BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
3.1 Geomorfologi 3.1.1 Morfologi Umum Daerah Penelitian Geomorfologi pada daerah penelitian ditentukan berdasarkan pengamatan awal pada peta topografi dan pengamatan langsung di lapangan. Pengamatan awal yang dilakukan pada peta topografi mencakup tekstur berupa kerapatan kontur dan penyebaran kontur yang dapat menunjukkan perbedaan tinggi dan relief. Disamping itu dari pengamatan peta topografi juga menghasilkan pola kelurusan, pola aliran sungai, kemiringan lereng (mengacu kepada van Zuidam, 1985 op. cit. Harsolumakso, 2008), dan lain-lain. Apabila data ini digabungkan dengan pengamatan langsung di lapangan maka akan dihasilkan satuan geomorfologi yang dapat menjelaskan tahapan geomorfologi di daerah penelitian. Secara umum daerah penelitian mempunyai 2 tahapan geomorfik yaitu tahapan geomorfik muda dan dewasa. Tahapan geomorfik muda ditandai oleh morfologi yang terjal dengan lembah sungai berbentuk “V” yang menunjukkan erosi vertikal lebih dominan dibanding erosi horizontal. Tahapan geomorfik dewasa ditandai oleh morfologi tidak terjal, terjadinya proses pelarutan (pada batugamping), adanya teras sungai dengan lembah berbentuk “U” yang menunjukkan bahwa erosi horizontal lebih mendominasi dibanding erosi vertikal. 3.1.2 Satuan Geomorfologi Daerah Penelitian Satuan geomorfologi daerah penelitian dapat dibagi menjadi empat satuan mengacu kepada klasifikasi Lobeck (1939), yaitu: Satuan Perbukitan Intrusi, Satuan Perbukitan Homoklin, Satuan Perbukitan Karst, dan
Satuan Dataran
Aluvial (lampiran C2). 3.1.2.1 Satuan Perbukitan Intrusi Luas Satuan Perbukitan Intrusi adalah 2,9 km2 atau 18,63% dari luas daerah penelitian, berwarna merah pada peta geomorfologi (lampiran C2). Penyebaran 14
dari satuan ini yaitu di bagian tenggara dan barat daerah penelitian, terletak pada ketinggian 257 m sampai 341 m di atas permukaan laut dengan kemiringan lereng berkisar antara 40%-142% (sangat curam-curam).
Foto 3.1 Satuan Perbukitan Intrusi di Bukit Cikembang yang terdiri dari litologi dasit (foto diambil dari Jalan Raya Cibangban Girang menghadap ke arah barat).
Foto 3.2 Satuan Perbukitan Intrusi di Gunung Tumpang yang terdiri dari litologi andesit (foto diambil dari Rahong ke arah selatan).
15
Morfologi Satuan Perbukitan Intrusi dicirikan oleh perbukitan terjal yang menunjukkan litologi keras, tidak mudah tererosi, kompak dibandingkan litologi sekitarnya yaitu berupa dasit (Foto 3.1) dan andesit (Foto 3.2), serta pola aliran sungai berupa radial. Lembah yang berbentuk “V” dan perbukitan yang terjal menunjukkan bahwa Satuan Perbukitan Intrusi termasuk kedalam tahap geomorfik muda. Lahan di daerah ini sebagian besar dimanfaatkan untuk perkebunan. 3.1.2.2 Satuan Perbukitan Homoklin
Foto 3.3 Satuan Perbukitan Homoklin di daerah Cibongkok yang dicirikan oleh perbukitan yang curam (foto diambil dari Bukit Cikembang ke arah utara). Satuan Perbukitan Homoklin memiliki luas 11,2 km2 atau 72% dari luas daerah penelitian, berwarna krem pada peta geomorfogi (lampiran C2). Ketinggian pada satuan ini yaitu 43 m sampai 274 m di atas permukaan laut dengan kemiringan lereng berkisar antara 8%-66% (miring-curam) (Foto 3.3). Morfologi Satuan Perbukitan Homoklin dicirikan oleh perbukitan curam dengan kemiringan lapisan searah yaitu ke arah selatan. Litologi penyusun terdiri dari tuf litik, tuf kristal, breksi, breksi tufan dan intrusi andesit yang memiliki ketahanan sedang-tinggi terhadap proses erosi. Lembah sungai yang curam berbentuk “V” dan perbukitan yang curam menunjukkan bahwa Satuan Perbukitan Homoklin
16
termasuk kedalam tahapan geomorfik muda. Pada umumnya, lahan di daerah ini dimanfaatkan untuk pemukiman, sentra ekonomi dan perkebunan. 3.1.2.3 Satuan Perbukitan Karst Satuan Perbukitan Karst memiliki luas 1,4 km2 atau 9,06% dari luas daerah penelitian, berwarna biru pada peta geomorfologi (lampiran C2). Penyebaran satuan ini terletak di bagian timur dari Sungai Ci Bareno dengan ketinggian 155 m sampai 322 m di atas permukaan laut dan kemiringan lereng yang berkisar antara 12,5%-100% (miring-sangat curam). Ciri morfologi Satuan Perbukitan Karst yaitu terdiri dari beberapa bukit kecil berbentuk kerucut dan lereng yang hampir tegak (Foto 3.4). Pada posisi pengamatan lebih dekat tampak morfologi lapies (bongkah/blok in situ batugamping) (Foto 3.5). Litologi penyusun terdiri dari batugamping yang telah mengalami proses pelarutan (karstifikasi) dan pelapukan yang mulai intensif. Hal ini ditandai dengan adanya gua kecil pada satuan batuan ini (Foto 3.6). Tahapan geomorfik untuk satuan ini adalah tahap geomorfik dewasa. Lahan di daerah ini dimanfaatkan untuk pertanian.
Foto 3.4 Satuan Perbukitan Karst berupa bukit-bukit kerucut (foto diambil dari Sungai Ci Bareno menghadap ke timur).
17
Lapies
Foto 3.5 Morfologi bukit-bukit kecil berbentuk kerucut dan lapies yaitu bongkah in situ batugamping.
Gua
Foto 3.6 Gua kecil hasil pelarutan di Bukit Cilumayan. 3.1.2.4 Satuan Dataran Aluvial Satuan Dataran Aluvial memiliki luas 0,048 km2 atau 0,3% dari luas daerah penelitian, berwarna abu-abu pada peta geomorfologi (lampiran C2). Satuan ini terletak di bagian tengah dari daerah penelitian dengan ketinggian berkisar antara 18 m sampai 25 m diatas permukaan laut. Ciri morfologi yang dominan yaitu
18
dataran dengan kemiringan
lereng
antara
2%-15%
(datar-miring)
dan
memperlihatkan teras sungai pada Sungai Ci Bareno.
Foto 3.7 Material lepas yang terletak di Satuan Dataran Aluvial berukuran pasir halus sampai bongkah (foto diambil dari hulu Sungai Ci Bareno menghadap ke arah selatan).
point bar
Foto 3.8 Morfologi sungai yang berbentuk “U” dan adanya point bar (foto di ambil dari Bantarkalapa Girang menghadap utara).
19
Litologi penyusun yaitu material lepas hasil erosi yang terbawa aliran sungai berukuran mulai dari pasir halus sampai bongkah, terdiri dari batupasir, tuf, breksi, batugamping, andesit dan basalt (Foto 3.7). Morfologi sungai yang berkelok, berbentuk “U” dengan tumpukan pasir-bongkah pada bagian tepi sungai (“point bar”) (Foto 3.8) dan memperlihatkan adanya teras sungai menunjukkan tahapan geomorfik dewasa. Lahan di daerah ini dimanfaatkan sebagai tempat pemukiman dan tambang kerikil. 3.1.3 Sungai dan Pola Aliran Tipe genetik sungai (Howard, 1967 op. cit. Thornbury, 1969) di daerah penelitian dapat dibagi menjadi tiga tipe, yaitu: tipe konsekuen, obsekuen dan tipe subsekuen. Tipe konsekuen diwakili oleh Sungai Ci Bareno yang mengalir utara ke selatan mengikuti arah lereng regional. Sungai ini bermuara ke Pantai Selatan Pulau Jawa. Selain Sungai Ci Bareno, ada beberapa sungai yang mengalir mengikuti arah lereng regional dan bermuara di Pantai Selatan, seperti Sungai Ci Bongkok dan Sungai Ci Petir. Tipe Sungai subsekuen diwakili oleh Sungai Ci Kondang dan Sungai Ci Astana yang mengalir ke arah barat dan Sungai Batununggal yang mengalir ke arah timur dengan arah aliran mengikuti arah umum struktur di daerah penelitian. Tipe sungai obsekuen diwakili oleh sungaisungai kecil di bagian utara Gunung Tumpang dengan arah aliran mengikuti kemiringan lereng (scarp slope). Pola aliran sungai daerah penelitian di dominasi oleh pola aliran subdendritik di bagian timur dan pola aliran radial di bagian barat daerah penelitian (Gambar 3.1). Pola aliran sub-dendritik dicirikan oleh pola sungai yang bercabang, seperti Sungai Ci Petir. Pola aliran radial dicirikan oleh pola menyebar dari hulu ke hilir yang menunjukkan perbukitan intrusi, seperti sungai-sungai kecil di sekitar Gunung Tumpang.
20
Gambar 3.1 Peta pola aliran sungai di daerah penelitian. Pola aliran sungai didominasi oleh pola aliran sub-dendritik di bagian timur dan pola aliran radial di bagian barat daerah penelitian.
21 21
3.2 Stratigrafi Daerah Penelitian Daerah Bukit Cilumayan dan sekitarnya dapat dibagi menjadi sembilan satuan litostratigrafi tidak resmi berdasarkan ciri litologi yang teramati di lapangan dan hasil analisis petrografi. Satuan litostratigrafi tersebut dari tua ke muda yaitu Satuan Breksi Tufan, Satuan Tuf Kristal, Satuan Breksi, Satuan Batugamping, Satuan Tuf Litik, dan Satuan Endapan Aluvial. Satuan Intrusi terdiri dari Satuan Intrusi Dasit, Satuan Intrusi Andesit Plagioklas dan Satuan Intrusi Andesit Piroksen.
Gambar 3.2 Kolom stratigrafi umum daerah penelitian (tanpa skala). 22
3.2.1 Satuan Breksi Tufan 3.2.1.1 Penyebaran dan Ketebalan Satuan Breksi Tufan terletak di bagian barat laut dengan luas ± 7,56% dari luas daerah pemetaan ditandai warna coklat muda pada peta geologi terlampir (lampiran C3). Jurus lapisan pada Satuan Breksi Tufan berarah barat-timur dengan kemiringan lapisan yaitu 500. Penyebaran singkapan yang masuk ke dalam satuan ini pada umumnya tidak baik karena tertutup vegetasi, perumahan serta singkapan yang lapuk. Singkapan yang jelas untuk pengamatan yaitu Sungai di utara Cireundeu Peuntas, Sungai Ci Petir dan Sungai Ci Kondang. Tebal Satuan Breksi Tufan di daerah penelitan sekitar 600 m sampai 750 m. 3.2.1.2 Ciri Litologi Litologi pada Satuan Breksi Tufan terdiri dari breksi tufan sisipan batupasir. Berdasarkan pengamatan lapangan ciri litologi dari breksi tufan (Foto 3.9) yaitu breksi polimik, berwarna coklat kehitaman, kompak, kemas terbuka, terpilah buruk, menyudut-menyudut tanggung, berukuran kerikil sampai bongkah, fragmen butiran terdiri dari fragmen batuan andesit, batugamping, batulempung, matriks pasir halus dan porositas buruk. Ciri litologi breksi tufan pada sayatan tipis (lampiran A1) yaitu klastik, terpilah buruk, kemas terbuka, menyudutmenyudut tanggung, berukuran 0,01 mm - 1 mm, butiran terdiri plagioklas, kuarsa, fragmen batuan (andesit, batugamping dan batulempung) dan mineral opak, matriks terdiri dari gelas dan lempung, semen kalsit, dan porositas yaitu intergranular. Ciri litologi dari batupasir berdasarkan pengamatan lapangan (Foto 3.10) yaitu berwarna coklat terang, kompak, kemas terbuka, terpilah buruk, membundar-menyudut tanggung, berukuran pasir sedang, fragmen butiran terdiri dari kuarsa, plagioklas dan fragmen andesit, matriks lempung dan porositas buruk. Berdasarkan analisis petrografi (Lampiran A1), ciri litologi batupasir yaitu klastik, terpilah sedang, kemas terbuka, berukuran 0,05 mm - 2,5 mm, berbentuk membundar-menyudut tanggung terdiri dari kuarsa, plagioklas, fragmen andesit dan foraminifera kecil (Globigerinoides sp. dan Nodosaria sp.) berbentuk utuh,
23
matriks lempung, semen kalsit dan porositas moldic. Hasil analisis sayatan tipis menunjukkan bahwa batupasir ini merupakan lithic wacke.
Foto 3.9 Singkapan breksi tufan pada Sungai yang terletak di utara Cireundeu Peuntas (Lokasi C 8.3). Litologi breksi tufan merupakan breksi polimik yang terdiri dari fragmen andesit, batugamping dan batulempung.
Foto 3.10 Singkapan batupasir yang terletak di bagian hulu Sungai yang terletak di utara Cireundeu Peuntas (Lokasi C8.2). Litologi batupasir merupakan sisipan pada Satuan Breksi Tufan.
24
3.2.1.3 Umur, Lingkungan dan Mekanisme Pengendapan Berdasarkan hasil analisis mikrofosil pada batupasir (Lampiran B), maka diperoleh umur dari Satuan Breksi Tufan adalah N5 - tengah N6 (Awal Miosen Awal) dengan ditemukannya fosil-fosil plankton berupa Globigerina venezuelana, Globigerinoides ruber dan Globigerinoides altiaperturus dalam jumlah yang melimpah dan Catapsydrax stainforthi, Globoquadrina venezuelana, dan Globorotalia mayeri dalam jumlah sedikit. Fosil bentos yang ditemukan pada batupasir yaitu Nodosaria sp., Bolivina sp., Bullimina sp. dan Lenticulina sp. dalam jumlah yang melimpah serta Quinqueloculina sp., Cibicides sp. dan Planulina sp. dalam jumlah yang sedikit, sehingga satuan ini kemungkinan diendapkan pada lingkungan pengendapan neritik tengah. Berdasarkan pemilahan, kemas dan ukuran butir yang beragam pada breksi tufan, maka dapat disimpulkan bahwa satuan tersebut merupakan endapan turbidit. Adanya kandungan gelas pada litologi breksi tufan dapat menunjukkan proses vulkanisme yang terjadi pada saat pengendapan litologi ini. 3.2.1.4 Hubungan dan Kesebandingan Stratigrafi Berdasarkan ciri, umur dan lingkungan pengendapan maka Satuan Breksi Tufan dapat disebandingkan dengan breksi tuf gampingan, Formasi Citarate (Sujatmiko dan Santosa, 1992). Hubungan satuan batuan ini dengan satuan di bawahnya tidak dapat diketahui karena tidak tersingkap di daerah penelitian. 3.2.2 Satuan Tuf Kristal 3.2.2.1 Penyebaran dan Ketebalan Satuan Tuf Kristal terletak di bagian utara dan barat laut dengan luas ± 11,7% dari luas daerah pemetaan ditandai warna coklat tua pada peta geologi terlampir (lampiran C3). Jurus lapisan pada Satuan Breksi Tufan berarah timurlaut-baratdaya dengan kemiringan lapisan yaitu 530. Singkapan yang terletak pada satuan ini pada umumnya telah tertutup vegetasi dan lapuk. Pengamatan singkapan yang jelas terletak di Cisalak, Cisalak Lebak, Cikadu dan Jambelaer. Tebal Satuan Tuf Kristal di daerah penelitian sekitar 600 m – 750 m.
25
3.2.1.2 Ciri Litologi Ciri litologi tuf kristal berdasarkan pengamatan lapangan (Foto 3.11) yaitu berwarna abu-abu terang, terpilah sedang, kemas terbuka, menyudut-menyudut tanggung, porositas sedang, terdiri dari mineral kuarsa dan hornblenda, matriks abu vulkanik. Berdasarkan analisis petrografi (lampiran A1), ciri litologi dari tuf kristal yaitu klastik, terpilah sedang, kemas terbuka, menyudut-menyudut tanggung, berukuran 0,025 mm - 0,5 mm, butiran terdiri dari plagioklas, kuarsa, K-felsfar, hornblenda dan mineral opak, matriks terdiri dari abu vulkanik, mineral sekunder terdiri dari mineral lempung dan klorit. 3.2.1.3 Umur Umur dari satuan ini mengacu kepada penulis terdahulu yaitu awal Miosen Awal (Sujatmiko dan Santosa, 1992).
Foto 3.11 Singkapan Satuan Tuf di bagian barat laut G. Tumpang (Lokasi C8.1). 3.2.1.4 Hubungan dan Kesebandingan Stratigrafi Berdasarkan ciri litologi dan umur maka Satuan Tuf Kristal dapat disebandingkan dengan Anggota Tuf Formasi Citarate (Sujatmiko dan Santosa, 1992). Hubungan satuan batuan ini tidak dapat diketahui dengan satuan di bawahnya karena tidak tersingkap di daerah penelitian. Satuan ini berubah fasies
26
dengan Satuan Breksi Tufan karena pada ketinggian dan kedudukan lapisan yang hampir sama dijumpai litologi yang berbeda. 3.2.3 Satuan Breksi 3.2.3.1 Penyebaran dan Ketebalan Satuan Breksi terletak di bagian selatan dengan luas ± 21,81% dari luas daerah penelitian. Pada peta geologi, satuan ini diberi warna jingga (lampiran C3). Jurus lapisan pada Satuan Breksi secara umum berarah tenggara - barat laut dan barat - timur dengan kemiringan lapisan sebesar 350 – 400. Singkapan yang dapat teramati dengan baik terutama di Sungai Cireundeu Peuntas, dan Sungai-Sungai kecil di bagian selatan daerah pemetaan. Ketebalan satuan ini adalah sekitar 1250 m – 1300 m. 3.2.3.2 Ciri Litologi Satuan ini disusun oleh litologi berupa breksi dengan sisipan batupasir. Ciri litologi dari breksi berdasarkan pengamatan lapangan (Foto 3.12) yaitu breksi polimik, coklat gelap, kompak, kemas terbuka, terpilah buruk, menyudutmenyudut tanggung, berukuran kerikil sampai bongkah, fragmen butiran yaitu fragmen batuan andesit, basalt, batulempung, batupasir, matriks pasir halus dan porositas buruk. Pada sayatan tipis (lampiran A1), ciri litologi dari matriks breksi yaitu klastik, terpilah buruk, kemas terbuka, menyudut-menyudut tanggung, butiran terdiri dari plagioklas, kuarsa, fragmen batuan (andesit, basalt, batulempung, batupasir) dan mineral opak, matriks lempung, semen kalsit. Ciri litologi dari batupasir pada pengamatan lapangan (Foto 3.13) yaitu coklat terang, terpilah sedang, kemas terbuka, menyudut-menyudut tanggung, terdiri dari kristal kuarsa dan fosil foraminifera kecil, matriks lempung, porositas buruk. Berdasarkan pengamatan pada sayatan tipis (lampiran A1), ciri batupasir yaitu klastik, terpilah sedang, kemas terbuka, berbentuk menyudut-menyudut tanggung, berukuran 0,05 mm - 1,5 mm, butiran terdiri dari kuarsa, K-felsfar, plagioklas, biotit dan fosil foraminifera kecil, matriks lempung dan semen berupa mineral lempung. Hasil analisis sayatan tipis menunjukkan bahwa batupasir ini merupakan feldsphatic wacke.
27
Foto 3.12 Singkapan Breksi yang terletak di bagian hilir Sungai yang terletak di utara Cireundeu Peuntas (Lokasi C8.17).
Foto 3.13 Singkapan Batupasir yang terletak di bagian hilir dari Sungai Ci Astana (Lokasi C14.3).
28