BAB III POLA BIMBINGAN AGAMA ISLAM ANAK KARYAWAN PT. PISMATEX DI DESA SAPUGARUT A. Gambaran Umum Desa Sapugarut 1. Letak Geografis Desa Sapugarut Desa Sapugarut adalah salah satu desa yang berada di daerah Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan. Secara geografis, jarak dari Pusat Pemerintahan Kecamatan adalah 0,5 Km, dari Pusat Pemerintahan Kota adalah 3 Km, dari Kota/Ibukota Kabupaten adalah 20 Km, sedangkan jarak dari Ibukota Propinsi adalah 105 Km.1 Desa Sapugarut ini terdiri dari 14 Gang (Jalan kecil atau lorong ) dan dipimpin oleh seorang Kepala Desa atau yang lebih dikenal dengan Pak Lurah. Wilayahnya di antaranya adalah Sapugarut Gang 1, Gang 2, Gang 3 dan seterusnya sampai yang terakhir yaitu Gang 14.2 Tabel 1 Batas-Batas Wilayah Desa Sapugarut Luas Wilayah 48,56 Ha
Batas-batas wilayah Sebelah Utara : Desa Kertijayan Sebelah Selatan : Kelurahan Pekajangan Sebelah Barat : Desa Coprayan Sebelah Timur : Kelurahan Bligo
1
Sukar, Seksi Tata Pemerintahan, Ketentraman dan Ketertiban Umum, Wawancara Pribadi, Sapugarut, 6 Mei 2015. 2 Harnoto, Kepala Kelurahan, Wawancara Pribadi, Sapugarut, 5 Mei 2015.
50
51
Dari
perbedaan
batas-batas
tersebut,
secara
tidak
langsung
mempengaruhi kehidupan ekonomi masyarakat di desa Sapugarut. 2. Data Kependudukan Desa Sapugarut Secara administratif, penduduk di desa Sapugarut berjumlah 3.164 Jiwa. Dimana total jumlah laki-laki 1.484 dan jumlah total perempuan mencapai 1.680 dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) adalah 890 KK.3 Tabel 2 Data Kependudukan Desa Sapugarut Penduduk
Jumlah
Usia 0 – 15
1.204 Jiwa
Usia 15 – 65
1.784 Jiwa
Usia 65 Keatas
176 Jiwa
Total
3.164 Jiwa
Mayoritas masyarakat desa Sapugarut bekerja sebagai karyawan swasta. Sehingga wajar jika masyarakat di desa Sapugarut menjadi karyawan Pabrik. Mayoritas masyarakat bekerja sebagai karyawan pabrik PT. Pismatex yang letaknya di kalangan desa Sapugarut sendiri. Tetapi ada juga yang bekerja sebagai karyawan di pabrik lain.
3
Buku Monografi Dinamis Desa Sapugarut Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan, Sapugarut, Dokumen Resmi, di akses pada 6 Mei 2015.
52
Tabel 3 Pekerjaan / Mata Pencaharian Jenis pekerjaan Karyawan: a. Pegawai Negeri Sipil
Jumlah 52 Orang
b. Swasta
321 Orang
Wiraswasta Pedagang
39 Orang
Tani
90 Orang
Pertukangan
17 Orang
Buruh Tani
22 Orang
Pensiunan
9 Orang
Nelayan
1 Orang
Pemulung
4 Orang
Jasa
9 Orang
Untuk mendapatkan subyek penelitian, peneliti mengambil sampel lebih kecil dan pengambilannya cenderung memilih yang purposive.4 Dengan demikian, diambil beberapa karyawan untuk dijadikan subyek penelitian sebagai sumber primer.
4
Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet.Ke-7 (Yogyakarta: PT. Bayu Indra Grafika, 1998), hlm. 27.
53
Tabel 4 Karakteristik Karyawan PT. Pismatex di Desa Sapugarut sebagai Subyek Penelitian Keterangan
Nama Responden
Usia
Nama Anak
Usia
RT.01/RW.01
Musfiroh
39
Naura Novia Safitri
8
RT.04/RW.02
Noor Izati
37
Rahmah Aurellia Fiza Oktavani
7
RT.07/RW.04
Munasifah
32
Putri
4
RT.10/RW.05
Muhammad Arifin
34
Muhammad Zafin Agung
4
Achdya Surya RT.02/RW.01
Muthoharoh
35
Amelia Rizki
5
RT.05/RW.03
Maliki
50
Muhammad Ainul Athoillah
12
RT.08/RW.04
Sholikhin
40
Muhammad Ananda
10
RT.03/RW.02
Nikmah
41
Favian Ananta
6
RT.06/RW.03
Didik Hardiyanto
38
Alya Rahma
11
RT.09/RW.05
Fadhilah
41
Kevin
9
54
Dari tabel di atas ada 20 subyek penelitian yang masing-masing diambil dari bagian desa Sapugarut yang berbeda, dengan status pekerjaan orangtua sebagai karyawan pabrik dan mendapatkan jadwal shift siang serta anak yang berusia 3-12 tahun yang orangtuanya bekerja sebagai karyawan PT. Pismatex. 3. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Sapugarut.5 Tabel 5 Struktur Organisasi Desa Sapugarut Kepala Kelurahan: Harnoto
Bendahara: Nur Hayati
Seksi Tata Pemerintahan, Ketentraman, dan Ketertiban Umum: H. Sukar, S.IP
5
Sekretaris: Sudarno, S.IP
Seksi Kesejahteraan Rakyat: Nur Khayati S.E
Sudarno, Sekretaris Lurah, Wawancara Pribadi, Sapugarut, 7 Mei 2015.
Seksi Pemberdayaan Masyarakat: Sri Haryani, S.IP
55
Jumlah RW di desa Sapugarut ada 5 buah, sedangkan Jumlah RT di desa Sapugarut ada 10 buah. Tabel 6 RW / RT Ketua RW
Ketua RT
1. Fatkhurrokhim
1. Solikhin
6. Umar
2. Salori
2. Supriyanto
7. Khaeron
3. Khotimin
3. Komarudin 8. Supriyadi
4. Nur Afif
4. Agus
5. M. Ghozi
5. Nur Naeni 10. Mukmin
9. Supardi
4. Sarana dan Prasarana di Desa Sapugarut Sarana dan prasarana sebagai bagian operasional yang tidak bisa dipisahkan. Sarana dijadikan sebagai alat untuk mencapai tujuan dan maksud. Sedangkan prasarana sebagai penunjang utama terselenggaranya sebuah usaha dan tujuan. Adapun bentuk sarana dan prasarana desa Sapugarut adalah sebagai berikut6 :
6
Buku Monografi Dinamis Desa Sapugarut Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan, Sapugarut, Dokumen Resmi, di akses pada 6 Mei 2015.
56
Tabel 7 Sarana Prasarana Jenis 1. Kantor Desa
Jumlah Permanen
2. Prasarana Kesehatan: - Puskesdes UKBM (Posyandu)
6 buah
3. Prasarana Pendidikan - Gedung Sekolah TK
3 buah
- Gedung Sekolah SD
1 buah
- Gedung Sekolah SLTP
2 buah
- Gedung Sekolah SLTA
2 buah
4. Prasarana Ibadah - Masjid
3 buah
- Musholla
10 buah
5. Prasarana Umum - Olahraga
1 buah
- Kesenian/Budaya
1 buah
B. Kegiatan Bimbingan Agama Islam Anak Karyawan PT. Pismatex di Desa Sapugarut Orangtua meskipun memiliki tanggung jawab terhadap pekerjaannya, namun tanggung jawab dalam memberikan bimbingan agama kepada anaknya tidak boleh ditinggal begitu saja. Terlebih terkait dengan bimbingan agama Islam. Untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan kegiatan bimbingan agama Islam pada anak karyawan PT. Pismatex, peneliti melakukan wawancara dengan beberapa subyek, dalam hal ini adalah Musfiroh (MU),
57
Noor Izati (NI), Munasifah (MN), Muhammad Arifin (MA), Maliki (ML), Sholikhin (SH), Muthoharoh (MT), Didik Hardiyanto (DH), Fadhilah (FA), dan Nikmah (NK). Mereka adalah orangtua yang bekerja sebagai sebagai karyawan PT. Pismatex yang mendapatkan jadwal berangkat shift siang dan memiliki anak antara berusia 3-12 tahun. Serta beberapa subyek dari beberapa anak yang berusia 3-12 tahun dan mempunyai orangtua yang bekerja sebagai karyawan PT. Pismatex yang mendapatkan jadwal berangkat shift siang seperti Naura Novia Safitri (NN), Rahmah Aurellia Fiza Oktaviani (RA), Putri (PU), Muhammad Zafin Agung Achdya Surya (MZ), Muhammad Ainul Athoillah (AA), Muhammad Ananda (MA), Amelia Rizki (AM), Alya Rahma (AR), Kevin (KE) dan Favian Ananta (FA). Bentuknya kegiatan orangtua dalam memberikan bimbingan kepada anak-anaknya sangatlah berbeda-beda. Pada sub bab ini peneliti bertanya kepada subyek tentang kegiatan bimbingan agama Islam anak. Secara spesifik kegiatan bimbingan agama Islam anak karyawan PT. Pismatex, diantaranya sebagai berikut: 1. Mengenalkan Ibadah Sholat Sejak Dini Islam adalah agama yang paling sempurna, maka dalam mengenalkan agama Islam kepada anak kita tidak boleh setengah- setengah. Para orang tua hendaknya secara total mengenalkan ajaran Islam kepada sang anak agar hati dan fikiran anak terbuka dan siap menerima Islam secara utuh sebagai agamanya. Hal ini tentu memerlukan waktu yang cukup lama, namun perlahan tapi pasti, hendaknya kedua orang tua senantiasa mengenalkan
58
anak kepada ajaran Islam setahap demi setahap sesuai dengan kapasitas usianya sehingga Islam akan tertancap dalam hati sanubari sang anak dengan kuat dan sang anak akan menjadikannya sebagai pedoman dalam hidup. Selain mengenalkan Islam sejak dini, wajib hukumnya bagi orang tua untuk mengenalkan ibadah- ibadah dalam Islam yang wajib dilaksanakan, seperti mengerjakan sholat. Untuk membiasakan anak mengerjakan sholat sejak dini dapat dilakukan dengan cara mengikutkan anak sholat berjama’ah bersama kedua orangtua di rumah atau mengajak anak untuk sholat berjama’ah di Masjid ataupun di Musholla selama anak dapat diatur dan tidak mengganggu kekhusuyukan dalam beribadah. Apabila mengajak anak beribadah di masjid justru membuat Masjid menjadi gaduh karena ulah anak- anak dan teman- temannya, maka alangkah baiknya bagi orang tua untuk melaksanakan sholat berjama’ah di rumah dengan mengajak sang anak untuk ikut beribadah sehingga beribadah akan menjadi lebih fokus dan khusyu’. Berikut paparan dari Didik Hardiyanto:
“Untuk praktek langsung dulu waktu masih kecil memang saya dan istri saya mengajarinya secara langsung dan bareng-bareng. Tapi sekarang dia sudah besar jadi dapat melakukannya sendiri tanpa di praktekin secara terus-menerus. Hal-hal yang utama seperti membelikan mukena untuk sholat, banyak sekali mukena yang dibeli istri saya untuk anak saya. Itu dilakukan supaya anak saya lebih semangat dalam ibadah sholat.”7 (S.6 W.6 B.60-65, 52-55)
7
Didik Hardiyanto, Karyawan PT. Pismatex, Wawancara Pribadi, Sapugarut, 19 Mei 2015.
59
Alya Rahma, Putri dari Didik Hardiyanto tanpa disuruh untuk melaksanakan sholat pun tetap melaksanakan, karena Alya Rahma tahu jika tidak melaksanakan sholat hukumnya dosa. Berikut penuturannya : “......, karena kan kalau tidak sholat berdosa”.8 (S.16 W.16 B.7-8) Sholat lima waktu merupakan anjuran dari Allah kepada setiap ummatNya.
Apabila
seorang
manusia
yang
sudah
baligh
tidak
melaksanakan sholat lima waktu akan mendapatkan dosa dikarenakan sholat lima waktu ini wajib hukumnya. Sholat merupakan suatu perbuatan ibadah yang dilakukan dengan diawali takbir dan diakhiri dengan salam serta dilaksanakan semata-mata hanya karena Allah. Musfiroh mengenalkan anaknya tentang bimbingan ibadah kepada anaknya. Berikut ungkapan Musfiroh:
“Untuk bimbingan yang tentang sholat, dulu waktu dia masih kecil ketika dia masih TK, saya ajak dia sholat bersama di rumah, tapi terkadang dia malah mendahului. Jadi waktu saya masih ruku’ dia sudah sujud. Lucu sekali jadinya... tapi waktu dia sudah masuk MI dia praktek sholat sendiri dan melafadzkan bacannya lumayan ada suaranya itu sih, nah saya mendengarkannya, nanti kalau misalkan ada bacaan yang salah ya saya betulkan.”9 (S.1 W.1 B.52-62) Naura Novia Safitri, putri dari Musfirohpun membenarkan pernyataan ibunya, bahwa sejak kecil sudah dibimbing ibunya untuk melaksanakan sholat. Berikut pernyataan Naura Novia Safitri: “Di bimbing ibu”.10 (S.12 W.12 B.40) Tidak jauh berbeda dengan Naura, Favian Ananta, Putra dari 8
Alya Rahma, Anak Karyawan PT. Pismatex, Wawancara Pribadi, Sapugarut, 27 Mei
2015. 9
Musfiroh, Karyawan PT. Pismatex, Wawancara Pribadi, Sapugarut, 15 Mei 2015. Naura Novia Safitri, Anak Karyawan PT. Pismatex, Wawancara Pribadi, Sapugarut, 24 Mei 2015. 10
60
Nikmah juga mengakui bahwa ia sering diajari ibunya sholat dan berwudhu, berikut paparannya: “....., ibu selalu mengajariku sholat. Sebelum sholat aku diajarkan berwudhu terlebih dahulu”.11 (S.13 W.13 B.12-14) Berbeda dengan Naura dan Favian, Muhammad Ainul Athoillah, putra dari Maliki, tidak hanya diajarkan sholat Wajib saja. Akan tetapi dia juga diajarkan ayahnya berbagai macam sholat Sunnah. Berikut ungkapan Athoillah: “Ayah mengajariku sholat Qobliyah dan Ba’diyah terus sholat Tahajjud juga. Karena kan sebentar lagi ujian, jadi biar lulus, di samping belajar juga perlu berdo’a”.12 (S.15 W.15 B.27-31) 2. Mengajarkan Al-Qur’an Selain mengajarkan anak untuk melaksanakan sholat sejak dini, hendaknya orang tua juga melatih anak untuk membaca Al Qur’an dan membiasakan membaca setiap hari. Al Qur’an sebagai pedoman hidup manusia. Berikut ungkapan Noor Izati : “Ba’dal maghrib saya suruh untuk mengaji di rumah bareng sama ayahnya. Anak saya jika disuruh belajar materi sekolah memang susah sekali, akan tetapi jika disuruh mengaji pasti langsung mau.Untuk mengaji, anak saya biasanya ngaji sendiri. Kalau dulu masih kecil ya saya ajari sedikit demi sedikit.”13 (S.3 W.3 B.4-8, 46-48)
11
Favian Ananta, Anak Karyawan PT. Pismatex, Wawancara Pribadi, Sapugarut, 26 Mei
2015. 12
Muhammad Ainul Athoillah, Anak Karyawan PT. Pismatex, Wawancara Pribadi, Sapugarut, 27 Mei 2015. 13 Noor Izati, Karyawan PT. Pismatex, Wawancara Pribadi, Sapugarut, 16 Mei 2015.
61
Rahmah Aurellia Fiza Oktaviani, putri dari Noor Izati menyatakan bahwa ia sering diajari ngaji oleh ayah dan ibunya, berikut pernyataan Rahmah: “Ayah dan ibu”.14 (S.14 W.14 B.30) Hampir sama dengan Rahmah, Zafin Agung Achdya Surya, putra dari Muhammad Arifin, mengaku bahwa ia juga diajari ayahnya mengaji, berikut penuturan Zafin: “Ayah yang ngajari saya ngaji”.15 (S.20 W.20 B.28) Anak-anak dari karyawan PT. Pismatex belajar membaca Al-Qur’an di lembaga pendidikan non-formal seperti Taman Pendidikan Al-Qur’an atau bahkan di rumah Kyainya. Orangtua di rumah hanya menyuruh anak untuk membaca atau mengulang kembali bacaan Al-Qur’an.16 Seperti yang dipaparkan Muthoharoh: “Peran saya misalnya saya mendampingi dia ketika mengaji. Saya ajari dia sedikit demi sedikit walaupun saya kurang mahir dalam membaca. Kalau saya tau bahwa yang dibacanya itu salah ya saya benarkan. Kalau sayanya kurang tau ya nantinya pasti kalau dia ngaji di ustadznya pasti dibimbing dan diarahkan.”
17
(S.7 W.7 B.87-95) Amelia
Rizki, Putri dari Muthoharoh, belajar ngaji di rumah Kyainya rutin setiap ba’dal Maghrib. Berikut pernyataan Amelia: “Waktu Maghrib”.18 (S.11 W.11 B.20)
14
Rahmah Aurellia Fiza Oktaviani, Anak Karyawan PT. Pismatex, Wawancara Pribadi, Sapugarut, 26 Mei 2015. 15 Muhammad Zafin Agung Achdya Surya, Anak Karyawan PT. Pismatex, Wawancara Pribadi, Sapugarut, 29 Mei 2015. 16 Catatan Lapangan dalam Observasi, Sapugarut, 10 Mei 2015, pukul 18.00 WIB. 17 Muthoharoh, Karyawan PT. Pismatex, Wawancara Pribadi, Sapugarut, 15 Mei 2015. 18 Amelia Rizki, Anak Karyawan PT. Pismatex, Wawancara Pribadi, Sapugarut, 24 Mei 2015.
62
Hampir sama dengan Amelia, Muhammad Ananda, Putra Sholikhin juga mengaji di rumah Kyainya ba’dal Maghrib. Berikut penjelasan Ananda: “Di rumah Kyai Abdul Kholiq dan biasanya ba’dal Maghrib.”19 (S.18 W.18 B.11-12) Putri, putri dari Munasifahpun juga sering disuruh ibunya untuk mengaji, berikut ungkapan Putri: “Iya sering, karena kata ibu kalau rajin mengaji nanti dapat pahala”.20 (S.17 W.17 B.7-8) 3. Mengajarkan Berpuasa Dalam Islam terdapat banyak sekali cara mendidik anak, sebagai orang tua wajib bagi kita untuk senantiasa mengajarkan pendidikan kepada anak sejak kecil. Memberikan suri tauladan yang baik di depan anak- anak membuat anak akan tumbuh menjadi seorang yang sholeh dan sholehah. Dan kenalkanlah anak mengenai ajaran Islam sejak dini serta mengenalkan ibadah- ibadah dalam Islam yang wajib dilaksanakan seperti halnya puasa. Puasa adalah suatu perbuatan menahan diri dari makan dan minum serta hal-hal lain yang membatalkan puasa dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Musfiroh sebagai salah satu orangtua yang bekerja di PT. Pismatex pun juga tidak lupa mengajarkan anaknya untuk berpuasa, baik puasa wajib maupun puasa sunnah. Berikut paparan dari Musfiroh:
19
Muhammad Ananda, Anak Karyawan PT. Pismatex, Wawancara Pribadi, Sapugarut, 29 Mei 2015. 20 Putri, Anak Karyawan PT. Pismatex, Wawancara Pribadi, Sapugarut, 29 Mei 2015.
63
“Untuk puasa alhamdulillah dia melakukan terus. Sejak dari TK. Dulu waktu TK dia sudah puasa setengah hari. Ketika sudah kelas 1 MI sampai sekarang puasanya genap satu bulan dan sehari terus. Kadang juga puasa sunnah seperti puasa Arofah, puasa Tarwiyah, puasa 1 Muharram dan puasa 27 Rojab. Bimbingan untuk puasa ini sayanya ikut puasa. Misalkan saya sedang ada halangan pun dia tetap puasa dan sayanya juga ikut menemani dia puasa, walaupun saya tidak diniatin puasa akan tetapi saya tetap “Imsak” tidak makan dan minum selama sehari penuh itu.”21 (S.1 W.1 B.143-156)
Hal serupa juga dilakukan oleh Noor Izati. Berikut dipaparkan: “...untuk puasa, pada waktu puasa Ramadhan waktu kelas 1 anak saya berpuasa tapi cuman setengah hari saja. Akan tetapi sekarang sudah kelas 2 dan puasa Ramadhan kemaren puasanya satu hari terus dan genap 1 bulan.”22 (S.3 W.3 B.49-54) 4. Mengajarkan Do’a Sehari-hari Selain mengajarkan sholat dan lain-lainnya, sebagai orangtua hendaknya perlu pula mengajarkan tentang do’a sehari-hari, agar segala sesuatu yang hendak kita lakukan ataupun setelah kita lakukan mendapatkan pahala dari Allah. Berikut paparan Munasifah: “Sedikit dikenalkan tentang Allah, diajarkan do’a mau makan dan sesudah makan, do’a mau tidur, terus sholawat-sholawat.”23 (S.2 W.2 B.63-66) Selain memberikan suri tauladan yang baik di depan anak- anak, cara lain yang dapat diterapkan agar anak tumbuh menjadi pribadi yang sholih dan sholihah sesuai dengan tuntunan agama Islam adalah dengan mengenalkan 21
anak
mengenai
ajaran
Islam
sejak
dini.
Dalam
Musfiroh, Karyawan PT. Pismatex, Wawancara Pribadi, Sapugarut, 15 Mei 2015. Noor Izati, Karyawan PT. Pismatex, Wawancara Pribadi, Sapugarut, 16 Mei 2015. 23 Munasifah, Karyawan PT. Pismatex, Wawancara Pribadi, Sapugarut, 25 Mei 2015. 22
64
pelaksanaannya, mungkin akan terasa sulit bagi anak untuk mencerna secara mendalam mengenai apa itu Islam, mengingat usia mereka masih tergolong anak- anak, untuk itulah dalam hal ini hendaknya orang tua mulai mengenalkan agama Islam dengan memberikan contoh- contoh ringan seperti membacakan kisah- kisah nabi, menceritakan kisah- kisah Islam yang dikemas khusus untuk anak- anak sehingga akan lebih mudah bagi mereka untuk mencerna Islam dengan cara yang lebih luwes dan sejalan dengan pola pikir mereka yang masih lugu. Berikut paparan Nikmah:
“Pertama, saya mengurus anak saya sejak bangun tidur sampai berangkat sekolah. Kebetulan anak saya kalau berangkat sekolah sudah berani berangkat sendiri. Bahkan kalau mau saya antar pasti marah. Dan nanti ketika pulang sekolahpun yaa pulang sendiri tanpa saya jemput. Tiap pulang sekolah baru saya memberikan sedikit bimbingan keagamaan dengan cara seperti saya tanya “tadi di ajari apa di sekolah?” misal diajari wudhu, ya nanti ketika datang sholat dhuhur saya ajak dia ke kamar mandi dan mengajarinya berwudhu.”24 (S.4 W.4 B.4-17)
5. Memberi nasehat dan bimbingan Pada dasarnya, nasehat dan bimbingan inilah yang nantinya akan mengantarkan dan menjadikan serta mengarahkan anak untuk berlakuan baik. Sebagaimana diketahui bahwa peran orangtua adalah sebagai peletak dasar kepribadian anak. Kepribadian anakpun adalah cerminan dari orangtuanya. Jika anaknya baik perilakunya sudah pasti apa yang diajarkan orangtuanya adalah yang hal yang baik pula. Sebaliknya jika anak tidak baik perilakunya, biasanya dikarenakan tidak adanya didikan dari orangtuanya. 24
Nikmah, Karywan PT. Pismatex, wawancara Pribadi, Sapugarut, 16 Mei 2015.
65
Oleh sebab itu, sebagai orangtua hendaknya membimbing akhlak anaknya agar menjadi anak yang baik, seperti yang dilakukan Fadhilah sebagaimana dipaparkannya sebagai berikut: “Yaa... yang pertama saya beri nasehatnasehat yang baik, supaya anak saya menjadi anak yang baik pula. Seperti contohnya kalau disuruh saya atau bapaknya supaya mau dan nurut.”25 (S.10 W.10 B.47-51) Kevin, putra dari Fadhilah juga mengungkapkan: “iya... karena kata ibu kalau sama orangtua tidak boleh berani dan membangkang. Nantinya dosa kalau berani sama orangtua”.26 (S.19 W.19 B.22-25) Sesibuk apapun dalam bekerja, membimbing anak mengenai agama Islam tetap dilakukan. Seperti halnya memberikan nasehat-nasehat yang dilakukan oleh Sholikhin, berikut ungkapannya: “Supaya tidak berani dan membangkang perintah orangtua karena ridho Allah itu terletak pada ridhonya orangtua. Sedangkan murka Allah terletak pada murka orangtua.”27 (S.8 W.8 B.59-62) Tidak jauh dengan Sholikhin, Maliki juga menasehati anaknya dengan berbagai macam nasehat yang dapat membimbingnya menjadi anak yang diinginkan olehnya. Berikut ungkapan Maliki “Saya juga ajarkan dia untuk berbakti kepada orangtua dan patuh terhadap kakaknya. Selain itu saya juga mengajarkan agar dia tidak berhura-hura seperti jajan yang berlebihan. Karena Allah tidak menyukai ummatNya yang suka berbuat hura-hura.”28 (S.9 W.9 B.82-88) 25
Fadhilah, Karyawan PT. Pismatex, Wawancara Pribadi, Sapugarut, 28 Mei 2015. Kevin, Anak Karyawan PT. Pismatex, Wawancara Pribadi, Sapugarut, 29 Mei 2015. 27 Sholikhin, Karyawan PT. Pismatex, Wawancara Pribadi, Sapugarut, 25 Mei 2015. 28 Maliki, Karyawan PT. Pismatex, Wawancara Pribadi, Sapugarut, 19 Mei 2015. 26
66
6. Mengajarkan menghormati oranglain Mengingat bahwa orang tua merupakan contoh bagi anak- anaknya, maka cara mendidik anak menurut Islam dimulai dari orang tuanya. Dalam hal ini, orang tua haruslah menjadi suri tauladan yang baik bagi sang anak. Hal- hal baik yang dapat dilakukan oleh kedua orang tua di lingkungan rumah adalah membiasakan diri untuk berkata jujur kepada anak, memberikan contoh berdisiplin yang baik kepada anak, dan menghindari perselisihan antar kedua orang tua di hadapan sang anak. Apabila memang ada suatu permasalahan antara ayah dan ibu, maka alangkah baiknya jika orang tua menyelesaikan masalah tersebut di tempat lain yang tidak diketahui oleh sang anak. Serta mengajarkan anak agar senantiasa menghormati oranglain. Berikut ungkapan Muhammad Arifin:
“Dan tidak lupa saya juga ajarkan dia menghormati oranglain, entah itu orangtua, kakek neneknya ataupun yang lainnya, denga cara saya ajarkan untuk mencium tangan ketika bertemu, atau hendak pergi.”29 (S.5 W.5 B.67-72)
Dengan demikian, kesimpulannya secara spesifik bahwa meskipun para orangtua bekerja sebagai karyawan PT. Pismatex dan mendapatkan shift siang yang memulai pekerjaannya dari jam 13.30 sampai 22.00 WIB namun mereka tetap melaksanakan bimbingan keagamaan kepada anakanaknya. Kegiatan bimbingan agama Islam yang dilakukan oleh para orangtua yang bekerja sebagai karyawan PT. Pismatex diantaranya 29
2015.
Muhammad Arifin, Karyawan PT. Pismatex, Wawancara Pribadi, Sapugarut, 28 Mei
67
mengenalkan
ibadah
sholat
sejak
dini,
mengajarkan
Al-Qur’an,
mengajarkan berpuasa, mengajarkan do’a sehari-hari, memberi nasehat dan bimbingan serta mengajarkan menghormati oranglain. C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Bimbingan Agama Islam Anak Karyawan PT. Pismatex di desa Sapugarut Orangtua
yang
bekerja
sebagai
karyawan
secara
langsung
bersinggungan dengan dunia kerja yang menjadi rutinitas kesehariannya. Dalam melaksanakan kegiatan bimbingan agama Islam pasti ada beberapa faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor inilah yang ikut menentukan berhasil tidaknya pelaksanaan kegiatan bimbingan agama Islam. Untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan bimbingan agama Islam anak karyawan PT. Pismatex, peneliti melakukan wawancara dengan beberapa subyek yang sama, dalam hal ini adalah Musfiroh (MU), Noor Izati (NI), Munasifah (MN), Muhammad Arifin (MA), Maliki (ML), Asfari (AS), Muthoharoh (MT), Didik Hardiyanto (DH), Fadhilah (FA), dan Nikmah (NK). Ada beberapa faktor yang mendukung dan menghambat kegiatan bimbingan agama Islam anak karyawan PT. Pismatex, diantaranya: 1. Faktor-faktor yang mendukung karyawan PT. Pismatex dalam kegiatan bimbingan agama Islam anak. Faktor yang mendukung para karyawan PT. Pismatex dalam memberikan kegiatan bimbingan agama Islam anak meliputi:
68
a. Keluarga Keluarga merupakan kesatuan kelompok yang paling sederhana dalam kehidupan manusia. Bagi anak-anak keluarga merupakan lingkungan yang pertama dikenal. Dengan demikian kehidupan keluarga merupakan fase pertama yang membentuk karakter dan pribadi bagi sang anak. Menurut Islam anak merupakan amanat dari Allah bagi kedua orang tuanya yang mempunyai jiwa yang suci dan cemerlang, sehingga alangkah baiknya jika sejak kecil dibiasakan berbuat baik. Bimbingan yang dilatih secara terus menerus akan tumbuh dan dapat berkembang serta menjadikan anak yang baik pula. Dan sebaliknya apabila anak di biasakan berbuat buruk, nantinya akan terbiasa berbuat buruk pula. Oleh karena itu perlu adanya bimbingan agama Islam dari orangtua untuk anaknya karena tingkah laku anak juga dipengaruhi oleh bagaimana sikap dan bimbingan orang tua yang berada dalam lingkungan keluarga itu. Sebagai orangtua pastinya menginginkan anaknya menjadi insan yang baik
dan
membanggakan
orangtuanya.
Berikut
paparan
Didik
Hardiyanto: “Keluarga, ...menjadikan anak yang lebih baik dari orangtuanya.”30 (S.6 W.6 B.67,71-72) Dalam lingkungan keluarga, biasanya tidak hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak saja, bisa juga terdiri dari kakek, nenek, serta saudarasaudara yang lainnya. Siapapun mereka, walaupun mereka bukan orangtuanya akan tetapi mereka juga berperan dalam memberikan pola 30
2015.
Didik Hardiyanto, Karyawan PT. Pismatex, Wawancara Pribadi, Sapugarut, 19 Mei
69
bimbingan agama Islam. Berikut ungkapan Muhammad Arifin: “Keluarga, karena kakek neneknya serta om dan tante-tantenya serta saudara sepupunya juga mengajarkan hal yang serupa.”31 (S.5 W.5 B.7679). Hampir sama dengan Muhammad Arifin, Musfiroh mengungkapkan:
“Keluarga, karena kakek dan neneknya biasa sholat berjama’ah di Musholla dan mengaji. Padahal kakek dan neneknya tidak pernah mengajaknya, akan tetapi semua itu atas kemauannya sendiri. Bahkan ketika kakek dan neneknya sedang tidur, dia membangunkannya ketika waktu sholat sudah tiba, diapun langsung wudhu, memakai mukena dan langsung pergi ke Musholla”.32 (S.1 W.1 B.160-169)
b. Sekolah Sekolah adalah lembaga pendidikan yang penting sesudah keluarga. karena makin besar kebutuhan anak, maka orang tua menyerahkan sebagian tanggung jawabnya kepada lembaga pendidikan yaitu sekolah. Sekolah sebagai pembantu keluarga membimbing dan mendidik anak. Sekolah memberi bimbingan dan pendidikan serta pengajaran mengenai apa yang tidak dapat diketahui orangtua atau tidak ada kesempatan orangtua dalam memberikan bimbingan kepada anak.
31
Muhammad Arifin, Karyawan PT. Pismatex, Wawancara Pribadi, Sapugarut, 28 Mei
32
Musfiroh, Karyawan PT. Pismatex, Wawancara Pribadi, Sapugarut, 15 Mei 2015.
2015.
70
Berikut
ungkapan
Muthoharoh:
“Saya
banyak
mendapatkan
pengetahuan dari sekolahnya. Makanya kalau saya mengantar anak saya sekolah, bukan hanya anak saya yang sekolah, akan tetapi sayanya juga ikut sekolah”.33 (S.7 W.7 B.120-125) Di desa sapugarut terdapat sekolah dasar serta madrasah-madrasah yang dapat mempermudah dan mendukung orangtua dalam memberikan bimbingan agama Islam. Sholikhin memaparkan: “...Kebetulan saya menyekolahkan anak-anak saya baik yang sudah besar maupun yang masih kecil di sekolah-sekolah yang islami atau madrasah, seperti MI, MTs, dan MA. Sehingga pembelajaran tentang agama di sekolahnya sangatlah banyak.”34 (S.8 W.8 B.70-76) c. Lingkungan Masyarakat Salah satu faktor yang turut memberikan pengaruh bagi orangtua dalam memberikan kegiatan bimbingan agama Islam adalah lingkungan dimana anak tersebut berada. Lingkungan adalah faktor yang sangat penting dalam pemberian kegiatan bimbingan agama Islam anak. Sebaik apapun pembawaan, kepribadian, keluarga, pendidikan yang ditempuh, tanpa didukung oleh lingkungan yang kondusif, maka akhlak dan perilaku yang baik dan diharapkan oleh orangtua tidak akan terbentuk.
33 34
Muthoharoh, Karyawan PT. Pismatex, Wawancara Pribadi, Sapugarut, 15 Mei 2015. Sholikhin, Karyawan PT. Pismatex, Wawancara Pribadi, Sapugarut, 25 Mei 2015.
71
Maliki menuturkan: “Lingkungan juga turut mempengaruhi. Karena jika lingkungan tidak baik bukan tidak mungkin anak kita juga sama tidak baiknya”.35 (S.9 W.9 B.96-99) Nikmah menambahkan ungkapan Maliki, berikut ungkapan Nikmah: “...karena banyak teman-temannya yang sering mengajaknya mengaji, berangkat sekolah baik itu sekolah pagi maupun sekolah sore, terus juga banyak juga temannya yang mengajak untuk ke Musholla”.36 (S.4 W.4 B.65-70) Lingkungan yang Islami dan agamis juga turut serta membantu orangtua dalam memberikan kegiatan bimbingan agama Islam. Munasifah memaparkan sebagai berikut: “Lingkungan, karena banyak yang sudah menunjang seperti adanya TPQ, Madin dan MI”.37 (S.2 W.2 B.71-73) d. Teman Sepermainan Makin bertambah umur anak makin memperoleh kesempatan luas untuk mengadakan hubungan dengan teman sebayanya. Di sinilah anak ingin mempertahankan kegiatan bimbingan agama Islam yang telah diperoleh di rumah ataupun di sekolah. Teman sepermainan mempunyai pengaruh yang cukup besar untuk membuat anak menjadi anak yang baik atau membuat anak yang suka melanggar norma-norma yang berlaku di masyarakat. Berikut ungkapan Fadhilah: “...biasanya kalau berangkat sekolah sore ataupun hendak 35
Maliki, Karyawan PT. Pismatex, Wawancara Pribadi, Sapugarut, 19 Mei 2015. Nikmah, Karyawan PT. Pismatex, Wawancara Pribadi, Sapugarut, 16 Mei 2015. 37 Uma Mufidah, Karyawan PT. Pismatex, Wawancara Pribadi, Sapugarut, 25 Mei 2015. 36
72
mengaji tidak ada temannya pasti alasannya neko-neko. Ada alasan ngantuk, capek. Tapi kalau ada temannya yaa semangat berangkat sekolah sore dan ngaji. Begitupun sholat berjama’ah di Musholla, karena biasanya dijemput teman-temannya”.38 (S.10 W.10 B.67-74) Noor Izati pun juga menuturkan demikian, berikut penuturan Noor Izati: “..diwaktu datang waktu sholat, teman-temannya banyak yang menjemputnya
dan
mengajarkannya
ke
Musholla,
guna
sholat
berjama’ah dan nyanyi sholawat di speaker”.39 (S.3 W.3 B.83-87) Dari paparan tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa faktorfaktor yang mendukung kegiatan bimbingan agama Islam anak adalah keluarga, sekolah, lingkungan masyarakat serta teman sepermainan. 2. Faktor-faktor yang menghambat karyawan PT. Pismatex dalam kegiatan bimbingan agama Islam anak. Selain dari beberapa faktor yang mendukung perannya, berikut ini ada faktor-faktor yang menghambat para karyawan dalam memberikan kegiatan bimbingan agama Islam anak, diantaranya: a. Terbatasnya Waktu Sebagai orangtua yang bekerja sekaligus mengasuh anak memang tidaklah mudah. Orangtua harus pintar membagi waktu antara bekerja guna memenuhi kebutuhan hidup dan waktu untuk memberikan bimbingan agama Islam kepada anaknya agar menjadikan anak tersebut sesuai dengan agama. 38 39
Fadhilah, Karyawan PT. Pismatex, Wawancara Pribadi, Sapugarut, 28 Mei 2015. Noor Izati, Karyawan PT. Pismatex, Wawancara Pribadi, Sapugarut, 16 Mei 2015.
73
Berikut ungkapan Muhammad Arifin: “...saya tidak bisa sehari full memberikan bimbingan tersebut. Saya memberikan bimbingan sehari full jika saya libur”.40 (S.5 W.5 B.89-92) Waktu yang digunakan untuk bekerja terkadang lebih banyak daripada waktu untuk memberikan kegiatan bimbingan agama Islam kepada anak. Seperti yang dituturkan Fadhilah: “...saya hanya mempunyai sedikit waktu dalam membimbing dan mendampingi anak saya. Dikarenakan saya harus berangkat bekerja. Saya sendiri merasa kerepotan jika anak bertanya tentang materi atau hal-hal yang kurang saya pahami. Seperti pelajaran di sekolahnya yang materinya itu susah-susah. Kalau masalah ibadah, dan mengaji yaa sedikit-sedikit saya bisa lah. Tapi kalau materi yang sekolah itu yang tidak bisa”.41 (S.10 W.10 B.78-89) b. Tidak adanya kemauan pada diri anak Seorang anak hendaknya memiliki semangat yang kuat dalam menjalankan kegiatannya sehari-hari. Apalagi berkaitan dengan kegiatankegiatan yang diajarkan oleh agama. Orangtua pastinya memberikan bimbingan agama Islam kepada anaknya, dan sebagai anak hendaknya juga mempunyai keingingan dan semangat agar dapat melakukan apa yang diajarkan dan diperintahkan oleh orangtua dan agama. Berikut penuturan Noor Izzati: “Faktor penghambat jika anak saya masih malas, karena disuruh apapun pasti tetap tidak mau”.42 (S.3 W.3 B.91-93)
2015.
40
Muhammad Arifin, Karyawan PT. Pismatex, Wawancara Pribadi, Sapugarut, 28 Mei
41
Fadhilah, Karyawan PT. Pismatex, Wawancara Pribadi, Sapugarut, 28 Mei 2015. Noor Izati, Karyawan PT. Pismatex, Wawancara Pribadi, Sapugarut, 16 Mei 2015.
42
74
Menghadapi sikap dan sifat anak yang seperti ini, pastinya orangtua mempunyai solusi tersendiri agar dapat membangkitkan rasa semangat dalam diri anak. Diantaranya adalah memberikan nasehat yang halus, sebagaimana ungkapan dari Musfiroh:
“Penghambatnya ketika dia masih ngambek. Solusinya saya nasehati. Misal “kalau ngambekan itu temannya siapa?? Kamu pengen jadi temennya siapa?? Malaikat apa setan???”, dia kan takut kalau sama setan karena dia pengen jadi temennya malaikat yang nantinya masuk surga. Dan kalau misal dia sulit saya nasihati juga kadang-kadang saya takut-takuti “kalau seperti itu nanti nilai ulangan kamu merah loh, dan tidak naik kelas” dan dia juga paling takut kalau nilainya merah. Alhamdulillah kemaren pas semester ganjil dapat peringkat 3 karena dia memang anaknya di samping giat beribadah juga rajin belajar”.43 (S.1 W.1 B.177-192) c. Minimnya pengetahuan Orangtua sebagai karyawan PT. Pismatex dan mendapatkan jadwal berangkat shift siang memang mempunyai sedikit waktu untuk memberikan kegiatan bimbingan agama Islam kepada anak. Disaat orangtua di rumah dan sedang tidak bekerja, anak-anak justru beraktivitas sendiri dengan berangkat sekolah. Sebaliknya ketika anakanak sudah pulang sekolah, orangtua justru harus berangkat bekerja. Sedikitnya waktu dan minimnya pengetahuan menjadi salah satu faktor penghambat memberikan kegiatan bimbingan agama Islam. Pengetahuan yang dimiliki oleh orangtua terkadang belum mencukupi kebutuhan anak dalam kegiatan bimbingan agama Islam.
43
Musfiroh, Karyawan PT. Pismatex, Wawancara Pribadi, Sapugarut, 15 Mei 2015.
75
Berikut penuturan Didik Hardiyanto: “...saya kurang mengerti tentang cara membimbing anak dengan baik”.44 (S.6 W.6 B.76-78) Muthoharoh juga menyatakan sebagai berikut: “Saya kurang tahu dan saya kurang pintar. Mungkin itu penghambat bagi saya”.45 (S.7 W.7 B.130-132) Munasifah
juga
mengungkapkan
hal
yang
serupa,
berikut
ungkapannya: “...dalam memberikan bimbingan kan apa bimbingan yang kita diberikan kepada anak harus dapat dipahaminya, akan tetapi kadang anak saya tidak paham dan nanya-nanya terus dengan pertanyaanpertanyaan yang sangat membingungkan saya untuk menjawabnya. Kadang saya ditanya: Allah itu rumahnya dimana bu...?? haaa... sayanya kadang bingung jawabnya”.46 (S.2 W.2 B.80-91) Minimnya pengetahuan yang dialami oleh para orangtua menjadikan mereka mempercayakan penuh bimbingan agama Islam anaknya kepada sekolah-sekolah yang ada. Berikut ungkapan Sholikhin: “Dalam memberikan bimbingan, sebenarnya saya masih kurang paham dan tidak banyak mengerti sehingga saya hanya meneruskan apa yang dipelajari di sekolah”.47 (S.8 W.8 B.83-87) Hal ini juga dikuatkan oleh Nikmah, berikut penuturan Nikmah: “Saya memberikan bimbingan agama Islam paling hanya sekedar yang saya tahu dan saya mengerti saja. Selanjutnya saya pasrahkan pada gurunya di sekolah”.48 (S.4 W.4 B.74-77)
44
2015.
45
Didik Hardiyanto, Karyawan PT. Pismatex, Wawancara Pribadi, Sapugarut, 19 Mei
Muthoharoh, Karyawan PT. Pismatex, Wawancara Pribadi, Sapugarut, 15 Mei 2015. Munasifah, Karyawan PT. Pismatex, Wawancara Pribadi, Sapugarut, 25 Mei 2015. 47 Sholikhin, Karyawan PT. Pismatex, Wawancara Pribadi, Sapugarut, 25 Mei 2015. 48 Nikmah, Karywan PT. Pismatex, wawancara Pribadi, Sapugarut, 16 Mei 2015. 46
76
Dengan
demikian
kesimpulannya
bahwa
faktor-faktor
yang
menghambat kegiatan bimbingan agama Islam anak karyawan PT. Pismatex di desa Sapugarut adalah terkait dengan terbatasnya waktu, tidak adanya kemauan pada diri anak dan minimnya pengetahuan para orangtua yang bekerja sebagai karyawan di PT. Pismatex.
