BAB III PERUMUSAN MASALAH
3.1. Alasan Pemilihan Masalah untuk Dipecahkan Mencermati perjalanan aktivitas usaha PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk., perseroan telah membuktikan diri mampu melewati masa sulit saat terjadinya krisis perbankan nasional yang berlangsung pada tahun 1997. Berlanjut dengan tahap konsolidasi industri perbankan nasional yang masih terus berlangsung saat ini, perseroan terus bertumbuh dan menunjukkan kinerja yang semakin meningkat.
Memasuki tahun 2006, terdapat dua hal yang menjadi perhatian utama manajemen. Pertama adalah nilai CAR yang terus turun dan semakin mendekati batas minimum yang ditetapkan (Tabel 1.4.). Menurunnya nilai CAR membatasi gerak perseroan dalam menangkap peluang pengembangan usaha secara khusus dalam aktivitas penyaluran dana pinjaman yang merupakan sumber utama pendapatan bank. Untuk mengatasi kondisi ini, awal tahun 2006 perseroan telah melakukan right issue sebesar 100% dari modal disetor sebelumnya (lihat Lampiran 3C) sehingga total modal disetor perseroan menjadi Rp. 158,275 miliar.
Kedua, Marjin Bunga Bersih (Net Interest Margin - NIM) perseroan, yang pada tahun 2005 sebesar 4,05% dan ini berarti mengalami penurunan sebesar 0,35% dari tahun sebelumnya (lihat Tabel 1.4). NIM adalah indikator keberlabaan (profitability) lembaga perbankan, dan untuk dapat lebih menjelaskan kondisi keberlabaan perseroan, perlu dilakukan tinjauan terhadap kondisi eksternal perseroan (benchmarking). Kondisi perseroan relatif terhadap industri perbankan nasional dan industri pembanding seperti terdapat pada Tabel 3.1. Untuk industri perbankan nasional, simpanan dan pinjaman berarti nilai kumulatif sedangkan NPL dan NIM adalah nilai rata-rata dari semua bank umum yang beroperasi pada tahun saat tinjauan dilakukan.
Sebagai industri pembanding dipilih PT. Bank Maspion Indonesia dan PT. Bank Arta Niaga Kencana, Tbk. (ANK), dimana kedua bank tersebut juga Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) – Devisa dengan kantor pusat di luar DKI Jakarta serta memiliki besaran modal yang tidak jauh berbeda (Tabel 3.2.). Faktor lokasi kantor pusat menjadi pertimbangan karena berpengaruh terhadap kecepatan transaksi antar bank (interbank 21
transaction). Permodalan juga dipilih yang tidak berbeda jauh karena besaran modal sangat menentukan kegiatan usaha bank secara khusus dalam penyaluran dana pinjaman yang merupakan sumber pendapatan utama bank, selain itu juga dalam hal skala pengelolaan risiko. PT. Bank ANK, Tbk., menjadi perusahaan terbuka pada tahun 2000 (tahun yang sama dengan BNP) dengan kredit fokus juga seperti BNP (perdagangan dan industri). PT. Bank Maspion Indonesia bukan merupakan perusahaan terbuka namun sebagai industri pembanding hal ini tidak menjadi masalah karena rasio NPL dan NIM merupakan Indikator Kinerja Kunci (Key Performance Indicator) yang tidak dipengaruhi oleh status badan hukum perusahaan (perusahaan tertutup/terbuka). Tabel 3.1. Kondisi PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk. (BNP)12 Relatif Terhadap Industri Perbankan Nasional (IPN) dan Industri Pembanding13 IPN
BNP
Maspion
ANK
Keterangan (Triliun Rp.)
(Triliun Rp.)
(%)
(Triliun Rp.)
(%)
(Triliun Rp.)
(%)
2003 Simpanan
888,60
1,73
0,19
1,54
0,17
0,91
0,10
Pinjaman
477,20
0,70
0,15
0,80
0,17
0,58
0,12
Modal
110,90
0,12
0,11
0,12
0,11
0,11
0,10
NPL
8,20%
0,31%
n/a
n/a
NIM
3,20%
3,48%
n/a
n/a
2004 Simpanan
963,10
2,06
0,21
1,58
0,16
0,96
0,10
Pinjaman
595,10
1,08
0,18
1,08
0,18
0,68
0,11
Modal
118,60
0,15
0,12
0,14
0,12
0,12
0,10
NPL
5,75%
0,80%
1,19%
2,44%
NIM
6,32%
4,40%
5,83%
5,05%
2005 Simpanan
1.127,90
2,56
0,23
1,57
0,14
1,05
0,09
Pinjaman
730,20
1,46
0,20
0,89
0,12
0,78
0,11
Modal
115,90
0,16
0,14
0,16
0,14
0,13
0,11
NPL
8,30%
0,16%
1,88%
2,13%
NIM
6,20%
4,04%
5,77%
4,42%
Dari Tabel 3.1. dapat dilihat bahwa pangsa pasar (market share) BNP baik untuk simpanan maupun pinjaman yang merupakan produk utama perbankan, dalam 3 tahun terakhir mengalami pertumbuhan 0,02% setiap tahun sedangkan kedua industri pembanding justru semakin mengalami penurunan. Untuk rasio NPL, BNP berada jauh 12 13
Sumber: BNP, Laporan Tahunan 2003, 2004, dan 2005. Sumber: bi.go.id 22
dibawah nilai rata-rata industri perbankan nasional maupun kedua industri pembanding, hal ini menunjukkan bahwa perseroan memiliki kemampuan manajemen risiko yang sangat baik dibanding dengan rata-rata industri perbankan maupun industri pembanding yang memiliki skala pengelolaan risiko yang hampir sama. Sedangkan NIM BNP pada tahun 2003 masih di atas rata-rata industri, namun selanjutnya dalam dua tahun terakhir jauh di bawah nilai rata-rata industri dan juga lebih rendah dari kedua industri pembanding.
Tabel 3.2. BUSN – Devisa Menurut Lokasi Kantor Pusat dan Permodalan (Kondisi Tahun 2005) Kantor Pusat
Jumlah
DKI Jakarta
29
Diluar DKI Jakarta: - Bandung
1
- Surabaya
4
- Medan
1
Jumlah BUSN - Devisa (Sumber: bi.go.id, 2006)
Nama Bank
PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk. PT. Bank Antardaerah PT. Bank Arta Niaga Kencana, Tbk. PT. Bank Halim Indonesia PT. Bank Maspion Indonesia PT. Bank Mestika Dharma
Permodalan (Jutaan Rupiah)
163.650 56.711 127.342 104.252 154.262 707.160
35
Rasio NIM yang merupakan indikator keberlabaan lembaga perbankan, nilainya diperoleh dari14: Marjin Bunga Bersih (NIM) =
Pendapatan Bunga - Beban Bunga x 100% Rata - rata Aktiva Produktif
Pendapatan bunga disini hanya yang berasal dari penyaluran dana pinjaman/kredit, sedangkan beban bunga adalah kewajiban yang harus dibayar bank atas semua dana titipan masyarakat baik berupa Giro, Tabungan, dan Deposito.
Dari persamaan di atas, faktor mendasar yang mempengaruhi besaran NIM adalah: -
Komposisi sumber dana masyarakat (Giro, Tabungan, Deposito), yang mempengaruhi besaran beban bunga yang wajib dibayar perseroan.
-
Pengalokasian sumber dana perseroan yang diperoleh dari simpanan masyarakat dan modal ke dalam aktiva produktif, aktiva lancar dan aktiva tetap.
-
Penyaluran aktiva produktif yang telah dialokasikan, ke dalam bentuk dana pinjaman/kredit, Surat Berharga/Obligasi Pemerintah, efek-efek, dll.
14
Sumber: Investopedia.com 23
Dari tiga faktor yang mempengaruhi NIM, faktor pertama yaitu komposisi sumber dana perseroan (Giro, Tabungan, Deposito) adalah faktor yang paling banyak dipengaruhi oleh kondisi eksternal seperti persaingan antar bank secara khusus dalam upaya menarik dana masyarakat dalam bentuk Tabungan dengan menawarkan berbagai program berhadiah. Sedangkan dua faktor yang terakhir, dominan berada di bawah kendali internal perseroan yang bertujuan untuk mencapai pertumbuhan optimal dengan likuiditas yang terjaga serta tingkat risiko yang terkendali.
Jika persamaan Rasio NIM digunakan untuk menjelaskan kondisi keberlabaan perseroan, diperoleh pemahaman sebagai berikut: -
Perubahan tingkat suku bunga BI dari 8,5% menjadi 12,75% seperti yang terjadi selama periode tahun 2005, ternyata memberi pengaruh baik pada besaran pendapatan bunga maupun beban bunga sehingga kejadian ini tidak dapat dianggap sebagai penyebab utama turunnya NIM perseroan.
-
Kondisi perseroan tahun 2005 seperti diperlihatkan pada Tabel 1.3 dimana terjadi peningkatan pendapatan bunga sebesar 38,31% sementara beban bunga meningkat sebesar 61,20%, hal yang dapat menjelaskan kondisi ini adalah terus meningkatnya persentase Deposito yang merupakan high cost of fund dalam komposisi sumber dana perseroan (Gambar 1.2.) yang selanjutnya berakibat turunnya NIM.
Rendahnya rasio NIM perseroan (relatif terhadap rata-rata industri dan pembanding), yang berarti rendahnya perolehan laba (net interest income) lebih lanjut akan mempengaruhi kemampuan perseroan dalam melakukan penguatan modal secara internal melalui perolehan laba ditahan (retained earning) sebagai sumber utamanya. Padahal dalam industri perbankan, besaran modal sangat menentukan kemampuan perusahaan untuk melakukan pengembangan kegiatan usaha karena terkait dengan persyaratan CAR minimum yang harus dipenuhi. Jika kondisi ini dibiarkan, perseroan akan banyak kehilangan peluang usaha (opportunity loss) dan dalam jangka panjang akan dapat berdampak pada penurunan daya saing, pangsa pasar, dan kinerja perseroan secara keseluruhan. Meskipun upaya penguatan modal dapat pula dilakukan melalui penambahan modal disetor, namun menurunnya NIM yang secara umum juga berarti menurunnya ROA dan ROE akan mempengaruhi pula kepercayaan dari para pemegang saham, sehingga untuk mengatasi permasalahan ini perlu dirumuskan langkah-langkah strategis guna menunjang perseroan yang memiliki potensi sangat baik untuk terus bertumbuh.
24
Dari kondisi yang dihadapi perseroan, disusun pertanyaan-pertanyaan penelitian (research questions) sebagai berikut: 1. Bagaimana situasi persaingan yang terjadi antar perbankan untuk memperoleh sumber dana murah (low cost of fund) melalui produk simpanan Tabungan? 2. Apa strategi yang tepat untuk mengembangkan produk simpanan Tabungan sebagai upaya untuk meningkatkan keberlabaan perseroan? 3. Produk simpanan Tabungan seperti apa yang sebaiknya diandalkan oleh perseroan? 4. Bagaimana perseroan menjaga agar keunggulan produk simpanan Tabungan tersebut sustainable?
Agar diperoleh penulisan yang baik maka dalam Proyek Akhir ini pembahasan akan dibatasi sebagai berikut: -
Dari tiga faktor yang mempengaruhi besaran NIM, hanya ditinjau faktor yang pertama yaitu komposisi sumber dana perseroan (Giro, Tabungan, Deposito) yang merupakan faktor yang paling banyak dipengaruhi oleh kondisi eksternal seperti persaingan antar bank, sehingga untuk menghadapi kondisi ini perseroan perlu merumuskan strategi yang tepat.
-
Sumber dana murah bagi perbankan yang ditinjau adalah Tabungan yang merupakan produk simpanan yang ditujukan bagi masyarakat umum, sedangkan sumber dana murah lainnya seperti Giro tidak dibahas. Sesuai dengan fungsinya Giro lebih ditujukan bagi kalangan tertentu (pebisnis).
-
Pembahasan sustainability dibatasi hanya pada faktor-faktor yang berpengaruh sangat besar, sedangkan hal-hal lain yang kurang berpengaruh tidak dibahas.
3.2. Posisi Permasalahan Posisi permasalahan yang dihadapi PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk. adalah pada posisi strategi bisnis (lihat Gambar 2.1) dan pejabat yang langsung berkepentingan dengan penyelesaian masalah ini adalah Direktur Komersial dan Operasi (lihat Lampiran 2).
25