BAB III DATA
III.1
Data Primer Data primer merupakan data yang diperoleh penulis melalui metode wawancara, dan metode kuesioner dengan disebarkan kepada awak bus dan juga kepada masyarakat umum yang dibagikan secara acak, yang bertujuan untuk memudahkan penulis untuk memahami permasalahan yang akan diteliti. Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penulisan yang berjudul “Perancangan Grafis Kaos Dengan Pengenalan Pergerakan Gaya Desain Dadaisme” ini, menggunakan metode-metode penelitian. Adapun data yang digunakan untuk penulisan ini, terbagi menjadi dua yaitu berupa data primer dan data sekunder. ¾ Data Primer Yaitu data langsung yang didapat dari sumbernya •
Wawancara Kejeniusan dada adalah ketika dada mengesampingkan konsep rasional dan logis yang bertujuan untuk meuniversalkan pola pikir, sudut pandang, rasa, bahasa dan budaya, yakni Silvester Bellinus Kia. 1
( Gambar Silvester Bellinus Kia ) 1
Wawancara langsung dengan silvester bellinus kia
•
Media cetak Pada tahun 1916 sebuah pertemuan seniman, penulis, dan tokoh-tokoh terjadi di kabaret Voltaire di Zurich. Di bawah bayang-bayang perang dunia pertama, ini adalah titik awal untuk penyebaran gaya artistik dan sastra dikenal sebagai Dadaisme. Gerakan yang berlangsung hingga sekitar tahun 1923, diarahkan melawan ide-ide kaum borjuis tentang kehidupan dan seni; tidak memperhitungkan logika, moralitas atau konvensi, Dadaist yang berusaha untuk membuat anti-provokatif seni dan menolak setiap sistem estetika.
Bentuk utama ekspresi artistik mereka adalah kolase, montase dan himpunan,pembentukan konstruksi baru - gambar, scuptures atau puisi suara denganmenempatkan bersama-sama, sewenang-wenang setiap item yang dipilih berasal dari berbagai konteks yang berbeda.
( Image Buku Dadaisme yang saya peroleh )
III.2
Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang diperoleh penulis melalui metode pustaka, internet dan dari hasil studi selama perkuliahan. Data sekunder disini berfungsi sebagai sarana pendukung dalam memahami masalah yang akan diteliti, sehingga memudahkan penulis untuk memahami permasalahan yang akan diteliti.
¾ Data Sekunder Yaitu data yang berupa literature dan beberapa buku yang diperoleh oleh penulis •
Media Cetak “dada ... wants over and over again movement: it sees peace only in dynamism.” Yang
diterjemahkan
ialah
"dada .. ingin lagi
dan
lagi gerakan: ia
melihat kedamaian hanya di dynamnism." Data ini di dapat dari sumber internet yang berisikan sepotong kertas majalah seni, membahas tentang dadaisme oleh Raoul Hausmann. 2
(image potongan kertas dari majalah seni) •
Internet Dada atau Dadaisme merupakan gerakan budaya yang lahir di wilayah netral, yaitu Zürich, Switzerland, selama masa Perang Dunia I (1916-1920). Gerakan ini meliputi seni visual, sastra (puisi, pertunjukan seni, teori seni), teater dan desain grafis. Gerakan ini berfokus pada politik anti perangnya melalui penolakan pada aturan seni yang berlaku ,melalui karya budaya anti seni. Kegiatan gerakan ini antara lain pertemuan umum, demonstrasi dan publikasi jurnal seni/sastra.Seni, politik, dan budaya menjadi topik utama dalam publikasi mereka. Gerakan ini mengilhami kemunculan gerakan-
2
http://www.taschen.com/pages/en/catalogue/art/all/41921/facts.dadaism.html
gerakan sesudahnya: Avant-garde, gerakan musik kota, serta kelompok lain seperti Surrealisme, Nouveau Réalisme, Pop Art dan Fluxus. Dadaisme merupakan aliran pemberontak di antara seniman dan penulis. Dan memiliki semangat yaitu menolak frame berpikir “seni adalah sesuatu yang tinggi, yang mahal, yang serius, complicated, dan eksklusif“. Mereka membenci frame berpikir “seni tinggi” karena seni semacam itu adalah milik kaum menengah ke atas yang memiliki estetika semu. 3
III.3
Landasan Teori 1.
Teori desain grafis A.
Sejarah Desain Grafis Desain grafis berkembang pesat seiring dengan perkembangan sejarah
peradaban manusia saat ditemukan tulisan dan mesin cetak. Perjalanan desain dan gaya huruf latin mulai diterapkan pada awal masa kejayaan kerajaan Romawi. Kejayaan kerajaan Romawi di abad pertama yang berhasil menaklukan Yunani, membawa peradaban baru dalam sejarah barat dengan diadaptasikannya kesusasteraan, kesenian, agama serta alphabet Latin yang dibawa dari yunani. Pada awalnya alphabet latin hanya terdiri dari 21 huruf saja, yaitu : A, B, C, D, E, F, G, H, I, K, L, M, N, O, P, Q, R, S, T, V, dan X. kemudian muncul huruf Y dan Z ditambahkan dalam alphabet latin untuk mengakomodasi kata yang berasal dari bahasa Yunani. Tiga huruf ditambahkan J, U, dan W dimasukan pada abad pertengahan sehingga jumlah keseluruhan alphabet menjadi 26 huruf.
Ketika Perguruan tinggi pertama kali berdiri di Eropa pada awal millennium kedua, buku menjadi sebuah tuntutan kebutuhan yang sangat tinggi. Teknologi cetak belum ditemukan pada masa itu, sehingga sebuah bukuharus disalin dengan tangan. Konon untuk penyalinan sebuah buku dapat memakan waktu berbulan-bulan. Guna memenuhi tuntutan kebutuhan penyalinan berbagai buku yang semakin meningkat serta untuk mempercepat kerja para penyalin 3
(http://id.wikipedia.org/wiki/Dadaisme)
(scribes), maka lahirlah huruf Blackletter Script, berupa huruf kecil yang dibuat dengan bentuk tipis-tebal dan ramping. Efisiensi dapat terpenuhi lewat bentuk huruf ini karena ketipis dan ketebalannya dapat mempercepat kerja penulisan. Disamping itu, dengan keuntungan bentuk yang indah dan ramping, huruf-huruf tersebut dapat dituliskan dalam jumlah yang lebih banyak diatas satu halaman buku. 4
B.
Pengertian Desain Grafis Secara Estimologis kata desain berasal dari kata designo (Itali) yang artinya
gambar (Jervis, 1984). Kata ini diberi makna baru dalam bahasa Inggris pada abad ke -17, yang dipergunakan untuk membentuk School Of Design pada Tahun 1836. Makna baru tersebut dalam praktek kerap kali semakna dengan kata Craft, kemudian atas jasa Ruskin dan Morris – dua tokoh gerakan anti industri di Inggris pada abad ke-19, kata “desain” diberi bobot sebagai Art and Craft : yaitu paduan antara seni dan keterampilan. Pengertian desain dapat dilihat dari berbagai sudut pandang dan konteksnya. Pada awal abad ke-20 “desain” mengandung pengertian sebagai suatu kreasi seniman untuk memenuhi kebutuhan tertentu dan cara tertentu pula (Walter Gropius, 1919). Dekade ini merupakan satu tahap transformasi, dan pengertian desain sebelumnya yang lebih menekankan kepada unsur dekoratif dari pada fungsi. Pengetian-pengertian desain yang Rasionalis mengalami puncaknya pada tahun 1960-an, sebagaimana terungkap dalam berbagai pengetian yang diutarakan sebagai berikut : Desain merupakan pemecahan masalah dengan satu target yang jelas (Acher, 1965), temuan unsur fisik yang paling objektif (Alexander, 1963), atau merupakan tindakan dan inisiatif untuk mengubah karya manusia (Jones, 1970).
4
http://sejarah desain grafis.im.ac.id/
Inspirasi kebudayaan global dan era perekonomian terbuka pada tahun 1990-an kala itu, membuat dunia dilanda “demam” kompetisi disemua sector, termasuk desain. Pengertian desain pun mengalami pergeseran - pergeseran, dan fokus kepada demam kompetisi tersebut, seperti : •
Desain adalah wahana pembantu untuk melaksanakan inovasi pada berbagai kegiatan industri dan bisnis (Bruce Nussbaum, 1997).
•
Desain adalah suatu kegiatan yang memberi makna dunia usaha kearah strategi kompetisi (Lou Lenzi, 1997).
•
Desain adalah suatu tindakan yang memberi jaminan inovasi produk di masa depan (Ideo, 1997).
Adapun pengertian mengenai desain grafis atau komunikasi visual adalah aktivitas kreatif pada bidang komunikasi tercetak (grafika) atau visual untuk pemacahan masalah komunikasi. 5 C.
Prinsip-prinsip Desain Grafis Elemen - elemen dasar desain tidak dapat berdiri sendiri sebagai tujuan
fungsi maupun estetika, karena semuanya merupakan pertalian yang saling berhubungan satu sama lainnya. Dalam desain diperlukan pengorganisasian semua elemem - elemen yang ada dalam satu kesatuan atau unit, sehingga desain dapat memberikan kenyamanan dan juga mepunyai jiwa sebagai wujud kedalaman estetika. Prinsip-prinsip desain terdiri dari proporsi, keseimbangan, kontras, irama, dan kesatuan. 6
a. Proporsi 5
Agus Sachari & Yan Yan Sunarya, 2002, Sejarah dan perkembangan desain dan dunia kesenirupaan di Indonesia, Penerbit ITB, Bandung. 6 Adi Kusrianto, 2007, Pengantar Desain Komunikasi Visual, Penerbit ANDI, Yogyakarta.
Proporsi adalah suatu perbandingan antara unsur-unsur atau materi yang satu dengan yang lainnya yang berhubungan dengan ukuran dan bentuk bidang yang akan ditata. Sebuah proporsi dapat berhubungan dengan sebuah bidang. Pembuatan proporsi yang baik adalah suatu bentuk upaya untuk mencari suatu perbandingan. b. Keseimbangan Keseimbangan sering disebut juga balance adalah suatu kesan serasi dan mantap dari unsur-unsur yang ditata secara tepat pada tempatnya.
c. Kontras Prinsip kontras adalah menentukan unsur desain untuk menjadi prioritas yang ditonjolkan. Kontras dapat dicapai dengan mengubah ukuran, bentuk arah, warna, dan nada. Dalam suatu penampilan ada yang perlu ditonjolkan, kurang ditonjolkan, atau hanya sebagai latar belakang saja. Untuk membedakan penampilan ini, dapat dicapai dengan jalan menampilkan kekontrasan dari perbedaan unsur - unsur yang ditonjolkan.
d. Irama Irama atau Rytme adalah suatu pengulangan dari unsur - unsur yang ditampilkan, misalkan irama dari suatu pola. Desain akan kelihatan mempunyai nilai hakiki dari suatu peraturan unsur, bila mempunyai irama yang baik. Hubungan unsur - unsur desain melalui penerapan irama akan mempunyai layout yang mempunyai gaya, tertib, dan konsistensi yang baik. Irama selalu berhubungan dengan repetisi (pengulangan) baik bentuk, ukuran, arah maupun warna. Semuanya harus saling mendukung sehingga membentuk kesatuan atau unity.
e. Kesatuan
Mengelompokkan pertalian antara unsur - unsur desain dalam suatu ruang dengan membentuk irama penempatan, pengulangan adalah upaya mencapai kesatuan, atau lebih lanjut lagi dapat ditangkap dalam nilai kualitasnya adalah kesatuan hubungan unsur - unsur. Menyambung desain yang terpisah agar menjadi satu dapat digunakan beberapa elemen antara lain : dengan menggunakan garis, titik, teks serta pengulangan warna. f. Proses Visualisasi Dalam pembuatan karya desain terdapat tiga tahapan proses yang umumnya di lakukan sehingga menghasilkan desain yang efektif, menurut Michael Kroeger. 7 Tiga tahapan proses layout tersebut adalah: 1. Thumbnails dan Miniatur Dalam proses desain, hal yang dilakukan oleh para desainer pada awal penciptaan desain adalah membuat thumbnail atau miniatur. Dalam tahap ini desainer dapat berdiskusi dengan berbagai pihak yang bersangkutan mengenai konsep yang akan dipakai untuk desain tersebut. Thumbnail adalah sketsa kecil yang digunakan untuk memperoleh ide dasar seperti keywords, sketsa gambar yang akan dibuat. Dengan adanya sketsa kecil ini maka pekerjaan desain tersebut dapat dikerjakan dengan cepat dan efisien, karena bila sketsa dibuat besar sesuai dengan asli maka akan memakan waktu dan tenaga. Bekerja dengan miniatur dapat mempercepat dalam menangkap ide. Dalam proses miniatur perubahan susunan gambar atau teks dapat cepat dilakukan. Thumbnail berguna untuk memacu kreativitas, yang kemudian akan dikembangkan dalam tahapan proses berikutnya.
7
Ensiklopedia wikipedia
2. Rough dan Sketsa Dari hasil proses miniatur terbaik, dikembangkan dalam bentuk sketsa kasar atau Rough atau Semicomps. Sketsa kasar dibuat dalam ukuran aktual. Sketsa kasar dapat dikerjakan beberapa buah (tidak hanya satu), dengan perbaikan susunan gambar atau teks sampai memperoleh bentuk yang mendekati final. Pada tahap ini harus sudah terlihat bentuk komposisi akhir. Sketsa yang telah dihasilkan dapat dijadikan bahan diskusi antara tim dan dapat terus mengalami penyempurnaan. Sketsa bukan bentuk akhir, karena pada tahap ini masih diperlukan pertimbangan dan penyempurnaan, agar tercipta hasil yang lebih memuaskan.
3. Comprehensive Comprehensive adalah visualisasi layout akhir yang sudah mendekati keadaan yang sebenarnya, baik dari segi format, warna, ilustrasi, tipografi, serta kemungkinan teknik cetak yang akan digunakan untuk memproduksi produk cetak. Comprehensive dapat menolong klien untuk meihat visual iklan yang sesungguhnya. Format, huruf, dan ilustrasi serta elemen grafis lainnya sudah ditempatkan pada susunan layout yang benar. Format sudah sesuai dengan ukuran jadi. Comprehensive setelah selesai dikerjakan kemudian di print guna dipresentasikan dihadapan klien. Dalam presentasi sebaiknya hasil print diberi frame dan kemudian ditutup dengan kertas lain. Tujuannya adalah agar penampilan desain menjadi lebih baik dan hasilnya terlindung dari kerusakan. Pada saat diskusi dengan klien masih terdapat kemungkinan perubahan - perubahan. Comprehensive merupakan tahap akhir dalam proses visualisasi, meskipun demikian koreksi - koreksi kecil dan perubahan masih dapat dilakukan. Setelah comprehensive disetujui, maka tahap perencanaan berakhir dan tahap produksi dimulai.
4. Artwork atau gambar Kerja Artwork sering disebut finished artwork atau FA adalah proses pembuatan gambar kerja yang selanjutnya siap untuk dicetak. Pada FA semua elemen yang dipakai harus sudah pasti, dan warna yang dipilih tidak ada perubahan lagi (warna sudah berupa CMYK). Huruf harus disertakan dalam file dan gambar harus sudah sesuai dengan ukuran sebenarnya. Untuk warna - warna yang sampai tepi kertas, maka FA warna tersebut harus dilebihkan 2-3 mm dari lebar kertas, gunanya agar saat pemotongan kertas tidak tersisa warna putih kertas yang tersisa. g.
Elemen-elemen Desain Elemen - elemen desain menurut Blanchard 8 adalah: a. Garis atau Line Terdiri dari unsur titik yang mempunyai peran tersendiri. Bentuk garis bermacam - macam dan mempunyai karakter yang berbeda – beda pula. Dalam desain komunikasi visual garis mempunyai fungsi untuk pemberian aksen sebagai pembatas dan kolom. Goresan suatu Garis memiliki arti atau kesan sebagai berikut : 1. Garis Tegak yang berarti
:kuat,
kokoh,
tegas,
dan
hidup. 2. Garis Datar yang berarti
:lemah, tidur, dan mati.
3. Garis Lengkung yang berarti
:lemah,
lembut,
dan
mengarah. 4. Garis Patah yang berarti
:tegas, tajam, hati-hati, dan
naik turun. 5. Garis Miring yang berarti
:sedang dan menyudutkan.
6. Garis Berombak yang berarti
:halus, lunak, dan berirama.
8
http://www.allaccess.com
b. Bentuk atau Form Istilah ini digunakan untuk menyatakan bentuk yang tampak dari suatu benda. Benda atau form adalah tubuh atau massa yang berisi garis - garis, garis adalah bagian tepi atau garis pinggir bentuk suatu benda atau biasa disebut dengan kontur benda.
c. Ruang atau Space Ruang terjadi karena adanya persepsi mengenai kedalaman, sehingga terasa jauh-dekat, tinggi - rendah tampak melalui penglihatan. Ruang dalam memang tidak terlihat, tetapi dapat menjadi nyata dengan adanya benda-benda serta permukaan yang membatasi dan menegaskannya (misalnya : patung, pelukis dengan prinsip yang perspektif).
d. Tekstur atau Texture Tekstur adalah sifat dan kualitas fisik dari permukaan suatu bahan.
(berkilau,
pudar,
kasar,
kusam)
yang
dapat
diaplikasikan secara kontras serasi, atau berupa pengulangan pengulangan untuk suatu desain. Selain elemen tersebut diatas, dalam desain grafis juga digunakan bidang putih. Bidang putih bagaikan ruang untuk bernafas atau istirahat. Bidang putih dapat diciptakan dengan cara memisahkan gambar - gambar dan tulisan sehingga semua bagian yang ada dapat dinikmati. Bidang putih merupakan unsur desain yang penting. Peran bidang putih dalam desain sama pentingnya dengan huruf maupun gambar yang digunakan.
2.
Teori Tipografi Tipografi merupakan suatu ilmu dalam memilih dan menata huruf dengan pengaturan
penyebarannya
pada
ruang-ruang
yang
tersedia,
untuk
menciptakan kesan tertentu, sehingga dapat menolong pembaca untuk mendapatkan kenyamanan membaca semaksimal mungkin. Dikenal pula seni tipografi, yaitu karya atau desain yang menggunakan pengaturan huruf sebagai elemen utama. Dalam seni tipografi, pengertian huruf sebagai lambang bunyi bisa diabaikan. Sejarah perkembangan tipografi dimulai dari penggunaan pictograph. Bentuk bahasa ini antara lain dipergunkan oleh bangsa Viking Norwegia dan Indian Sioux. Di Mesir berkembang jenis huruf Hieratia, yang terkenal dengan nama Hieroglif pada sekitar abad 1300 SM. Bentuk tipografi ini merupakan akar dari bentuk Demotia, yang mulai ditulis dengan menggunakan pena khusus. Bentuk tipografi tersebut akhirnya berkembang sampai di Kreta, lalu menjalar ke Yunani dan akhirnya menyebar keseluruh eropa. Puncak perkembangan tipografi, terjadi kurang lebih pada abad 8 SM di Roma saat orang Romawi mulai membentuk kekuasaannya. Karena bangsa romawi tidak memiliki sistem tulisan sendiri, mereka mempelajari sistem tulisan Etruska yang merupakan penduduk asli Italia serta menyempurnakannya sehingga terbentuk huruf-huruf romawi. Saat ini tipografi mengalami perkembangan dari fase penciptaan dengan tangan hingga mengalami komputerisasi. Fase komputerisasi membuat penggunaan tipografi lebih mudah dan dalam waktu yang lebih cepat dengan jenis pilihan huruf yang ratusan jumlahnya. Tipografi berasal dari kata “ tipos ” (huruf), “ grafos ” (gambar atau cukilan), dan “ Fz atau Phy ” (ilmu pengetahuan). Jadi tipografi adalah pengetahuan yang mempelajari tentang huruf.
Tipografi atau huruf mempunyai peranan yang penting dalam desain grafis. Huruf sangat berperan penting dalam keberhasilan suatu bentuk seni komunikasi visual. Tipografi bukan hanya bagian kecil dalam dunia desain karena tipografi juga mampu untuk menjadi inti gagasan dalam komunikasi visual. Karena besar peranannya maka seorang desainer harus mengerti tentang tipografi. Tipografi merupakan representasi visual dari sebuah bentuk komunikasi verbal dan merupakan properti visual yang pokok dan efektif. Pemilihan tipografi yang tepat dan baik dapat membentuk suatu citra perusahaan, maka dari itu haruslah benar-benar dipikirkan dalam pemilihan tipografi, karena jika pemilihan tipografi tidak tepat dan tidak baik akan mengakibatkan penurunan citra suatu perusahaan. Selain itu, juga harus memikirkan legibility dari suatu tipografi tersebut dalam sebuah proses perancangan identitas perusahaan yang bertujuan agar pesan yang ingin disampaikan oleh perusahaan langsung dapat ditangkap oleh target market. Pada umumnya ada beberapa prinsip yang digunakan di dalam tipografi antara lain :
Legibility : tingkat keterbacaan yang ditentukan oleh segala atribut visual yang dapat memenuhi huruf menjadi lebih terbaca.
Visibility : terfokus pada apakah jenis huruf tertentu dapat dilihat atau tidak.
Readbility : kualitas dan jenis huruf. Lebih kearah pemilihan jenis huruf.
Menurut Danton Sihombing, MFA, di Buku Tipografi dalam desin grafis. 9
Legibility itu sendiri memiliki arti sebagai kualitas huruf atau naskah dalam
tingkat kemudahan untuk membaca. Untuk pencapaian legibility yang baik, 9
Sihombing, MFA, Daton. (2001). Tipografi dalam Desain Grafis. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
haruslah melampaui proses investigasi terhadap makna dari sebuah naskah, alsan mengapa harus dibaca, serta juga tahu market yang akan membacanya. A. Pengelompokan Huruf Bentuk struktur gambar hurufnya Pengelompokan huruf yang dipakai berdasarkan pada bentuk struktur gambar hurufnya, dengan memperhatiakan ciri khas yang dimiliki. Huruf dapat dikategorikan menjadi lima kelompok, yaitu: 1.
Huruf Roman Jenis huruf ini mempunyai kait yang berbentuk segitiga, perbedaan antara bagian gambar huruf yang tebal dan yang tipis tidak terlalu mencolok. Contoh jenis huruf roman adalah : Times New Roman, Garainond.
2.
Huruf Bodoni Huruf ini termasuk jenis huruf yang modern, gambar hurufnya memperlihatkan perbedaan yang mencolok antara kait batang huruf. Kaitnya lebih tipis dan lurus menyilang batang hurufnya.
3.
Huruf Egyptian Huruf ini memperlihatkan garis - garis huruf yang sama tebal, kaitnya berbentuk batang dan balok. Perbedaan bagian - bagian badan huruf tidak terlalu mencolok. Sifat hurufnya mempunyai karakteristik dari piramida - piramida di Mesir.
4.
Huruf Sans Serif Untuk membedakan huruf jenis ini tidaklah sulit. Garis hurufnya sama tebal. Ciri utamanya adalah tidak memiliki kait dan perbedaan - perbedaan bagian huruf tidak mencolok.
5.
Huruf Fantasia tau dekoratif Jenis pokok huruf ini tidak memiliki ciri khas. Biasanya huruf ini tidak digunakan sebagai huruf teks, tetapi digunakan sebagai unsur dekoratif.
B. Keluarga Huruf Di dalam kelompok huruf, perlu juga disebut keluarga hurufnya seperti roman, garamond, futura, dan lain sebagainya. Disamping huruf cetak yang tegak, dalam keluarga huruf tedapat pula huruf yang miring, yang biasa disebut dengan Italic atau Kursif. Walaupun terdapat bermacam - macam variasi huruf, semua jenis huruf disusun didalam satu keluarga secara terpisah. Misalnya pada huruf Helvetica yang miring, dipisahkan dengan helvetica tebal, meninggi dan sebagainya. Keluarga huruf berarti suatu kelompok huruf dari A sampai Z yang perancangannya bergandengan erat, yang bila disusun kelihatan harmonis satu sama lainnya.
C. Variasi Huruf Adalah suatu bentuk penampilan yang berbeda - beda dari jenis huruf tertentu. Dalam keluarga huruf terdapat variasi huruf tabal, setengah tebal, sempit, tipis, terang, lebar, dan lain sebagainya. Pengukuran ruang tipografi, yang biasa disebut spasi dalam teknik pengetikan , dibagi menjadi : a. Kerning
adalah jarak antar huruf
b. Word spacing
adalah jarak antar kata
c. Leading
adalah jarak antar baris
D. Nama-nama Batas Huruf Besar dan Huruf Kecil Terminologi yang umum digunakan dalam penamaan setiap komponen visual yang terstruktur dalam fisik huruf antara lain :
1. Baseline Sebuah garis maya lurus horizontal yang menjadi batas dari bagian terbawah dari setiap huruf besar. 2. Capline Sebuah garis maya lurus horizontal yang menjadi batas dari bagian teratas dari setiap huruf besar. 3. Meanline Sebuah garis maya lurus horizontal yang menjadi batas bagian dari bagian teratas dari badan huruf kecil. 4. X-Height Jenis ketinggian dari Baseline sampai ke Meanline. X-Height merupakan tinggi dari bidang huruf kecil. Cara yang termudah untuk mengukur tinggi huruf kecil adalah dengan menggunakan huruf “ x ”. 5. Ascender Bagian dari huruf kecil yang posisinya tepat berada diantara Meanline dan Capline. 6. Descender Bagian dari huruf kecil yang posisinya tepat berada dibawah baseline. 10
10
Adi Kusrianto, 2007, Pengantar Desain Komunikasi Visual, Penerbit ANDI, Yogyakarta.
3.
Teori Warna Warna sangat penting peranannya dalam desain grafis. Dalam pemilihan warna harus hati - hati sesuai dengan fungsi komunikasi yang akan disampaikan. Warna adalah menunjukkan identitas dari sebuah benda. Warna dapat digunakan untuk menarik perhatian mata pembaca, dapat menciptakan suatu suasana atau perasaan, dapat sebagai pengikat dalam sebuah layout, menciptakan suasana hati, dan menonjolkan bagian-bagian yang penting dari apa yang akan di sampaikan. Warna didesain untuk menarik perhatian, elemen grup, menyatakan maksud dan memperkaya estetik. Warna dapat membuat desain menjadi menarik untuk visualnya dan estetik serat memperkuat hal dan maksud elemen desain. Warna adalah hal yang sangat mudah untuk diingat, penelitian marketing mengidentifikasikan bahwa lebih dari 80% informasi visual berhubungan dengan warna. Bride M. Whelon berkata : 11 “ Warna mempengaruhi kehidupan kita Warna adalah fisik……. Kita bisa melihatnya Warna mengkomunikasikan….kita terima informasi dari bahasa Warna. Warna adalah emosional…… Bisa membangkitkan perasaan kita “. Menurut kejadiannya warna dapat dibagi menjadi dua, yaitu warna additive dan warna subtactive. Warna additive adalah warna yang berasal dari cahaya dan disebut spectrum. Sedangkan warna subtractive adalah warna yang berasal dari bahan dan disebut pigmen. Warna pokok additive adalah merah (Red), hijau (Green), biru (Blue), dalam komputer disebut model warna RGB. Warna pokok
11
Whelan, Bride M. (1997). Color Harmony 2 A Guide to Creative Color Combination. Rockport Publishers. Massachusetts.
subtractive adalah sian (Cyan), magenta (merah), dan kuning (yellow), dalam komputer disebut CMYK. Dikutip dari “buku dasar-dasar tata rupa dan desain” oleh Drs. Sadjiman Ebdi Santoyo. 12 Ide dapat dikomunikasikan melalui warna tanpa menggunakan tulisan atau bahasa verbal atau perpaduan warna. 1. Proses pencampuran Warna Pencampuran warna terbagi menjadi dua, yaitu pencampuran warna additive dan warna subtractive. a. Pencampuran warna Additive (cahaya) Pencampuran warna primer cahaya (R,G,B) dimana campuran ketiga warna tersebut akan menghasilkan warna putih. Kombinasi dari dua warna primer akan menghasilkan warna sekunder. (G + B: Cyan, B + R: Magenta, R + G: Yellow). Prinsip ini diterapkan pada TV, monitor, video, scanner dll.
b. Pencampuran Warna Subtactive Adalah warna sekunder dari warna Additive. Warna additive dibentuk dari cahaya, sedangkan warna subtractive dibentuk dari pigmen warna. Warna ini terdiri dari cyan, magenta, yellow dimana ketiganya bila dipadukan membentuk warna hitam (K= key). 13
2. Fungsi Warna Beberapa hal yang perlu diketahui tentang fungsi warna dalam desain grafis didalam Modul Komposisi pada Desain Komunikasi Visual, yaitu : a. Fungsi Estetis
12 13
http://bougexhibition.blogspot.com Anne Dameria, 2004, Color Management, Penerbit Link & Match Graphics, Jakarta.
Warna mempunyai kekuatan untuk membangkitkan rasa keindahan serta memberikan pengalaman keindahan. Rasa keindahan ini dibangkitkan oleh keharmonisan warna.
b. Fungsi Isyarat Diantara warna - warna, ada yang mempunyai kekuatan yang besar dan ada yang mempunyai kekuatan sedang, bahkan ada yang sangat lemah. Warna yang mempunyai kekuatan sangat kuat digunakan untuk menarik perhatian atau peringatan.
c. Fungsi Psikologis Warna dapat mempengaruhi emosi, perasaan, dan perangai seseorang yang akan mempengaruhi kejiwaanya. Pembagian warna terletak
pada
pengaruh
psikologis
yang
sangat
kuat
dalam
mempengaruhi emosi seseorang. Warna-warna cerah memiliki efek emosional yang tajam dibandingkan dengan jenis warna yang lainnya. Warna - warna cerah menunjukkan tendensi emosional yang tinggi. Bahkan memiliki tingkat efektif
tertinggi dan memperhatikan
ungkapan yang tidak tertahankan. Berbagai aspek dan kualitas dari suatu warna dapat menimbulkan tanggapan emosi tertentu, perbedaan yang paling mendasar adalah adanya gelap dan terang, karena dengan cahayalah kita bisa melihat warna untuk dapat mengekspresikan ide dan emosi. Warna berkaitan langsung dengan perasaan dan emosi seseorang karena warna dapat dipandang dari segi visual dan kejiwaan. Menurut penelitian secara umum, warna panas merangsang anak - anak, orang primitif, sederhana dan yang bersifat ekstrovert. Warna dingin bersifat tenang, introvert, dewasa dan matang. Kesimpulan ini mungkin terlalu empiris dan luas, karena reaksi emosional tidak terlalu mudah untuk diukur.
d. Fungsi Pengenal Warna berfungsi sebagai tanda pengenal, sebagai contoh terdapat peta warna hijau adalah indikasi dari tanah Hat, warna kuning menandai pasir, dan warna biru adalah laut. Pada gambar teknik pengenalannya dilakukan dengan ketentuan warna yang telah dicapai dengan persetujuan atau peraturan normalisasi keseragaman.
e. Fungsi Pembeda Warna berfungsi sebagai pembeda.
f. Fungsi Alamiah atau Fisika Warna menunjukkan pengaruh atas kejadian alam semesta dan dunia fana, ada warna yang menghisap cahaya dengan kuat dan ada juga yang daya hisapnya rendah, sifat ini dinamai fungsi alamiah atau fisika warna.
3. Tingkatan Warna Warna terbagi menjadi 5 tingkatan, yaitu : a. Warna Primer
: warna cahaya, warna asli atau warna
pokok. b. Warna Sekunder
: campuran aktif dari tiga warna primer.
c. Warna Tersier
: campuran beberapa warna sekunder.
d. Warna Intermediate
: campuran antara dua warna primer dan
dengan warna sekunder. e. Warna Analogis
: paduan antara warna primer dan warna
intermediate serta warna sekunder dengan warna intermediate.
4. Kekuatan Warna Secara visual warna mampu memberikan respon secara psikologis pada orang yang melihatnya. Molli E. Holzschlag, seorang pakar tentang warna, dalam tulisannya “ Creating Color Scheme ” membuat daftar mengenai
kemampuan masing - masing warna ketika memberikan respon secara psikologis kepada orang yang melihatnya sebagai berikut : 14 Warna
Respons Psikologis yang mampu ditimbulkan
Merah
Kekuatan, bertenaga, kehangatan, nafsu, cinta, agresifitas, bahaya.
Biru
Kepercayaan, konservatif, keamanan, teknologi, kebersihan, perintah.
Hijau
Alami, kesehatan, pandagan yang enak, kecemburuan, pembaruan.
Kuning
Optimis, harapan, filosofi, ketidakjujuran, kecurangan, pengecut, penghianatan.
Ungu
Spiritual, misteri, keagungan, perubahan bentuk, galak, arogan.
Orange
Energi, keseimbangan, kehngatan.
Coklat
Bumi, dapat dipercaya, nyaman, bertahan.
Abu-abu
Intelek, futuristik, modis, kesenduan, merusak.
Putih
Kemurnian, suci, bersih, kecermatan, innoscent (tanpa dosa), steril, melambangkan kematian.
Hitam
Kekuatan, seksualitas, kemewahan, kematian, misteri, ketakutan, ketidakbahagiaan dan keagungan.
14
Adi Kusrianto, 2007, Pengantar Desain Komunikasi Visual, Penerbit ANDI, Yogyakarta.
4.
Teori Garis John Murphy mendefinisikan garis sebagai sekumpulan titik yang bisa dideretkan. Maka dimensi panjangnya akan tampak menonjol dan sosoknya disebut dengan garis. Terbentuknya garis merupakan gerakan dari suatu titik yang membedakann jejaknya sehingga terbentuk suatu goresan. Untuk menimbuklan bekas, biasa mempergunakan pensil, pena, kuas, dan lain sebagainya. Bagi senirupa garis memiliki fungsi yang fundamental, sehingga diibaratkan jantungnya senirupa. Garis sering pula disebut dengan kontur, sebuah kata yang samar dan jarang dipergunakan. Pentingnya garis sebagai elemen senirupa, sudah terlihat sejak dahulu kala. Nenek moyang manusia jaman dulu, menggunakan garis ini untuk membentuk obyek-obyek ritual mereka. Sebagai contoh adalah lukisan didinding Gua Lascaux di Prancis, Leang-leang di Sulawesi, Almira di Spanyol dan masih banyak lainnya. Selain berupa lukisan, nenek moyang manusia juga menggunakan garis sebagai media komunikasi, seperti huruf paku peninggalan Bangsa Phoenicia (abad 10-12 SM) yang berupa goresan-goresan. Disamping potensi garis sebagai pembentuk kontur, garis merupakan elemen untuk mengungkapkan gerak dan bentuk. Baik bentuk dua dimensi maupun tiga dimensi. Dalam hubungannya sebagai elemen senirupa, garis memiliki kemampuan untuk mengungkapkan suasana. Suasana yang tercipta dari sebuah garis terjadi karena proses stimulasi dari bentuk-bentuk sederhana yang sering kita lihat disekitar kita, yang terwakili dari bentuk garis tersebut. Sebagai contoh adalah bila kita melihat garis berbentuk “S”, atau yang sering disebut “line of beauty” maka kita akan merasakan sesuatu yang lembut, halus dan gemulai. Perasaan ini terjadi karena ingatan kita mengasosiasikannya dengan bentuk-bentuk yang dominan dengan bentuk lengkung seperti penari atau gerak ombak di laut. Beberapa jenis garis beserta suasana yang ditimbulkannya seperti : garis lurus mengesankan kekuatan, arah dan perlawanan. Garis lengkung mengesankan keanggunan, gerakan, pertumbuhan. Berikut ini adalah beberapa jenis garis beserta asosiasi yang ditimbulkannya: 15
15
Sumber : Murphy, John and Michael Rowe. How to Design Tredemarks and Logos. Ohio : North Light book, 1998
Garis Zig-zag (patah-patah) : Garis Horizontal : Lengkung S : Garis Vertikal (lurus) : Garis lengkung : Garis Piramid : Rounded Archs :
Gambar : Macam-macam Garis
5. Definisi Kolase Pernah mendengar istilah "Kolase" atau yang dalam bahasa asing disebut "Collage"? Ya, Jika merunut pengertian dari beberapa sumber, Kolase adalah seni gunting (cut) & tempel (paste) beragam gambar/huruf (objek visual ) menjadi sebuah karya visual. Jadi singkatnya kita mengumpulkan & menggunting beragam objek visual lalu merekatkannya dengan lem pada sebuah bidang menjadi kesatuan karya. Objek-objek visual disini bisa berarti foto, guntingan gambar dari majalah atau koran, huruf, tekstur dsb. Istilah lain untuk kolase adalah "Montase/Montage" dan Ransom. Untuk Ransom sendiri, istilah ini berasal dari bentuk surat dari yang sering dikirimkan seorang penjahat/penculik kepada korbannya untuk meminta sejumlah tebusan. Cara ini dipakai agar tidak meninggalkan suatu kekhasan (identitas) dari penjahat/penculik tadi. Beda misalnya dibandingkan tulisan tangan yang dapat dideteksi. Cara yang pintar bukan, seperti di film2 detektif. Seni kolase sendiri dimulai pasca Perang Dunia I & tenar oleh gerakan Dada (Berlin, Jerman). Oleh para pengikut aliran seni Dada ini seperti John Heartfield, Johannes Bahadder dsb kolase dijadikan alat mengungkapkan ekspresi atas kepercayaan-kepercayaan mereka yang memiliki prinsip perubahan, semangat pluralitas (keberbedaan), dan menolak segala bentuk kemapanan dalam banyak hal termasuk seni. Ada beberapa tema khas yang sering diangkat lewat seni kolase yaitu sosial, politik maupun ekspresipersonal. Maka melihat kenyataan diatas tak heran bila seni kolase juga banyak dipakai sebagai pendekatan visual pada poster-poster atau cover album band-band punk seperti Sex Pistol, Ramones dsb yang notabene memiliki ideologi yang serupa. Dari sisi teknik, saat ini karya kolase biasa dibuat dengan lebih praktis dengan bantuan program grafis seperti Adobe Photoshop. Secara umum prinsipnya masih sama dengan teknik manual, menggabungkannya dalam layer-layer/lapis untuk dirangkai menjadi sebuah karya, namun tentu saja dengan tool yang berbeda. 16 16
http://amwantoro.blogspot.com/2011/02/kolase.html