BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1 Singkapan Stadion baru PON Samarinda Singkapan batuan pada torehan bukit yang dikerjakan untuk jalan baru menuju stadion baru PON XVI Samarinda. Singkapan tersebut tersingkap sepanjang ±1,6 km, torehan tersebut menunjukkan arah torehan relatif barat timur. (lihat gambar 3.1).
Gambar 3.1. Sketsa Lokasi Singkapan Stadion baru PON Samarinda
Berdasarkan Peta Geologi Samarinda (Supriatna dkk.,1995), singkapan (kotak merah pada gambar 3.2) berada pada Antiklinorium Samarinda. Singkapan ini memiliki kedudukan lapisan N53oE/48o SE, sehingga singkapan pada sayap antiklin dengan kemiringan kearah timur.
III-1
Bab III Geologi Daerah Penelitian
Berdasarkan peta geologi tersebut dan ciri litologi yang ditemui pada singkapan, daerah penelitian berada pada Formasi Balikpapan.
Gambar 3.2. Peta Geologi Lembar Samarinda (Supriatna dkk., 1995)
III.1.1 Satuan Batuan Berdasarkan ciri litologi yang diamati di lapangan yang digambarkan pada kolom stratigrafi stratigrafi singkapan dan interval penelitian (gambar 3.3), dikelompokkan menjadi 2 (dua) satuan litostratigrafi tidak resmi yaitu dari tua ke muda adalah Satuan Batulempung dan Satuan Batupasir. Interval penelitian berada pada Satuan Batupasir
III.1.1.1 Satuan Batulempung Satuan batuan ini memiliki ketebalan 195 m dengan kedudukan lapisan N 53 °E/48° SE. Satuan ini terdiri dari dominasi batulempung sisipan batupasir, batulempung karbonan dan batubara. Batulempung nonkarbonatan, berwarna abu-abu, getas dan mengandung nodul siderit yang melimpah. Batupasir, abu-abu terang, pasir halus – kasar, nonkarbonatan – karbonatan, menyudut tanggung, pemilahan sedang – baik, porositas sedang – baik, fragmen batubara, setempat mengandung fosil daun,
III-2
Bab III Geologi Daerah Penelitian
laminasi silang, gelembur gelombang (ripple), berbioturbasi, lentikular, wavy dan flaser. Batulempung karbonan, berwarna hitam, banyak mengandung fragmen karbon, nonkarbonatan, lunak. Batubara hitam mengkilap, dengan ketebalan 5 – 10 cm, masif, kadang-kadang lempungan.
III.1.1.2 Satuan Batupasir Satuan ini memiliki ketebalan 480 m dengan kedudukan lapisan N 53 °E/ 48° SE. Satuan ini terdiri dari dominasi batupasir sisipan batulempung, batulempung karbonan, batubara, dan batugamping. Batupasir, putih keabu-abuan,
agak
lapuk,
pasir
sedang-kasar,
nonkarbonatan,
menyudut-menyudut tanggung, pemilihan sedang-baik, porositas baikistimewa, loose, dominan kuarsa. Struktur sedimen: silang siur mangkuk (50 – 15 cm) dgn foreset pecahan batubara berukuran kerikil dan karbon, lapisan silang siur sejajar (planar cross bedding), flaser. Batulempung abu abu, setempat mengandung nodul gampingan, nonkarbonan-karbonan, masif, setempat berselang seling dengan batupasor sangat halus membentuk struktur lentikular. Batulempung karbonan, hitam, banyak mengandung fragmen karbon, nonkarbonatan, lunak. Batubara, hitam mengkilap, masif, kadang-kadang lempungan. Batugamping bioklastik, abu abu terang bercak putih, fragmen cangkang moluska pelecypoda dan koral, kompak, segar – agak lapuk.
III-3
Bab III Geologi Daerah Penelitian
Gambar 3.3. Kolom Stratigrafi Sederhana Singkapan A dan B
III-4
Bab III Geologi Daerah Penelitian
III.2 Lapangan Hinata Lapangan Hinata ditemukan pertama kali pada tahun 1974. Lapangan ini terletak pada poros internal (internal axis) dari Delta Mahakam dengan luas berkisar 70 km2. (Mora dkk, 2001). Pada bagian selatan berbatasan dengan Lapangan HD. Sebelumnya, pada bagian utara berbatasan dengan Lapangan NM, namun sejak 1982, Lapangan Hinata digabung dengan Lapangan NM. Pada bagian timur berbatasan dengan Lapangan TU. Pada bagian barat berbatasan dengan Lapangan SS (lihat gambar 1.2). Stratigrafi Lapangan Hinata berupa multilapisan (multilayer) dengan zona pay utama berumur Miosen Tengah, diantaranya didapat 21 marker lokal untuk Lapangan Hinata dan 4 zona utama produksi. Marker yang menerus dan dapat dipercaya, dikorelasikan terhadap peristiwa transgresif pada litologi lignit, lempung organik atau batugamping. (Mora dkk, 2001). Marker UN9 adalah marker ketidakselarasan regional yang dikenali dan ditarik pada data seismik dan data sumur Lapangan TU TOTAL E&P Indonesie. Marker tersebut kemudian diteruskan ke Lapangan Hinata dan selaras dengan marker sumur Lapangan Hinata N6 Ketidakselarasan tersebut terjadi pada batas antara Miosen Tengah – Miosen Akhir, akibat turunnya permukaan laut relatif (relatif sea level fall) yang signifikan (Mora dkk, 2001). Interval sumur untuk penelitian berada dibawah marker regional UN9 dan interval stratigrafi singkapan dianalisis berada dibawah marker tersebut (gambar 3.4).
.
III-5
Bab III Geologi Daerah Penelitian
Gambar 3.4. Penampang seismik berarah barat laut - tenggara melewati singkapan dan sumur Lapangan Hinata. Ket: garis merah pada peta dasar adalah line siemik. Pada penampang seismik, garis kuning adalah Marker Beta, garis ungu adalah Marker UN9 dan garis coklat adalah Marker M10.
III-6