BAB III OBYEK PENELITIAN
3.1
Struktur Organisasi Trans TV 3.1.1
Profil Trans TV PT.Televisi Transformasi Indonesia (TRANS TV) merupakan perusahaan yang dimiliki PT. Para Inti Investindo yang merupakan kelompok usaha di bawah bendera Para group. Trans TV dimiliki oleh konglomerat Chairul Tanjung. Trans TV memiliki moto “Milik Kita Bersama”. Trans TV merupakan anak perusahaan PT. Trans Corporation yang beralamatkan di Jl. Kapt. P. Tendean Kav 12 – 14A, Jakarta Selatan, 12790. Website dari Trans TV sendiri adalahwww.transtv.co.id . Trans TV memperoleh izin siaran nasional dari pemerintah pada bulan oktober 1998 setelah lulus dari uji kelayakan yang dilakukan tim antar department.Trans TV mulai mengudara secara teknis pada tanggal 22 Oktober 2001 di wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi dengan pola teknik selama beberapa jam perhari. Pada tanggal 25 Oktober mulai menyiarkan program yang bertajuk Trans Tune-In, sekaligus meluaskan jangkauan siaran hingga wilayah Bandung dan sekitarnya. Pada tanggal 15 Desember 2001 Trans TV mulai siaran perdananya tepatnya pada pukul 17.00 WIB dengan siaran langsung
34
35
launching dari gedung Trans TV, peresmian dilakukan oleh Presiden Abdulrahman Wahid (Gus Dur) dan sejak saat itu Trans TV sudah mulai siarannya secara resmi. Pada dasarnya siaran Trans TV menganut konsep GENERAL ENTERTAINMENT, sehingga pemirsa bisa menikmati berbagai tayangan hiburan drama ataupun non-drama, serta tayangan berita. 3.1.2 Logo Trans TV
Logo Trans TV berbentuk berlian, yang menandakan keindahan dan keabadian. Kilauannya merefleksikan kehidupan dan adat istiadat dari berbagai pelosok daerah di Indonesia sebagai simbol pantulan kehidupan serta budaya masyarakat Indonesia. Huruf dari jenis serif, yang mencerminkan karakter abadi, klasik, namun akrab dan mudah dikenali.
36
3.1.3 Visi Visi Trans TV adalah menjadi televisi terbaik di Indonesia maupun ASEAN, memberikan hasil usaha yang positif bagi stakeholders, menyampaikan program-program berkualitas, berperilaku berdasarkan nilai-nilai moral budaya kerja yang dapat diterima oleh stakeholders serta mitra
kerja,
dan
memberikan
kontribusi
dalam
meningkatkan
kesejahteraan serta kecerdasan masyarakat. 3.1.4
Misi Misi Trans TV adalah wadah gagasan dan aspirasi masyarakat untuk
mencerdaskan
serta
mensejahterakan
bangsa,
memperkuat
persatuan dan menumbuhkan nilai-nilai demokrasi.
3.1.5
Target Penonton Berdasarkan status ekonomi sosial, Trans TV menargetkan pemirsa kelas menengah ke atas atau yang lebih dikenal dalam istilah pemasaran sebagai Grup ABC. Grup A terdiri dari penonton dengan pengeluaran rumah tangga sebesar lebih dari Rp. 3.000.000 per bulan; sedangkan Grup B terdiri dari penonton dengan pengeluaran rumah tangga sebesar Rp. 1.500.000 – Rp. 2.000.000 per bulan; dan yang terakhir Grup C terdiri dari penonton dengan pengeluaran rumah tangga sebesar Rp. 750.000 – Rp. 1.500.000 per bulan.
37
3.1.6
Konten Program Trans TV mempromosikan program hiburan umum bagi penonton melalui drama, non-drama dan siaran berita. •
Tahun ke – 1
: 60% Program Luar, 40% Program Lokal. (50%
dari Program lokal Trans TV adalah produksi sendiri) •
Tahun ke – 2
: 45% Program Luar, 55% Program Lokal.
•
Tahun ke – 3
: 30% Program Luar, 70% Program Lokal.
•
Tahun ke – 4
: Lebih dari 75% adalah Program Lokal.
Mulai tahun ke – 6, 2007 sampai sekarang Trans TV telah menyiarkan 80% produksi program sendiri dan 20% program yang dibeli (baik luar maupun lokal). 3.1.7
Program – Program Trans TV Program Trans TV dibagi menjadi 6, yaitu : 1.
Series, terdiri dari : -
Kejar Tayang
-
Two And A Half Man
-
MADtv
-
Tremors I
-
Battlestar Galactica 4
-
Supernatural V
-
Vampire Diaries
38
2.
3.
Movies, terdiri dari : -
Bioskop TransTV
-
Bioskop Indonesia
-
Bioskop Indonesia Siang
-
Sinema Dini Hari
-
Mr. Bean
-
Bioskop TRANSTV Spesial
-
Sinema Keluarga
-
Gelar Film Indonesia
Entertainment, terdiri dari : -
Derings
-
Sketsa
-
Termehek Mehek
-
Happy Family
-
Gong Show
-
Online
-
86
-
Loe Boleh Gila
-
Peppi The Explorer
-
Ethnic Runaway
-
Ranking 1
-
Gaul Bareng Bule
39
4.
-
Cinta Cenat Cenut
-
Super X-Tion
-
Nilai Kehidupan
-
Keluarga Minus
-
Big Brother Daily Show
-
Go Go Girls
-
Super Trap
-
Big Brother Malam Deportasi
-
Ceriwis
-
Insomnia
-
Comedy Project
-
Laki-laki Lasut
-
FTV Smash
-
Kakek-Kakek Narsis
News, terdiri dari : -
Jelajah
-
Reportase Siang
-
Jelang Siang
-
Reportase Pagi
-
Reportase Sore
-
Reportase Malam
-
Benu Buloe
-
Hidup Ini Indah
40
5.
-
Jika Aku Menjadi
-
Bosan Jadi Pegawai
-
John Pantau
-
Harmoni Alam
-
Belajar Indonesia
-
Bingkai Berita
-
Hidup Kedua
-
Riwayat
-
Pengabdian
-
Menjamu Tamu
-
Tarkam
Information, terdiri dari : -
Ceriwis Pagi Manis
-
Insert Pagi
-
Insert
-
Insert Sore
-
Gula Gula
-
Koper Dan Ransel
-
Ngulik
-
Ala Chef
-
Celebrity On Vacation
-
Griya Unik
-
Kuliner Pilihan
41
6.
3.1.8
With Farah Quinn
Religious, terdiri dari : -
Halal ?
-
Makna Kehidupan
-
Islam Itu Indah
-
IQRA
Coverage Area Sejak awal, pembangunan TRANS TV dirancang untuk bisa beroperasi menggunakan teknologi digital penuh, mulai dari tahap pra produksi hingga tahap paska produksi dan siaran on air. Tetapi karena sistem penyiaran di Indonesia masih menggunakan sistem analog, maka output yang bersifat digital akan diubah menjadi analog. Walaupun demikian, pemirsa TRANS TV akan menikmati tayangan audio visual yang lebih jernih dan tajam. Kelak jika sistem penyiaran di Indonesia sudah beralih ke sistem digital, TRANS TV hanya perlu memodifikasi pemancar-pemancarnya saja. Selain output yang lebih baik, teknologi digital juga menjadikan proses kerja dapat berjalan lebih efisien dan efektif. Peran kaset (video tape) nyaris hilang, karena semua materi produksi mengalir dari satu server ke server komputer lainnya melalui jaringan kabel optik yang
42
terpasang di seluruh gedung. Seluruh studio juga terintegrasi satu sama lain sehingga memungkinkan siaran yang simultan.
3.1.9 Struktur Organisasi
Gambar 3.1 Sumber : www.transtv.co.id
43
3.2
Profil Program “Jika Aku Menjadi”
Gambar 3.2 Sumber : www.transtv.co.id 3.2.1
Pengantar Jika Aku Menjadi (JAM) adalah salah satu program TRANS TV, yang menayangkan informasi tentang lika – liku kehidupan orang yang dengan pekerjaan / profesi tertentu dari kalangan masyarakat kelas bawah, namun segmentasi pemirsa adalah tetap kelas A+B. Program ini selain dikemas secara menarik, juga diharapkan bisa membangkitkan semangat toleransi dan solidaritas sosial dari masyarakat kelas atas terhadap mereka yang dikalangan bawah. Disinilah letak edukasinya. Penonton yang dari kelas A+B diharapkan akan lebih memahami bagaimana kehidupan masyarakat bawah dan dengan demikian bisa lebih berempati dan solider. Karena selama ini kalangan bawah itu hanya mereka lihat dari permukaan.
44
3.2.2
Deskripsi Program Jika Aku Menjadi Program news yang mulai tayang Minggu, 25 Desember 2007 lalu, menyuguhkan sesuatu berbeda. Program ini diibaratkan sebagai oase ditengah kegersangan terhadap kepedulian kepada sesama. Dimana stasiun lain banyak menyiarkan sinetron – sinetron yang kurang mendidik. Sebaliknya, Jika Aku Menjadi (JAM) justru ikut berperan dalam mengikuti solidaritas sosial terhadap rakyat kecil. Yang dimaksud rakyat kecil disini adalah mereka yang bekerja di sektor informal dengan upah kecil dan hidup dibawah standar kelayakan. Kelompok masyarakat ini sering dipandang remeh atau tidak mendapatkan perhatian penuh dari pihak – pihak berwenang. Narasumber Jika Aku Menjadi (JAM) antara lain : buruh nelayan miskin yang (tidak punya perahu sendiri), buruh tani, kuli panggul pelabuhan, pemulung, pemain ludruk (kesenian khas dari Jawa Timur) yang tidak pernah lagi dapat order, tukang batu, dan sebagainya. Jika Aku Menjadi (JAM) pada hakekatnya adalah upaya melihat kehidupan kelompok masyarakat bawah ini dari kacamata masyarakat juga, yang diwakili oleh talent. Talent yang berusia dewasa muda (18 – 25 tahun) ini berasal dari kelompok masyarakat menengah atas yang tinggal di kota. Para talent berasal dari berbagai profesi, mulai dari karyawan bank, wiraswasta dan juga kebanyakan mahasiswi. Mereka umumnya jarang atau bahkan tidak
45
pernah memperhatikan kehidupan rakyat kecil. Dalam setiap episode talent selalu berbeda untuk menghindari kebosanan. Semula Jika Aku Menjadi (JAM) ditayangkan setiap hari Minggu, pukul 18.00 WIB dengan durasi 30 menit. Namun sejak 19 Juli 2008, Jika Aku Menjadi (JAM) tayang dua kali sepekan, yaitu setiap Sabtu dan Minggu pada jam yang sama. Mulai tanggal 8 November 2008, Jika Aku Menjadi (JAM) ditambah durasinya menjadi 45 menit dan jam tayangnya berubah menjadi 17.30 WIB. Program ini menghadirkan tayangan yang tak hanya menghibur, tapi juga menjadikan pembelajaran bagi hidup kita. Jika Aku Menjadi (JAM) juga memberikan nuansa baru bagi pemirsa yang jenuh dengan acara – acara seperti sinetron yang banyak diputar di stasiun televisi lain, boleh jadi Jika Aku Menjadi (JAM) bisa menjadi tayangan alternatif yang tepat. Banyak pelajaran yang bisa kita petik dari program Jika Aku Menjadi (JAM). Tanyangan ini dikemas dengan narasi yang bertutur atau bercerita, berbeda dengan acara sejenis dimana narasi dibacakan seakan sengaja dibikin “menderita”. Dalam Jika Aku Menjadi (JAM), narasumber dari kalangan kelas bawah justru mempunyai peran sebagai guru kehidupan. Mereka yang sudah berjuang puluhan tahun dan pantang menyerah dalam menghidupi keluarganya. Jika Aku Menjadi (JAM) menggambarkan bagaimana jika talentyang berasal dari keluarga serba ada menjalani kehidupan
46
narasumber ayang serba tidak ada dan kekurangan. Nilai – nilai yang dimiliki narasumber seperti semangat juang, kekuatan tekad, kejujuran, ketulusan, pengabdian dan tanggung jawab menjadi teladan bagi para talent. Talent “dititipkan” sebagai anak kepada narasumber selama waktu shooting (4 – 5 hari). Dalam rentang waktu itu pula, talent harus menjadi bagian dari keluarga narasumber. Selain mengikuti kegiatan / profesi narasumber, talent juga menjalani hidup seperti narasumber, mulai dari menyantap makanan yang disantap oleh narasumber sehari – hari, tidur di rumah narasumber, dan mandi di MCK yang sangat sederhana. Kunci utama keberhasilan program ini adalah semua berjalan apa adanya tanpa naskah / skenario yang dibebankan kepada talent ataupun narasumber. Keterlibatan langsung talent dalam kehidupan narasumber ditambah dengan ekspresi talent menghadapi tantangan dan kondisi hidup narasumber (rasa takut, lelah, jijik, sedih, dsb) membuat program ini tampil alami (tanpa dibuat – buat). Hubungan yang akrab antara narasumber dan talent yang berjalan apa adanya inilah yang menjadi kekuatan cerita keseluruhan program acara ini. Pada saat produksi, crew Jika Aku Menjadi (JAM) melepas semua atribut yang berlambangkan Trans TV dan menyamar sebagai mahasiswa saat berkenalan hingga riset dan mencoba mendekati narasumber agar terlihat suatu keikhlasan dan kesan tulus pada narasumber saat tinggal
47
bersama talent. Ini juga merupakan cara atau trik produser Jika Aku Menjadi (JAM) untuk menampilkan tayangan yang dramatic persegmennya sehingga dapat dinikmati hingga emosi penonton ikut terbawa dalam setiap episode 3.2.3
Summary Program Nama Program
: Jika Aku Menjadi (JAM)
Jenis Program
:Magazine
Tayang Perdana
: 27 November 2007
Durasi
: 30 menit termasuk commercial break, namun sejak 8 November 2008 menjadi 45 menit termasuk commercial break
Host
: Talent menjadi host
Hari Tayang
: Setiap hari
*Semula tayang sekali sepekan pada hari Minggu pukul 18.00 WIB, tapi sejak 19 Juli 2008 mulai tayang Sabtu dan Minggu. Dan sejak Agustus 2010, Jika Aku Menjadi (JAM) ditayangkan setiap Senin – Jumat pukul 17.30 – 18.15 WIB dan Sabtu – Minggu pukul 18.00 – 18.45 WIB. Target Audience
: A+B, Pria dan Wanita
48
Situasi Produk
: Rumah atau kediaman, tempat kerja dari figur masyarakat bawah yang diprofilkan.
3.2.4 Konsep Tayangan Jika Aku Menjadi (JAM) adalah program majalah berita, yang menyuguhkan informasi langsung seputar kehidupan kalangan kelas bawah (pemulung, nelayan, buruh panggul pasar, kuli panggul pelabuhan, petani penggarap, penangkap kalong, buruh pemetik jamur, tukang kayu, tukang ojek sepeda, dll.). Informasi dalam Jika Aku Menjadi (JAM) ditujukan untuk memberi pemahaman, empati atau simpati pada masyarakat bawah. Tidak dengan cara karitas atau membagi-bagi uang/barang/renovasi rumah (seperti program di stasiun-stasiun TV lain), tetapi dengan menampilkan keseharian mereka di rumah, di lingkungan sekitar, di tempat kerja, dan sebagainya. Penonton dalam paket program ini diwakili oleh talent, yang berasal dari kelas A + B. Dalam tayangan ini akan dieksplor ‘kekikukan dan benturan budaya’ ketika talent harus belajar memahami dan menyesuaikan diri dengan kondisi narasumber / orang kelas bawah yang diprofilkan. Misalnya, bagaimana talent yang biasa menggunakan kamar mandi yang nyaman, harus memakai kamar mandi yang kotor atau bahkan menggunakan kamar mandi diluar rumah di kali atau sawah. Talent yang biasa makan makanan enak, harus makan cuman dengan nasi
49
dengan lauk daun singkong saja, bahkan nasi aking (nasi basi yang dikeringkan lalu dimasak kembali) bersama narasumber. Talent dalam tayangan ini harus tinggal bersama narasumber setidaknya 4 – 5 hari dan menjalani kehidupan seperti orang dari kalangan bawah yang menjadi narasumbernya. Talent harus mengikuti aktivitas narasumber dari mulai bangun tidur hingga tidur kembali. Daya tarik dari program acara ini adalah mengeksploitasi kelucuan, kekikukan, ketidaknyamanan dan penderitaan dari talent dalam menjalani kehidupan bersama narasumber. Pada ujung episode, talent menyatakan kesan – kesan dan hikmah yang diperolehnya selama menjalani kehidupannya bersama narasumber dan sekaligus memberikan kejutan berupa hadiah kepada narasumber (solusi). Barang – barang solusi berupa kambing, pakaian, tempat tidur dan sembako. Lalu narasumber pun biasanya memberikan nasihat – nasihat ke talent dalam menjalani kehidupan selanjutnya. 3.2.5
Penentuan Talent Dalam hal penentuan talent harus berjenis kelamin wanita yang berusiakan 18 – 25 tahun. Latar belakang pekerjaan talent beragam ada yang bekerja sebagai model, artis, penyanyi, mahasiswi, dll. Ada beberapa kriteria yang tidak dapat dipungkiri oleh pihak televisi yakni talent harus memiliki wajah facecam (cantik di kamera) selain itu memiliki karakter yang luwes dalam berkomunikasi dan berinteraksi. Jika
50
kedua kriteria diatas tidak di miliki seorang talent maka ia harus memiliki bakat yang lain agar pihak televisi pun dapat menjual suatu kemampuan dari talent tersebut.Faktor lainnya yang menunjang cukup kuat ialah talent memiliki latar belakang keluarga yang kurang harmonis, bukan berarti yang harmonis tidak dapat menjadi talent. 3.2.6
Penentuan Narasumber Beberapa hal dalam penentuan narasumber 1.
Penentuan tema / obyek liputan ditentukan melalui rapat redaksi yang diadakan seminggu sekali.
2.
Pembahasan tema / obyek liputan harus mempertimbangkan kapasitas visual yang memadai, unik, atau menarik untuk dipindahkan ke layar.
3.
Obyek personalisasi atau narasumber yang dipilih harus dari kalangan bawah, syukur – syukur memiliki sisi kehidupan yang dramatis, unik atau jarang diketahui khalayak.
4.
Obyek / narasumber yang dipilih adalah figure yang memberikan inspirasi (biar miskin tetapi masih mau bekerja keras, bukan pemalas).
5.
Pembahasan tema /
obyek liputan juga mempertimbangkan
sequences visual dan story masing - masing segmentasi. 6.
Menentukan judul episode untuk tema yang dipilih.
51
3.2.7
Format Acara Acara ini dibawakan secara “agak santai” oleh seorang talent, yang tampil dengan gaya veritee (penceritaan dari sudut pandang orang pertama) di setiap episode. Satu episode berisi satu obyek / narasumber utama yang dieksploitasi seluruh sisi kehidupannya melalui kacamata atau pengalaman langsung si talent. Sehingga diharapkan dalam satu episode, pemirsa memperoleh secara utuh dan menyeluruh tentang kehidupan si narasumber. Dalam format ini seolah – olah pemirsa diwakili keterlibatannya di dalam tayangan, melalui kesan / komentar / pengalaman suka duka si talent dalam usahanya memahami, menghayati dan ikut menjalani kehidupan si narasumber. Ini bisa menjadi pengalaman eksistensial yang mengejutkan dan mengesankan buat si talent sendiri maupun para pemirsa (segmen A+B), yang dalam kehidupan sehari – hari mungkin tidak pernah tahu detail kehidupan kalangan kelas bawah.
3.3
Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan mencatat nilai – nilai bilangan atau frekuensi untuk menggambarkan berbagai jenis isi yang didefinisikan. Metodologi ini mempunyai prinsip objektivist, karena hasil akhir bergantung pada prosedur riset bukan pada orangnya. (Krisyantono, 2006 : 229)
52
3.4
Jenis Penelitian Jenis penelitian yang peneliti gunakan ialah metode penelitian kuantitatif, yaitu penelitian berupa angka – angka atau data – data yang menggambarkan dan menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan. Kemudian dilakukan juga dengan cara metode survei yaitu dengan penggumpulkan informasi dari suatu sampel dengan menyebarkan angket – angket yang berupa pertanyaan atau penyataan (kuesioner). Jenis penelitian yang dilakukan peneliti adalah eksplanatif. Menurut Krisyantono (2006: 69), penelitian eksplanatif adalah penelitian yang menghubungkan atau mencari sebab akibat antara dua atau lebih konsep (variabel) yang akan diteliti. Penelitian ini menggunakan jenis eksplanatif karena penelitian ini berusaha mencari sebab akibat dari motif seseorang dalam menonton program Jika Aku Menjadi terhadap timbulnya perubahan perilaku sosial setelah menonton program tersebut. (Apartemen Mediterania Garden 2 Tower K)
3.5
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan peneliti ialah metode survei. Metode survei ialah metode yang melibatkan observasi yang direkam secara hati – hati yang memberikan deskripsi kuantitatif yang berhubungan dengan variabel – variabel. Dalam metode survei penggumpulan data menggunakan kuesioner. Umumnya pengertian survei dibatasi pada penelitian yang datanya dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili populasi.
53
Metode survei dipilih karena sesuai dengan tujuan yang dicapai yaitu untuk memperoleh informasi dari responden dengan menggunakan kuesioner tentang motif pemirsa dalam menonton program Jika Aku Menjadi terhadap prilaku sosial (Apartemen Mediterania Garden 2 Tower K). 3.6
Populasi Nawawi (Mustafidah, 2011: 33) mengemukakan bahwa populasi adalah keseluruhan subyek yang terdiri dari manusia, benda – benda, hewan, tumbuhan, gejala – gejala atau peristiwa – peristiwa yang terjadi sebagai sumber. “Populasi merupakan sekumpulan orang atau objek yang memiliki kesamaan dalam satu atau beberapa hal dan yang membentuk masalah pokok dalam suatu riset khusus. Populasi yang akan diteliti harus didefinisikan dengan jelas sebelum penelitian dilakukan.” (Santoso & Tjiptono, 2002: 79).Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 400 Unit dalam tower Kenanga (K).
3.7
Teknik Pengambilan Sampel Teknik sampling ialah cara pengambilan sampel dari suatu populasi. “Sampel adalah semacam miniatur dari populasi” (Santoso & Tjiptono, 2002: 80). Menurut Triton (2011 : 68), teknik Purposive Sampling adalah pemilihan sampel berdasarkan pada karakteristik tertentu yang dianggap mempunyai sangkut-paut dengan karakteristik populasi yang sudah diketahui sebelumnya.
54
Jadi peneliti hanya memilih individu – individu yang menonton program Jika Aku Menjadi. Menurut Triton (2011 : 68), teknik Accidental Sampling adalah individu – individu mana yang dijadikan sampel adalah apa saja atau siapa saja yang kebetulan ditemui. Peneliti hanya menyebarkan kuesioner di tower K dan diberikan kepada siapa saja yang ditemui dengan syarat bahwa responden pernah menonton program Jika Aku Menjadi. Jadi sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah penghuni Apartemen Mediterania Garden 2 Tower K, yang memiliki kriteria pernah menonton program Jika Aku Menjadi. Dalam penelitian kali ini, penentuan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Tara Yamane, sebagaimana dikemukakan oleh Krisyantono dalam buku Teknik Praktis Riset Komunikasi (2006 : 82).
N
n= N.d2 + 1
Dimana : n : Ukuran Sampel N : Ukuran Populasi d : Tingkat Presisi
55
Dari pengemukaan ini peneliti dapat menentukan beberapa jumlah sampel yang diperlukan peneliti untuk penelitian ini dan berdasarkan rumus tersebut pula dengan tingkat presisi 10% atau 0,01 adalah :
400
n= 400.(0,10)2 + 1
400 n= 400.0,01 +1
400 n=
= 80 4+1
Maka jumlah sampel yang diteliti adalah sebanyak 80 orang 3.8
Teknik Pengumpulan Data Kegiatan pengumpulan data adalah prosedur yang sangat menentukan baik atau tidaknya penelitian yang dilakukan. Pada dasarnya metode pengumpulan data adalah teknik atau cara – cara yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kuantitatif yang peneliti teliti, antara lain :
56
a.
Pengumpulan Data Primer Dalam pengumpulan data primer yang digunakan dalam penelitian survei, penggunaan kuesioner tersebut dimaksudkan sebagai suatu daftar pertanyaan untuk memperolah jawaban – jawaban dari para responden, yaitu orang yang memberi jawaban. Dalam penggunaan kuesioner merupakan hal pokok untuk mengumpulkan data. Tujuan pokok pembuatan kuesioner adalah untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan survei untuk memperoleh informasi. Reliabilitas dan validitas setinggi mungkin.
b.
Pengumpulan Data Sekunder Pengumpulan data sekunder yang digunakan peneliti adalah mengumpulkan data – data yang ada dalam buku atau acuan yang terkait dengan topik dan obyek penelitian serta situs – situs internet yang berhubungan dengan penelitian.
3.9
Teknik Analisis Data Pada dasarnya analisis data adalah sebagai proses mengorganisasikan dan mengurutkan data dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesisnya (Krisyantono, 2008 :165). Data – data yang telah dihasilkan dari kuesioner atau angket, kemudian dikumpulkan, dikelompokan dan dijumlahkan sehingga menghasilkan angka hasil yang mencerminkan jumlah responden secara keseluruhan.
57
Dalam penelitian ini, analisis dapat dilakukan setelah data – data terkumpul kemudian diolah melalui tahap – tahap berikut : 1. Editing Editing adalah pemeriksaan semua jawaban pertanyaan responden dari kuesioner yang telah disebar oleh peneliti dan juga mengkaji ulang semua pertanyaan dan jawaban yang telah dijawab oleh responden. 2. Coding Coding adalah pemberian angka – angka atau kode tertentu pada jawaban responden agar mudah dikelompokan. 3. Tabulasi Tabulasi adalah proses memasukan seluruh data yang telah di coding lalu dihitung dan akan dimasukan ke dalam tabel tunggal. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan sesuai dengan jenis pengolahan data yang akan dilakukan dan menyusunnya untuk keperluan penelitian. Penelitian ini menggunakan skala Likert. Skala ini digunakan untuk mengatur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiono, 2006 : 104). Komponen yang dapat terukur dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item instrument yang dapat berupa pertanyaan kemudian dijawab oleh responden. Maka dari itu setiap jawaban akan diberikan skor, seperti :
58
1. Ya / Sering / Besar
skor 3
2. Ragu – ragu / Kadang – kadang / Sedang
skor 2
3. Tidak / Jarang / Kecil
skor 1
Instrument penelitian yang menggunakan skala likert ini dibuat dalam bentuk pilihan ganda, dan untuk tabel tunggal, data disajikan dan diperoleh dari perhitungan SPSS (Statistic Package for Sosial Science), barulah data dideskripsikan. Untuk mengukur tingkat hubungan antar variabel menggunakan metode rumus Korelasi Pearson yang dikenal dengan istilah Pearson Product Moment, yang dimana ini dilakukan untuk menguji hipotesis, apakah terdapat hubungan atau tidak antara motif pemirsa dalam menonton program Jika Aku Menjadi di Trans TV terhadap perilaku sosial (studi kasus : Apartemen Mediterania Garden 2 Tower K). Indeks atau istilah ini disingkat dengan huruf “r”, berikut adalah rumus Pearson Product Moment Correlations yang digunakan dalam penelitian ini :
59
Keterangan : r : Koefisien korelasi yang dicari x : Skor dalam distribusi variabel x (variabel bebas) y : Skor dalam distribusi variabel y (variabel terkait) ∑xy : Jumlah perkalian variabel x dan y ∑x : Jumlah nilai variabel x ∑y : Jumlah nilai variabel y ∑x2: Jumlah pangkat dua nilai variabel x ∑y2: Jumlah pangkat dua nilai variabel y N : Banyaknya sampel Pengujian signifikasi koefisien korelasi untuk menguji pengaruh pada “r” hitung > “r” dan juga menguji apakah sampel tersebut dapat di generalisasikan pada populasi atau tidak dimana sampel diambil. Korelasi adalah hubungan timbal balik, saling keterkaitan secara relative teratur dua gejala atau lebih dari dua gejala. Koefisien korelasi selalu bergerak antara angka 0,00 sampai +1,00 menunjukan korelasi yang negative. Besar koefisien korelasi adalah -1 < r < 1, dimana : 1. r = 1 : terdapat hubungan yang sangat kuat antara X dan Y hubungan tersebut searah.
60
2. r = -1 : terdapat hubungan yang sangat kuat antara X dan Y tetapi hubungan tersebut berlawanan arah. 3. r = 0 : dimana tidak ada hubungan yang terjadi antara X dan Y Untuk mengetahui koefisien korelasi yang ditentukan tersebut besar atau kecil, maka dapat digunakan pedoman Pearson Product Moment sebagai berikut :
Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199
Sangat rendah
0,20 – 0,399
Rendah
0,40 – 0,599
Sedang
0,60 – 0, 799
Kuat
0,80 – 1,000
Sangat kuat
Analisis dapat dilanjutkan dengan menghitung koefisien determinasi, dengan cara mengkuadratkan koefisien yang ditemukan, tujuannya adalah untuk mengetahui besarnya kontribusi hubungan variabel bebas terhadap variabel terkaitnya.