BAB III PERUMUSAN MASALAH 3.1. Alasan Pemilihan Masalah Untuk Dipecahkan 3.1.1. Pertumbuhan Kendaraan Bermotor Roda Empat Perkembangan pangsa pasar otomotif di Indonesia saat ini masih cukup menjanjikan. Dengan penambahan jumlah kendaran di jalan raya yang cukup signifikan walaupun penjualan secara keseluruhan untuk kendaraan roda empat pada tahun 2006 mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kondisi sosial budaya masyarakat Indonesia pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kelangsungan bisnis otomotif khususnya kendaraan bermotor roda empat. Moda transportasi masal yang kurang baik dan budaya untuk memanfaatkan kendaraan untuk berbagai keperluan serta ikatan kekeluargaan yang masih cukup besar mendorong beberapa model kendaraan mendapat apresiasi tinggi dari konsumen seperti ditunjukkan pada tabel 3.1. Tabel 3.1. Sepuluh Besar Model Terlaris Januari‐Juli Tahun 2006
Sumber : Publikasi GAIKINDO
19
khususnya di Kota Bandung, jumlah kendaraan roda empat yang beredar masih cukup besar, dapat dilihat dari jumlah kendaraan yang teregistrasi di Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) yang beredar di masyarakat semakin bertambah dan beragam jenisnya. Hal ini mendorong bisnis perbaikan dan perawatan kendaraan bermotor mengalami penyesuaian dan perkembangan yang dinamis dengan melakukan modernisasi, diversifikasi dan variasi alat bengkel untuk mempertahankan dan meningkatkan eksistensinya di bisnis bengkel ini. Pertumbuhan jumlah kendaraan di kota Bandung tahun 2004 dan 2005 khususnya kendaraan roda empat mengalami peningkatan yang cukup signifikan sebesar 61.93% dan pada tahun 2006 sampai dengan bulan mei jumlah kendaraan yang teregistrasi di Kota Bandung mengalami penambahan sebesar 11.789 unit kendaraan roda empat yang terdiri dari kendaraan baru dan kendaraan mutasi dari daerah lain seperti ditunjukkan pada gambar 3.1. 250,000 200,000 150,000 100,000 50,000 0
Sed an/ Sed an St at io n d an Sejenisnya
Jeep d an Sejenisnya
St at io n W ag o n/ M inib us d an Sejenisnya
B us/ M icr o B us d an Sejenisnya
Pick U p / T r uck/ T r ackt o r / Head / T ank/ d o ub le
2004
4 2 ,52 0
18 ,2 3 4
78 ,4 78
2 ,0 0 2
3 5,74 0
2005
112 ,0 6 7
4 6 ,6 3 6
2 0 9 ,4 2 8
5,10 2
8 9 ,72 2
mei 2 0 0 6
114 ,9 4 0
4 9 ,56 7
2 13 ,54 5
5,4 72
9 1,2 2 0
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah
Gambar 3.1. Data Jumlah Kendaraan Non Dinas Roda Empat di Kota Bandung
Untuk kendaraan dinas operasional pemerintah yang beredar dan teregistrasi di Kota Bandung mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada tahun 2005, sampai dengan mei 2006 tercatat kurang lebih sebanyak 6.957 unit kendaraan 20
roda empat dengan berbagai tipe dan merek. Gambar 3.2 penunjukkan pertumbuhan kendaraan dinas/operasional pemerintah di Kota Bandung, sebagai berikut: 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1,000 500 0
St at i o n W ag o n/ M inib us d an Sej enisnya
Pick U p / T r uck/ T r ackt o r / He ad / T ank/ d o ub le cab
Sed an/ Sed an St at io n d an Sej enisnya
Jeep d an Sejenisnya
2004
10 6
282
756
157
402
2005
1, 0 3 4
74 9
3 ,0 17
401
1,14 6
mei 2 0 0 6
1, 0 8 4
839
3 ,3 17
4 71
1,2 4 6
B us/ M icr o B us d an Sejenisnya
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah
Gambar 3.2. Data Jumlah Kendaraan Dinas Roda Empat di Kota Bandung
3.1.2. Pasar Perawatan dan Perbaikan kendaraan Bermotor Roda Empat di Kota Bandung Pertumbuhan jumlah kendaraan roda empat di Kota Bandung yang secara umum cukup signifikan menggambarkan pertumbuhan pangsa pasar usaha bengkel di Kota Bandung yang semakin menarik. Gambar 3.3 menunjukkan peta pasar usaha perbengkelan terhadap kelompok‐kelompok usaha perbengkelan yang berada dalam industri perbengkelan, sebagai berikut:
21
Pesaing Authorized Dealer / Bengkel resmi Bengkel Partikelir / berijin Kendaraan Pribadi
Bengkel Partikelir / berijin Bengkel spesialis & Kaki Lima
Sasaran Pasar Kendaraan Roda Empat di Kota Bandung
Unit Usaha Perbengkelan PDJK
Authorized Dealer / Bengkel resmi Kendaraan Dinas
Bengkel Partikelir / berijin Bengkel Partikelir / berijin Bengkel Partikelir / berijin
Kendaraan Angkutan Umum
Unit Usaha Perbengkelan PDJK
Bengkel spesialis & Kaki Lima
Sumber : Data internal perusahaan, Pengamatan.
Gambar 3.3. Peta Pasar Usaha Perbengkelan
Pasar perawatan dan perbaikan kendaraan roda empat di Kota Bandung secara umum dibagi menjadi tiga kelompok besar antara lain kendaraan pribadi yang terdiri dari kendaraan‐kendaraan milik perseorangan, Badan Usaha milik swasta / perseorangan, dan Badan Usaha Milik Daerah/Negara. Kendaraan Dinas meliputi kendaraan operasional di lingkungan pemerintahaan Propinsi Jawa Barat (Setda dan operasional Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tingkat I), Dinas dan instansi di lingkungan Pemerintah Propinsi Jawa Barat, kendaraan operasional di lingkungan pemerintah Kota Bandung (Setdakot dan operasional Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tingkat II), Dinas dan Instansi di lingkungan pemerintah Kota Bandung. Kendaraan umum antara lain kendaraan angkutan kota berbagai jurusan dan angkutan barang umum. Bengkel yang berada dalam industri ini secara umum dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok yaitu, pertama bengkel authorized dealer yaitu bengkel yang memiliki hubungan erat dengan manufaktur roda empat tertentu dalam bentuk penjualan kendaraan baru. Jadi bengkel tersebut secara tidak langsung 22
merepresentasikan bengkel merek kendaraan yang dijualnya. Ke dua bengkel partikelir yaitu bengkel swasta yang memiliki ijin operasional dari instansi terkait dan mememenuhi standar bengkel yang telah ditetapkan oleh departemen perindustrian dan perdagangan. Ke tiga bengkel spesialis dan kaki lima yang menyediakan satu jenis layanan perbaikkan sebagai contoh bengkel AC (Air Conditioning) dan bengkel‐bengkel umum yang tidak memiliki ijin serta tidak memenuhi standar yang ditetapkan oleh pemerintah (bengkel kaki lima). Market share dalam industri perbengkelan secara umum ditunjukkan dalam gambar 3.4, dimana 43.52% masih didominasi oleh bengkel spesialis, kaki lima dan lainnya (Other). 50.00% 45.00% 40.00% 35.00% 30.00% 25.00% 20.00% 15.00% 10.00% 5.00% 0.00%
Others (Kaki Lima)
Authorized dealer
Bengkel Partikelir
43.52%
32.19%
24.29%
Market Share (%)
Sumber : Data ASBEKINDO.
Gambar 3.4. Market Share Bengkel di Kota Bandung Tahun 2005
Hal ini lebih disebabkan oleh terbatasnya kapasitas yang dimiliki bengkel‐bengkel authorized dealer dan kualitas pelayanan yang kurang maksimal dari beberapa bengkel partikelir. Auto 2000 sebagai autorized dealer dari TOYOTA memproyeksikan peningkatan pertumbuhan pangsa pasar bengkelnya untuk tahun depan: ”Kami prediksikan ada peningkatan sekitar 10% dari tahun sebelumnya dengan diluncurkannya program quick maintenance pada outlet‐outlet kami.” (A.Supendi, Wawancara Pribadi, 05/10/2006)
23
Untuk pasar kendaraan dinas di Kota Bandung yang terdiri dari kendaraan operasional Pemerintah Propinsi, dan Kendaraan operasional Pemerintah Kota Bandung ditunjukkan pada gambar 3.5 sebagai berikut: 8000 7000 6000
Pertumbuhan Kendaraan dinas
5000 4000
Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi PD.JAWI
3000
Bengkel Authorized & Partikelir
2000 1000 0 >2004
2004
2005
Mei 2006
Sumber : Data Internal Perusahaan & Bag perlengkapan .
Gambar 3.5. Market Share Bengkel Untuk Kendaraan Dinas di Kota Bandung
Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi yang sedianya dibentuk untuk melayani pangsa pasar kendaraan dinas belum mampu untuk mengakomodir pasar yang semakin berkembang. Hal ini telah dimanfaatkan dengan baik oleh kompetitor baik secara langsung maupun tidak langsung. Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi pada awalnya memposisikan diri sebagai bengkel one stop service bagi kendaraan‐kendaraan dinas dan operasional pemerintah namun dalam perkembangannya masyarakat umum mulai memanfaatkan jasa dan layanan dari Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi ini khususnya layanan perawatan kendaraan seperti penggantian pelumas, pencucian dan engine tune up. Melihat perkembangan teknologi otomotif seperti yang digambarkan pada Gambar 1.7 , kendaraan bertransmisi otomatis dan mesin‐mesin non‐ konvensional yang sudah dilengkapi oleh beberapa perangkat modern seperti ECU (Engine Computer Unit) , EFI (Electronic Fuel Injection), Accelerated by Wire, Variabel Valve Technology menjadi pilihan baru bagi konsumen. Teknologi ini
24
menawarkan effisiensi pemakaian bahan bakar, emisi gas buang yang lebih rendah dan mesin yang lebih responsif. Akibat dari bertambah canggihnya perangkat kendaraan roda empat tersebut teknologi perawatan dan perbaikkan kendaraan juga mengalami perkembangan dengan munculnya fasilitas‐fasilitas untuk perbaikan mesin non konvensional diantaranya Inteligent Tester II untuk mendeteksi semua ketidaksesuaian pada kendaran khususnya perangkat‐perangkat yang terhubung dengan sistem ECU kendaraan, Engine Analyzer untuk mendeteksi fungsi‐fungsi mesin dan 3D Visualiner untuk mendeteksi posisi roda, kemudi dan main frame. Hal ini mendorong persaingan di industri perawatan dan perbaikkan kendaraan semakin ketat dalam menarik konsumen. Tingkat pertumbuhan kendaraan bermotor roda empat yang cepat dan peningkatan teknologi otomotif yang diterapkan di kendaraan roda empat. tidak diiringi dengan peningkatan jumlah layanan jasa perawatan dan perbaikkan. Tercatat jumlah bengkel kecil, menengah dan besar yang terdaftar di Kantor Penanaman Modal Daerah (KPMD) Kota Bandung pada tahun 2006 (Juni) sekitar 180 buah bengkel dengan tingkat pertumbuhan pertahun rata‐rata sekitar 4%, jumlah ini tidak termasuk bengkel‐bengkel kaki lima baik bengkel umum maupun bengkel spesialis yang tersebar di berbagai lokasi. Berdasarkan jumlah dan tingkat pertumbuhan kendaran roda empat di kota Bandung dibandingkan dengan pertumbuhan bengkel yang ada terlihat masih besarnya peluang usaha di bisnis ini. Tumbuhnya kompetitor‐kompetitor yang ada juga dapat menjadi indikator masih besarnya prospek bisnis yang ada. Melihat kondisi tersebut, Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi yang diberi tanggung jawab sebagai profit center dituntut untuk dapat bersaing dan mengembangkan diri sehingga dapat bertahan dalam bisnis perbaikan dan perawatan kendaraan bermotor roda empat yang tumbuh semakin pesat. Kondisi Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi pada saat ini berada pada tingkat yang cukup rawan dilihat dari tingkat pertumbuhan (growth) dan keberlabaan 25
(Profitability) yang sangat rendah. Gambar 3.6. menunjukkan resume laporan keuangan tahun 2002, 2003, 2004, 2005 sampai dengan Juni 2006. Rp2,500,000,000.00
Rp2,000,000,000.00
Rp1,500,000,000.00
Rp1,000,000,000.00
Rp500,000,000.00
Rp-
Rp(500,000,000.00)
Juni 2006
2005
2004
2003
2002
0
Rp1,641,449,055.10
Rp2,216,048,699.00
Rp1,476,344,702.00
Rp767,316,189.00
0
Rp1,603,094,711.77
Rp2,042,509,358.00
Rp1,502,255,315.34
Rp820,677,633.29
Rp30,354,148.00
Rp38,354,343.33
Rp173,539,341.00
Rp(25,910,613.34)
Rp(53,361,444.29)
Pendapatan Beban/biaya Laba sblm pajak
Rata‐rata ROI : 1.8% Sumber : Laporan Keuanagan Kantor Pusat PDJK (Audited)
Gambar 3.6. Resume Laporan Keuangan
Sebagai motor penggerak, sumber daya manusia yang ada di Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi khususnya di bagian operasional memiliki tingkat turn over yang cukup tinggi, sehingga dilihat dari tingkat keterampilan kurang dapat bersaing serta rendahnya proses peningkatan keahlian di lingkungan internal menyebabkan kesulitan dalam mengadopsi teknologi baru. Dari penggambaran kondisi diatas, timbul beberapa pertanyaan penelitian (research question) yaitu sebagai berikut: 1. Apa saja faktor‐faktor strategis yang dihadapi oleh Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi PD Jasa dan Kepariwisataan? 2. Apa strategi yang tepat bagi Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi PD.Jasa dan Kepariwisataan menghadapi lingkungannya? 3. Bagaimana advantage dari penerapan strategi no 2 dapat dipertahankan (sustainable)?
26
4. Apa program‐program pokok Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi PD.Jasa dan Kepariwisataan untuk mengimplementasikan strategi tersebut diatas? Perumusan kembali strategi bisnis Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi diperlukan agar perusahaan dapat bersaing kembali di industri perbengkelan mengingat pertumbuhan jumlah kendaraan masih cukup besar sebagai indikator yang menjanjikan usaha di bidang perbengkelan. 3.2. Posisi Permasalahan Posisi permasalahan ada pada jenjang strategi bisnis, dengan adanya perumusan strategi yang baru diharapkan dapat menciptakan pertumbuhan dan peningkatan daya saing bagi Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi sehingga dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap perusahaan dan daerah. Yang paling berkompeten untuk mengatasi masalah ini adalah Direktur Operasional yang ditindak lanjuti oleh Kepala Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi yang secara langsung sebagai pelaksana usaha. 27
28