13
BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan mulai tanggal 15 Maret 2016 hingga 7 Juni 2016. C. Metode Pelaksanaan Metode yang digunakan dalam pelaksanaan Tugas Akhir di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah meliputi : 1. Praktik Lapang Praktik lapang merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan mahasiswa dengan cara terjun langsung ke lapang. Pelaksanaan tugas akhir dilakukan dengan budidaya sawi hijau secara langsung ke lapang. Adapun tahap-tahap pelaksanaan budidaya sawi hijau adalah sebagai berikut : a. Pemilihan lokasi Pelaksanaan budidaya sawi hijau dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Lokasi ini dipilih sebagai lahan untuk pelaksanaan budidaya sawi hijau dengan pertimbangan di daerah ini termasuk dataran rendah dengan ketinggian tempat 250 m dpl dengan tanah subur, dan pH tanah berkisar 6-6,5 sehingga cocok untuk budidaya sawi hijau. b. Penyiapan Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah cangkul, polybag, gembor, sprayer, sabit, pisau, dan ember. Bahan tanam yang digunakan adalah benih sawi
13
14
hijau. Bahan media yang digunakan adalah tanah, pasir, pupuk kompos, pupuk urea, pupuk daun gandasil D, dan Insektisida dursban. c. Pengolahan Tanah Pengolahan tanah dilakukan dengan penggemburan dan pembuatan bedengan. Tanah yang akan digemburkan dibersihkan terlebih dahulu agar tidak mengganggu pertumbuhan sawi hijau yang akan ditanam. Tanah dibersihkan dari bebatuan, rerumputan dan sisa tanaman sebelumnya. Tanah yang telah dibersihkan kemudian digemburkan menggunakan cangkul untuk memperbaiki struktur tanah dan sirkulasi udara. Lahan yang ditanami sawi hijau memiliki luas 200 m2 dengan ukuran 13 m x 15 m. Bedengan dibuat dengan ukuran panjang 13 m, lebar 1 m, tinggi bedengan 30 cm, dan jarak antar bedengan 40 cm. Total bedengan yang dibuat untuk budidaya sawi hijau pada lahan seluas 200 m2 adalah 10 bedengan. Seminggu sebelum penanaman, pupuk dasar berupa pupuk kompos diberikan pada bedengan sebanyak 1 kg/m2 atau 130 kg/10 bedeng kemudian pupuk tersebut diaduk hingga merata. Pemberian pupuk dasar ini bertujuan untuk memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah yang akan menambah kesuburan tanah.
Gambar 3.1 Bedengan yang telah dibuat Gambar 3.2 Pemupukan dasar d. Persemaian Penanaman sawi hijau dilakukan dengan persemaian terlebih dahulu. Persemaian ini bertujuan untuk mengurangi kematian akibat tanaman yang belum siap dengan kondisi lapangan. Benih yang digunakan adalah benih
15
sawi hijau varietas tosakan. Kebutuhan benih untuk lahan seluas 200 m2 adalah 1 pack atau 25 gram. Benih sawi hijau disemaikan pada polybag berukuran 5 cm x 6 cm. Media tanam yang digunakan untuk persemaian sawi hijau adalah tanah, pasir, dan pupuk kompos dengan perbandingan 2 : 1 : 1. Media tersebut dicampur hingga merata kemudian dimasukkan kedalam polybag hingga mencapai ¾ ukuran polybag. Media tanam pada polybag dibuat lubang tanam dengan kedalaman 1 cm. Benih sawi hijau dimasukkan kedalam lubang tanam masing-masing polybag berisi 2 benih sawi hijau kemudian ditutup kembali dengan tanah. Benih sawi hijau yang telah ditanam kemudian disiram dengan air. Bibit sawi hijau dapat dipindahkan ke lahan setelah berumur 14 hari. Keperluan bibit sawi hijau untuk lahan seluas 200 m2 adalah 2600 bibit sawi hijau dengan kebutuhan per bedeng sebesar 260 bibit.
Gambar 3.3 Pembuatan persemaian
Gambar 3.4 Persemaian sawi hijau
e. Penanaman Penanaman sawi hijau dilakukan pada sore hari. Periode peralihan sore-malam-pagi menuju siang memungkinkan tanaman menyesuaikan diri lebih kuat dengan kondisi lapang. Penanaman sawi hijau dilakukan dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm dengan kedalaman lubang tanam 4 cm. Pada lahan 200 m2 terdapat 2600 lubang tanam, 1 bedeng terdiri dari 260 lubang tanam. Media pada polybag dibasahi dengan air agar mudah di lepas. Bibit beserta media tanam dikeluarkan dari polybag dengan hatihati. Kebutuhan bibit untuk lahan seluas 200 m2 adalah 2600. Bibit sawi
16
hijau dimasukkan kedalam lubang tanam dengan posisi bibit tegak lurus kemudian tutup kembali dengan tanah. Bibit yang telah ditanam kemudian disiram dengan air secukupnya untuk menjaga kelembaban dan mengurangi tingkat kelayuan tanaman sawi hijau.
Gambar 3.5 Bibit sawi hijau siap tanam Gambar 3.6 Penanaman sawi hijau f. Pemeliharaan 1) Penyiraman Penyiraman bertujuan untuk memenuhi kebutuhan air pada tanaman sawi hijau. Penyiraman tergantung pada musim. Pada musim kemarau penyiraman dilakukan setiap hari secara rutin untuk mencukupi kebutuhan tanaman sawi. Penyiraman dilakukan pada pagi atau sore hari. Penyiraman diberikan secukupnya. Air yang menggenang bisa membuat akar membusuk dan tanaman mati.
Gambar 3.7 Penyiraman sawi hijau 2) Penyiangan Penyiangan gulma dilakukan karena gulma dapat menjadi inang pengganti OPT. Gulma ini akan menimbulkan persaingan dalam mendapatkan hara bagi tanaman sawi hijau. Penyiangan gulma
17
dilakukan pada umur 1 minggu setelah tanam. Penyiangan susulan kemudian dilakukan setiap 1 minggu sekali. Gulma yang tumbuh disekitar tanaman sawi hijau dicabut agar pertumbuhan tanaman sawi hijau tidak terganggu.
Gambar 3.8 Penyiangan gulma 3) Penyulaman Penyulaman tanaman sawi hijau dilakukan sampai hari ke 5 setelah bibit ditanam agar pertumbuhan tanaman sawi hijau dapat seragam. Penyulaman dilakukan pada tanaman yang mati atau terserang hama dan penyakit. Tanaman yang mati atau terserang hama dan penyakit dicabut kemudian ditanami dengan tanaman baru.
Gambar 3.9 Penyulaman sawi hijau 4) Pengendalian OPT Adanya OPT pada budidaya tanaman sawi hijau dapat menyebabkan mengalami penurunan bahkan dapat mengalami gagal panen. Oleh sebab itu maka perlu dilakukan penanganan yang tepat. OPT yang menyerang tanaman sawi hijau diantaranya ulat grayak
18
(Spodoptera litura) dan (Spodoptera exigua). Spodoptera litura berwarna hijau tua kecoklatan dengan totol hitam disetiap ruas buku badannya. Spodoptera exigua berwarna hijau sampai hijau muda tanpa totol-totol hitam di ruas buku badannya. Ulat grayak (Spodoptera litura) dan (Spodoptera exigua) berukuran 15-25 mm. Ulat grayak (Spodoptera litura) dan (Spodoptera exigua) menyerang tanaman dengan cara memakan daun hingga menyebabkan daun berlubang-lubang, terutama pada daun muda. Pengendalian OPT dilakukan dengan cara penyemprotan menggunakan insektisida dursban dengan konsentrasi 1,4 ml/liter air. Penyemprotan dilakukan satu minggu setelah tanam. Dosis insektisida dursban untuk 200 m2 adalah 20 ml/14 liter air.
Gambar 3.10 Serangan ulat grayak
Gambar 3.11 Penyemprotan insektisida
5) Pemupukan Pemupukan dilakukan pada pagi atau sore hari. Pemupukan pada siang hari kurang baik karena akan terjadi penguapan. Pemupukan susulan menggunakan pupuk urea dilakukan pada 14 HST. Pemupukan susulan menggunakan pupuk daun gandasil D dilakukan pada 10 HST dan 20 HST. Pupuk urea dengan dosis 15 gram/m2 diberikan secara larikan di samping barisan tanaman. Pupuk daun gandasil D sebesar 1 gram/liter air disemprotkan ke daun menggunakan sprayer. Penyemprotan dilakukan dibawah permukaan
19
daun karena ditempat inilah stomata yang merupakan jalan masuknya pupuk ke dalam tanaman berada. Pemupukan sawi hijau dibagi menjadi 2 perlakuan yaitu perlakuan pupuk urea (5 bedeng) dan perlakuan pupuk urea ditambah pupuk daun gandasil D (5 bedeng). Pada perlakuan pupuk urea dibutuhkan pupuk urea sebesar 975 gram/5 bedeng. Pada perlakuan pupuk urea ditambah pupuk daun gandasil D dibutuhkan pupuk urea sebesar 975 gram dan pupuk daun gandasil D sebesar 5 gram/5 liter air untuk 5 bedeng.
Gambar 3.12 Pemupukan urea Gambar 3.13 Pemupukan Gandasil D g. Panen dan Pascapanen Panen dilakukan setelah tanaman berumur 28 hari setelah tanam. Tanaman sawi hijau dipanen dengan kriteria diantaranya bentuk daun oval agak bulat, tebal dan agak berserat. Warna daun hijau dan tangkai daun hijau muda. Pemanenan dilakukan dengan memotong bagian pangkal batang yang berada diatas tanah dengan pisau tajam. Pasca panen dilakukan dengan mencuci dan membersihkan sawi hijau dari segala kotoran agar terlihat lebih bersih dan fresh sebelum dipasarkan. Total produksi yang didapat dari budidaya sawi hijau ini adalah 210 kg.
Gambar 3.14 Panen sawi hijau
Gambar 3.15 Sawi hijau siap dipasarkan
20
h. Pengamatan Pengamatan pertumbuhan tanaman sawi dimulai 1 minggu setelah tanam dengan interval 1 minggu sekali dan variable pengamatan meliputi : 1) Jumlah Daun (Helai) Pengamatan terhadap jumlah daun dilakukan dengan cara menghitung semua daun yang membuka sempurna pada tanaman sampel. 2) Berat Segar Tanaman (Gram) Pengamatan berat segar tanaman dilakukan dengan cara menimbang berat segar tanaman sampel. i.
Pemasaran Pemasaran sawi hijau dilakukan dengan menjual ke pasar tradisional yang terdapat di daerah Boyolali. Permintaan pasar untuk sawi hijau yaitu bentuk daun oval agak bulat, tebal dan agak berserat, warna daun hijau dan tangkai daun hijau muda. Harga sawi hijau per kg adalah Rp 5.000.
2. Analisis Usaha Tani Analisis usaha tani digunakan untuk menghitung tingkat kepantasan atau kelayakan suatu usaha tani dengan melihat beberapa parameter atau kriteria kelayakan tertentu. Ada beberapa hal yang perlu dianalisis dalam melakukan analisis usaha tani diantaranya biaya tetap, biaya variabel, penerimaan, keuntungan, R/C Ratio (Revenue cost Ratio). Analisis usaha tani dilakukan berdasarkan data yang diperoleh dari budidaya sawi hijau yang dilakukan secara mandiri di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.