35
BAB III PENERAPAN METODE SIMULASI DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI FIQIH DI MTs RIFA’IYAH WONOKERTO KABUPATEN PEKALONGAN A. Gambaran Umum MTs Rifa’iyah Wonokerto 1. Sejarah Berdirinya MTs Rifa’iyah Wonokerto MTs Rifa’iyah Wonokerto merupakan Pendidikan formal setara SMP di bawah naungan Organisasi Masyarakat Islam “Rifa’iyah”. Awal mula pencetus berdirinya sekolah tersebut adalah rasa prihatin dari para kyai atau ulama’ serta warga rifa’iyah terhadap kondisi moral remajaremaja
dikalangan
warga
rifa’iyah
khususnya
yang
semakin
memperihatinkan. Sebagaimana diketahui bahwa pendidikan di Indonesia lebih mementingkan aspek Kognitif saja. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil Ujian Nasional yang merupakan tolak ukur utama dalam menentukan kelulusan siswa aspek-aspek yang lain yaitu Afektif dan Psikomotorik tidak begitu dipentingkan. MTs Rifa’iyah Wonokerto diprakarsai oleh Pimpinan Daerah Rifa’iyah Kabupaten Pekalongan dengan para pengurus Rifa’iyah Daerah Kabupaten Pekalongan yang setelah melalui proses musyawarah akhirnya pada tanggal 10 Juli 2011 diputuskan untuk membuka pendaftaran siswa baru tahun pelajaran 2011/2012 berdasarkan intruksi dari Kepala Kementerian Agama Kabupaten Pekalongan yang pada tahun pertama diperoleh 24 siswa. Melihat perkembangan situasi dan antusiasme warga
35
36
Rifa’iyah dari luar wilayah Kecamatan Wonokerto yang lebih besar dalam menanggapi pembukaan penerimaan siswa MTs Rifa’iyah Wonokerto, diambillah sebuah langkah strategis yaitu dengan membuka sebuah Pondok Pesantren yang selanjutnya dinamakan Pondok Pesantren “Faidlul Qodir” sebagai tempat atau sarana untuk menetap dilingkungan sekolah tersebut. Tanggal 10 April 2012 MTs Rifa’iyah Wonokerto resmi menjadi lembaga pendidikan formal yang Sah setelah ijin dari Kementerian Agama melalui Akte yang diterbitkan atau dikeluarkan dengan SK Kemenag Nomor: Kw.11.4/4/PP.03.2/388/2012. Berdasarkan hal tersebut kecemasan masyarakat akan masa depan lembaga tersebut terjawab. Akhirnya setelah berkiprah selama empat tahun pelajaran, MTs Rifa’iyah Wonokerto telah membuktikan kualitasnya dengan terbukti jumlah siswa mencapai 165 siswa dengan pembagian kelas sebanyak
enam rombongan belajar
(rombel). 2. Letak Geografis MTs Rifa’iyah Wonokerto Letak MTs Rifa’iyah Wonokerto cukup strategis dimana sebagai lembaga pendidikan formal yang islami berada dikawasan pesisir pantai yang pada kenyataan di daerah tersebut belum adanya lembaga pendidikan yang bersifat islami atau madrasah. MTs Rifa’iyah Wonokerto berada di Desa Pesanggrahan kecamatan wonokerto kabupaten pekalongan. MTs Rifa’iyah Wonokerto terletak di jalan Cendrawasih gang duku, dengan lingkungan masyarakat sebagian besar bermata pencaharian nelayan.
37
Kawasan tersebut merupakan kawasan rawan banjir atau rob. Sehingga hal tersebut dikhawatirkan kedepan mengganggu proses kegiatan belajar mengajar. Adapun batas-batasnya adalah : a. Sebelah utara berbatasan dengan desa Pecakaran b. Sebelah timur berbatasan dengan desa Jeruksari c. Sebelah selatan berbatasan dengan desa Bener d. Sebelah barat berbatasan dengan desa Sijambe.1 GAMBAR 3.1 DENAH LOKASI MTS RIFA’IYAH WONOKERTO
1
Sumber : Dokumen dari buku catatan tentang letak geografis MTs Rifa’iyah Wonokerto, dikutip pada tanggal 4 Juli 2015.
PARKIR
Ruang kelas XI A
Kecil/TOILET
KANTOR
Ruang kelas VIII A
Kamar Ruang kelas VII A
Pengasuh Pondok
Ruang kelas VII B
Pondok Putri
Ruang kelas Ruang kelas IX B VIII B
38
GAMBAR 3.2
DENAH SEKOLAH MTS RIFA’IYAH WONOKERTO
Pondok Putra U
B T
S
39
3. Visi, Misi dan Tujuan MTs Rifa’iyah Wonokerto a. Visi MTs Rifa’iyah Wonokerto Berprestasi dalam Ilmu Pengetahuan, Berkepribadian Islam, dan Berwawasan Global. b. Misi MTs Rifa’iyah Wonokerto 1) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif untuk meningkatkan pretasi belajar siswa. 2) Membentuk perilaku berprestasi, pola pikir yang kritis dan kreatif pada siswa. 3) Mengembangkan pola pembelajaran yang inovatif dan tradisi berpikir ilmiah didasari oleh kemantapan penghayatan dan pengamalan nilai nilai agama Islam. 4) Menumbuhkan
sikap
disiplin
dan
bertanggungjawab
serta
penghayatan dan pengamalan nilai - nilai agama Islam untuk membentuk siswa berakhlakul karimah. 5) Membekali siswa untuk siap dan mampu mnenggunakan tehnologi modern yaitu komputer. 6) Membekali siswa dengan ketrampilan berbahasa inggris dan bahasa arab. 7) Unggul dalam penguasaan kecakapan hidup ( Life Skill ). 8) Meningkatkan Lingkungan Madrasah yang sehat, Aman dan Kondusif untuk berprestasi Belajar.
40
c. Tujuan MTs Rifa’iyah Wonokerto 1) Meningkatkan kualitas iman, ilmu dan amal sholeh pada seluruh warga madrasah. 2) Meningkatkan
kuantitas
dan
kualitas
sarana/prasarana
serta
pemberdayaannya, yang mendukung peningkatan prestasi amaliah keagamaan Islam, prestasi akademik dan non akademik. 3) Meningkatkan nilai kriteria ketuntasan minimal dan UN secara berkelanjutan. 4) Membantu siswa yang kurang mampu agar memperoleh jenjang pendidikan yang lebih tinggi. 5) Membentuk kegiatan yang dapat membangun kreatifitas individu siswa. 6) Meningkatkan kemampuan pendidik dalam bidang komputer dan internet. 7) Menambah kuantitas dan kualitas sarana dan pra sarana laboratorium IPA. 8) Meraih kejuaraan dalam bidang ilmu pengetahuan, kesenian, olahraga, dan ekstrakurikuler. 9) Membentuk lingkungan islami yang kondusif bagi anak.
41
10) Meningkatkan kegiatan ibadah sholat berjama’ah, sholat Dhuha, tadarus Al Qur’an pagi dan sosial keagamaan bagi semua warga madrasah2 4. Struktur Organisasi MTs Rifa’iyah wonokerto Dalam
menjalankan
lembaga
pendidikan,
perlu
adanya
tim
manajemen yang solid dan berkomitmen tinggi terhadap mutu pendidikan sekolah. Oleh karena itu, dalam rangka membentuk komitmen tenaga kependidikan di MTs Rifa’iyah Wonokerto, kepala sekolah membentuk sebuah struktur organisasi agar manajemen sekolah dapat dilaksanakan dengan baik. Adapun struktur organisasi MTs Rifa’iyah Wonokerto adalah sebagai berikut :3 TABEL 3.1 STRUKTUR ORGANISASI MTS RIFA’IYAH WONOKERTO NO JABATAN
2
NAMA
1
Kepala Madrasah
Ikhsanudin, S. Pd. I.
2
Wakasek Kesiswaan
Amat Fakhrudin , S. Pd. I.
3
Wakasek Kurikulum
M. Thoha, S.Ag.
4
Wakasek Sarpras
Amat Fakhrudin, S. Pd. I.
5
Tata Usaha
Khusnul Fadlilah
6
Pustakawan
Isna Ghoniyah, S.H.I
7
Bidang Kepramukaan
1. M. Khoirul Imam, S. Pd.
Sumber : Dokumen Visi, Misi dan Tujuan MTs Rifa’iyah Wonokerto, dikutip pada tanggal 4 Juli 2015. 3 Sumber : Dokumentasi Struktur Organisasi MTs Rifa’iyah Wonokerto Tahun Pelajaran 2015/2016, dikutip pada tanggal 4 Juli 2015.
42
2.Nunik Retno, S.Pd. 8
Bidang Koperasi
Maesaroh
9
Bidang Operator
M. Panji Bakhtiar
10
Penjaga/Pesuruh
Nur Hidayah
Struktur organisasi adalah salah satu cermin tertibnya pelaksanaan suatu kegiatan organisasi, dengan adanya struktur organisasi ini menunjukkan adanya job description atau pembagian tugas setiap guru yang mengajar di MTS Rifa’iyah Wonokerto, karena adanya struktur ini setiap personil dapat mengetahui tugas organisasi yang diemban dan dipertanggung jawabkan, dengan demikian program kerja berjalan lancar dan kegiatan dapat terorganisir. 5. Keadaan Guru MTs Rifa’iyah Wonokerto Guru adalah orang yang bertanggung jawab atas semua kegiatan dan aktivitas belajar mengajar sekolah. Sebagai tenaga pendidik merupakan faktor yang sangat penting dan berpengaruh terhadap perkembangan peserta didik. Kemampuan dan keahlian guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar sangat menentukan keberhasilan pendidikan yang diselenggarakan. Pada tahun pelajaran 2015/2016 diketahui jumlah tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di MTs Rifa’iyah Wonokerto berjumlah 17 orang terdiri dari 14 guru dan 3 tenaga bantu administratfi. Kualifikasi pendidikan tenaga pendidik atau guru sudah 95 % berpredikat S1, hal ini menunjukan bahwa
43
kualitas pembelajaran di sekolah tersebut cukup diperhatikan. Berikut rincian data tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di MTs Rifa’iyah Wonokerto4 : TABEL 3.2 KEADAAN GURU DAN KARYAWAN MTs RIFA’IYAH WONOKERTO No
Nama Guru
Jenis Kelami n L
1
Ikhsanudin, S.Pd.I
2 3
Muhammad Toha, S.Ag Amat Fahrudin, S.Pd.I
L L
4
Khaerul Khakim, S.Pd.I
L
5
Khaerul Khakim, S.Pd.I
L
6 7
Khusnul Fadlilah Laila Zahratun Nisa', S.Pd
P P
8
Eka Lestari, S.Pd
P
9
Isna Ghoniyah, S.H.I
P
10
Fii Ihsani Rahmah, S.Pd.I
P
11
Muhammad Khoirul Imam, S.Pd Kartika Diny Marini, S.Pd Nunik Retno Wiyanti, S.Pd Akbar Wijayanto, S.Pd Panji Bakhtiar Maisaroh Nur Hidayah
L
12 13 14 15 16 17
4
Ijazah Nama Terak Perguruan hir Tinggi S1 STAIN Pekalongan S1 STAIN Salatiga S1 STAIN Pekalongan S1 STAIN Pekalongan S1 STAIN Pekalongan MA S1 IKIP PGRI Semarang S1 IKIP PGRI Semarang S1 STAIN Pekalongan S1 STAIN Pekalongan S1 UNIKAL
P P
S1 S1
L L P P
S1 MA MA MTS
Tahu n Lulus 2008 1999 2009 2006 2006 2010 2010 2011 2011 2013
UNNES UAD Yogyakarta
2010 2010
UNNES
2015 -
-
Sumber : Dokumentasi keadaan Guru dan Karyawan MTs Rifa’iyah Wonokerto Tahun Pelajaran 2015/2016, dikutip pada tanggal 4 Juli 2015.
44
6. Keadaan Siswa MTs Rifa’iyah Wonokerto Siswa atau peserta didik adalah makhluk yang sedang mengalami perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing. Mereka sedang memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal kemampuan optimal kemampuan fitrahnya. Dengan kata lain peserta didik dapat dicirikan sebagai orang yang sedang memerlukan pengetahuan atau ilmu, bimbingan dan pengarahan. Dalam pandangan modern, peserta didik tidak hanya dianggap sebagai obyek atau sasaran pendidikan sebagaimana disebutkan diatas, melainkan juga harus diperlakukan sebagai subyek pendidikan. Demikian ini dapat dilakukan dengan cara melibatkan mereka dalam memecahkan masalah dalam proses pembelajaran. Adapun jumlah siswa MTs Rifa’iyah Wonokerto pada tahun pelajaran 2015/2016 sesuai data yang peneliti peroleh adalah sebagai berikut :5
5
Sumber : Dokumentasi tentang keadaan Siswa MTs Rifa’iyah Wonokerto Tahun Pelajaran 2015/2016, dikutip pada tanggal 4 Juli 2015.
45
Tabel 3.3 Keadaan Siswa MTs Rifa’iyah Wonokerto Tahun Pelajaran 2015/2016 No
Kelas
Jumlah Rombel
1
VII
2 3
Jumlah L
P
2
30
43
VIII
2
25
17
IX
2
20
27
75
87
Jumlah
6
162
Dari data tabel di atas menunjukan bahwa jumlah siswa MTs Rifa’iyah Wonokerto adalah 162 siswa dengan siswa laki-laki berjumlah 75 dan siswa perempuan berjumlah 87 siswa. 7. Keadaan Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana mempunyai arti yang sangat penting, dikatakan demikian karena keberadaannya merupakan faktor yang dapat menentukan berhasil tidaknya proses belajar mengajar yang diselenggarakan oleh sekolah tersebut. Dari data arsip dan inventaris MTs Rifa’iyah Wonokerto sarana dan prasarana yang dapat mendukung kegiatan belajar mengajar adalah bahwa MTs Rifa’iyah Wonokerto mempunyai ruang kantor yang berisi ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang TU dan ruang tamu.6
6
Sumber : Dokumentasi tentang keadaan Sarana dan Prasarana MTs Rifa’iyah Wonokerto Tahun Pelajaran 2015/2016, dikutip pada tanggal 4 Juli 2015.
46
Tabel 3.4 Sarana dan Prasarana MTs Rifa’iyah Wonokerto NO
KETERANGAN
BARU
RUSAK RINGAN
RUSAK BERAT
JUMLA H
1
Ruang Kamad
1
-
-
1
2
Ruang Kelas
6
-
-
6
3
Ruang Tamu
1
1
-
2
4
Ruang Guru
1
1
-
2
5
Ruang Tata Usaha
1
1
-
2
6
Kotak PPPK
-
1
-
1
7
Gudang
1
1
-
2
8
Listrik
1
1
-
2
9
WC Murid
8
-
-
8
10
WC Guru
1
1
-
2
11
Tempat Cuci Tangan
6
5
-
11
12
Tempat Sampah
10
6
-
16
13
Ruang Aula
1
-
-
1
14
Kantin
2
1
-
3
15
Meja Guru
14
-
-
14
16
Kursi Guru
14
-
-
14
17
Meja Murid
180
-
-
180
18
Kursi Murid
180
-
-
180
19
Lemari Guru
6
5
-
11
20
Lemari Kelas
6
-
-
6
21
Papan tulis
6
5
-
11
22
Papan Nama
2
1
-
3
23
Lapangan Tenis Meja
1
1
-
2
24
Rebana
1
1
-
2
25
Komputer
2
-
-
2
26
LCD / Proyektor
2
1
-
3
27
Televisi
1
-
-
1
28
Tape Recorder
1
0
-
1
29
Megaphone
1
1
-
2
47
B. Penerapan Metode simulasi di MTs Rifa’iyah Wonokerto Madrasah Tsanawiyah merupakan lembaga pendidikan di bawah naungan kementerian agama yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan umum dan yang bersifat agama. Salah satu mata pelajaran yang khusus di MTs adalah materi fiqih. Materi fiqih di Madrasah Tsanawiyah merupakan salah satu materi PAI yang berisi atau meliputi fiqih ibadah, terutama pada pembiasaannnya dalam kehidupan sehari-hari, seperti fiqih muamalah yang menyangkut pengenalan dan pemahaman sederhana mengenai ketentuan tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam. Secara substansial materi fiqih memiliki kontribusi dalam memberikan pemahaman tentang aturan atau ketentuan kepada pesera didik untuk mempraktikkan dan menerapkan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari sebagai perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya ataupun lingkungannya.7 Berdasarkan
hasil
observasi
Di
MTs
Rifa’iyah
Wonokerto
pembelajaran fiqih cenderung menggunakan metode pembelajaran ceramah. Dengan beberapa tahapan atau langkah sebagi berikut. 1. Pelaksanaan Pembelajaran Mengawali pelajaran dengan bacaan basmalah dan berdo’a bersama, mengadakan apersepsi dan motivasi (memberikan informasi tentang tujuan dan manfaat mempelajari materi yang akan diajarkan).
7
Permenag RI no.2 tahun 2008, tentang SKL & SI PAI dan B.Arab, hlm 63.
48
Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan inti, dimana guru menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan pendekatan dan metode pembelajaran yang telah direncanakan. Selanjutnya kegiatan pembelajaran diakhiri dengan do’a penutup. Adapun guru melakukan langkah-langkah sebagai berikut :8 a. Kegiatan pendahuluan meliputi : 1) Apersepsi atau penyatuan pandangan yakni mengarahkan peserta didik kepada satu materi pelajaran yang akan dibahas. Hal ini guru akan memberi pertanyaan seputar pelajaran yang lalu dan menjelaskan kepada peserta didik tentang materi yang akan di pelajari hari ini a) Memberikan pertanyaan seputar pelajaran yang lalu dan materi wudhu. 2) Guru memberikan semangat atau memotivasi peserta didik mengenai materi fiqih yang akan diajarkan. a) Memberikan informasi tentang tujuan mempelajari seputar wudhu. b) Memberikan informasi tentang manfaat mempelajari seputar wudhu. b. Kegiatan inti, meliputi : 1) Eksplorasi yakni penjelajahan isi materi yang akan dibahas. Dalam kegiatan eksplorasi ini guru akan : 8
2015.
Hasil wawancara dengan guru di MTs Rifa’iyah Wonokerto pada tanggal 8 Agustus
49
a) Menjelaskan materi fiqih kepada peserta didik b) Guru mencontohkan tentang materi yang di ajarkan c) Guru meminta pendapat peserta didik tentang contoh tersebut 2) Elaborasi atau penerapan pemahaman yakni peserta didik mempratekan tentang materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan elaborasi ini : a) Guru memberikan penjelasan tentang materi yang diajarkan b) Peserta didik mendengarkan penjelasan guru tentang materi yang diajarkan c) Peserta didik melakukan tanya jawab tentang materi yang diajarkan d) Peserta didik menjelaskan materi yang diajarkan. 3) Konfirmasi atau tanggapan. Dalam tahap konfirmasi ini guru akan : a) Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui peserta didik b) Guru bersama peserta didik bertanya jawab meluruskan kesalah pahaman, memberikan penguasaan dan penyimpulan c) Guru memberi tugas dan peserta didik menjawab pertanyaanpertanyaan. c. Kegiatan penutup, meliputi : 1) Guru melakukan penilaian dan refleksi terhadap materi yang diajarkan.
50
a) Tanya jawab tentang materi wudhu dan tentang cara wudhu 2) Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya a) Guru memberikan tugas untuk mencari pengertian wudhu dan tentang cara wudhu untuk pertemuan selanjutnya. 3) Guru mengakhiri pelajaran dengan bacaan hamdalah dan do’a bersama. Dengan metode tersebut serta langkah-langkah di atas terlihat siswa belum terbiasa dengan langsung mempraktekkan apa yang mereka pelajari di dalam kelas sehingga akan ada kebosanan dan kejenuhan dari peserta didik. Sebagaimana dikatakan oleh Kalista Dini salah satu peserta didik kelas VII B di MTs Rifa’iyah Wonokerto mengatakan bahwa : “Ketika proses pembelajaran berlangsung begitu mendengarkan penjelasan dari guru melalui ceramah yang panjang lebar, membuat saya mengantuk dan akhirnya saya kadang merasa jenuh, sehingga tidak bisa konsen dalam menerima pelajaran.”9 Alim Nurrokhilah peserta didik kelas VII B juga mengatakan bahwa : “Pada saat kegiatan proses belajar mengajar ketika guru sedang menerangkan memberi penjelasan kadang ada salah satu anak yang berbicara sendiri dengan teman sebangkunya.”10 Dari wawancara di atas dan setelah dikonfirmasikan dengan hasil observasi di lapangan maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kepahaman siswa perlu ditingkatkan.
9
Kalista Dini, kelas VII, peserta didik MTs Rifa’iyah Wonokerto, wawancara pribadi, Wonokerto 6 Agustus 2015. 10 Alim Nurokhilah, kelas VII, peserta didik MTs Rifa’iyah Wonokerto, wawancara pribadi, Wonokerto 6 Agustus 2015.
51
Untuk mengatasi kebosanan dan kejenuhan peserta didik pada pembelajaran materi fiqih di MTs Rifa’iyah Wonokerto, maka guru di MTs Rifa’iyah Wonokerto mensiasatinya dengan penerapan metode simulasi. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan pemahaman siswa pada materi fiqih dan sebagai inovasi baru dalam pembelajaran agar peserta didik tidak merasa bosan dan jenuh. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh FiI Ihsani Rohmah selaku guru materi fiqih di MTs Rifa’iyah Wonokerto mengatakan bahwa: “ Kami selaku guru di sini selalu berupaya agar peserta didik tidak cepat merasa bosan dan jenuh, karena dengan kebosanan tersebut maka pembelajaran materi yang akan disampaikan tidak akan masuk bu. Untuk itu kami mensiasati dengan mengajak peserta didik untuk berperan aktif dalam proses kegiatan belajar mengajar. hal ini kami lakukan agar peserta didik menjadi lebih interaktif dan aktif pada saat pembelajaran. Berdasarkan pendapat tersebut penerapan metode simulasi mampu untuk meningkatkan pemahaman siswa ”.11 Fi Ihsani Rohmah menambahkan bahwa: “ Metode pembelajaran yang paling banyak saya pakai selain ceramah dan tanya jawab adalah metode peer teaching yang merupakan salah satu dari jenis-jenis metode simulasi. Contohnya siswa mengajari temantemannya dan salah satu siswa itu lebih memahami materi pelajaran. Seperti mencontohkan cara berwudhu yang benar bagaimana, dan bacaan do’ado’anya. Itu semua saya lakukan agar peserta didik menjadi lebih paham dengan apa yang saya sampaikan. Biasanya dengan metode tersebut peserta didik akan lebih senang dan tertarik bu. Dengan menggunakan metode simulasi ini diharapkan anak akan menjadi lebih paham atau cepat nyantel terhadap pembelajaran yang kami berikan karena peserta didik dilibatkan secara aktif di dalamnya”.12 Dari wawancara di atas dan setelah dikonfirmasikan dengan hasil observasi di lapangan maka didapatkan suatu kenyataan bahwa penggunaan metode simulasi digunakan di MTs Rifa’iyah Wonokerto pada materi fiqih. 11
Fi Ihsani Rohmah, guru MTs Rifa’iyah Wonokerto, wawancara pribadi, Wonokerto 6 Agustus 2015. 12 Fi Ihsani Rohmah, guru MTs Rifa’iyah Wonokerto, wawancara pribadi, Wonokerto 6 Agustus 2015.
52
Salah satu contoh penggunaan metode simulasi di MTs Rifa’iyah Wonokerto adalah mensimulasikan kegiatan tayamum dilakukan oleh kelompok siswa, tiap kelompok mendapat kesempatan melaksanakan simulasi, sebelumnya guru sudah memberi arahan. Teman yang lainnya memperhatikan setelah kegiatan tersebut dari kelompok itu menanggapinya. Langkah-langkah dalam pelaksanaan metode simulasi pada materi fiqih di MTs Rifa’iyah Wonokerto adalah sebagai berikut : Langkah-langkah dalam pelaksanaan metode simulasi pada materi fiqih di MTs Rifa’iyah Wonokerto adalah sebagai berikut : a. Persiapan Simulasi 1) Menetapkan topik dan tujuan pembelajaran yaitu pada materi “Thoharoh dengan cara Tayamum”. 2) Guru memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan disimulasikan dengan melempar beberapa pertanyaan yaitu a. Apa yang yang harus dipersiapkan sebelum melaksanakan shalat...? b. Apa saja syarat – syarat berwudhu...? c. Bagaimana cara besuci seandainya tidak ada air...? 3) Guru mempersiapkan ringkasan materi fikih pada bab thahroh dengan tayamum, berupa lembaran kertas. 4) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok secara heterogen. 5) Guru menjelaskan aturan dalam metode pembelajara simulasi (Peer Teaching) baik peran maupun waktu masing-masing kelompok.
53
6) Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa untuk bertanya khususnya pada siswa yang terlibat dalam pemeranan simulasi yang belum paham. b. Pelaksanaan Simulasi 1) Guru
membagikan
lembaran
ringkasan
materi
yang
telah
dipersiapkan. 2) Guru
memberikan
waktu
25
menit
untuk
memahami
dan
mendiskusikan dengan anggota kelompok masing-masing. 3) Guru menunjuk salah satu kelompok untuk menjelaskan materi yang telah di diskusikan yaitu tatacara bersuci dengan tayamum. 4) Siswa berperan aktif dalam mensimulasikan tatacara bersuci dengan tayamum, salah satu siswa menjelaskan alasan dilaksanakannya tayamum : a. Karena tidak adanya air b. Sudah masuk waktu sholat c. Adanya udzur misalkan : sakit, perang, bencana alam dan lain sebagainya. 5) Salah satu anggota lain kelompok tersebut melafalkan bacaan niat thoharoh dengan tayamum, disertai terjemahnya. 6) Siswa yang lain melafalkan bersama-sama niat thoharoh dengan tayamum. 7) Siswa mempraktekkan bersuci dengan cara tayamum dimulai dari mengusap tangan sampai siku dan diakhiri mengusap wajah.
54
8) Guru menyuruh seluruh siswa untuk mempraktekan dengan sambil berdiri. 9) Guru hendaknya memberikan bantuan
barangkali ada di antara
pemain mendapat kesulitan. 10) Guru memberikan sugesti dan dorongan kepada siswa agar percaya diri dan mampu memainkan peranan. 11) Menghentikan simulasi setelah sampai pada tahap akhir. c. Penutup 1) Melakukan diskusi dengan melemparkan pertanyaan : a. Apa alasannya seseorang boleh bertayamum...? b. Bagaimana niat bertayamum...? c. Bagaimana
hukumnya
tayamum
jika
seletah
sholat
kita
menemukan air...? 2) Guru harus mendorong agar siswa dapat memberikan kritik dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan simulasi. 3) Merumuskan kesimpulan. a. Guru menyuruh setiap kelompok untuk menuliskan kesimpulan dalam selembar kertas. b. Guru membacakan salah satu kesimpulan dari salah satu kelompok. 4) Guru menjelaskan kesimpulan dari tayamum. Dari pengamatan di kelas, peneliti mengetahui pengaruh metode simulasi terhadap peserta didik MTs Rifa’iyah Wonokerto yaitu :
55
a. Mempercepat peserta didik mengerti b. Memudahkan mengingat pelajaran c. Membuat peserta didik berani tampil d. Membuat peserta didik kreatif e. Memperlancar peserta didik berbicara f. Memudahkan pemahaman peserta didik g. Membuat peserta didik ceria, tidak bosan dan tidak tertekan h. Membuat kelas kondusif Itulah salah satu penerapan metode simulasi dalam meningkatkan pemahaman siswa pada materi fiqih di MTs Rifa’iyah Wonokerto. 1. Faktor yang mendukung dan menghambat penerapan metode simulasi dalam meningkatkan pemahaman siswa di MTs Rifa’iyah Wonokerto. Dalam hal pengajaran dan pendidikan tidak terlepas dari beberapa kendala. Demikian juga yang dihadapi dalam penerapan metode simulasi. Guna meningkatkan pemahaman siswa pada materi fiqih di MTs Rifa’iyah Wonokerto, terdapat beberapa hambatan dan dukungan. Berikut adalah faktor yang mendukung penerapan metode simulasi dalam meningkatkan pemahaman siswa pada materi fiqih di MTs Rifa’iyah Wonokerto. Faktor pendukung tersebut dibagi menjadi dua yaitu faktor intern dan ekstern.
56
1. Faktor Intern a. Adanya
kemauan
peserta
didik
untuk
belajar
dengan
menggunakan metode simulasi. Tanpa adanya kemauan dari peserta didik, pembelajaran mustahil dilaksanakan karena pembelajaran membutuhkan hafalan dan konsentrasi dalam melakukannya. Sehingga dibutuhkan metode yang menarik perhatian peserta didik yang tercatat masih perlu bimbingan. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh FiI Ihsani Rohmah selaku guru materi fiqih di MTs Rifa’iyah Wonokerto mengatakan bahwa: “wah sangat menyenangkan bu, kalau melihat antusias dan semangat peserta didik di MTs Rifa’iyah Wonokerto peserta didik dengan semangat mensimulasikan apa yang di arahkan oleh guru. Bersemangat pula dalam mengikuti pelajaran tersebut, serta mudah menghafal bacaan-bacaan yang kami ajarkan. Melihat mereka masih labil dengan temannya sehingga masih mudah untuk menerima dan menangkap apasaja yang diajarkan, untuk itu kita sebagai guru harus sebaik mungkin untuk mengajarkan materi pelajaran yang sebaik-baiknya.”13 Dari hasil wawancara diatas, maka dapat ditarik suatu informasi bahwa peserta didik di MTs Rifa’iyah Wonokerto memang memiliki antusias dan semangat yang tinggi untuk mengikuti pembelajaran materi fiqih melalui penerapan metode simulasi. Hal ini dibuktikan dengan keikutsertaan peserta didik dalam menerima pembelajaran, menghafalkan bacaan-bacaan yang guru ajarkan.
13
Fi Ihsani Rohmah, guru MTs Rifa’iyah Wonokerto, wawancara pribadi, Wonokerto 6 Agustus 2015.
57
b. Tersedianya media gambar, tempat praktek, di MTs Rifa’iyah Wonokerto. Dengan adanya media gambar maka banyak membantu guru dalam menjelaskan materi pelajaran dengan menggunakan metode simulasi, karena dengan adanya media gambar dan audio visual anak dapat lebih mengerti dan memahami yang sedang diajarkan, penggunaan media berupa gambar dan perangkat audio visual memang dapat membuat guru dalam mengajarkan pembelajaran kepada peserta didik. Akan tetapi tetap adanya pendampingan selama perangkat audio visual tersebut diputarkan agar anak mendapatkan informasi yang jelas. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Fi ihsani Rohmah selaku guru materi fiqih mengatakan bahwa : “Alhamdulillah bu, ditempat MTs Rifa’iyah sini cukup tersedia sarana dan prasarana yang menunjang untuk melakukan penerapan metode simulasi, seperti adanya media gambar sebagai penampilan gambar yang relevan, tempat aula sebagai kegiatan praktek, dan adanya buku-buku yang relevan.”14 Dari hasil wawancara diatas, maka dapat ditarik suatu informasi bahwa di MTs Rifa’iyah Wonokerto memiliki sarana dan prasarana yang cukup memadai guna penerapan metode simulasi, sehingga tidak ada lagi kendala yang berarti untuk menerapkan metode tersebut.
14
Fi Ihsani Rohmah, guru MTs Rifa’iyah Wonokerto, wawancara pribadi, Wonokerto 6 Agustus 2015.
58
2. Faktor Ekstern a. Adanya dukungan dari sekolah yang tinggi dalam penerapan metode simulasi guna meningkatkan pemahaman siswa pada materi fiqih di MTs Rifa’iyah Wonokerto. Hal tersebut terlihat dari usaha sekolah yang terus berusaha menggunakan metode simulasi dalam setiap materi pembelajaran, karena penggunaan metode simulasi dirasa oleh guru di MTs Rifa’iyah Wonokerto sebagai
metode
yang
mudah
untuk
diterapkan
dalam
pembelajaran, mengingat metode simulasi merupakan metode yang biasa diterapkan sehingga mempermudah peserta didik dalam
memahami
materi
fiqih.
Sehingga
mempermudah
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Dan juga memberikan pemahaman tentang aturan/ ketentuan kepada pesera didik untuk mempraktikkan dan menerapkan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari sebagai perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh FiI Ihsani Rohmah selaku guru materi fiqih di MTs Rifa’iyah Wonokerto mengatakan bahwa: “seperti yang tadi saya katakan, kami selalu berupaya mencari inovasi dalam pembelajaran bu, agar tidak terjadi kebosanan dan kejenuhan pada peserta didik kami, salah satunya adalah penerapan metode simulasi, hal ini penting untuk dilakukan agar aktivitas simulasi menyenangkan siswa sehingga siswa secara wajar terdorong untuk berpartisipasi. Dan interaksi antara siswa memungkinkan timbulnya keakraban.15 15
Fi Ihsani Rohmah, guru MTs Rifa’iyah Wonokerto, wawancara pribadi, Wonokerto 6 Agustus 2015.
59
Dari wawancara di atas, maka dapat ditarik suatu informasi bahwa
pengajaran
materi
di
MTs
Rifa’iyah
Wonokerto
menggunakan metode simulasi dengan alasan metode tersebut sesuai bagi peserta didik di MTs Rifa’iyah Wonokerto yang mana masih perlu bimbingan dari guru sehingga membutuhkan metode pengajaran yang tidak monoton. Dengan metode simulasi peserta didik dilibatkan secara langsung serta aktif dalam pembelajaran, sehingga peserta didik mampu menguasai materi pembelajaran dengan mudah dan menyenangkan. b. Adanya dukungan, bantuan dan masukan dari orang tua yang ikut berpartisipasi
dalam
penerapan
metode
simulasi.
Adanya
pembelajaran yang dilakukan oleh orang tua dirumah membantu peserta dalam menghafal dan memahami materi, sehingga hal ini dapat memudahkan bagi guru dalam mengajarkan pembelajaran kepada peserta didik, contohnya orang tua mengajari tentang bacaan dan tatacara thoharoh serta gerakan-gerakan sholat beserta bacaannya yang sesuai dengan makhrojnya yang diajarkan disekolah. Dengan adanya pengulangan ini maka diharapkan peserta didik dapat mengingat dan menghafal kembali materi yang telah diajarkan di sekolah. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Fi Ihsani Rohmah selaku guru materi fiqih di MTs Rifa’iyah Wonokerto mengatakan bahwa:
60
“alhamdulillah bu, orang tua disini ikut mendukung penerapan metode simulasi, orang tua ikut mengajari tentang bacaan dan tatacara thoharoh serta gerakan-gerakan sholat beserta bacaannya sesuai dengan makhrojnya yang diajarkan. Dengan dukungan dan peran aktif dari orang tua maka kami merasa sangat terbantu sekali bu.”16 Dari hasil wawancara di atas, maka dapat ditarik suatu informasi bahwa orang tua peserta didik MTs Rifa’iyah Wonokerto juga memberikan dukungan dan berperan aktif dalam mengajarkan materi kepada anaknya melalui penerapan metode simulasi. Hal ini dinilai sangat membantu guru di MTs Rifa’iyah Wonokerto dalam mengajarkan materi kepada peserta didik. Itulah beberapa faktor yang mendukung penerapan metode simulasi dalam meningkatkan pemahaman siswa pada materi fiqih di MTs Rifa’iyah Wonokerto. Selain faktor pendukung di atas, terdapat pula beberapa hambatan yang juga dibagi menjadi dua, yaitu : 1. Faktor Intern a. Anak yang malas lebih memilih untuk bercanda dengan temantemannya. Faktor penghambat yang pertama bagi penerapan metode simulasi dalam meningkatkan pemahaman siswa pada materi fiqih di MTs Rifa’iyah Wonokerto adalah rasa malas pada anak dan anak cenderung lebih memilih bercanda dengan temannya dari
16
Fi Ihsani Rohmah, guru MTs Rifa’iyah Wonokerto, wawancara pribadi, Wonokerto 6 Agustus 2015.
61
pada memperhatikan gurunya.namun begitu guru MTs Rifa’iyah Wonokerto selalu mengkondisikan kelasnya dengan baik. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Bu Fi ihsani Rohmah selaku guru materi fiqih mengatakan bahwa : “Terkadang ada anak didik yang merasa malas untuk mengikuti praktek. Padahal salah satu prinsip metode simulasi adalah bahwa semua siswa harus terlibat langsung dalam pembelajaran praktek tersebut. Dia lebih memilih bercanda sendiri dengan temannya. Sehingga kita sebagai gurunya harus pandaipandai mencuri perhatiannya agar mau mengikuti apa yang sedang kita ajarkan. Maka itu dibutuhkan metode simulasi ini bu.”17 Dari hasil wawancara di atas, maka dapat ditarik suatu informasi bahwa salah satu faktor penghambat dari penerapan metode simulasi dalam meningkatkan pemahaman siswa pada materi fiqih di MTs Rifa’iyah Wonokerto adalah adanya rasa malas dari peserta didik dan lebih memilih bercanda sendiri dengan temannya. Hal ini dapat terjadi jika guru tidak mampu mengkondisikan kelasnya, untuk itu penerapan metode simulasi perlu dilakukan agar anak menjadi lebih perhatian terhadap apa yang sedang dilakukan oleh gurunya dan mau untuk menirukan apa yang diajarkan oleh guru. Karena salah satu tujuan metode simulasi adalah belajar dengan berbuat. Para peserta didik melakukan peranan tertentu sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya. Tujuannya untuk mengembangkan ketrampilanketrampilan interaktif atau ketrampilan-ketrampilan reaktif. 17
Fi Ihsani Rohmah, guru MTs Rifa’iyah Wonokerto, wawancara pribadi, Wonokerto 6 Agustus 2015.
62
b. Tingkat hafalan dan pemahaman anak yang berbeda-beda. Faktor penghambat yang kedua dalam penerapan metode simulasi guna meningkatkan pemahaman siswa pada materi fiqih di MTs Rifa’iyah Wonokerto adalah adanya tingkat hafalan dan pemahaman anak yang berbeda-beda antara anak yang satu dengan anak yang lain. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Bu Fi ihsani Rohmah selaku guru materi fiqih mengatakan bahwa : “Ada salah satu peserta didik yang kurang hafal terhadap bacaan-bacaan seperti : bacaan sholat, bacaan niat tayamum, bacaan sebelum dan sesudah berwudhu serta bacaan-bacaan yang lainnya. Jadi kalau saat pembelajaran ya diam saja, karena dari sebagian peserta didik ada yang lulusan berasal dari sekolah dasar negeri sehingga peserta didik tersebut kurang terbiasa menghafal bacaan-bacaan sholat, bacaan niat tayamum, bacaan sebelum dan sesudah berwudhu serta bacaan-bacaan yang lainnya. Akan tetapi kami selaku guru akan selalu memberikan perlakuan khusus kepada peserta didik yang kurang dalam tingkat hafalannya.18 Dari hasil wawancara di atas, maka dapat ditarik suatu informasi bahwa peserta didik di MTs Rifa’iyah Wonokerto memang memiliki tingkat hafalan dan pemahaman yang berbedabeda. Karena dari sebagian peserta didik ada yang lulusan berasal dari sekolah dasar negeri sehingga peserta didik tersebut kurang dalam ilmu keagamaannya. Mengingat setiap orang pasti memiliki tingkat intelegensi atau kecerdasan yang berbeda-beda. Peneliti mengharapkan agar orang tua lebih intensif dalam mengajarkan kepada anaknya dengan mengulang kembali apa yang telah
18
Fi Ihsani Rohmah, guru MTs Rifa’iyah Wonokerto, wawancara pribadi, Wonokerto 6 Agustus 2015.
63
diajarkan guru di MTs Rifa’iyah Wonokerto dengan menggunakan metode simulasi dirumah, agar anak dapat menguasai materi dengan baik dan sempurna. c. Adanya sikap malu dari anak. Faktor penghambat yang ketiga dalam penerapan metode simulasi dalam meningkatkan pemahaman siswa pada materi fiqih di MTs Rifa’iyah Wonokerto adalah adanya sikap malu pada anak untuk melakukan gerakan yang diajarkan oleh guru. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Bu Fi ihsani Rohmah selaku guru materi fiqih mengatakan bahwa : “Kendala dalam mengajar adalah terkadang adanya rasa malu dari peserta didik untuk mengikuti gerakan yang kami ajarkan seperti mempraktekan kegiatan tayamum. Tak jarang dari mereka malah ada yang bercanda dengan temannya, rasa malu untuk bertanya kalau belum faham apa yang diajarkan. Kalau sudah demikian kami selaku guru harus bersabar dalam mengajarkan materi.”19 Dari hasil wawancara diatas, maka dapat ditarik suatu informasi bahwa peserta didik di MTs Rifa’iyah Wonokerto terkadang adanya rasa malu untuk mengikuti gerakan yang diajarkan oleh guru serta malu untuk bertanya kalau belum faham. Untuk itu hal yang dapat dilakukan oleh guru di MTs Rifa’iyah Wonokerto
guna
mengatasi
permasalahan
tersebut
adalah
memberikan motivasi dan reward. Dengan kesabaran dan ketelatenan maka guru di MTs Rifa’iyah Wonokerto harus 19
Fi Ihsani Rohmah, guru MTs Rifa’iyah Wonokerto, wawancara pribadi, Wonokerto 6 Agustus 2015.
64
berusaha sebaik mungkin agar peserta didik mau untuk mensimulasikan bersama dan tidak malu untuk bertanya. 2. Faktor Ekstern a. Kurangnya Buku Penunjang untuk Siswa Faktor penghambat dari faktor ekstern yang pertama dalam penerapan metode simulasi dalam meningkatkan pemahaman siswa pada materi fiqih di MTs Rifa’iyah Wonokerto adalah kurangnya buku penunjang untuk siswa. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Ibu Fi Ihsani Rohmah selaku guru materi fiqih mengatakan bahwa : “Ketika belajar diluar proses belajar mengajar, peserta didik tidak mempunyai buku paket atau penunjang dari siswa sendiri maupun dari sekolah sehingga siswa tidak bisa mengembangkan pemahamannya di luar proses belajar mengajar”.20 Dari hasil wawancara di atas, maka dapat ditarik suatu informasi bahwa peserta didik di MTs Rifa’iyah Wonokerto tidak mempunyai buku penunjang siswa, sehingga siswa tidak bisa mengembangkan pemahamannya di luar proses belajar mengajar. b. Kurangnya Waktu. Faktor penghambat dari faktor ekstern yang kedua dalam penerapan metode simulasi dalam meningkatkan pemahaman siswa pada materi fiqih di MTs Rifa’iyah Wonokerto adalah kurangnya waktu. Proses metode simulasi membutuhkan waktu
20
Fi Ihsani Rohmah, guru MTs Rifa’iyah Wonokerto, wawancara pribadi, Wonokerto 6 Agustus 2015.
65
lebih banyak, sementara waktu pelaksanaan metode ini harus disesuaikan dengan beban kurikulum. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Ibu Fi Ihsani Rohmah selaku guru materi fiqih mengatakan bahwa : “ Tidak semuanya siswa memperoleh kesempatan untuk mempraktikkan materi yang sudah disampaikan oleh guru ketika kegiatan praktek berlangsung, disitu hanyalah sebagian peserta didik yang terlibat dalam kegiatan tersebut, teman yang lain hanya mengamati dan memperhatikan saja, karena adanya waktu yang terbatas”.21 Dari hasil wawancara di atas, maka dapat ditarik suatu informasi bahwa kurangnya waktu ketika pelaksanaan praktek berlangsung
padahal
proses
metode
simulasi
seharusnya
membutuhkan waktu lebih banyak, sementara waktu pelaksanaan metode ini harus disesuaikan dengan beban kurikulum. Itulah beberapa faktor yang mendukung dan menghambat penerapan metode simulasi dalam meningkatkan pemahaman siswa pada materi fiqih di MTs Rifa’iyah Wonokerto. C. Tingkat Pemahaman Siswa pada
Materi Fiqih di MTs Rifa’iyah
Wonokerto. Pemahaman siswa adalah sebuah hasil belajar pada ranah kognitif siswa tingkat dua setelah pengetahuan sebagaimana taksonomi Bloom. Hal ini dapat diartikan bahwa pemahaman siswa merupakan ranah dasar yang harus dicapai siswa dalam sebuah proses pembelajaran. Tingkat pemahaman siswa dilihat
21
Fi Ihsani Rohmah, guru MTs Rifa’iyah Wonokerto, wawancara pribadi, Wonokerto 6 Agustus 2015.
66
menjadi suatu inti pokok dalam menilai hasil proses pembelajaran seperti di MTs Rifa’iyah Wonokerto. Di MTs Rifa’iyah Wonokerto tingkat pemahaman siswa masih perlu ditingkatkan khususnya pada materi fiqih. Hal ini berdasarkan data nilai Ulangan harian tahun pelajaran 2015/2016 dari guru fiqih yang menunjukkan belum tercapainya KKM secara umum pada Bab Thoharoh. Pada data tersebut terlihat bahwa nilai siswa rata-rata kelasnya adalah 69,93 belum mencapai KKM. Selanjutnya diperkuat oleh pendapat yang dikatakan oleh Fi Ihsani Rohmah selaku guru materi fiqih di MTs Rifa’iyah Wonokerto yang mengatakan bahwa : “Selama ini model pembelajaran yang saya gunakan adalah metode ceramah, metode diskusi dan tanya jawab kadang resitasi sebagai tugas siswa ketika dikelas. Terlihat beberapa siswa kurang tertarik dan terlibat langsung dalam materi tersebut. dalam menyerap materi yang saya sampaikan. Hal inilah yang menjadikan sebagian nilai anak kurang maksimal atau dibawah KKM”.22 Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pemahaman siswa di MTs Rifa’iyah Wonokerto perlu di tingkatkan dan diindikasikan bahwa rendahnya minat belajar siswa menjadi kunci utama dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa. Dengan penerapan metode simulasi yang merupakan salah satu upaya meningkatkan pemahaman siswa. Telah diterapkannya metode simulasi di kelas VII B pada materi fiqih mengalami peningkatan sesuai dengan yang di
22
Fi Ihsani Rohmah, guru MTs Rifa’iyah Wonokerto, wawancara pribadi, Wonokerto 6 Agustus 2015.
67
sampaikan oleh Fi Ihsani Rohmah selaku guru materi fiqih di MTs Rifa’iyah Wonokerto yang mengatakan bahwa : “ Alhamdulillah setelah saya terapkan dengan menggunakan metode simulasi terjadi perubahan terhadap siswa. Minat belajar siswa seperti terlihat lebih aktif biarpun keadaan kelas agak sedikit ramai dan ternyata setelah saya adakan ulangan harian kompetensi nilai siswa mengalami peningkatan kirakira sekitar 70% itu kalau diukur pakai prosentase”. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa penerapan metode simulasi pada materi fiqih di MTs Rifa’iyah Wonokerto dapat menjadi alternatif guru dalam mengajar.