BAB III PERUMUSAN OBYEK PENELITIAN
3.1 Struktur Organisasi Perusahaan 3.1.1 Logo EF English First
Gambar 3.1 Logo EF English First
Sumber: Data Primer
3.1.2
Profil English First EF merupakan singkatan dari Education First. Education First memiliki
konsep awal untuk membawa murid lokal langsung ke Inggris untuk mempelajari bahasa Inggris. EF English First merupakan bagian dari EF Education, yang merupakan organisasi swasta untuk pelatihan bahasa Inggris terbesar di dunia. EF memiliki 400 kantor di 50 negara, 150 sekolah bahasa,
48
49 lebih dari 30000 karyawan termasuk guru di seluruh dunia, dan juga kurang lebih 3 juta murid tiap tahunnya. Pada mulanya, EF bernama “Europeiska Ferieskolan”, yang dikenal sebagai sekolah Eropa musim panas di Swedia. Namun, nama Europeiska Ferieskolan diganti dengan nama yang lebih universal, yaitu Education First. Education First memiliki makna bahwa pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan krusial. Education First didirikan oleh Bertil Hult pada tahun 1965 di Swedia.
3.1.3
English First Nusantara English First Nusantara merupakan pusat dari semua lembaga kursus
English First yang ada di Indonesia. Di Indonesia, English First merupakan lembaga pendidikan bahasa Inggris yang juga menyediakan program belajar keluar negeri dan pertukaran pelajar. English First adalah lembaga franchise internasional yang juga memiliki cabang sekolah di China, Thailand, Rusia, Polandia, Maroko, Lituania, Kazakhstan, Chili, Arab Saudi, dan beberapa negara lain. English First Nusantara berdiri di Indonesia pada tahun 1987 dengan programnya pada saat itu yaitu pertukaran pelajar keluar negeri. Sekarang ini, English First Nusantara memiliki 56 sekolah yang tersebar di berbagai kota di Indonesia (2 sekolah di Medan, Pekanbaru,, Jambi, Padang, Lampung, Banjarmasin, Balikpapan, Samarinda, 2 sekolah di Makasar, Manado, Cilegon, 23 sekolah di Jakarta, Sukabumi, 2 sekolah di Bandung, Cirebon, Tegal, Semarang, Solo, Yogyakarta, Magelang, 3 sekolah di Surabaya, Sidoarjo,
50 Malang, Kediri, Jember, Denpasar, Kupang, dan Jayapura). English First Nusantara menjual franchise English First kepada pihak- pihak yang ingin mendirikan sekolah bahasa Inggris dengan nama EF English First.
3.1.4
English First Hasyim Ashari Salah satu cabang franchise English First Nusantara adalah EF English
First Hasyim Ashari. EF English First Hasyim Ashari berdiri pada Januari 2009 dan berlokasi di Jln. K.H. Hasyim Ashari No. 13. Pada tahun 2009, EF English First Hasyim Ashari dibuka dengan tampilan baru dengan tema “The Brand New Look and Feel”. Fasilitas- fasilitas di EF Hasyim Ashari pun ditambah dan dipercanggih dengan sistem komputerisasi versi 2.0. English First Hasyim Ashari memiliki 1 orang kepala sekolah native, 5 orang pengajar bahasa Inggris, dengan kurang lebih 200 orang murid.
3.1.5
Visi Perusahaan Semua EF English First memiliki satu visi yaitu visi untuk bertumbuh.
Bertumbuh tidak hanya diartikan dalam cakupan jumlah murid, namun juga dari segi laba, kualitas, jumlah target market, dan ragam produk yang ditawarkan.
3.1.6 Misi Perusahaan EF English First memiliki misi untuk meruntuhkan segala perbedaan bahasa, budaya, dan letak geografis yang memisahkan kita. Sepotong pecahan tembok Berlin diletakkan di depan EF cabang Boston, Amerika Serikat sebagai simbol akan misi EF.
51 3.1.7
Jajaran Manajemen EF English First Hasyim Ashari
Direktur
: Sri Harjanti Pikanto
Asisten direktur
: Tania Susilo
Manajer cabang
: Hanny Hendarti
Marketing Public Relations
: Resky Aditya
Administrasi cabang
: Novita Geovany
Customer service
: Lia Hsu Novita Tiurma Agus Priyanto Ridha Rahmatia
3.1.8 Penjelasan Tugas Jajaran Manajemen Dibawah ini merupakan penjelasan mengenai tugas dan tanggung jawab utama dari jabatan- jabatan yang ada pada jajaran manajemen: 1. Direktur bertugas untuk mengontrol dan mengecek semua kegiatan operasional dan administrasi yang dilaporkan oleh asisten direktur. 2. Asisten direktur bertugas untuk mengontrol semua laporan dan berjalannya kegiatan operasional yang telah ditetapkan oleh semua manajer cabang. 3. Manajer cabang bertugas untuk mengontrol semua kegiatan yang berlangsung di center EF English First Hasyim Ashari. 4. Marketing Public Relations bertugas dan bertanggung jawab terhadap semua promotion tools yang harus disiapkan EF English First ketika mengadakan
52 event, menjalin hubungan baik dengan target market sepert sekolah- sekolah, dan bekerja sama dengan perusahaan lain yang dapat membantu promosi EF English First. 5. Bagian administrasi yang bertugas untuk
menerima pembayaran uang
kursus, memastikan semua fasilitas kantor berfungsi dengan baik. 6. Customer service bertugas untuk memberikan pelayanan yang baik kepada customer, berupa penjelasan mengenai program kursus, juga sebagai telemarketing dan jajaran terdepan yang berperan untuk mempertahankan citra perusahaan. 7.
Gambar 3.2 Jajaran Management EF English First Hasyim Ashari
53 3.2 Metode Pengumpulan Data Metode penelitian yang akan digunakan di dalam penelitian ini adalah deskriptif. Menurut Rakhmat (2002: 24), “Penelitian deskriptif hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi”. Penelitian kualitatif merupakan suatu kegiatan (ilmiah) yang ditempuh melalui proses yang relatif panjang; menemukan rumusan masalah, menentukan rencana penelitian, melakukan tahap-tahap penelitian, baik untuk mencari data melalui studi pustaka maupun ke lapangan, sampai menyusun sistematika hasil penelitian (Bungin, 2006: 3). Dalam hubungannya dengan data penelitian, penelitian kualitatif menggunakan data kualitatif dan mengolahnya secara kualitatif, yaitu tidak menggunakan rumus-rumus statistik serta tidak melibatkan generalisasi dalam penarikan kesimpulannya (Arifin, 2008: 22-23). Menurut Istjianto (2005:29), jenis penelitian dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu penelitian eksplotari, penelitian deskriptif, dan penelitian kausal. Penelitian eksplotari merupakan jenis penelitian yang memiliki tujuan utama untuk memperoleh pandangan yang mendalam dan menyeluruh mengenai masalah yang sebenarnya yang dihadapi manajemen. Penelitian deskriptif merupakan jenis penelitian yang tujuan utamanya adalah menggambarkan sesuatu. Sedangkan penelitian kausal merupakan penelitian yang memiliki tujuan utama membuktikan hubungan sebab akibat atau antar variabel-variabel yang diteliti dapat terjadi hubungan mempengaruhi dan dipengaruhi. Mely G. Tan di dalam Silalahi (2009: 28) mengatakan bahwa:
54 “Penelitian yang bersifat deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu atau untuk menentukan frekuensi atau penyebaran suatu gejala atau frekuensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala dan gejala lain dalam masyarakat. Dalam hal ini mungkin sudah ada hipotesis-hipotesis, mungkin belum, tergantung dari sedikit banyaknya pengetahuan tentang masalah yang bersangkutan.” Menurut Ranjit Kumar di dalam bukunya Research Metodology (2001:9), "Descriptive research attempts to describe systematically a situation, problem, phenomenon, service or program, or provides information about, say, the living conditions of a community, or describes attitudes towards an issue" Dalam
bahasa
Indonesia
berarti
penelitian
deskriptif
berusaha
untuk
menggambarkan secara sistematis sebuah keadaan, masalah, fenomena, pelayanan atau program atau menyediakan informasi mengenai, katakanlah, situasi kehidupan dari sebuah komunitas atau menggambarkan cara berpikir dari sebuah isu. Menurut Marzuki (2000: 8), penelitian deskriptif hanya akan melukiskan keadaan objek atau persoalannya dan tidak dimaksudkan untuk mengambil atau menarik simpulan yang berlaku umum. (Cooper dan Emory, 2009: 30) mengatakan bahwa penelitian deskriptif menuntut kemampuan meneliti yang tinggi yang lebih ideal dibanding penelitian penjelasan dan menuntut standar yang sama tingginya, baik menyangkut desain maupun pelaksanannya.
55 Sedangkan berdasarkan sifat objek yang diteliti, data yang diperoleh dan teknik pengumpulan data, maka penelitian ini bersifat kualitatif. Mayer dan Greenwood di dalam Silalahi (2009:27) mengatakan bahwa deskriptif kualitatif semata-mata mengacu pada identifikasi sifat-sifat yang membedakan atau karateristik sekelompok manusia, benda atau peristiwa.
3.2.1
Narasumber Menurut Arikunto (2002:126), “Informan adalah orang yang
dianggap mengetahui tentang informasi, sehingga datanya akan dijadikan sebagai narasumber". "Narasumber adalah sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara atau jawaban tertulis melalui angket" Arikunto (2002: 107). Beberapa narasumber utama yang akan digunakan dalam mengumpulkan informasi untuk penelitian ini adalah Center Manager, Marketing Public Relations dan 3 staff Customer Service. Teknik penentuan narasumber ini menggunakan teknik snowball sampling. Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel dari populasi yang tidak jelas keberadaaan anggotanya dan tidak pasti jumlahnya dengan cara menemukan satu sampel, untuk kemudian dari sampel tersebut dicari (digali) keterangan mengenai keberadaan sampel (sampel-sampel) lain, terus demikian secara berantai (Marzuki 2000:68).
56 3.2.2
Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya;
diamati dan dicatat untuk pertama kalinya. Data tersebut menjadi data sekunder kalau dipergunakan orang yang tidak berhubungan langsung dengan penelitian yang bersangkutan Marzuki (2000:55). Menurut Sugiyono (2002:129), data primer adalah data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data yang terdapat pada penelitian peneliti dikumpulkan melalui wawancara. Menurut Sugiyono (2002: 130), wawancara mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan kekayaan pribadi. Wawancara atau interview adalah suatu bentuk komunikasi verbal jadi semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi Nasution (2007:113). Penulis melakukan wawancara dengan narasumber yang bersangkutan dengan masalah yang diteliti. Wawancara itu sendiri dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan telepon Sugiyono (2006:154). Disamping wawancara, penelitian ini juga melakukan metode observasi. Menurut Nawawi & Martini (2001) observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala dalam objek penelitian. Dalam penelitian ini observasi dibutuhkan untuk dapat memahami proses terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam
57 konteksnya. Observasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap subjek, perilaku subjek selama wawancara, interaksi subjek dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara. Menurut Patton (dalam Poerwandari 2001) tujuan observasi adalah mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian di lihat dari perpektif mereka yang terlihat dalam kejadian yang diamati tersebut. Menurut Patton (dalam Poerwandari 2002) salah satu hal yang penting, namun sering dilupakan dalam observasi adalah mengamati hal yang tidak terjadi. Dengan demikian Patton menyatakan bahwa hasil observasi menjadi data penting karena : a. Peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks dalam hal yang diteliti akan atau terjadi. b. Observasi berorientasi
memungkinkan pada
peneliti
penemuan
dari
untuk pada
bersikap
terbuka,
pembuktiaan
dan
mempertahankan pilihan untuk mendekati masalah secara induktif. c. Observasi memungkinkan peneliti melihat hal-hal yang oleh subjek penelitian sendiri kurang disadari. d. Observasi memungkinkan peneliti memperoleh data tentang hal-hal yang karena berbagai sebab tidak diungkapkan oleh subjek penelitian secara terbuka dalam wawancara. e. Observasi memungkinkan peneliti merefleksikan dan bersikap introspektif terhadap penelitian yang dilakukan. Impresi dan perasan
58 pengamatan akan menjadi bagian dari data yang pada giliranya dapat dimanfaatkan untuk memahami fenomena yang diteliti. 3.2.3 Data Sekunder Data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti misalnya dari biro statistik, majalah, keterangan-keterangan atau publikasi lainnya. Jadi data sekunder berasal dari tangan kedua, ketiga dan seterusnya, artinya melewati satu atau lebih pihak yang bukan peneliti sendiri Marzuki (2000:56). Sugiyono (2002:129) berpendapat bahwa, “narasumber sekunder adalah narasumber yang tidak secara langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau melaui dokumen.” Menurut Ruslan (2003:132), data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara (dihasilkan oleh pihak lain) atau digunakan oleh lembaga lainnya yang bukan pengelolanya tetapi dapat dimanfaatkan dalam suatu penelitian tertentu.
3.2.4
Metode Analisis Data Metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Menurut Sugiyono (2002:13), “Data kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kata kalimat, skema dan gambar”. Menurut Rakhmat (2002: 21), metode deskriptif adalah: “melukiskan variabel demi variabel, satu demi satu metode deskriptif ini
59 digunakan untuk memberikan gambaran atau uraian suatu keadaan secara faktual dan cermat.” Silalahi (2009: 77) menyatakan bahwa penelitian kualitatif dapat dikonstruksi sebagai satu strategi penelitian yang biasanya menekankan kata-kata daripada kuantifikasi dalam pengumpulan dan analisis data, menekankan pendekatan induktif untuk hubungan antara teori dan penelitian, yang tekanannya pada penempatan penciptaan teori. Oleh karena itu, penelitian kualitatif didefinisikan sebagai suatu proses penyelidikan untuk memahami masalah sosial berdasarkan pada penciptaan gambaran holistik lengkap yang dibentuk dengan kata-kata, melaporkan pandangan informan secara terperinci, dan disusun dalam sebuah latar ilmiah. Sugiyono (2002:17) juga menyatakan bahwa penelitian kualitatif memiliki beberapa tahap, yaitu : 1. Tahap Orientasi atau Deskripsi Tahap ini mendeskripsikan apa yang dilihat. Pada tahap ini, peneliti mendeskripsikan apa yang dilihat, didengar dan dirasakan. Peneliti baru mendata sepintas tentang informasi yang diperolehnya. 2. Tahap Reduksi atau Fokus Pada tahap ini, peneliti mereduksi segala informasi yang telah diperoleh pada tahap pertama untuk memfokuskan pada masalah tertentu. Sejumlah
60 masalah yang diidentifikasi dikaji dan dipertimbangkan apakah perlu direduksi atau tidak. Pertimbangannya antara lain atas dasar keluasan lingkup kajian. Kajian yang terlalu luas memungkinkan adanya hambatan dan tantangan yang lebih banyak. Kajian yang terlalu spesifik memerlukan kemampuan khusus untuk dapat melakukan kajian secara lebih mendalam. Pembatasan masalah merupakan langkah penting dalam menentukan kegiatan penelitian. 3. Tahap Seleksi Pada tahap ini dibutuhkan pengertian yang mendalam terhadap data, perhatian yang penuh dan keterbukaan terhadap hal-hal yang muncul di luar apa yang ingin digali. Berdasarkan kerangka teori dan pedoman wawancara, peneliti menyusun sebuah kerangka awal analisis sebagai acuan dan pedoman dalam membekukan coding. Dengan pedoman ini, peneliti kemudian kembali membaca transkip wawancara dan melakukan coding, melakukan pemilihan data yang relevan dengan pokok pembicaraan. Data yang relevan diberi kode dan penjelasan singkat, kemudian dikelompokan atau dikategorikan berdasarkan kerangka analisis yang telah dibuat. Pada penelitian ini, analisis dilakukan terhadap sebuah kasus yang diteliti. Peneliti menganalisis hasil wawancara berdasarkan pemahaman terhadap hal-hal diungkapkan oleh responden. Data yang telah dikelompokan tersebut oleh peneliti dicoba untuk dipahami secara utuh dan ditemukan tema-tema penting serta kata
kuncinya.
Sehingga
peneliti
dapat
menangkap
61 pengalaman,
permasalahan, dan dinamika yang terjadi pada subjek. 4. Tahap Analisis Tahap ini merinci lebih dalam terhadap data dan informasi yang diperoleh. Analisis data kualitatif yang meliputi pengolahan dan pemaknaan data dimulai sejak peneliti memasuki lapangan. Selanjutnya, hal yang sama dilakukan secara kontinyu pada saat pengumpulan sampai akhir kegiatan pengumpulan data secara berulang sampai data jenuh (tidak diperoleh lagi informasi baru). Dalam hal ini, hasil analisis dan pemaknaan data akan berkembang dan berubah.
3.2.5
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada 1 Maret – 27 Mei 2011. Adapun
lokasi penelitian ini berada di
English First Hasyim Ashari yang
beralamat di Jalan K.H. Hasyim Ashari No.15, Jakarta Pusat 10130.
3.3 Permasalahan yang ada Masalah penelitian yang ada, telah di utarakan pada bagian kerangka pikir sebelumnya yaitu bagaimana strategi public relations dapat mempertahankan citra khalayak yang ada. Penelitian ini merupakan penelitian ilmiah maka penelitian ini menggunakan teori – teori seperti teori sistem citra perusahaan dan teori komunikasi persuasif. Dalam penelitian ini, Peneliti ingin menganalisa secara
62 deskriptif bagaimana solusi dari permasalahan public relations English First Hasyim Ashari dalam mempertahankan citra perusahaan jasa pendidikan yang telah sekian lama berdiri ini. Peneliti ingin menggali lebih dalam mengenai kegiatan – kegiatan apa saja yang dilakukan untuk mempertahankan citra perusahaan yang telah lama berdiri ini. 3.4
Alternatif Pemecahan Masalah Menurut peneliti strategi public relations English First sudah berhasil, English First telah mampu mempertahankan citranya tidak hanya kepada para pengguna jasa pendidikan yang ada bahkan terhadap khalayak umum. English First memang sudah menjadi perusahaan jasa pendidikan yang cukup kuat dibidangnya, dengan banyaknya pengalaman dan penelitian yang dilakukan secara terus – menerus untuk meningkatkan kualitas pengajaran yang ada menunjukkan konsistensi perusahaan ini dalam dunia pendidikan. Karena itu menurut saya strategi public relations English First telah berhasil dilihat dari banyaknya tanggapan dan pemberitaan yang positif sehingga berdampak pada pencitraan perusahaan di kalangan masyarakat Indonesia, terutama di kalangan masyarakat Jakarta.