BAB III PROSES PENGAMBILAN DATA 3D DARI FOTO UDARA DAN PENENTUAN NILAI BEDA TINGGI BANGUNAN Bab ini akan membahas proses akuisisi data dari foto udara yang merupakan tahap awal untuk mendapatkan nilai planimetrik (x, y) dan tinggi (z) sebuah gedung yang nantinya data ini akan dioverlaykan dengan data Digital Terrain Model (DTM) untuk mendapatkan nilai tinggi (z) gedung tersebut menggunakan bahasa pemograman Visual Basic.
3.1 Akuisisi Data 3D dari Foto Udara Proses akuisisi data dari foto udara menggunakan metode fotogrametri, karena metode ini relatif cepat dan mudah untuk mendapatkan data 3 dimensi. 3.1.1 Lokasi Penelitian Daerah yang diambil sebagai lokasi penelitian yaitu kampus Institut Teknologi Bandung yang terletak di Jalan Ganesha 10, Bandung.
Gambar 3-1. Lokasi Kampus ITB
20
3.1.2 Persiapan Data dan Peralatan Penelitian a. Sumber Data Dalan penelitian ini digunakan data dari foto udara kota Bandung hasil pemotretan tahun 2003 dengan skala foto 1: 5000. Untuk data foto udara kampus ITB yaitu foto udara Run 7 dengan nomor foto R7_16, R7_17, R7_18. Foto udara yang digunakan telah di scanning dengan resolusi 1200 dpi dan telah melewati proses Aerial Triangulation (AT) sehingga objek- objek dalam foto tersebut telah berada pada sistem koordinat tanah dengan sistem koordinat UTM yang mengacu pada WGS 1984.
R7_16
R7_17
R7_18 Gambar 3-2. Foto Udara Run 7
21
Ground Control Point (GCP) terdiri atas titik control tanah dan titik sekutu yang telah berada dalam sistem koordinat tanah. GCP tersebut berupa sebuah titik yang telah di-prick yang terdapat pada objek- objek yang mudah dikenali seperti ujung- ujung atap bangunan, tepi batas jalan, dan lain-lain. Jumlah GCP yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 9 titik..
b. Perangkat Penelitian Hardware berupa satu set computer dengan spesifikasi sebagai berikut: •
Komputer Prosesor
: Intel Pentium 4 1.8 GHz
Harddisk
: 40 GB
Memori RAM : 512 MB DDR Visipro VGA
: GeForce 4MX 64 Mb Pixel View
Plug and Play monitor CD- Room •
Kacamata Anagliph
Software yang digunakan: •
PCI Geomatic V9.0 untuk pengolahan foto udara mulai dari proses restitusi foto udara sampai dengan pendigitasian data titik gedung.
•
Surfer 6 untuk pembuatan grid citra DTM
•
ER Mapper 6.4 untuk pengambilan header citra DTM dalam format (.ers) dari
Surfer 6.
•
Visual Basic 6 untuk menentukan nilai tinggi bangunan.
•
Windows XP 2 Home Edition untuk Operating System.
22
3.2 Pelaksanaan Penelitian Pada penelitian ini, sistem proyeksi yang digunakan adalah Universal Transverse Mercator (UTM) Zona 48 S, dan datum yang digunakan adalah World Geodetic System 1984 (WGS 1984).
3.2.1 Pengidentifikasian GCP (Ground Control Point) Pada tahap ini, kita memilih beberapa titik yang akan dijadikan sebagai GCP untuk referensi. Titik- titik GCP yang dipilih harus jelas serta mudah dikenali. Titiktitik GCP terdiri dari titik control tanah dan titik sekutu yang telah berada pada sistem koordinat UTM yang mengacu pada WGS 84. Titik- titik GCP yang dipilih bisa diletakkan pada ujung atap bangunan, tepi jalan, persimpangan jalan, dan lain- lain. Pada penelitian ini, jumlah GCP yang digunakan sebanyak 9 titik, yang dapat dilihat pada table 3-1.
GCP_ID
Koordinat X (m)
Koordinat Y (m)
Koordinat Z (m)
70160
787950.104
9238060.283
761.705
70161
787911.415
9238498.584
784.306
70162
787941.689
9237561.857
743.740
70170
788405.816
9238091.631
762.133
70171
788368.024
9238538.617
803.286
70172
788479.794
9237592.024
768.891
70180
788878.947
9238103.651
789.836
70181
788829.029
9238475.471
800.291
70182
788892.499
9237573.644
769.435
Table 3-1. Ground Control Point
23
Gambar 3-3. Titik GCP dan Tie Point
Keterangan : warna merah = titik Ground Control Point warna biru = titik Tie Point
3.2.2 Pembentukan Model Stereo Pada proses ini dilakukan penggabungan atau overlaping antara dua foto atau lebih yang stereo. Model stereo adalah suatu model yang dibentuk pada pengamatan stereoskopik, sering disebut juga model 3 dimensi, dimana konsep dari pengamatan stereoskopik ini adalah saat mata kanan melihat objek pada foto kanan dan mata kiri melihat objek pada foto kiri sehingga otak akan menerima kesan 3 dimensi. Pengamatan ini menggunakan kacamata anaglip. Pada fotogrametri pertampalan
24
sepanjang jalur terbang/ strip dinamakan overlap. Untuk memungkinkan pengamatan stereoskopik umumnya overlap direncanakan antara 55% hingga 65%. Pada tahap ini pertampalan atau overlaping antara dua foto terlihat lebih jelas.
R7_17 – R7_16
R7_18 – R7_17
Gambar 3-4. Model Stereo
Pembentukan model stereo pada proses ini dilakukan pada pasangan foto R7_17 R7_16 dan R7_18 – R7_17.
3.2.3 Ekstraksi Data 3 Dimensi a. Ekstraksi Data Foto Udara Ekstraksi data 3 dimensi dilakukan dengan menggunakan software PCI Geomatic V9.0 dengan menggunakan pasangan model stereo R7_18 - R7_17.
25
Pengamatan stereo menggunakan metode Anagliph dengan kacamata anaglyph yang ketelitian pengamatannya cukup tinggi dan, lebih murah dan efisien.
Gedung I (SITH)
Gedung II (Teknik Kimia)
Gedung III (TVST)
Gedung IV (Oktagon)
X (m) 788343.69 788416.04 788344.10 788416.10 788344.46 788415.93 788343.88 788416.08 788470.38 788453.68 788443.55 788427.10 788427.22 788444.80 788454.91 788470.92 788469.83 788452.00 788442.51 788425.60 788425.70 788443.76 788452.82 788470.14
Y (m) 9237662.35 9237662.50 9237690.98 9237691.53 9237714.48 9237713.78 9237744.48 9237744.34 9237683.53 9237699.95 9237699.57 9237682.19 9237672.14 9237655.96 9237656.13 9237673.70 9237734.08 9237750.74 9237750.17 9237732.33 9237723.11 9237706.26 9237706.61 9237724.44
ZGedung (m) 794.72 795.01 794.76 795.14 794.46 794.91 794.53 795.05 781.88 781.87 781.80 781.60 781.56 781.58 781.64 781.83 781.80 781.77 781.70 781.48 781.43 781.47 781.53 781.75
Tabel 3-2. Koordinat gedung
Pada pendigitasian ini, kita hanya mengambil data tinggi ujung- ujung atap bangunan di kampus ITB. Sebagai contoh data antara lain, Gedung LABTEK XI
26
SITH ITB (I), Gedung LABTEK X Teknik Kimia ITB (II), Gedung TVST ITB (III), dan Gedung Oktagon ITB (IV). Data koordinat gedung diperlihatkan seperti pada table 3-2.
b. Ekstraksi Data Digital Terrain Model (DTM) Data DTM yang berbentuk spot height, yaitu titik- titik yang mewakili ketinggian suatu area, dibentuk suatu kontur, titik- titik yang mempunyai ketinggian yang sama di Surfer 6.
Gambar 3-5. Input data di Surfer 6
Tujuan dibuatnya kontur ini untuk mengetahui apakah data yang digunakan benar sesuai dengan kondisi lapangan, dan memudahkan untuk melihat tinggi daerah
27
penelitian karena setelah proses pembuatan kontur ini, kita melakukan gridding dari kontur tersebut di Surfer 6 juga. Data yang akan di input (data titik spots height) harus dalam ekstensi (.csv). Perhatikan gambar 3-5 untuk input data di Surfer 6. Setelah di input nanti outputnya dalam ekstensi (.grd). Lihat gambar 3-6 untuk hasil kontur di Surfer 6.
Pembuatan konturnya dengan interval 2,5 m dari range antara ketinggian 730 sampai 790 karena data tingginya sendiri memiliki tinggi minimum 734,436 m dan tinggi maksimum 793,174 m dengan skala 1:5000 dengan ukuran grid 50 m.
Gambar 3-6. Kontur di Surfer 6
Data yang telah di gridding tersebut selanjutnya dieksport ke ER Mapper 6.4. Data tersebut kemudian di save sehingga akan ada dua bentuk file ekstension yaitu:
28
• file dengan “.ers” • file tanpa “.ers” • File dengan “.ers” ini sebagai headernya yang akan kita ambil meta datanya, sedangkan file tanpa “.ers” inilah yang akan kita gunakan sebagai citra yang akan dioverlay dengan data tinggi bangunan untuk mendapatkan nilai beda tingginya. Proses tersebut dilakukan menggunakan Visual Basic yang akan dijelaskan pada proses selanjutnya.
Gambar 3-7. DTM di ER Mapper 6.4
Meta data yang diambil antara lain: •
Xo,Yo sebagai pusat sumbu system koordinat piksel 29
•
Jumlah baris dan kolom
•
Ukuran piksel Setelah meta data (file ”.ers”) dan file tanpa ”.ers”diperoleh, data file ”.ers”
ini digunakan untuk dioverlay dengan data tinggi ujung- ujung gedung dengan menggunakan program Visual Basic.
3.3 Visual Basic Sebelum kita menentukan beda tinggi dari data- data yang telah ada, kita harus tahu terlebih dahulu proses apa saja yang harus dilakukan di Visual Basic ini, mungkin bisa kita sebut sebagai desain suatu sistem yang fleksibel dan dinamis sebagai panduan proses pengolahan data tersebut.
Sebuah sistem pemrosesan citra digital memiliki fungsi– fungsi yang terkandung dalam modul- modul standar dari suatu sistem pemrosesan citra digital. Adapun modul- modul tersebut antara lain: 1. Modul Input/ Output 2. Modul Penyimpanan Data 3. Modul Pengolahan Data
3.3.1 Membaca Data Input Untuk membaca data input citra Digital Terrain Model (DTM) pada Visual Basic, terlebih dahulu diketahui informasi- informasi yang berhubungan data tersebut, antara lain header dari data, lebar data dalam byte, dan jumlah baris dan kolom yang terkandung yang didapat dari pengolahan di ER Mapper 6.4, kemudian di simpan dalam memori. Dengan mengetahui posisi data dalam memori, data tersebut dapat kita baca dengan menggunakan List kode 3.1.
30
dim data as single ’deklarasi variabel untuk membaca data open “filename” for binary access read as #1 ‘membuka file For i = 0 To Panjang_Citra – 1 ‘membaca data For j = 0 To Lebar_Citra – 1 Get #1, , Buffer(i, j) Next j Next i close #1 ‘menutup file List Kode 3.1
Dimana: row: posisi baris piksel col : posisi kolom piksel Kemudian untuk membaca data input koordinat titik ujung- ujung gedung dari notepad yang akan dioverlay dengan data DTM di atas, dan untuk menyimpan hasil output, gunakan List kode 3.2.
open “filename” for input as #2 ‘membaca data input open “filename” for output as #5 ‘membaca data output List Kode 3.2
3.3.2. Pembangunan Algoritma a. Metode Nearest Neighbor Interpolation Setelah data DTM dan tinggi titik ujung gedung di overlay, untuk mengetahui letak jatuhnya titik ujung gedung di atas piksel baris ke-n dan kolom ke-n (row, col), gunakan List kode 3.3. txtXaPixel.Text = Round((XaUTM - Xo) / ResX) ‘piksel baris txtYaPixel.Text = Round((Yo - YaUTM) / ResY) ‘piksel kolom List Kode 3.3
31
Dimana: XaPixel : lokasi jatuhnya titik A pada piksel pada baris ke-n YaPixel : lokasi jatuhnya titik A pada piksel pada kolom ke-n XaUTM : nilai koordinat x titik A pada UTM XaUTM : nilai koordinat y titik A pada UTM Xo : nilai koordinat x (0,0) pada sistem koordinat piksel Yo : nilai koordinat y (0,0) pada sistem koordinat piksel ResX/ ResY : nilai resolusi X dan Y pada citra/ jarak antar piksel List kode 3.4 digunakan untuk menentukan besar DTM pada piksel baris ke-n dan kolom ke-n. Nilai DTM merupakan nilai titik tengah piksel baris ke-n dan kolom ke-n.
txtTinggiDTM.Text = Buffer(txtXaPixel.Text, txtYaPixel.Text) ’penentuan nilai tinggi DTM pada piksel baris ke-n dan kolom ke-n List Kode 3.4
Setelah nilai DTM pada baris ke-n dan kolom ke-n, dan koordinat titik ujungujung gedung di overlay, kemudian dihitung nilai beda tingginya dengan menggunakan List kode 3.5
txtTinggiGedung.Text = txtTinggiGedungFoto.Text - txtTinggiDTM.Text ‘menentukan nilai beda tinggi DeltaH = txtTinggiGedung.Text ’ List Kode 3.5
Dimana: TinggiGedung/ DeltaH : beda tinggi yang ingin dicari TinggiGedungFoto : nilai tinggi titik ujung- ujung gedung dari data foto TinggiDTM : nilai tinggi DTM b. Metode Cubic Interpolation Sama seperti metode Nearest Neighbor, pertama- tama tentukan letak jatuhnya titik ujung gedung di atas piksel baris ke-n dan kolom ke-n (row, col),
32
gunakan List kode 3.3 di atas. Setelah posisi piksel tersebut diketahui, kemudian tentukkan empat kemungkinan posisi piksel yang mengelilinginya. Gunakan List kode 3.6 seperti di bawah ini.
rangeX = Mid(txtXaPixel, InStr(txtXaPixel, ".")) ’menentukkan nilai di belakang koma untuk koordinat x rangeY = Mid(txtYaPixel, InStr(txtYaPixel, ".")) ’menentukkan nilai di belakang koma untuk koordinat y Nx = Split(Str(txtXaPixel), ".") Ny = Split(Str(txtYaPixel), ".") [Darsana yahoogroups, 2007] If rangeX < 0.5 Then ‘menentukan posisi piksel jika nilai rangeX <0.5 posisi1 = Nx(0) posisi2 = Nx(0) + 1 Else ‘menentukan posisi piksel jika nilai rangeX >0.5 posisi1 = Nx(0) + 1 posisi2 = Nx(0) + 2 End If If rangeY < 0.5 Then ‘menentukan posisi piksel jika nilai rangeY <0.5 posisi3 = Ny(0) posisi4 = Ny(0) + 1 Else ‘menentukan posisi piksel jika nilai rangeY >0.5 posisi3 = Ny(0) + 1 posisi4 = Ny(0) + 2 End If List Kode 3.6 Setelah nilai rangeX dan rangeY, dan kemungkinan jatuhnya titik gedung pada piksel ditentukan, kemudian cari titik tengah keempat piksel yang mengelilingi titik gedung yang jatuh di piksel baris ke-n dan kolom ke-n dengan List kode 3.7.
33
Xp1 = posisi1 - 0.5 ‘menentukan titik tengah keempat piksel Yp1 = posisi3 - 0.5 Xp2 = posisi2 - 0.5 Yp2 = posisi3 - 0.5 Xp3 = posisi1 - 0.5 Yp3 = posisi4 - 0.5 Xp4 = posisi2 - 0.5 Yp4 = posisi4 – 0.5 List Kode 3.7
Dimana: Xp1, Xp2, Xp3, Xp4 : kolom ke-n titik tengah piksel 1,2,3,4 Yp1, Yp2, Yp3, Yp4 : baris ke-n titik tengah piksel 1,2,3,4 Setelah titik tengah didapat, untuk menentukan nilai DTM pada piksel tersebut gunakan List kode 3.8 seperti di bawah ini.
Z1 = Buffer(Xp1, Yp1) ‘nilai DTM tengah piksel Z2 = Buffer(Xp2, Yp2) Z3 = Buffer(Xp3, Yp3) Z4 = Buffer(Xp4, Yp4) List Kode 3.8
Dimana: Z1, Z2, Z3, Z4 : nilai tinggi DTM pada piksel 1, 2, 3, 4 yang mengelilingi titik ujung gedung yang dicari
Kemudian hitung jarak antara keempat piksel tersebut dengan titik ujung gedung yang dicari dengan List kode 3.9.
34
Xap = txtXaPixel.Text Yap = txtYaPixel.Text dX1 = Abs(Xap - Xp1) * 50 ‘menghitung jarak dY1 = Abs(Yap - Yp1) * 50 dX2 = Abs(Xap - Xp2) * 50 dY2 = Abs(Yap - Yp2) * 50 dX3 = Abs(Xap - Xp3) * 50 dY3 = Abs(Yap - Yp3) * 50 dX4 = Abs(Xap - Xp4) * 50 dY4 = Abs(Yap - Yp4) * 50 List Kode 3.9
Dimana: dX1, dX2, dX3, dX4 : jarak koordinat x piksel 1,2,3,4 ke koordinat x titik ujung gedung yang dicari dY1, dY2, dY3, dY : jarak koordinat y piksel 1,2,3,4 ke koordinat y titik ujung gedung yang dicari Setelah nilai tinggi DTM masing- masing piksel yang mengelilingi, dan nilai jarak koordinat titik tengah piksel ke titik ujung yang dicari diketahui, maka sekarang hitung tinggi DTM titik ujung yang dicari dengan interpolasi menggunakan List kode 3.10.
txtTinggiDTM.Text = (((D - dX1) * (D - dY1) * Z1) + ((D - dX2) * (D - dY2) * Z2) + ((D - dX3) * (D - dY3) * Z3) + ((D - dX4) * (D - dY4) * Z4)) / D ^ 2 ’menghitung tinggi DTM titik ujung gedung yang dicari dengan interpolasi List Kode 3.10
Dengan nilai DTM di atas dan nilai tinggi ujung gedung maka dapat dihitung beda tingginya dengan menggunakan List kode 3.11.
35
txtTinggiGedung.Text = txtTinggiGedungFoto.Text - txtTinggiDTM.Text DeltaH = txtTinggiGedung.Text ’nilai beda tinggi List Kode 3.11
Dimana: TinggiGedung/ DeltaH : beda tinggi yang ingin dicari TinggiGedungFoto : nilai tinggi titik ujung- ujung gedung dari data foto TinggiDTM : nilai tinggi DTM b. Metode BiCubic Interpolation Sama seperti metode Cubic, hanya disini menggunakan enam belas piksel maka menentukan titik tengah keenam belas piksel tersebut gunakan List kode 3.12.
Yp1 = posisi3 - 0.5 ‘menentukan titik tengah keenam belas piksel Xp2 = posisi2 - 0.5 Yp2 = posisi3 - 0.5 Xp3 = posisi1 - 0.5 Yp3 = posisi4 - 0.5 Xp4 = posisi2 - 0.5 Yp4 = posisi4 - 0.5 Xp5 = posisi1 - 1.5 Yp5 = posisi3 - 1.5 Xp6 = posisi2 - 1.5 Yp6 = posisi3 - 1.5 Xp7 = posisi1 + 0.5 Yp7 = posisi4 - 2.5 Xp8 = posisi2 + 0.5 Yp8 = posisi4 - 2.5 Xp9 = posisi1 - 1.5 Yp9 = posisi3 - 0.5 Xp10 = posisi2 + 0.5
36
Yp10 = posisi3 - 0.5 Xp11 = posisi1 - 1.5 Yp11 = posisi4 - 0.5 Xp12 = posisi2 + 0.5 Yp12 = posisi4 - 0.5 Xp13 = posisi1 - 1.5 Yp13 = posisi3 + 1.5 Xp14 = posisi2 - 1.5 Yp14 = posisi3 + 1.5 Xp15 = posisi1 + 0.5 Yp15 = posisi4 + 0.5 Xp16 = posisi2 + 0.5 Yp16 = posisi4 + 0.5 List Kode 3.12
Dimana: Xp1, Xp2, Xp3,..., Xp16 : kolom ke-n titik tengah piksel 1,2,3,...,16 Yp1, Yp2, Yp3,..., Yp16 : baris ke-n titik tengah piksel 1,2,3,...16 Setelah titik tengah didapat, untuk menentukan nilai DTM pada keenam belas piksel tersebut gunakan List kode 3.13 seperti di bawah ini.
Z1 = Buffer(Xp1, Yp1) ‘nilai DTM tengah piksel Z2 = Buffer(Xp2, Yp2) Z3 = Buffer(Xp3, Yp3) Z4 = Buffer(Xp4, Yp4) Z5 = Buffer(Xp5, Yp5) Z6 = Buffer(Xp6, Yp6) Z7 = Buffer(Xp7, Yp7) Z8 = Buffer(Xp8, Yp8)
37
Z9 = Buffer(Xp9, Yp9) Z10 = Buffer(Xp10, Yp10) Z11 = Buffer(Xp11, Yp11) Z12 = Buffer(Xp12, Yp12) Z13 = Buffer(Xp13, Yp13) Z14 = Buffer(Xp14, Yp14) Z15 = Buffer(Xp15, Yp15) Z16 = Buffer(Xp16, Yp16) List Kode 3.13
Dimana: Z1, Z2, Z3,…,Z16 : nilai tinggi DTM pada piksel 1, 2, 3,..., 16 yang mengelilingi titik ujung gedung yang dicari Kemudian hitung jarak antara keenambelas piksel tersebut dengan titik ujung gedung yang dicari dengan List kode 3.14.
Xap = txtXaPixel.Text Yap = txtYaPixel.Text L1 = (((Xap - Xp1) ^ 2 + (Yap - Yp1) ^ 2) ^ 0.5) ’ menghitung jarak L2 = (((Xap - Xp2) ^ 2 + (Yap - Yp2) ^ 2) ^ 0.5) L3 = (((Xap - Xp3) ^ 2 + (Yap - Yp3) ^ 2) ^ 0.5) L4 = (((Xap - Xp4) ^ 2 + (Yap - Yp4) ^ 2) ^ 0.5) L5 = (((Xap - Xp5) ^ 2 + (Yap - Yp5) ^ 2) ^ 0.5) L6 = (((Xap - Xp6) ^ 2 + (Yap - Yp6) ^ 2) ^ 0.5) L7 = (((Xap - Xp7) ^ 2 + (Yap - Yp7) ^ 2) ^ 0.5) L8 = (((Xap - Xp8) ^ 2 + (Yap - Yp8) ^ 2) ^ 0.5) L9 = (((Xap - Xp9) ^ 2 + (Yap - Yp9) ^ 2) ^ 0.5) L10 = (((Xap - Xp10) ^ 2 + (Yap - Yp10) ^ 2) ^ 0.5) L11 = (((Xap - Xp11) ^ 2 + (Yap - Yp11) ^ 2) ^ 0.5)
38
L12 = (((Xap - Xp12) ^ 2 + (Yap - Yp12) ^ 2) ^ 0.5) L13 = (((Xap - Xp13) ^ 2 + (Yap - Yp13) ^ 2) ^ 0.5) L14 = (((Xap - Xp14) ^ 2 + (Yap - Yp14) ^ 2) ^ 0.5) L15 = (((Xap - Xp15) ^ 2 + (Yap - Yp15) ^ 2) ^ 0.5) L16 = (((Xap - Xp16) ^ 2 + (Yap - Yp16) ^ 2) ^ 0.5) List Kode 3.14
Dimana: L1, L2, L3,..., L16 : jarak koordinat x piksel 1,2,3,...,16 ke koordinat x titik ujung gedung yang dicari Setelah nilai tinggi DTM masing- masing piksel yang mengelilingi diketahui, hitung nilai bobot masing keenam belas piksel dengan List kode 3.15 W1 = L1 / L ‘menghitung nilai bobot W2 = L2 / L W3 = L3 / L W4 = L4 / L W5 = L5 / L W6 = L6 / L W7 = L7 / L W8 = L8 / L W9 = L9 / L W10 = L10 / L W11 = L11 / L W12 = L12 / L W13 = L13 / L W14 = L14 / L W15 = L15 / L W16 = L16 / L List Kode 3.15
39
Dimana W1, W2, W3,…, W16 = nilai bobot piksel 1, 2, 3,…, 16
Kemudian hitung tinggi DTM titik ujung- ujung gedung yang ingin dicari dengan menggunakan List kode 3.16
txtTinggiDTM.Text = ((Z1 * W1) + (Z2 * W2) + (Z3 * W3) + (Z4 * W4) + (Z5 * W5) + (Z6 * W6) + (Z7 * W7) + (Z8 * W8) + (Z9 * W9) + (Z10 * W10) + (Z11 * W11) + (Z12 * W12) + (Z13 * W13) + (Z14 * Wd14) + (Z15 * W15) + (Z16 * W16)) ’menghitung tinggi DTM titik ujung gedung yang dicari dengan interpolasi List Kode 3.16
Dengan nilai DTM di atas dan nilai tinggi ujung gedung maka dapat dihitung beda tingginya dengan menggunakan List kode 3.17.
txtTinggiGedung.Text = txtTinggiGedungFoto.Text - txtTinggiDTM.Text DeltaH = txtTinggiGedung.Text ’nilai beda tinggi List Kode 3.17
Dimana: TinggiGedung/ DeltaH : beda tinggi yang ingin dicari TinggiGedungFoto : nilai tinggi titik ujung- ujung gedung dari data foto TinggiDTM : nilai tinggi DTM
40