Tatanan Geologi Daerah Penelitian
BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
3.1 Geomorfologi Daerah penelitian secara umum tersusun atas bentang alam yang cukup kompleks yaitu, perbukitan, lembah dan dataran rendah. Interval ketinggian di daerah penelitian berkisar antara 25 – 525 meter di atas permukaan laut. Titik terendah berada pada aliran Sungai Kaliorang, sedangkan titik tertinggi berada di selatan dan tenggara daerah penelitian. Di bagian utara terdapat morfologi perbukitan bergelombang yang terbentuk akibat proses denudasi lapisan batuan dengan resistensi sedang. Bagian tengah daerah penelitian memiliki morfologi yang relatif landai, morfologi ini dibentuk oleh batuan sedimen yang relatif lebih lunak dan dengan resistensi rendah. Sedangkan bagian selatan daerah penelitian dicirikan oleh perbukitan dengan kerapatan kontur yang lebih rapat, yang diperkirakan menunjukkan batuan dengan resistensi tinggi. Sebagian besar daerah penelitian merupakan perbukitan yang memanjang dari timurlaut – baratdaya, yang mengapit lembah Sungai Narut dan Sungai Kaliorang. Secara regional, perbukitan memanjang hingga sekitar 15 km dengan arah yang relatif sama yaitu timurlaut – baratdaya. Morfologi ini dibentuk oleh adanya struktur berupa antiklin yang arahnya juga relatif sama yaitu timurlaut – baratdaya yang membentuk lembah dan perbukitan. Pengamatan relief topografi memperlihatkan pola kelurusan morfologi di daerah penelitian ini. Pola kelurusan secara umum mempunyai arah dominan utara timurlaut – selatan baratdaya yang memberikan gambaran mengenai arah jurus perlapisan yang ada di daerah tersebut. Analisa pola kelurusan ini dapat membantu interpretasi arah tegasan utama yang mengontrol struktur geologi di daerah penelitian.
15
Tatanan Geologi Daerah Penelitian
Berdasarkan data-data lapangan tersebut dan juga didasarkan atas kelas lereng serta sifat proses dan kondisi alamiah, satuan geomorfologi daerah penelitian dapat dikelompokkan ke dalam 4 satuan, yaitu: ¾ Satuan Perbukitan Homoklin ¾ Satuan Lembah Antiklin ¾ Satuan Perbukitan Bergelombang. ¾ Satuan Karst.
3.1.1 Satuan Perbukitan Homoklin.
Foto III.1 Foto Satuan Perbukitan Homoklin, foto diambil ke arah Gunung Sekerat.
Satuan ini menempati 20% daerah penelitian (Lampiran F2) dan terletak di bagian selatan, yang memanjang dari barat sampai timur daerah penelitian. Satuan ini dicirikan oleh garis kontur yang rapat sampai sedang yang terletak pada ketinggian yang berkisar antara 250 – 450 meter di atas permukaan laut. Satuan ini ditandai oleh perbukitan yang memiliki kemiringan lereng yang terjal (foto III.1) dengan persen lereng 15 - 38%. Satuan ini memiliki resistensi paling tinggi dibanding satuan geomorfologi lainnya. Batuan penyusun satuan ini adalah batugamping dan batulempung di bagian bawahnya. Pada satuan ini terjadi proses eksogen berupa pelapukan dan erosi. Proses pelapukan menghasilkan bongkah-bongkah besar yang berpotensi akan terjadinya longsoran. Daerah ini termasuk dalam kondisi tahap geomorfik muda, yang dicirikan oleh lembah-lembah sungai membentuk huruf ”V”, dan bentang alam berupa perbukitan yang curam.
16
Tatanan Geologi Daerah Penelitian
3.1.2 Satuan Lembah Antiklin
Foto III.2 Satuan Lembah Antiklin, foto diambil dari bukit 279 ke arah baratdaya Satuan ini menempati 27 % daerah penelitian (Lampiran F2) dan terletak di bagian tengah daerah penelitian yang memanjang dari timurlaut ke baratdaya. Satuan ini terletak pada ketinggian antara 50 meter sampai 180 meter diatas permukaan laut. Morfologi satuan ini dicirikan oleh daerah yang landai hingga sedang (foto III.2) dengan persen lereng berkisar antara 5 – 15 % yang sangat kuat dikontrol oleh struktur berupa lipatan serta pengaruh dari sedimentasi dan erosional. Litologi penyusun satuan ini terdiri dari batupasir dan batulempung. Dengan kemiringan lapisan berkisar antara 30 sampai 250 dengan pola umum ke arah baratlaut dan tenggara. Sungai-sungai yang terdapat pada umumnya berbentuk ”U” (foto III.3) dengan ciri lembah yang landai. Pada satuan ini proses sedimentasi lebih dominan dibandingkan proses erosi dan bentukan bentang alam yang sudah landai – miring, sehingga satuan ini digolongkan pada tahapan geomorfik dewasa.
17
Tatanan Geologi Daerah Penelitian
Foto III.3 Sungai dengan lembah yang lebar membentuk huruf “U” mencirikan tahapan geomorfik dewasa.
3.1.3 Satuan Perbukitan Bergelombang
Foto III.4 Satuan Perbukitan Bergelombang, foto diambil dari jalan raya Kaliorang ke arah baratlaut. Satuan ini menempati 35% dari luas daerah penelitian (Lampiran F2) dengan penyebaran berada di bagian utara memanjang dari timurlaut ke baratdaya. Satuan ini terletak pada ketinggian mulai dari 150 meter sampai 300 meter di atas permukaan laut.
Satuan
ini
ditandai
dengan
dengan
kenampakan
berupa
perbukitan
18
Tatanan Geologi Daerah Penelitian
menggelombang (foto III.4) dengan lembah-lembah yang sempit dan curam. Satuan ini memiliki persen lereng berkisar antara 10 – 34 %. Satuan ini disusun oleh batupasir, batulempung dan batugamping. Pada saat ini proses geomorfik yang terjadi adalah erosi dan pelapukan. Tahapan geomorfik pada satuan ini adalah tahap geomorfik menjelang dewasa, yang dicirikan oleh lembah sungai yang berbentuk U dan kerapatan sungai yang kurang intensif, serta bentukan perbukitan yang miring – agak terjal.
3.1.4 Satuan Karst Satuan ini menempati hampir 18 % luas daerah penelitian (Lampiran F2) dan berada pada ketinggian 450-550 m dengan ekspresi morfologi berupa perbukitan dan punggungan terjal hingga sangat terjal (foto III.5) dengan perbedaan elevasi yang tajam dibanding daerah dataran atau lembah di sekitarnya. dengan kemiringan lereng yang agak curam hingga curam. Satuan ini memiliki resistensi cukup tinggi dibanding satuan geomorfologi lainnya. pola kerapatan kontur agak rapat - rapat. Satuan ini terletak di bagian tenggara daerah penelitian, melampar sepanjang timur - barat.
Foto III.5 Satuan Karst yang tersusun dari batugamping terumbu.
19
Tatanan Geologi Daerah Penelitian
Batuan penyusun satuan ini adalah batugamping terumbu. Pada satuan ini terjadi proses eksogen berupa pelapukan dan pelarutan pada batugamping (karstifikasi). Proses eksogen berupa pelapukan, erosi dan pelarutan cukup intensif. Bentuk lembah-lembah sungai berbentuk V tumpul dan satuan ini termasuk ke dalam tahapan geomorfik dewasa.
3.1.5 Pola Aliran dan Tipe Genetik Sungai Pola aliran sungai daerah penelitian (gambar 3.1) secara umum terbagi menjadi dua pola. Pola pertama membentuk percabangan menyebar atau dendritik yang terlihat pada sungai Kaliorang dan pola kedua berupa pola aliran sub trelis yang memanjang dan sejajar dapat dilihat pada sungai Narut.
Gambar 3.1 Pola aliran sungai pada daerah penelitian Tipe genetik sungai pada daerah penelitian terbagi menjadi dua yaitu tipe genetik subsekuen dimana aliran alirnya sejajar dengan jurus lapisan yang dapat dijumpai pada sungai Kaliorang dan sungai-sungai kecil yang mengalir ke arah Sungai Narut. Sedangkan Sungai Narut termasuk pada tipe genetik obsekuen dengan arah aliran searah dengan kemiringan lapisan batuan.
20
Tatanan Geologi Daerah Penelitian
3.2 Stratigrafi Klasifikasi penamaan satuan stratigrafi daerah penelitian menggunakan sistem penamaan stratigrafi tidak resmi berdasarkan ciri-ciri fisik litologi, kandungan fosil serta hasil analisis laboratorium. Secara umum stratigrafi daerah penelitian dari tua ke muda (gambar 3.2) adalah sebagai berikut:
Satuan Batupasir – batulempung.
Satuan Batulempung.
Satuan Batugamping.
Satuan Batupasir – batulempung sisipan batubara.
Gambar 3.2 Kolom stratigrafi komposit daerah penelitian.
21
Tatanan Geologi Daerah Penelitian
3.2.1 Satuan Batupasir – batulempung. Penyebaran satuan ini berada di bagian tengah daerah penelitian, melingkupi 22% area penelitian dan ditunjukkan dengan warna kuning pada peta geologi (Lampiran F3). Satuan ini memiliki jurus lapisan batuan secara umum berarah timurlaut – baratdaya dengan kemiringan lapisan 30 - 240. Batuan ini tersingkap dengan baik di beberapa cabang Sungai Kaliorang dan di dinding bukit 279. Ketebalan satuan ini diperkirakan lebih dari 200 meter. Satuan ini disusun oleh perselingan batupasir dengan batulempung (gambar 3.3.). Pada bagian bawah dijumpai batulempung dengan sisipan batupasir. Batulempung berwarna abu-abu gelap, getas sampai dengan kompak, semen non karbonatan, terdapat karbon dalam bentuk laminasi tipis (foto III.6). Sisipan batupasir, berwarna abu-abu coklat, kompak, semen non karbonatan, komposisi lithik, kuarsa, dan plagioklas yang berbentuk membundar – menyudut, matriks berukuran pasir halus sampai dengan sedang, terpilah baik, porositas baik dengan kemas terbuka dan memiliki porositas baik. Dijumpai juga karbon dalam bentuk mikrolaminasi. Tebal dari batupasir adalah 2 - 15 cm dengan struktur sedimen berupa perlapisan sejajar (parallel lamination), perlapisan bergelombang, dan erosional.
Foto III.6 Satuan Batupasir – Batulempung yang memperlihatkan adanya laminasi tipis karbon. 22
Tatanan Geologi Daerah Penelitian
Pada bagian tengah dan atas satuan ini tersusun oleh batupasir perselingan batulempung, terdapat konkresi oksida besi dalam bentuk mineral pirit dan nodule karbon dalam bentuk laminasi. Batupasir berwarna abu coklat, kompak, semen non karbonatan - karbonatan, komposisi kuarsa, plagioklas, lithik dan karbon yang dapat berupa mikrolaminasi atau pun mikrogranular, bentuk butir membundar – menyudut tanggung, mariks berukuran pasir halus - sedang, terpilah baik dengan kemas terbuka dan memiliki porositas baik. Perselingan batulempung abu gelap, kompak, non karbonatan dengan dijumpai karbon dalam bentuk laminasi tipis. Tebal lapisan batupasir 10 - 80 cm, dan tebal batulempung 5 – 50 cm. Struktur sedimen pada batupasir berupa perlapisan sejajar (parallel lamination), perlapisan bergelombang (ripple lamination), through cross bedding dan erosional. Dari analisis petrografi (Lampiran A) pada satuan ini didapatkan batupasir dengan jenis quartzwacke (Gilbert, 1954). Berdasarkan analisis mikropaleontologi, pada satuan ini tidak ditemukan fosil foraminifera kecil baik plangton maupun benthos, dan juga tidak ditemukan foraminifera besar, sehingga umur dari satuan ini mengacu kepada peneliti terdahulu yaitu berumur Miosen Tengah. (Sukardi dkk., 1995). Lingkungan pengendapan didapatkan dari analisa granulometri (Lampiran B) pada batupasir (lokasi H3-M dan H7-A) yang menghasilkan interpretasi lingkungan pengendapan berupa distributary channel, dan hal ini diperkuat dengan kandungan karbon dalam bentuk laminasi tipis dan mikrogranular. Struktur sedimen yang terdapat pada bagian bawah dan tengah ini adalah perlapisan sejajar, perlapisan bergelombang (ripple lamination), through cross bedding dan dominasi butiran kasar menunjukkan mekanisme pengendapan oleh arus traksi dengan energi tinggi. Arus ini semakin lama semakin lemah, ditunjukkan oleh endapan yang butirnya semakin menghalus ke atas dengan dominasi batulempung yang membutuhkan arus tenang dan sistem pengendapan suspensi. Satuan ini merupakan satuan yang tertua yang ada pada daerah penelitian dengan hubungan stratigrafi terhadap satuan batuan di bawahnya tidak diketahui karena tidak tersingkap di permukaan. Berdasarkan ciri litologi dan posisi stratigrafi, satuan ini dapat disetarakan dengan Formasi Manumbar (Sukardi dkk., 1995).
23
Tatanan Geologi Daerah Penelitian
Profil
Deskripsi
Foto Singkapan
Batulempung, abu-abu gelap, kompak, semen karbonatan – non karbonatan, terdapat mineral sedikit pirit (oksida besi). Batupasir, abu-abu terang, pasir halus – sedang, porositas baik, pemilahan baik, kemas terbuka, bentuk butir membundar tanggung semen karbonatan, fragmen kuarsa, K-feldspar, palgioklas, lithik. Tebal lapisan batupasir 2 - 15 cm.
Batupasir sisipan karbon, batulempung. Batupasir, abu-abu coklat, besar butir pasir halus – sedang, porositas baik, pemilahan baik, kemas terbuka, kompak, non karbonatankarbonatan, fragmen kuarsa, plagioklas dan lithik. Struktur perlapisan sejajar, perlapisan bergelombang dan through Cross bedding. Batulempung, abu-abu gelap, getas – kompak, semen karbonatan. Terdapat nodule batubara, karbon (mikrolaminasi), oksida besi (pirit), batulempung coklat ukuran diameter 2 - 5 cm. Tebal lapisan batupasir sisipan karbon 10 – 50 cm, dan batulempung Sekitar 2 – 20 cm.
Gambar 3.3 Profil Satuan batupasir – batulempung 24
Tatanan Geologi Daerah Penelitian
3.2.2 Satuan Batulempung Penyebaran satuan ini berada di bagian tengah memanjang berarah timurlaut baratdaya, dengan luas area mencapai 26% daerah penelitian dan ditandai dengan warna hijau pada peta geologi (Lampiran F3). Singkapan satuan ini diantaranya dijumpai di cabang Sungai Kaliorang dan cabang Sungai Narut. Singkapan umumnya dijumpai dalam keadaan agak lapuk dan pecah-pecah, akibat sifat getas dari batulempung yang dominan. Berdasarkan rekonstruksi penampang geologi, ketebalan satuan ini diperkirakan lebih dari 200 meter. Satuan ini tersusun atas batulempung dengan sisipan batupasir (gambar 3.4). Pada bagian bawah dijumpai batulempung (kode conto H5-H) dan napal (kode conto H3-M). Batulempung, abu-abu kehitaman, karbonatan, terdapat nodul-nodul lanau, menyerpih, kekerasan dan kekompakkan sedang. Napal umumnya berwarna abu-abu terang, kekerasan dan kekompakkan sedang. Pada bagian tengah dan atas dijumpai batulempung dengan sisipan batupasir. Batulempung berwarna abu terang- abu kemerahan, getas, karbonatan dan karbonan. Batupasir umumnya berwarna abu-abu terang, ukuran butir pasir halus, porositas baik, pemilahan baik, kemas tertutup, fragmen kuarsa, plagioklas dan lithik, struktur sedimen gradded bedding (foto III.7).
Foto III.7 Singkapan Satuan batulempung dengan sisipan tipis batupasir. 25
Tatanan Geologi Daerah Penelitian
Pada satuan ini tidak ditemukan fosil foraminifera, sehingga umur dari satuan ini mengacu kepada peneliti terdahulu yaitu berumur Miosen Tengah atas – Miosen Akhir. (Sukardi dkk., 1995). Mekanisme pengendapan dilihat dari ciri litologi yaitu dominasi ukuran butir halus menunjukkan terjadi pengendapan pada arus tenang dan sistem pengendapan suspensi. Hubungan stratigrafi satuan ini bersifat selaras dengan Satuan Batupasir – batulempung pada bagian bawah, dan bersifat berubah fasies yang didasarkan dari peneliti terdahulu (Sukardi dkk., 1995) dengan Satuan batugamping. Berdasarkan ciri litologi dan posisi stratigrafi, satuan ini dapat disetarakan dengan Formasi Manumbar (Sukardi dkk., 1995).
26
Tatanan Geologi Daerah Penelitian
Profil
Deskripsi
Foto Singkapan
Batulempung karbonan. Batulempung, abu terang – abu kemerahan, getas, semen karbonatan dan karbonan. Batupasir, abu-abu terang, pasir halus, porositas baik, kemas tertutup, pemilahan baik, karbonatan, fragmen kuarsa, plagioklas dan lithik. Struktur sedimen gradded bedding. Tebal lapisan batupasir 5 – 15 cm.
Batulempung, abu-abu kehitaman, karbonatan, terdapat nodulnodul lanau, menyerpih, kekerasan dan kekompakkan sedang. Napal, abu-abu terang, semen karbonatan, kekerasan dan kekompakkan sedang.
Gambar 3.4 Profil Satuan batulempung. 27
Tatanan Geologi Daerah Penelitian
3.2.3 Satuan Batugamping Penyebaran satuan ini berada di bagian selatan dan sebagian di utara daerah penelitian, melingkupi 30% area penelitian dan ditunjukkan dengan warna biru pada peta geologi (Lampiran F3). Satuan batugamping ini berupa batugamping terumbu dan batugamping berlapis. Batugamping tersebut berwarna putih kecokalatan, putih keabu-abuan, hingga abu-abu gelap, keras dan kompak, mengandung komponen klastik dan fosil foraminifera, koral, dan ganggang. Satuan batugamping ini tersingkap pada Gunung Sekerat, Sungai Narut dan Bukit 279. Ketebalan satuan ini diperkirakan lebih dari 150 meter. Satuan batugamping terumbu ini terdiri dari fasies boundstone dan floatstone (Gambar 3.5). Sedangkan fasies packestone, wackestone, dan mudstone umumnya merupakan endapan antar reef dan endapan di belakang reef (back reef). Fasies boundstone umumnya framework yang terdiri branching coral, platy coral dan bryozoa sebagai komponen utama yang menjebak komponen klastik lainnya seperti foraminifera dari genus Lepydocyclina sp., Miogypsina sp., serta moluska, alga merah dan lumpur karbonat sebagai massa dasar. Fasies boundstone dapat berupa fasies bafflestone dan framestone. Fasies framestone berwarna putih dan abu-abu terdiri dari massive head coral, branching coral, dan alga merah yang dominan membentuk fasies ini.
Foto III.8 Singkapan Batugamping fasies packstone
28
Tatanan Geologi Daerah Penelitian
Fasies floatsone merupakan pecahan frame yang mengambang pada mikrit dengan kelimpahan yang kurang dari 10%. Fasies packestone berwarna abu-abu, terdiri dari fragmen dan pecahan Lepidocyclina sp., Miogypsina sp., moluska, echinodermata, dan brachiopoda (foto III.8). Fasies wackestone umumnya terdiri dari komponen yang relatif sama dengan packestone akan tetapi kelimpahannya <10% dari massa dasar yang berupa mikrit. Berdasarkan
kandungan
foraminifera
besar
yaitu
Lepidocyclina
sp.,
Miogypsina sp dan foraminifera plankton yang ditemukan pada conto pengambilan sampel (H6-E, NRT-3), disimpulkan bahwa satuan ini berumur Miosen Tengah bagian atas sampai Miosen Akhir. Diperkirakan Satuan batugamping ini diendapkan pada lingkungan laut dangkal. Berdasarkan ciri litologi, analisis fosil dan posisi stratigrafi, Satuan Batugamping ini dapat disetarakan dengan Formasi Tendeh Hantu (Sukardi, dkk., 1995). Hubungan stratigrafi satuan ini bersifat berubah fasies dengan Satuan Batulempung dan Satuan batupasir – batulempung sisipan batubara.
29
Tatanan Geologi Daerah Penelitian
Profil
Deskripsi
Foto singkapan
Singkapan boundstone yang terdiri dari koloni massive head coral, dengan pengkerakan alga merah. Fasies packestone, kaya akan foraminifera yang umumnya ditemukan diantara koloni koral. Batuan ini sangat massive, padat dan umumnya berwarna putih kecoklatan.
Singkapan batugamping berlapis (packstone), abu-abu kuning – coklat, skeletal terdiri dari pecahan branching coral, platy coral, foraminifera, brachipoda, keras dan kompak dengan massa dasar berupa lumpur karbonat.
Gambar 3.5 Profil Satuan Batugamping 30
Tatanan Geologi Daerah Penelitian
3.2.4 Satuan Batupasir – batulempung sisipan batubara. Penyebaran satuan ini berada di bagian utara dan barat daerah penelitian, melingkupi 22% area penelitian dan ditunjukkan dengan warna oranye pada peta geologi (Lampiran F3). Satuan ini memiliki jurus lapisan batuan secara umum berarah timurlaut – baratdaya dengan kemiringan lapisan 60 - 250. Batuan ini tersingkap dengan baik di sepanjang Sungai Narut dan di sebagian dinding bukit 279. Ketebalan satuan ini diperkirakan lebih dari 250 meter. Satuan ini disusun oleh perselingan batupasir – batulempung dengan sisipan batubara (Gambar 3.6). Pada bagian bawah dijumpai batulempung dengan sisipan batubara (foto III.9). Batulempung berwarna abu-abu terang - gelap, getas, semen karbonatan - non karbonatan, terlihat adanya gradasi dari bawah ke atas berupa batulempung abu terang hingga batulempung hitam. Terdapat sisipan batubara berwarna hitam, mengkilap, porositas sedang – buruk, cukup kompak dengan tebal 10 – 40 cm. Pada bagian atas tersusun atas perselingan batupasir dengan batulempung. Batupasir berwarna abu terang – gelap, besar butir pasir halus, porositas baik, pemilahan baik, getas, karbonatan – non karbonatan, fragmen kuarsa, plagioklas, lithik. Terdapat sisipan karbon berukuran 1 – 3 cm. Struktur sedimen perlapisan sejajar, perlapisan bergelombang, flaser dan throuh cross lamination. Batulempung berwarna abu abu gelap, getas, semen karbonatan – non karbonatan, struktur sedimen perlapisan sejajar.
Foto III.9 Satuan Batupasir – batulempung yang terdapat sisipan batubara. 31
Tatanan Geologi Daerah Penelitian
Dari analisis petrografi (Lampiran A) pada satuan ini didapatkan batupasir dengan jenis Quartzwacke (Gilbert, 1954). Analisis tehadap kandungan fosil pada conto batuan H8-E, menunjukkan umur Miosen Tengah bagian akhir – Miosen Akhir dengan diketemukannya fosil Globorotalia pleisotumida, sphaeroidinellopsis subdehiscens, Globigerinoides obliquus. Berdasarkan kemunculan fosil foraminifera benthos yaitu Elphidium macellum dan Textularia intosiana, satuan ini diendapkan pada lingkungan transisi (Lampiran D). Hal ini didukung dengan analisis granulometri (lampiran B) pada batupasir (lokasi NRT-4 dan H8-C) yang menghasilkan interpretasi lingkungan pengendapan berupa inlet and marine delta areas, dan juga dengan adanya sisipan batubara yang cukup tebal. Struktur sedimen yang terdapat pada bagian tengah dan atas ini adalah perlapisan sejajar, perlapisan bergelombang, flaser dan trough cross lamination menunjukkan mekanisme pengendapan oleh arus traksi yang dipengaruhi oleh adanya pasang-surut. Arus ini semakin lama semakin lemah, ditunjukkan oleh endapan yang butirnya semakin menghalus ke atas dengan dominasi batulempung yang membutuhkan arus tenang dan sistem pengendapan suspensi. Berdasarkan ciri litologi, analisis fosil dan posisi stratigrafi, satuan ini dapat disetarakan dengan Formasi Balikpapan (Sukardi dkk., 1995). Hubungan stratigrafi satuan ini bersifat berubah fasies dengan satuan batulempung dan batugamping karena mempunyai kisaran umur yang sama yaitu Miosen Tengah bagian akhir - Miosen Akhir.
32
Tatanan Geologi Daerah Penelitian
Profil
Deskripsi
Foto singkapan.
Batupasir perselingan batulempung Batupasir berwarna abu terang – gelap, besar butir pasir halus, porositas baik, pemilahan baik, getas, semen karbonatan – non karbonatan, fragmen kuarsa, plagioklas, lithik. Terdapat sisipan karbon berukuran 1 – 3 cm. Struktur sedimen perlapisan sejajar, perlapisan bergelombang, flaser dan trough cross lamination. Batulempung berwarna abu abu gelap, getas, semen karbonatan – non karbonatan, struktur sedimen perlapisan sejajar.
Batulempung dengan sisipan batubara. Batulempung berwarna abu-abu terang - gelap, getas, semen karbonatan - non karbonatan,terlihat adanya gradasi dari bawah ke atas berupa batulempung abu terang hingga batulempung hitam. Terdapat sisipan batubara berwarna hitam, mengkilap, porositas sedang – buruk, cukup kompak dengan tebal 10 – 40 cm.
Gambar 3.6 Profil Satuan Batupasir – batulempung sisipan batubara 33
Tatanan Geologi Daerah Penelitian
3.3 Struktur Geologi daerah Peneltian. Pengamatan struktur geologi di lapangan dilakukan untuk mengetahui struktur apa saja yang berkembang di daerah penelitian. Sebelumnya, pengamatan pola kelurusan dilakukan untuk memperoleh kenampakan umum struktur di lapangan, yang dihasilkan dari interpretasi pola kelurusan lembah, sungai ataupun bukit. Hasil dari analisis kelurusan ini adalah diagram bunga (rosset) (gambar 3.7) dengan arah dominan yaitu NE - SW (timurlaut – baratdaya) dan NW - SE (baratlaut - tenggara) (Lampiran E). Arah ini menunjukkan adanya kedudukan jurus lapisan yaitu pada arah NE-SW (timurlaut – baratdaya) dan adanya struktur yang berarah NW-SE (baratlaut tenggara).
N
W
E S
Gambar 3.7 Diagram rosset kelurusan di daerah penelitian
Adapun struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian adalah kemiringan lapisan dan lipatan. Kemiringan lapisan memiliki arah umum timurlaut – baratdaya dengan kemiringan antara 3° - 25°. Sedangkan struktur lipatan, berupa antiklin (Antiklin Kaliorang) yang memiliki kedudukan sumbu lipatan 84°, N52°E (Lampiran E). Lipatan ini terjadi setelah seluruh satuan batuan diendapkan, yaitu pada Pliosen.
34
Tatanan Geologi Daerah Penelitian
Adanya struktur lipatan ini kemungkinan dipengaruhi oleh pengangkatan tinggian Kuching yang berlangsung selama periode Oligosen Akhir – Pliosen. Pengangkatan ini mengakibatkan pembentukan lipatan-lipatan gravitasional di tepi Cekungan Kutai, yang umumnya berbentuk lipatan asimetris dan hampir sejajar dengan tepi pantai. Hal ini dicirikan oleh antiklin yang curam dan sempit dan dipisahkan oleh sinklin yang relatif lebar.
Gambar 3.8 Diagram rekonstruksi pembentukan struktur Cekungan Kutai pada Kala Awal Miosen Tengah – Resen (Ott, 1987)
35