BAB 3 PERUMUSAN MASALAH
3.1. Latar Belakang Masalah Iklim perekonomian Indonesia menunjukkan perbaikan setelah dilanda krisis ekonomi pada medio 1997 yang ditandai dengan menurunnya suku bunga Bank Indonesia (SBI) sehingga menurunkan suku bunga kredit, tingkat inflasi dan nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing yang cenderung stabil, meskipun dalam tingkat ekonomi riil belum menunjukkan perbaikan berarti tetapi di tingkat pasar modal sudah menampakkan tanda-tanda positif dimana mulai menggeliatnya situasi pasar modal di bursa efek yang dikarenakan mulai mengalirnya modal, baik dari dalam maupun luar negeri. Masuknya aliran investasi ke pasar modal Indonesia membuat harga saham perusahaan-perusahaan yang terdaftar di bursa meningkat nilainya, baik yang termasuk saham ‘blue chip’ atau yang biasa disebut LQ45, maupun saham-saham lapis kedua yang jarang dilirik oleh pemain pasar. Pada tahun 2007 telah terdaftar beberapa perusahaan yang akan masuk menjadi anggota bursa sehingga turut meramaikan perdagangan saham di pasar modal, ditambah dengan diterbitkannya obligasi perusahaan oleh beberapa perusahaan dengan tingkat bunga yang bersaing dengan SBI sehingga meramaikan pula perdagangan obligasi di pasar modal. Situasi yang menarik ini memberikan peluang yang besar dan dampak yang positif bagi PT Danareksa (Persero) sebagai salah satu pemain dalam pasar modal Indonesia. PT Danareksa (Persero) bukan merupakan satu-satunya pemain dalam pasar modal, melainkan banyak lembaga keuangan non-bank yang ikut bermain dalam pasar modal Indonesia, baik sesama perusahaan investasi maupun lembaga asuransi dan lembaga lainnya. Bahkan lembaga keuangan bank pun turut menjadi peserta di pasar modal dengan membuat produk masing-masing sehingga menambah jajaran produkproduk investasi di pasar modal Indonesia. Produk dari PT Danareksa (Persero) yang tersedia selain sebagai perantara perdagangan efek yang memperlengkapi broker-nya dengan informasi yang dapat membantu konsumen, tetapi perusahaan jasa finansial ini menawarkan produk yang bernama reksadana. Menurut Undang-undang (UU) No.8 tentang Pasar Modal
14
menyebutkan bahwa reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal yang untuk selanjutnya akan diinvestasikan ke dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Informasi tentang perusahaan mana yang akan diambil dapat tergambar pada pergerakan harga saham dan kondisi keuangan perusahaan tersebut sehingga perlu dilakukan riset mengenai perusahaan yang telah terdaftar di bursa efek tersebut sehingga formulasi reksadana yang dibentuk akan memberikan imbal balik yang menarik, dimana secara langsung akan meningkatkan kegiatan usaha dan margin dari PT Danareksa (Persero). Dua metode penilaian pergerakan harga saham yang biasa digunakan adalah analisa fundamental dan analisa teknikal. 1. Analisis Fundamental Merupakan penjelasan dari akibat dari berbagai kekuatan mendasar terhadap kelangsungan ekonomi, industri dan perusahaan, yang bertujuan untuk menghasilkan peramalan kinerja keuangan dari pergerakan harga di masa yang akan datang dengan mengkombinasikan analisis ekonomi, industri, dan perusahaan untk menghasilkan nilai wajar dari efek di masa sekarang dan nilai ramalan di masa yang akan datang. 2. Analisis Teknikal Merupakan peramalan terhadap pergerakan harga efek di masa yang akan datang yang didasari oleh penjelasan dari pergerakan harga efek di masa lalu. Analisa kinerja keuangan dari industri atau perusahaan dapat tercermin dari laporan keuangannya dan dinilai dengan menggunakan analisa rasio keuangan. Rasio keuangan akan
memberikan
informasi
mengenai
lima
area
dari
kinerja
keuangan
(Ross/Westerfield/Jaffe,2005). Rasio yang dipilih dalam penelitian ini berjumlah 16 (enam belas) buah dan umum digunakan. •
Short-term Solvency – kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya, disebut juga Rasio Likuiditas. Analisa yang digunakan adalah Current Ratio (CR) dan Quick-acid Ratio (CASH).
•
Activity – kemampuan perusahaan untuk mengendalikan investasinya pada asetnya, disebut juga Rasio Produktivitas. Analisa yang digunakan adalah Inventory Turnover (ITO), Total Asset Turnover (TATO), Fixed Asset Turnover (FATO), dan Days Sales Outstanding (DSO).
15
•
Financial Leverage – menjelaskan status perusahaan terhadap pembiayaan hutang, disebut juga Rasio Sensitivitas. Analisa yang digunakan adalah Debt Ratio (DR) dan Debt to Equity Ratio (DER).
•
Profitability – menjelaskan status perusahaan dalam menghasilkan keuntungan, disebut juga Rasio Profitabilitas. Analisa yang digunakan adalah Net Profit Margin (MARGIN), Gross Profit Margin (BEP), Return on Asset (ROA), dan Return on Equity (ROE).
•
Value – menjelaskan nilai dari perusahaan, disebut juga Rasio Nilai Pasar. Analisa yang digunakan adalah Earning per Share (EPS), Price-to-Earning Ratio (PER), Book Value per Share (BV), dan Market-to-Book Ratio (PBV).
Industri yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang akan diambil sebaga bahan penelitian berjumlah enam buah yaitu Makanan dan Minuman, Tekstil dan Garmen, Plastik dan Kemasan, Logam dan Sejenisnya, Otomotif dan Komponennya, dan Properti dan Real Estat. Alasan pemilihan keenam industri ini dikarenakan merupakan jenis industri yang sudah cukup lama terdaftar dengan anggota-anggotanya yang berupa perusahaan dengan modal yang cukup besar dan mayoritas telah berdiri lebih dari sepuluh tahun sehingga telah mempunyai jumlah kapitalisasi yang cukup besar. Alasan lain dikarenakan industri-industri tersebut merupakan industri yang lebih tahan terhadap retensi dari pihak luar dengan margin yang cukup dan merupakan penyumbang devisa yang cukup besar bagi negara. Penelitian ini bertujuan agar memudahkan manajer investasi memudahkan perhitungn dalam menganalisis perusahaan yang menjadi anggot dari suatu indusrti tertentu sehingga dapat membuat formulasi portofolio yang tepat dan akurat.
3.2. Perumusan Masalah Analisis kinerja keuangan dari industri atau perusahaan-perusahaan sebagai anggota industri tersebut dengan menggunakan rasio keuangan dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai kondisi perusahaan secara finansial dari sisi fundamental. Tetapi tidak semua rasio keuangan tersebut benar-benar menggambarkan kondisi perusahaan atau industri tertentu secara signifikan sehingga perlu dicari rasio mana saja yang benar-
16
benar memberikan gambaran yang jelas tentang suatu kondisi dari perusahaan atau industri tertentu. Untuk memberikan jawaban mengenai rasio mana saja yang dapat memberikan gambaran yang jelas maka digunakan teorema statistik parametrik untuk menguji normalitas data, dan selanjutnya digunakan analisis discriminant multivariate sebagai alat untuk pengolahan data-data tersebut sehingga menghasilkan pilihan rasio mana saja yang dapat menggambarkan kinerja dari masing-masing industri dan anggotanya. Penelitian ini hendak membandingkan masa sebelum krisis ekonomi dengan periode 1991 – 1996 dengan masa setelah krisis ekonomi dengan periode tahun 2000 – 2005 yaitu hendak dicari rasio keuangan apa saja yang benar-benar dapat digunakan pada kondisi apapun termasuk krisis ekonomi untuk masing-masing industri dan anggotanya. Periode 1997 – 1999 merupakan periode dimana terjadi krisis ekonomi dan periode shock transition yang merupakan faktor force majeur sehingga tidak dimasukkan karena dianggap tidak dapat mencerminkan situasi kinerja keuangan sesungguhnya.
3.3. Maksud dan Tujuan Maksud dan Tujuan dari penelitian ini adalah: •
Mencari rasio keuangan yang signifikan menggambarkan kinerja masing-masing industri dan anggotanya dari keenambelas rasio keuangan yang digunakan pada saat sebelum krisis ekonomi Indonesia (1991 – 1996) dan sesudah krisis ekonomi (2000 – 2005).
•
Membandingkan rasio-rasio yang diketemukan sebelum dan sesudah krisis ekonomi sehingga didapat rasio-rasio yang dapat menggambarkan kinerja dari masing-masing industri dimana rasio-rasio tersebut dapat digunakan dalam keadaan perekonomian apapun.
3.4. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah pada penelitian ini adalah: •
Penelitian dilakukan pada enam industri yang terdaftar di BEJ pada periode sebelum krisis ekonomi Indonesia dengan rentang tahun 1991 – 1996
17
•
Penelitian dilakukan pada enam industri yang terdaftar di BEJ pada periode setelah krisis ekonomi Indonesia dengan rentang tahun 2000 – 2005
•
Periode krisis ekonomi dengan rentang tahun 1997 – 1999 tidak menjadi bahan penelitian karena dianggap tidak dapat menggambarkan kondisi dari kinerja industri yang sebenarnya, ini dipilih karena metode pengambilan sampel berdasarkan corformance sample
•
Industri yang terdaftar di BEJ dan dipilih sebagai bahan penelitian adalah Makanan dan Minuman (1), Tekstil dan Garmen (2), Plastik dan Kemasan (3), Logam dan Sejenisnya (4), Otomotif dan Komponennya (5), dan Properti dan Real Estat (6)
•
Perusahaan yang dipilih sebagai bagian dari sampel dari keenam industri tersebut merupakan perusahaan yang telah terdaftar di BEJ dari tahun 1991 sampai dengan 2007 tanpa absen
•
Uji Normalitas data menggunakan statistik parametrik dengan metode Kolomogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilks
•
Pengolahan data dengan menggunakan analisis discriminant multivariate dengan metode Canonical Discriminant Function Coefficient, Function at Group Centroid, dan Stepwise Method
18