ETIKA DI PANGSA PASAR A. Pengertian Pasar
Sering terbayang di benak kita bahwa pasar adalah suatu “tempat yang utuh“ yang dimana bertemunya para pembeli dan para penjual untuk melakukan transaksi jual-beli. Seperti pasar Colombo, pasar Bringinharjo, pasar SunMor ataupun pasarpasar yang lainnya. Hal ini dikarenakan kita hanya lebih menginterprestasikan pasar sebagai tempat yang utuh, bukan sebagai suatu “transaksi”. Padahal transaksi dapat dilakukan dimanapun atas dua atau lebih pihak yang saling bersepakat, walaupun tanpa bertemu. Dengan berkembangnya teknologi, transaksi bisa dilakukan via telpon, media sosial, maupun internet, seperti tokobagus.com, berniaga.com, kaskus.com, amazon.com dan sebagainya. Sehingga pasar dapat dimengerti jika kita memahaminya sebagai transaksi. Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan dipaparkan pengertian pasar dari sumber-sumber yang ada, antara lain: 1). Menurut Velasquez, bahwa pasar adalah sebuah forum di mana orang-orang
berkumpul dengan tujuan untuk mempertukarkan kepemilikan barang atau uang; atau sebuah tempat yang dimana barang atau jasa dibeli dan dijual. Hal tersebut bisa berukuran kecil atau besar sampai yang bersifat sementara atau permanen. 2). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bahwa pasar adalah tempat
orang berjual beli; atau kekuatan penawaran dan permintaan; atau tempat penjual yg ingin menukar barang atau jasa dengan uang, dan pembeli yg ingin menukar uang dengan barang atau jasa. 3). Menurut Wikipedia, bahwa pasar adalah salah satu dari berbagai sistem,
institusi, prosedur, hubungan sosial dan infrastruktur dimana usaha menjual barang, jasa dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan imbalan uang.
4). Dalam ilmu ekonomi mainstream, konsep pasar adalah setiap struktur yang
memungkinkan pembeli dan penjual untuk menukar jenis barang, jasa dan informasi. Pertukaran barang atau jasa untuk uang adalah transaksi. Pasar peserta terdiri dari semua pembeli dan penjual yang baik yang memengaruhi harga nya. B. Macam-macam Klasifikasi Pasar
Pasar memiliki klasifikasi tertentu yang dapat dibedakan berdasarkan karakternya masin-masing. Klasifikasi-klasifikasi tersebut, antara lain: Klasifikasi Pasar
Berdasarkan system Berdasarkan Luas Jangkauan
Berdasarkan Wujud Berdasarkan Barang yang Diperjual-belikan Berdasarkan Waktu Penyelenggaraan
Berdasarkan Organisasinya (Persaingan)
Pasar Tradisional Pasar Modern Pasar Lokal Pasar Daerah Pasar Nasional Pasar Internasional Pasar Konkret Pasar Abstrak Pasar Konsumsi Pasar Produksi Pasar Harian Pasar Mingguan Pasar Bulanan Pasar Tahunan Pasar Temporer Pasar Persaingan Sempurna Monopoli
Pasar Persaingan Tidak Sempurna
dan Monopsoni Monopolistis Oligopoli dan Oligopsoni
C. Pasar Persaingan Sempurna
Pasar bebas persaingan sempurna adalah pasar dimana tidak ada pembeli atau penjual yang memiliki kekuatan cukup signifikan untuk mampu mempengaruhi harga barang-barang yang dipertukarkan. Pasar tersebut memiliki karakteristik sebagai berikut: 1). Jumlah pembeli dan penjual relative banyak, serta tidak ada yang relative
substansial. 2). Bebas masuk atau meninggalkan pasar. 3). Dapat mengetahui informasi sepenuhnya tentang pasar. 4). Barang-barang sangat mirip satu sama lain. 5). Sepenuhnya ditanggung pihak-pihak yang membeli dan menjual. 6). Pemaksimal utilitas (memperoleh sebanyak mungkin dengan biaya yang
sedikit. 7). Tidak ada pihak luar yang mengatur harga. (Karakteristik pasar bebas)
Pada karakteristik pertama dan kedua merupakan karakter dasar pada pasar yang kompetitif, sedangkan karakteristik ketujuh merupakan karakter pasar bebas. Namun bukan berarti bebas secara murni karena pasar dengan sistem tersebut tidaklah ada. D. Keseimbangan Pasar Kompetitif Sempurna
Dalam pasar bebas dengan persaingan sempurna, harga akan naik ketika jumlah barang yang dibutuhkan sedikit, dan kenaikan harga mendorong penjual untuk menyediakan tambahan barang yang sama. Sedangkan harga akan turun ketika jumlah barang yang dibutuhkan banyak, dan kenaikan harga mendorong penjual untuk mengurangi jumlah barang yang tersedia. Peristiwa ini selalu mengarah kepada equilibrium point (titik keseimbangan). Equilibrium point adalah titik pertemuan antara kurva demand (permintaan) dengan kurva supply (penawaran), maksudnya:
titik dimana jumlah barang yang ingin dibeli pembeli sama dengan jumlah barang yang ingin dijual penjual dan dimana harga tertinggi yang bersedia dibayar konsumen sama dengan harga terendah yang bersedia diterima penjual.
E. Etika dan Pasar Kompetitif Sempurna
Secara etika, keadaan pasar ini memenuhi tiga kriteria moral: memberikan keadilan, memenuhi harapan utilitarianisme dan menghargai hak-hak moral tertentu. Maksudnya adalah: a). Mendorong pembeli dan penjual mempertukarkan barang dalam cara yang
adil. Menurut kriteria kapitalis tentang keadilan, keuntungan dan beban didistribusikan secara adil apabila seseorang memperoleh pengembalian setidaknya senilai dengan sumbangan yang diberikannya dalam suatu usaha. Karena pasar ini selalu mengarah pada titik keseimbangan dan titik ini adalah titik di mana pembeli dan penjual secara rata-rata menerima nilai dari apa yang mereka berikan. b). Memaksimalkan utilitas pembeli dan penjual dengan mendorong ererka
mengalokasikan, menggunakan, dan medistribusikan barang-barang dengan efisiensi yang sempurna. Sistem pasar kompetitif sempurna mencapai efisiensi tersebut dalam tiga cara: 1). Pasar tersebut memotivasi perusahaan untuk menginvestasikan
sumber
daya
mereka
dalam
industri-industri
yang
tingkat
permintaanya tinggi dan mengalihkan sumber daya dari industriindustri yang permintaanya rendah. 2). Pasar tersebut memotivasi perusahaan untuk meminimalkan sumber
daya yang dikonsumsi untuk memproduksi suatu komoditas dan menggunakan teknologi paling efisensi yang tersedia. 3). Pasar tersebut mendistribusikan komoditas di antara para pembeli
dalam suatu cara, di mana semua pembeli menerima komoditas yang paling memuaskan yang dapat mereka peroleh, dalam kaitannya
dengan komoditas yang tersedia bagi mereka serta uang yang mereka miliki untuk membelinya. c). mencapai tujuan-tujuan tersebut dengan suatu cara yang menghargai hak
pembeli dan penjual untuk melakukan pertukaran secara bebas. Sistem pasar kompetitif sempurna menghargai hal tersebut dalam tiga cara: 1). Penjual dan pembeli bebas untuk memasuki atau meninggalkan
pasar sesuai keinginan mereka. 2). Pertukaran dilakukan secara sukarela. 3). Tidak ada pihak yang mendominasi dalam pasar untuk memaksa
pihak lain menerima syarat-syaratnya. Namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menginterprestasikan cirri-ciri moral dari pasar kompetitif sempurna, antara lain: 1). Pasar ini tidak mendukung bentuk-bentuk keadilan lain. 2). Lebih kepada memaksimalkan utilitas dari orang-orang yang
mampu berpartisipasi dengan batasan anggaran mereka. 3). Penekanan pada hak positif dari orang-orang di luar pasar atau
memiliki partisipasi yang minim. 4). Mengabaikan dan bahkan berkonflik dengan kewajiban untuk
memberikan perhatian. 5). Pengaruh buruk pada karakter moral individu. 6). Nilai keadilan kapitalis, utilitas dan hak negatif yang dihasilkan
pasar bebas hanya diciptakan oleh pasar pasar bebas jika ketujuh karakteristik persaingan sempurna terpenuhi.
F. Persaingan Monopoli
Pasar monopoli merupakan kebalikan dari pasar bebas, yaitu terdapat intervensi pemerintah dengan ciri-ciri terdapat satu penjual yang memiliki pangsa pasar yang substansial (100 %) serta terdapat halangan bagi penjual lain dan pembeli baru. Perusahaan monopoli mampu menetapkan outputnya dalam jumlah yang di bawah titik keseimbangan sehingga permintaan menjadi sangat tinggi dan perusahaan memperoleh kelebihan keuntungan dengan menetapkan harga yang jauh di atas kurva persediaan dan di bawah harga kesimbangan. G. Persaingan Monopoli: Keadilan, Utilitass, dan Hak
Pasar monopoli tidak teregulasi tidak mampu mencapai ketiga nilai tersebut. Kegagalan paling jelas dari pasar monopoli terletak pada harga yang tinggi yang memungkinkan perusahaan monopoli untuk menetapkan harga dan memperoleh keuntungan yang tinggi (suatu kegagalan yang melanggar keadlian kapitalis). Keadilan kapitalis mengatakan bahwa apa yang diterima setiap individu haruslah sama dengan
nilai kontribusi yang mereka berikan. Akan tetapi dalam pasar
monopoli, harga barang ditetapkan di atas tingkat kesetimbangan dan jumlahnya ditetapkan di bawah kesimbangan. Akibatnya, penjual menetapkan harga yang jauh lebih tinggi dari nilai barang sesungguhnya, karena harga tersebut lebih tinggi dari biaya yang dikeluarkan untuk membuatnya. Jadi, harga yang tinggi dari penjual memaksa pembeli untuk membayar dalam jumlah yang tidak adil dan harga ini adalah sumber kelebihan keuntungan penjual. Pasar monopoli juga mengakibatkan penurunan efisiensi dalam proses alokasi dan distribusi barang, antara lain: 1). Memungkinkan pengunaan sumber daya dalam suatu cara yang akan
menciptakan kelangkaan atas barang-barang yang diinginkan pembeli dan dijual dengan harga yang tidak sewajarnya.
2). Tidak mendorong penjual untuk menggunakan sumber daya mereka
dalam cara-cara yang meminimalkan sumber daya yang dikonsumsi untuk menghasilkan komoditas dalam jumlah tertentu. 3). Memungkinkan penjual untuk menetapkan harga yang membatasi
konsumen guna memperoleh komoditas yang paling memuaskan yang bisa mereka beli dengan tingkat kemampuan mereka. Pasar monopoli juga menerapkan pembatasan atas hak-hak negatif yang didukung oleh pasar kompetitif sempurna, antara lain: 1). Penjual lain tidak bisa memasuki pasar. 2). Pasokan barang-barang yang tidak diinginkan konsumen atau dalam
jumlah yang mereka tidak inginkan. 3). Kekuasaan yang mutlak atas penentuan harga dan jumlah komoditas
yang ditawarkan. Dengan demikian terdapat penyimpangan dari tujuan-tujuan keadilan kapitalis, utilitas ekonomi dan hak-hak negatif. Pasar ini juga tidak memaksimalkan efisiensi, namun mendorong pemborosan, kesalahan alokasi sumber daya dan ekploitasi keuntungan. Serta menciptakan kesenjangan kekuasaan yang akan memaksakan keinginannya pada pembeli. H. Persaingan Oligopolistik
Diantara persaingan monopoli dan persaingan sempurna, terdapat pasar yang dinamakan dengan persaingan oligopoli. Pasar oligopoly adalah terdapat beberapa penjual yang berkapasitas besar serta banyak halangan bagi penjual lain untuk memasuki pasar. Pasar-pasar ini sangat terkonsentrasi. Meskipun pasar ini dapat terbentuk dalam berbagai cara, namun cara pembentukan paling umum dengan merger horizontal, yaitu penggabungan antara dua perusahaan atau lebih yang sebelumnya saling bersaing dalam bisnis yang sama.
Pasar oligopoli juga memungkinkan gagal dalam menunjukkan tingkat perolehan keuntungan yang adil, sehingga mengakibatkan penurunan utilitas sosial, dan tidak menghormati kebebasan ekonomi. Hal tersebut salah satunya dikarenakan sangat mudah bagi perusahaan-perusahaan memadukan kekuatan dan bertindak sebagai satu kesatuan. Melalui cara ekplisit atau diam-diam menetapkan harga pada tingkat yang sama dan membatasi output, maka pasar oligopoli berfungsi seperti satu perusahaan raksasa. Dengan demikian, bahwa semakin terkonsentrasi suatu industri oligopoli, semakin tinggi pula keuntungan yang dapat diperoleh. a). Perjanjian Ekplisit
Harga di pasar oligopoli dapat ditetapkan pada tingkat yang menguntungkan melalui perjanjian ekplisit yang membatasi persaingan. Sehingga semakin tinggi tingkat konsentrasi pasar dalam suatu industri, semakin sedikit manajer yang perlu diikutkan dalam persetujuan penetapan harga, dan semakin mudah bagi mereka untuk mencapai persetujuan tersebut. Jika keadilan, kebebasan dan utilitas sosial yang akan tercapai pada pasar oligopoly, maka perusahaan-perusahaan tersebut harus menghindari tindakan membatasi persaingan. Secara khusus, tindakan-tindakan berikut ini dianggap tidak etis, antara lain: 1). Penetapan harga. Perusahaan yang beroperasi dalam pasar oligopoli
melakukan kesepakatan dalam penetapan harga pada tingkat yang sangat tinggi. 2). Manipulasi persediaan. Perusahaan yang beroperasi dalam pasar
oligopoli melakukan kesepakatan dalam pembatasan produksi agar harganya lebih tinggi dibandingkan yang dihasilkan dari persaingan. 3). Perjanjian eksklusif. Perjanjian khusus jika menjual pada pengecer
dengan syarat tidak membeli produk dari peusahaan lain dan tidak menjual di luar wilayah geografis tertentu.
4). Perjanjian
mengikat.
Sebuah
perusahaan
dikatakan
melakukan
perjanjian yang mengikat bila menjual barang dalam jumlah tertentu pada pembeli dengan syarat membeli barang lain dari perusahaan yang sama. 5). Perjanjian penetapan harga eceran. Jika suatu perusahaan menjual ke
pengecer dengan syarat memasang harga yang sama untuk produknya. 6). Deskriminasi harga. Menetapkan harga yang berbeda pada pembeli yang
berbeda untuk produk yang sama. Tindakan-tindakan tersebut dalam penetapan harga pada sebuah penelitian oleh Sonnenfeld dan Lawrence menemukan, bahwa beberapa industri dan organisasi cenderung melakukannya, karena sebab berikut ini: 1). Pasar yang penuh. Apabila jumlah pendatang baru yang cukup besar
atau penurunan permintaan menciptakan overcapacity dalam suatu pasar, maka penurunan penghasilan dan keuntungan yang terjadi akan menciptakan tekanan bagi perusahaan. 2). Sifat Job-Order bisnis. Jika harga order ditetapkan secara terpisah,
sehingga keputusan atas harga sering dilakukan dan terjadi di tingkat rendah dalam organisasi, maka kolusi diantara para penjual cenderung terjadi. 3). Produk yang tidak terdiferensiasi. Apabila produk yang ditawarkan
masing-masing perusahaan sangat mirip, maka akan terjadi persaingan harga dalam penurunannya sehingga perlu adanya penetapan harga bersama. 4). Budaya bisnis. Apabila penetapan harga merupakan praktik umum yang
mungkin harus dilakukan.
5). Praktik pribadi. Adanya keyakinan bahwa perusahaan mencapai tujuan-
tujuan tersebut dengan apapun caranya. 6). Keputusan harga. Ketika perusahaan terdesentralisasi, maka penetapan
harga kemungkinan akan terjadi. 7). Asosiasi dagang. Para penjual bertemu dengan para pesaing dalam
pertemuan asosiasi dagang yang mendorong mereka menetapkan harga. 8). Staf hukum perusahaan. Apabila staf hokum perusahaan gagal
memberikan petunjuk pada staf penjualan dalam harga produk, maka penetapan harga akan cendrung terjadi. b). Perjanjian Tersembunyi
Perusahaan-perusahaan besar pada industri oligopoli belajar dari pengalaman bahwa persaingan bukanlah cara yang tepat, salah satunya dalam persaingan harga justru akan memberi keuntungan kecil. Jadi, perusahaan-perusahaan tersebut pada kesimpulan bahwa kerja sama adalah keputusan yang terbaik bagi semuanya. Apabila salah satu perusahaan besar menaikkan harga, dan perusahaan-perusahaan lain ikut menaikkan harga, maka mereka akan memperoleh keuntungan yang besar. Hal tersebut dilakukan melalui proses “price setting”, semua perusahaan besar akan mampu mempertahankan pangsa pasar dan memperoleh harga yang lebih tinggi. Untuk mengkoordinasi harga, sejumlah industri oligopoli secara tidak resmi mengakui salah satu perusahaan sebagai “penentu harga” dalam industri tertentu. Selanjutnya, masing-masing perusahaan secara diam-diam menetapkan harganya sesuai dengan harga yang ditetapkan oleh perusahaan “penentu harga” tersebut, dengan mengetahui bahwa semua perusahaan lain juga akan melakukan hal yang sama. Karena perusahaan oligopoli mengetahui bahwa mereka tidak perlu bersaing dengan harga yang lebih rendah yang ditetapkan perusahaan lai, maka mereka tidak terdorong untuk menekan marjin keuntungan seperti pada persaingan terbuka.
Harga yang ditentukan dalam pasar oligopoli baik melalui perjanjian eksplisit ataupun implisit, jelas akan menurunkan utilitas sosial sampai pada tingkat di mana harga dinaikkan di atas tingkat yang ditentukan oleh pasar kompetitif. c). Suap
Suap merupakan suatu prilaku yang merusak pasar dan banyak perhatian masyarakat selama tahun 1970-an, saat diketahui bahwa sejumlah perusahaan berusaha melakukan kontrak dengan dengan pemerintah asing dengan membayar suap pada sejumlah pejabat pemerintah. Hal tersebut berdampak pada turunnya persaingan pasar, dan persaingan menjadi tidak sehat lagi. Suap juga menjadi penghalang bagi penjual lain untuk memasuki pasar, sehingga perusahaan yang menjual akan mengarah pada kondisi monopoli. Perusahaan yang melakukan hal tersebut bisa menetapkan harga yang lebih tinggi, melakukan pemborosan sumber daya, dan mengabaikan masalah control kualitas dan biaya karena monopoli yang dihasilkan akan memberikan keuntungan besar tanpa perlu membuat harga menjadi kompetitif dengan harga yang diajukan penjual lain. Pertimbangan berikut ini cukup relevan untuk menentukan sifat etis dari pembayaran yang digunakan untuk tujuan-tujuan lain, selain mencegah persaingan, antara lain: 1). Jika yang disuap mengancam, maka yang menyuap secara moral tidak
bertanggung jawab atas tindakannya. 2). Jika yang disuap itu dibujuk untuk melakukan pelanggaran atas
tugasnya, maka si penyuap bearti melakukan tindakan amoral karena orang yang dibayar telah terikat persetujuan untuk melakukan tugasnya. 3). Jika pembayaran semacam ini secara lokal diterima sebagai suatu
kebiasaan dan ada alasan serius untuk melakukannya, maka berdasarkan pandangan utilitarian, hal ini dapat diterima.
I.
Oligopoli dan Kebijakan Publik Tingkat konsentrasi pasar yang tinggi dalam industri oligopoli-lah yang
memberikan kekuasaan besar pada beberapa perusahaan besar dan yang memungkinkan mereka melakukan kolusi. Namun masih belum jelas seberapa besar kekuatan ekonomi tersebut digunakan. Sejumlah penulis menyatakan bahwa kekuatan ekonomi yang dimiliki perusahaan-perusahaan oligopoli sebenarnya relatif kecil dan tidak cukup untuk mempengaruhi masyarakat, sementara yang lain menyatakan bahwa ada beberapa faktor sosial yang menghambat penggunaan kekuatan ini. a). Pandangan Tidak Melakukan Apa-apa
Sejumlah ekonom menyatakan, bahwa tidak ada yang perlu dilakukan tentang kekuasaan ekonomi yang dimiliki perusahaan-perusahaan oligopoli. Sebagian menyatakan bahwa kekuasaan perusahaan oligopoly sebenarnya tidak sebesar yang terlihat. Sejumlah argumen yang medukung pandangan ini adalah: 1). Meskipun persaingan menurun, namun diganti oleh persaingan antara
industri-industri dengan produk pengganti. 2). Kekuatan ekonomi semua perusahaan besar bisa diimbangi dan ditahan
dengan “kekuatan pengimbang” dari kelompok besar lain dalam masyarakat. 3). Globalisasi bisnis yang terjadi selama dekade-dekade belakangan ini,
mengakibatkan pengurangan biaya produksi yang terjadi saat barangbarang dalam jumlah besar diproduksi dengan menggunakan sumber daya yang sama. b). Pandangan Antimonopoli
Pandangan ini menyatakan bahwa harga dan keuntungan dalam industri-industri yang terkonsentrasi memang cenderung lebih tinggi dibandingkan yang seharusnya. Sehingga pemecahannya adalah dengan menerapkan kembali tekanan-tekanan
kompetitif dengan mewajibkan perusahaan-perusahaan besar untuk melakukan divestasi dan memecahnya ke dalam beberapa perusahaan kecil. Dalam pandangan ini, J. fred Weston memberikan penjelasan dasar, yaitu: 1). Jika suatu industri tidak atomistik dengan banyak pesaing kecil, maka
kemungkinan akan terjadi penetapan harga. 2). Konsentrasi
menciptakan kesalingtergantungan antar perusahaan,
dengan tanpa adanya persaingan harga dalam industri-industri yang terkonsentrasi. 3). Konsentrasi sebagian besar terjadi akibat merger karena skala operasi
yang paling efisien adalah tidak lebih dari 3 – 5 % dari industri. 4). Ada korelasi positif antara konsentrasi dan profitabilitas yang
memberikan bukti adanya kekuatan monopoli dalam industri-industri yang terkonsentrasi. 5). Konsentrasi semakin memburuk akibat diferensiasi. 6). Ada koordinasi oligopolistik melalui pemberitahuan atau cara-cara lain. c). Pandangan Regulasi
Pandangan regulasi lebih mengarah pada perusahaan-perusahaan oligopoli tidak perlu dipecah karena ukuran yang besar memberikan akibat-akibat yang menguntungkan dan keuntungan ini akan hilang apabila mereka dipecah, sehingga untuk menjamin bahwa tidak ada pihak yang dirugikan perlu adanya peraturan yang membatasi aktivitas-aktivitas perusahaan kea rah monopoli. REFERENSI: Velasquez, Manuel G (2012). Business Ethics. Ed. 7. USA: Pearson. Http://kbbi.web.id/pasar Http://id.wikipedia.org/wiki/Pasar