Lajur Bogor dan lajur pegunungan selatan. Satuan kars umumnya menempati semua lajur, tetapi dominan pada lajur gunungapi tengah dan lajur pegunungan selatan. Satuan perbukitan gunungapi menempati lajur gunungapi tengah termasuk gunungapi di Kompleks Gunung Guntur di Wilayah Garut.
II.1.2 Stratigrafi. Lajur Jawa bagian utara yang dibentuk oleh endapan berumur Kuarter terdiri dari aluvium (endapan sungai dan pantai), endapan batu gamping terumbu, dan kipas aluvium. Lajur Bogor dibentuk oleh endapan berumur tersier. Lajur gunungapi tengah dibentuk oleh batuan gunungapi berumur Kuarter dan tersier. Lajur pegunungan selatan dibentuk oleh batuan berumur Kuarter, Tersier, dan Pretersier.
II.1.3 Tatanan Tektonik. Struktur geologi yang berkembang di daerah ini adalah sesar naik, sesar normal, dan antiklin. Arah bidang sesar umumnya barat laut-tenggara dan timur lautbarat daya. Struktur ini berkembang akibat tekanan utama yang berasal dari daerah subduksi di selatan Pulau Jawa antara Lempeng Samudera Indo-Australia dan Lempeng Benua Eurasia. Sesar aktif di Jawa bagian barat merupakan daerah sumber gempa dikelompokkan kedalam tiga daerah, yaitu Sesar Aktif Cimandiri, Sesar Aktif Baribis, dan Sesar Aktif Bumiayu (Soehami, 2005 dan Kertapati et al., 2001) (Gambar 2.2). Keaktifan sesar ini ditandai oleh catatan gempabumi merusak di wilayah Jawa bagian barat. Sejak tahun 1800-2000 kawasan ini sudah dilanda gempabumi merusak sebanyak 15 kali (Supartoyo et al., 2006). Di perkirakan gempabumi ini berhubungan dengan kegiatan tektonik sesar aktif. Gempabumi ini kebanyakan termasuk gempabumi dangkal (0-35 km). Berdasarkan perkiraan distribusi intensitas maksimum gempabumi merusak di kawasan-kawasan sesar aktif Cimandiri, Baribis, Bumiayu, dan sekitarnya adalah sekitar VII-IX skala MMI (Gambar 2.3).
12
Kegiatan tektonik dapat memicu peningkatan kegiatan vulkanik. Kompleks Gunung Guntur tidak termasuk ke dalam ketiga wilayah sesar aktif utama di atas tetapi dilalui oleh sesar aktif yang lebih kecil yang berarah timur laut barat daya. Di daerah ini sering terjadi gempa terasa dengan magnituda kurang dari 4,5 SR.
Gambar 2.2. Daerah sumber gempa di Jawa bagian barat dikelompokkan ke dalam tiga daerah yaitu Sesar Aktif Cimandiri, Sesar Aktif Baribis, dan Sesar Aktif Bumiayu. Kompleks Gunung Guntur terletak di luar daerah sesar aktif utama tetapi dilalui oleh sesar aktif yang lebih kecil dalam arah timur laut barat daya.
13
Gambar 2.3. Episenter gempabumi merusak selama 200 tahun terakhir di Jawa bagian barat dan jawa tengah (bulatan kuning) (kiri) dan perkiraan intensitas maksimum adalah VII-IX MMI (kanan). II.2 Geologi Kompleks Gunung Guntur II.2.1 Morfologi Kompleks Gunung Guntur Morfologi kompleks Gunung Guntur terdiri dari lima satuan morfologi (Bronto et al., 1982 dan Surmayadi et al., 1998), 1. Daerah gunungapi tua 2. Daerah dataran bergelombang 3. Daerah Gunung Cikakak, Gunung Katomas, dan Gunung Putri 4. Daerah sekitar puncak Gunung Guntur 5. Daerah lereng Gunung Guntur Satuan morfologi gunungapi tua menempati bagian barat, utara, dan timur Gunung Guntur terdiri dari Pasir Beling, Gunung Cakra, Gunung Gandapura, Gunung Gajah dan Pasir Malang (bagian barat), Gunung Batususun dan Gunung Agung (bagian utara), Gunung Picung dan Pasir Cileungsing (bagian timur). Pasir dalam Bahasa Sunda berarti bukit. Morfologi ini dibentuk oleh batuan gunungapi tua terutama lava yang sudah lapuk. Ketinggian puncak 1000−2000 m dari permukaan laut. Kemiringan lereng sekitar 25o. Satuan morfologi daerah dataran bergelombang menempati daerah terluas dari kompleks Gunung Guntur yaitu di bagian barat, selatan, dan timur. Satuan dataran ini sudah digunakan sebagai lahan pertanian dan pemukiman (termasuk Kecamatan 14
Tarogong di lereng tenggara Gunung Guntur). Morfologi di barat lebih bergelombang dibandingkan dengan bagian timur yang lebih datar. Ketinggian daerah ini sekitar 600-900 m dari permukaan laut dan kemiringan lereng sekitar 5o. Dataran dibentuk oleh lava yang sudah lapuk, endapan piroklastik, dan endapan lahar produk gunungapi tua. Satuan morfologi Gunung Cikakak, Gunung Katomas, dan Gunung Putri menempati bagian selatan dari Gunung Guntur yang membentuk krucut-krucut seperti Gunung Cikakak, Gunung Katomas, dan Gunung Putri. Diperkirakan krucut ini sebagai parasit gunungapi. Satuan ini dibentuk oleh lava yang sudah lapuk. Elevasi krucutnya sekitar 750−1425 m dari permukaan laut dan kemiringan lereng antara 10o−25o. Satuan morfologi sekitar puncak Gunung Guntur menempati pusat kegiatan vulkanik Gunung Guntur terdiri dari Gunung Guntur, Gunung Parukuyan, Gunung Sangiang Buruan, Gunung Geulis, dan Gunung Masigit. Diantara semua gunung ini hanya Gunung Guntur yang mempunyai kawah melingkar berdiam sekitar 300−350 m dan kedalaman sekitar 300 m. Kawah Guntur tidak aktif sedangkan gunung-gunung lainnya memiliki tembusan solfatara dan fumarola, suhunya sekitar 84o−92o C. Kegiatan solfatara dan fumarola ini menyebabkan alterasi batuan di sekitarnya. Tembusan-tembusan solfatara membentuk kelurusan barat laut tenggara. Litologi satuan ini adalah lava yang ditutupi jatuhan piroklastik bagian atasnya. Puncak satuan ini terletak pada elevasi 1750−2249 m dari permukaan laut. Satuan morfologi lereng Gunung Guntur menempati lereng sampai kaki selatan dan tenggara Gunung Guntur. Satuan ini dibentuk oleh endapan-endapan yang masih segar seperti aliran lava, aliran piroklastik, dan jatuhan piroklastik. Aliran lava sangat dominan membentuk satuan lereng ini, aliran piroklastik dijumpai di lereng timur dan endapannya berbentuk kipas, sedangkan jatuhan piroklastik hanya dijumpai di bagian atas lereng. Di ujung lereng dijumpai mata air panas Cipanas, suhunya sekitar 42o−47o C. Mata air panas ini membentuk kelurusan barat laut tenggara dengan lapangan solfatara fumarola di puncak Gunung Guntur. Elevasi lereng sekitar 700−1750 m dari permukaan laut dan kemiringan lereng sekitar 10o−30o. Daerah ini sekarang merupakan kawasan wisata alam.
15
II.2.2 Stratigrafi Kompleks Gunung Guntur Batuan vulkanik di kompleks Gunung Guntur berumur Kuarter (Surmayadi et al., 1998) (Gambar 2.4). Pengendapan batuan hasil letusan kompleks Gunung Guntur dimulai pada Kala Holosen yaitu batuan penyusun Kaldera Kamojang, kemudian dilanjutkan dengan pengendapan batuan penyusun Kaldera Gandapura yang berlanjut hingga awal Resen. Batuan penyusun Gunung Guntur diendapkan setelah Kaldera Gandapura dan berlangsung sampai letusan terakhir tahun 1847. Batuan tertua merupakan produk Kaldera Kamojang yang menempati bagian paling barat dan bagian paling selatan kompleks Gunung Guntur. Produk batuan lebih muda terdapat di timur Kamojang dan merupakan produk Gunung Cakra kemudian lebih ke timur lagi dijumpai batuan yang lebih muda yang merupakan produk Kaldera Gandapura. Hasil penentuan umur mutlak (dating) produk Gandapura sekitar 0,33 juta tahun lalu. Produk berikutnya yang lebih muda secara berturut-turut adalah Gunung Putri, Gunung Cidadali, Pasir Cileunsing, Gunung Picung, Gunung Agung, Pasir Malang, dan Gunung Gajah. Produk yang paling muda secara berturut-turut adalah Gunung Masigit, Gunung Parupuyan, Gunung Kabuyutan, dan Gunung Guntur (Gambar 2.5). Di antara gunung-gunung termuda hanya kegiatan Gunung Guntur yang tercatat di dalam sejarah, batuan hasil erupsi terakhir bersifat basalt dengan kandungan SiO2 sekitar 52%−63% (Purbawinata, 1990) sedangkan hasil erupsi sebelumnya bersifat andesit. Produk erupsi Gunung Guntur secara dominan adalah aliran lava yang bersifat basalt ke arah tenggara, dan hanya diselingi dua kali erupsi yang menghasilkan aliran piroklastik ke arah timur, tenggara, dan selatan. Produk erupsi berupa jatuhan piroklastik lebih banyak mengarah ke barat arah ke Kamojang. Erupsi Gunung Guntur tidak banyak menghasilkan lahar.
16
Gambar 2.4. Peta geologi kompleks Gunung Guntur. Kompleks Gunung Guntur dibentuk oleh batuan berumur Kuarter. Kaldera Kamojang merupakan produk tertua dan Gunung Guntur merupakan produk letusan termuda. Setiap satuan batuan diberi warna dan kode yang berbeda. Garis biru adalah patahan yang melalui kompleks Gunung Guntur (Surmayadi et al., 1998).
17
Gambar 2.5. Urutan umur satuan batuan (atas) dan penampang stratigrafi (tengah dan bawah). Pengendapan batuan kompleks Gunung Guntur dimulai pada Kala Holosen yaitu batuan penyusun Kaldera Kamojang, kemudian dilanjutkan dengan pengendapan batuan penyusun Kaldera Gandapura yang berlanjut hingga awal Resen. Batuan penyusun Gunung Guntur diendapkan setelah Kaldera Gandapura dan berlangsung sampai letusan terakhir tahun 1847 (Surmayadi et al., 1998).
18
Berikut ini adalah tabel pemerian satuan batuan (litologi) kompleks Gunung Guntur dimulai dari yang paling muda hingga paling tua.
Tabel 2.1. Pemerian litologi kompleks Gunung Guntur Kode Litologi
Pemerian
al
Aluvial; tersusun atas fragmen batuan beku dalam matriks pasiran, bersifat lepas.
lh
Lahar; tersusun atas blok-blok lava andesit dan basal, berukuran kerakalbongkah, tertanam dalam matriks pasir kasar.
Gj
Jatuhan Priroklastika Guntur; tersusun atas skorea dan litik basaltis berwarna hitam, berukuran halus, berlapis baik, ketebalan 4–34 cm.
Gl17
Aliran Lava 17 Guntur; berkomposisi basal (SiO2 51,56%), bagian permukaan vesikular, porfiritik dengan massa dasar gelas dan fenokris olivin, augit, hipersten, plagioklas dan magnetit.
Gl16
Aliran Lava 16 Guntur; komposisi basal, porfiritik dengan olivin, augit, hipersten, palgioklas dan magnetit sebagai fenokris dalam masadasar gelas, bervesikular pada bagian permukaan.
Ga3
Aliran Piroklastika 3 Guntur; tersusun atas fragmen lava basaltis dan andesitis dan bom vulkanik, berukuran 5–20 cm. Fragmen-fragmen ini mengambang dalam matriks pasir kasar berwarna abu-abu kehitaman.
Gl15
Aliran Lava 15 Guntur; berkomposisi basal, porfiritik dengan olivin, augit, hipersten, plagioklas dan magnetit sebagai fenokris dalam masadasar gelas, bervesikular pada permukaan.
Gl14
Aliran Lava 14 Guntur; berkomposisi basaltis (SiO2 51,29%), porfiritik dengan olivin, augit, hipersten, plagioklas dan magnetit sebagai fenokris dalam masadasar gelas. Bervesikular pada bagian permukaan.
Gl13
Aliran Lava 13 Guntur; berkomposisi basal, porfiritik dengan olivin, augit, hipersten, plagioklas dan magnetit sebagai fenokris dalam masadasar gelas. Bervesikular pada bagian permukaan.
Gl12
Aliran Lava 12 Guntur; berkomposisi basal, porfiritik dengan olivin, augit, hipersten, plagioklas dan magnetit sebagai fenokris dalam masadasar gelas. Bervesikular pada bagian permukaan.
Gl11
Aliran Lava 11 Guntur; berkomposisi basal, porfiritik dengan olivin, augit, hipersten dan plagioklas sebagai fenokris dalam masadasar gelas.
19
Bervesikular pada bagian permukaan.
Gl10
Aliran Lava 10 Guntur; berkomposisi basal, porfiritik dengan olivin, augit, hipersten, plagioklas dan magnetit sebagai fenokris dalam masadasar gelas. Bervesikular pada bagian permukaan.
Gl9
Aliran Lava 9 Guntur; berkomposisi basal, porfiritik dengan olivin, augit, hipersten dan plagioklas sebagai fenokris dalam masadasar gelas. Bervesikular pada bagian permukaan.
Gl8
Aliran Lava 8 Guntur; berkomposisi basal, porfiritik dengan olivin, augit, hipersten, plagioklas dan magnetit sebagai fenokris dalam masadasar gelas. Bervesikular pada bagian permukaan.
Ga2
Aliran Piroklastika 2 Guntur; tersusun atas blok-blok lava dan bom vulkanik dengan matrik pasir kasar, bersifat kurang padu.
Gl7
Aliran Lava 7 Guntur; berkomposisi basal, tekstur porfiritik, fenokris terdiri dari olivin, augit, hipersten, plagioklas dan magnetit dalam masadasar gelas, bagian permukaan vesikular.
Gl6
Aliran Lava 6 Guntur; berkomposisi basal, tekstur porfiritik, fenokris terdiri dari olivin, augit, hipersten, plagioklas dan magnetit dalam masadasar gelas, bagian permukaan vesikular.
Gl5
Aliran Lava 5 Guntur; berkomposisi basal, tekstur porfiritik, fenokris terdiri dari olivin, augit, hipersten, plagioklas dan magnetit dalam masadasar gelas, bagian permukaan vesikular.
Gl4
Aliran Lava 4 Guntur; berkomposisi basal, tekstur porfiritik, fenokris terdiri dari olivin, augit, hipersten dan plagioklas dalam masadasar gelas, bagian permukaan vesikular.
Gl3
Aliran Lava 3 Guntur; berkomposisi basal, tekstur porfiritik, fenokris terdiri dari olivin, augit, hipersten, plagioklas dan magnetit dalam masadasar gelas, bagian permukaan vesikular.
Gl2
Aliran Lava 2 Guntur; berkomposisi basal, tekstur porfiritik, fenokris terdiri dari olivin, augit, hipersten, plagioklas dan magnetit dalam masadasar gelas, bagian permukaan vesikular.
Gl1
Aliran Lava 1 Guntur; berkomposisi basal, tekstur porfiritik, fenokris terdiri dari olivin, augit, hipersten, dan plagioklas dalam masadasar gelas, bagian permukaan vesikular.
Ga1
Aliran Piroklastik 1 Guntur; tersusun atas blok-blok lava dengan matrik pasir kasar, endapan sudah sangat lapuk dan ditutupi oleh aliran lava Gl10.
20
Klg
Kv
Pv
Mv
Gv
PMv
Av
Longsoran Gunungapi Kabuyutan; tersusun atas fragmen lava andesitik tertanam dalam matrik berukuran pasir sangat kasar, di bagian tengah terdapat lensa-lensa aliran piroklastik. Produk Gunungapi Kabuyutan; terdiri dari aliran lava andesit basaltis dan andesit. Lava andesit basaltis (SiO2 51,67%), tekstur porfiritik dengan masadasar intergranular, fenokris terdiri dari olivin, augit, hipersten dan plagioklas. Lava andeist (SiO2 57,27%) bertekstur porfiritik dengan augit, hipersten, amfibol, dan plagioklas sebagi fenokris yang tertanam dalam masadasar gelas. Produk Gunungapi Paruhpuyan; terdiri dari lava andesit basaltis dan andesit hornblende. Lava andesit basaltis (SiO2 51,39–54,39%), tekstur porfiritik dengan masadasar intergranular, fenokris terdiri dari olivin, augit, hipersten, dan plagioklas. Lava andesit hornblende bertekstur porfiritik dengan masadasar intergranular, fenokris terdiri dari augit, hipersten, hornblende dan plagioklas. Produk Gunungapi Masigit; terdiri dari aliran-aliran lava berkomposisi basal-dasit dan endapan aliran piroklastik. Lava basal (SiO2 51,71%) dan andesit basaltis (SiO2 58,36%), porfiritik dengan masadasar intergranular, fenokris terdiri dari olivin, augit, hipersten dan plagioklas. Lava andesit (SiO2 60,01–62,47%), porfiritik, fenokris terdiri dari olivin, augit, hipersten dan plagioklas dalam masadasar gelas. Lava dasit (SiO2 63,45– 63,77%), hipokristalin dengan augit diopsid, hipersten, amfibol dan plagioklas sebagai fenokris dalam masadasar gelas. Endapan aliran piroklastik terdiri dari blok-blok lava andesit berukuran besar dan abu. Produk Gunungapi Gajah; terdiri dari lava andesit basaltis, lava andesit dan aliran piroklastik. Lava andesit basaltis (SiO2 52,26–53,76%), porfiritik dengan masadasar intergranular, fenokris terdiri dari olivin, augit, hipersten dan plagioklas. Lava andesit (SiO2 58,24–59,84%), porfiritik dengan masadasar intersertal, fenokris terdiri dari olivin, augit, hipersten, plagioklas dan magnetit. Endapan aliran piroklastik tersusun atas blok-blok lava andesit dan abu. Produk Gunungapi Pasir Malang; terdiri dari lava andesit (SiO2 58,76%), porfiritik, dengan fenokris terdiri dari augit, hipersten, plagioklas danmagnetit yang mengambang dalam masadasar gelas. Produk Gunungapi Agung; terdiri dari endapan aliran piroklastik dan aliran lava andesit hingga basaltis. Endapan aliran piroklastika terdiri dari non-welded blok-blok lava dasit dan abu. Lava andesit basaltis (SiO2 53,22–54,2%), andesit (SiO2 58,24–60,12%) porfiritik dengan olivin, augit, hipersten dan plagioklas sebagai fenokris dalam masadasar gelas. Lava dasit (SiO2 63,01–63,90%), holokristalin dengan augit, diopsid, hipersten dan plagioklas sebagai fenokris dalam masadasar gelas.
21
PCv
Cv
Produk Gunungapi Picung; tersusun atas aliran lava berkomposisi basal hingga dasit. Lava basal (SiO2 48,8–51,88%), andesit basaltis (SiO2 53,31– 54,42%), andesit (SiO2 58,04–61,26%), porfiritik dengan masadasar gelas, intergranular, dan intersertal, fenokris terdiri dari olivin, augit, hipersten dan plagioklas. Lava dasit (SiO2 63,42%), hipokristalin dengan augit, diopsid, hipersten, plagioklas dan magnetit sebagai fenokris dalam masadasar gelas. Produk Gunungapi Cileungsing; tersusun atas aliran lava dan endapan alliran piroklastik. Lava andesit (SiO2 60,78–63,02%), porfiritik dengan masadasar intersertal, fenokris terdiri dari olivin, augit, hipersten dan plagioklas. Endapan aliran piroklastik terdiri dari fragmen lava andesit.
PKv
Produk Gunungapi Cidadali; tersusun oleh aliran lava andesit piroksen (SiO2 58,19–62,85%), pada bagian puncak dituttupi oleh endapan jatuhan piroklastik basaltis. Produk Gunungapi Putri-Katomas; terdiri dari aliran-aliran lava, lava Putri tersusun atas aliran lava basal (SiO2 50,91–51,5%), porfiritik dengan fenokris plagioklas, olivin, augit, hipersten dan magnetit dalam masadasar intergranular. Lava Katomas dan Cikakak berkomposisi andesit (SiO2 58,61–62,32%), porfiritik, fenokris plagioklas, sedikit olivin, augit, hipersten dan magnetit dalam masadasar gelas.
GPlg
Longsoran Gunungapi Gandapura; terdiri atas blok-blok lava andesit piroksen berukuran bongkah yang diselimuti endapan aliran piroklastik.
CDv
GPv
Produk Gunungapi Gandapura; tersusun atas lava basal, lava andesit, dan aliran piroklastik. Lava basal (SiO2 51,88%) dan andesit (SiO2 58,97– 61,60%), porfiritik dengan olivin, augit, hipersten, plagioklas dan magnetit sebagai fenokris dalam masadasar gelas. Endapan aliran piroklastika tersusun atas blok lava andesit dan abu.
CKv
Produk Gunungapi Cakra; tersusun atas aliran-aliran lava dan endapan piroklastik yang dihasilkan dari Kawah Pojok, Kawah Saat dan Kawah Cakra.
KMv
Produk Gunungapi Kamojang; tersusun atas aliran-aliran lava dan endapan piroklastik.
II.2.3 Struktur Geologi Kompleks Gunung Guntur Struktur geologi yang berkembang di Kompleks Gunung Guntur terdiri dari kaldera, kawah, dinding longsoran, krucut gunungapi, dan patahan (Gambar 1.3, Gambar 2.4, Gambar 2.5, dan Gambar 2.6). (1) Struktur kaldera terdiri dari Kaldera Kamojang dan Kaldera Gandapura. 22
(2) Struktur kawah adalah Kawah Pojok, Kawah Walirang, Kawah Pasir Malang, Kawah Gunung Masigit, Kawah Gunung Agung, Kawah Gunung Parupuyan, dan Kawah Gunung Guntur. (3) Struktur dinding longsoran terdapat di Gunung Putri dan Pasir Cileungsing. (4) Struktur krucut gunungapi meliputi Gunung Cakra, Gunung Kancing, Gunung Batususun, Gunung Agung, Gunung Picung, Gunung Gajah, Pasir Malang, Gunung Masigit, Gunung Sangiangburuan, Gunung Parupuyan, dan Gunung Guntur. (5) Struktur patahan umumnya berarah barat laut tenggara dan timur laut barat daya. Pola struktur ini termasuk ke dalam pola struktur Meratus yaitu pola struktur tua berupa pelipatan dan pensesaran dalam arah menyilang (crossfolding) terbentuk di jajaran Pegunungan Meratus di Kalimantan Selatan dan di Cekungan Palembang akibat subduksi lempeng Indo-Australia di bawah lempeng Eurasia pada akhir Jaman Kapur atau Mesosoikum Akhir. Patahan pola Meratus umumnya sampai ke batuan dasar (Katili, 1980 dan Katili, 1985). Struktur patahan di kompleks Gunung Guntur berarah barat laut tenggara terdiri dari sesar melalui Kaldera Gandapura dan Gunung Guntur, sesar yang terdapat di selatan Kaldera Kamojang, dan sesar di antara Gunung Putri dan Gunung Guntur (Bronto et al., 1982). Semua sesar ini merupakan sesar normal. Sedangkan struktur patahan yang berarah timur laut barat daya adalah terdiri dari sesar melalui Gunung Katomas dan sesar melalui Gunung Dadali (kedua sesar merupakan sesar normal), sesar melalui Kaldera Gandapura. Sesar yang lebih besar dalam arah ini adalah sesar melalui Kaldera Kamojang dan Kawah Drajat (Alzwar et al., 1992) dan berdasarkan analisa mekanisme sumber gempa vulkanik maka sesar ini merupakan sesar geser menganan (Suantika et al., 1997).
23
Gambar 2.6. Struktur patahan (garis merah) yang berkembang di kompleks Gunung Guntur. Bidang patahan berarah timur laut barat daya dan barat laut tenggara (Bronto et al., 1982, Alzwar et al., 1992 dan Surmayadi et al., 1998). Garis biru adalah jalan raya.
24