34
Bab III Pelaksanaan Penelitian dan Pembahasan
III.1 Daerah Penelitian Penelitian
dilaksanakan
di
tiga
kecamatan,
yaitu
Kecamatan
Porong,
Tanggulangin dan Jabon, Kabupaten Sidoarjo. Ketiga kecamatan tersebut berada di wilayah Kabupaten Sidoarjo bagian Selatan, terletak di antara 112,66°-112,87o Bujur Timur dan antara 7,48°-7,58° Lintang Selatan dengan luas wilayah keseluruhan 11.719,31 hektar atau 18% dari luas seluruh wilayah Kabupaten Sidoarjo (63.438,534 hektar), dengan kondisi ketinggian tanah pada bagian Barat dan tengah 3-10 meter dan berair tawar, sedangkan sebelah Timur berketinggian 0-3 meter dan merupakan daerah pantai pertambakan. Jumlah desa/kelurahan di Kecamatan Porong terdapat 19 desa/kelurahan, Kecamatan Jabon terdapat 15 desa/kelurahan dan Kecamatan Tanggulangin terdapat 19 desa/kelurahan. Daftar nama-nama desa/kelurahan sebagaimana pada Lampiran A.
Secara spesifik, Kecamatan Porong berada di sebelah Selatan Kota Sidoarjo. Wilayah berbatasannya untuk sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Krembung, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Pasuruan dan Kecamatan Jabon, sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Tanggulangin, sedangkan sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Candi.
Kecamatan Tanggulangin berada di sebelah Selatan Kota Sidoarjo. Berdasarkan letaknya, sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tulangan, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Porong, sebelah Utara dan Timur berbatasan dengan Kecamatan Candi.
Kecamatan Jabon berada di ujung Timur–Selatan (Tenggara) Kabupaten Sidoarjo. Perbatasan wilayah sebelah Barat dan Utara berbatasan dengan Kecamatan Porong, sebelah Selatan dan Barat berbatasan dengan Kabupaten Pasuruan, sedangkan sebelah Timur berbatasan dengan Selat Madura.
35
Peta lokasi penelitian sebagaimana disajikan pada Gambar III.1
Gambar III.1. Peta Lokasi Penelitian
Bencana yang terjadi terkait penelitian ini adalah terdapatnya semburan dan luapan lumpur panas di Kabupaten Sidoarjo yang mulai terjadi pada tanggal 29 Mei 2006, yang semula menggenangi daerah seluas 110,84 hektar dan keliling 6,52 kilometer (Bakosurtanal, 2006), telah berkembang hingga mencapai lebih dari 621,9 hektar dan keliling lebih dari 11,76 kilometer. Pusat semburan terletak pada 112,71o Bujur Timur dan 7,52o Lintang Selatan berada di lokasi pengeboran minyak bumi Sumur Banjar Panji-1 (BPJ-1), Desa Renokenongo, Kecamatan Porong. Sumur itu dioperasikan oleh PT.Lapindo Brantas Inc. anak perusahaan PT.Energi Mega Persada Tbk. Wilayah desa-desa yang terkena dampak genangan lumpur meliputi: 1. Desa Kalitengah, Kec.Tanggulangin; 2. Desa Gempolsari, Kec.Tanggulangin; 3. Desa Ketapang, Kec.Tanggulangin; 4. Desa Kedungbendo, Kec.Tanggulangin;
36
5. Desa Siring, Kec.Porong; 6. Desa Jatirejo, Kec.Porong; 7. Desa Renokenongo, Kec.Porong; 8. Desa Glagaharum, Kec.Porong; 9. Desa Mindi, Kec.Porong; 10. Desa Pejarakan, Kec.Jabon; 11. Desa Besuki, Kec.Jabon; 12. Desa Kedungcangkring, Kec.Jabon. Lokasi sesuai nomor urut nama-nama desa terkena dampak genangan lumpur di atas sebagaimana pada Gambar III.2.
Gambar III.2. Wilayah Desa-desa Terkena Genangan Lumpur
37
III.2 Data dan Sumber Data 1. Peta digital bidang tanah dan jaringan jalan Kec.Porong, Kec.Tanggulangin dan Kec.Jabon, Kabupaten Sidoarjo, sumber peta digital SIG PBB dari Kantor Pelayanan PBB Sidoarjo dengan cara menggabungkan peta desa. 2. Citra yang sudah diolah untuk membantu identifikasi batas wilayah yang mengalami bencana banjir lumpur dan Peta Area Terdampak (lampiran dalam Peraturan Presiden RI Nomor 14 Tahun 2007 tentang Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo), sumber dari internet. 3. Peta digital relokasi infrastruktur Porong, sumber dari Tim ITB pemantau kondisi penurunan tanah di Porong, Kabupaten Sidoarjo. 4. Data transaksi jual beli tanah, sumber dari laporan PPAT / Notaris Kabupaten Sidoarjo yang telah disampaikan kepada Kantor Pelayanan PBB Sidoarjo. 5. Kuesioner, dengan responden dari Pegawai KPPBB Sidoarjo dan Mahasiswa MAP angkatan 4 ITB.
III.3 Alat Penelitian 1. ArcView versi 3.3. untuk analisis spasial, diantaranya network analysis, buffering, nearest, dissolve, dan pembuatan layout peta. 2. Mapinfo Professional release 7, untuk menampilkan data spasial dan tabel, editing peta, merubah data poligon menjadi centroid, melakukan query, dan pembuatan peta penggunaan tanah. 3. Microsoft office XP, meliputi Microsoft Word untuk menulis laporan penelitian dan Microsoft Excell untuk analisis statistik, pemrosesan hasil kuesioner perhitungan tabel yang tidak dapat dilakukan ArcView. 4. Software pengolah data statistik SPSS versi 15 untuk mengolah data dan analisis statistik. 5. AutoCAD versi 2002 untuk membuka dan melakukan export data relokasi infrastruktur.
III.4 Skenario Pemecahan Masalah Skenario pemecahan masalah dalam pelaksanaan penelitian ini sebagaimana pada Gambar III.3, dapat dijelaskan sebagai berikut:
38
Kriteria penentu nilai tanah dipilih berdasarkan identifikasi terhadap faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nilai tanah yang dilakukan melalui literature review dan hasilnya terdiri atas jarak bidang ke CBD, jarak bidang ke jalan, jarak bidang ke lokasi bencana, jarak bidang ke relokasi infrastruktur dan jenis penggunaan lahan. Kriteria jarak bidang ke jalan selanjutnya dibagi menjadi sub kriteria jarak bidang ke jalan arteri, jalan kabupaten dan jalan desa. Penentuan nilai bobot setiap kriteria dalam pengaruhnya terhadap nilai tanah diperoleh melalui metode AHP. Demikian juga untuk mendapatkan nilai bobot sub keriteria jalan dilakukan melalui metode AHP.
Untuk mendapatkan nilai skor setiap bidang tanah pada kriteria jarak dari jalan utama dan CBD didasarkan pada nilai jarak yang didapatkan melalui metode analisis jaringan (network analysis). Sebelum dilakukan analisis ditentukan terlebih dahulu lokasi CBD dan jalan-jalan yang tergolong jalan arteri, jalan kabupaten dan jalan desa. Penentuan jarak setiap bidang dengan lokasi bencana menggunakan jarak langsung dari bidang ke batas tepi wilayah bencana (batas wilayah bencana telah ditetapkan sebelumnya). Nilai jarak setiap bidang tanah terhadap jalan utama, CBD dan lokasi bencana digunakan sebagai komponen untuk menentukan skor setiap bidang tanah pada kriteria jarak dari jalan utama, jarak dari CBD dan jarak dari lokasi bencana. Untuk mendapatkan skor terstandardisasi tersebut menggunakan metode transformasi skala linier.
Penentuan skor jarak ke relokasi infrastruktur, sebelumnya dilakukan buffering. Jarak buffer dan skor berdasarkan hasil peneliti lain yang telah melakukan penelitian tingkat ketertarikan nilai lahan terhadap fasilitas jalan utama.
Pembagian jenis penggunaan lahan dilakukan dengan mengidentifikasi jenis penggunaan lahan kondisi eksisting, yang hasilnya kriteria penggunaan lahan dibagi
ke
dalam
jenis-jenis
penggunaan:
perdagangan/perkantoran,
industri/pabrik, perumahan, sawah/kebun, tambak dan penggunaan lain-lain. Penentuan jenis penggunaan lahan untuk setiap bidang tanah dilakukan dengan
39
melakukan identifikasi terhadap data spasial dan join data tabel / data atribut. Penentuan skor jenis penggunaan lahan menggunakan metode AHP.
Tingkat kualitas tiap bidang tanah merupakan sintesis antara bobot masingmasing kriteria dan skor tiap bidang tanah, selanjutnya hasil tingkat kualitas tiap bidang tanah difungsikan sebagai variabel independen (variabel X), sedangkan untuk variabel dependen (variabel Y) berupa data harga jual tanah setelah dilakukan penyesuaian terhadap waktu transaksi dan jenis data. Langkah berikutnya untuk mendapatkan model nilai tanah dilakukan pemodelan terhadap variabel X dan variabel Y dengan menggunakan regresi berganda dan akan dihasilkan empat model regresi, yaitu model linier (lin-lin), model semilog (linlog), model semilog (log-lin) dan model logaritma (log-log). Berdasarkan empat model yang didapatkan dilakukan uji kriteria ekonomi, uji kriteria statistik dan uji kriteria asumsi klasik (uji kriteria ekonometrik) untuk mendapatkan model nilai tanah terbaik. Model terbaik yang dihasilkan digunakan untuk memprediksi nilai per meter persegi setiap bidang tanah untuk seluruh bidang tanah. Hasil penelitian ini adalah peta nilai tanah.
40
Identifikasi kriteria penentu nilai tanah (Literatur review) Pemberian bobot masing-masing kriteria dg metode AHP Jarak ke CBD
Penentuan CBD
Jarak ke jalan
Arteri (Jl.1) Kab (Jl.2)
Jarak ke lokasi bencana
Jarak ke relokasi infrastruktur
Penentuan batas area terdampak
Desa (Jl.3) Pemberian bobot sub kriteria dg metode AHP
Jenis penggunaan lahan
0 (lhn relok)
Dagang/ktr (Lu1)
0
Indt/pabrik (Lu2)
755
Perumahan (Lu3)
1918<
Swh/kebun (Lu4) Tambak (Lu5) Lain-lain (Lu6)
network analysis
Jrk bid ke CBD
jarak langsung
Identifikasi data spasial dan join data tabel
buffering
Skor
Jrk bid ke Jl.1
Skor
Jrk bid ke Jl.2
Skor
Jrk bid ke Jl.3
Skor
Jrk bid ke lok bencana
Skor
Penentuan skor terstandardisasi tiap buffer berdasar penelitian sebelumnya Skor
Skor diturunkan dari jarak. Standardisasi skor dg metode transformasi skala lilnier
Skor
Lu 1
Skor
Lu 2
Skor
Lu 3
Skor
Lu 4
Skor
Lu 5
Skor
Lu 6
Skor ditentukan dg pendekatan metode AHP
Penentuan tingkat kualitas lahan pada masing-masing kriteria (bobot x skor)
Nilai bobot masing-masing kriteria
Tingkat kualitas sesuai masing-masing kriteria pada tiap bidang tanah (sebagai variabel X / independen) Data harga jual tanah
Pemodelan dg metode regresi berganda Model nilai tanah Uji kriteria ekonomi, uji kriteria statistik, uji kriteria asumsi klasik (uji kriteria ekonometrik) Model nilai tanah terbaik
Penyesuaian terhadap waktu dan jenis data Data harga jual tanah setelah penyesuaian (sebagai variabel Y / dependen)
Penentuan nilai tanah / m2 untuk semua bidang tanah Peta Nilai Tanah
Gambar III.3 Skenario Proses Penelitian
41
III.5 Proses Implementasi Berdasarkan skenario pemecahan masalah yang merupakan skenario untuk proses penelitian, selanjutnya dilakukan implementasi melalui proses pekerjaan dengan menggunakan perangkat lunak MapInfo Professional, Microsoft Excell, SPSS dan ArcView. Pelaksanaan proses pekerjaan dan tahap-tahap implementasi diterangkan sebagai berikut:
III.5.1 Identifikasi Kriteria Penentu Nilai Tanah Berdasarkan literature review dari penelitian terdahulu dan referensi lainnya dikaitkan dengan permasalahan dalam penelitian ini maka ditentukan bahwa faktor-faktor atau kriteria penentu nilai tanah yang digunakan dalam penelitian ini meliputi jarak bidang ke CBD, jarak bidang ke jalan, jarak bidang ke lokasi bencana, jarak bidang ke relokasi infrastruktur dan penggunaan lahan.
III.5.2 Pengadaan Data Spasial Data spasial yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini sebagai berikut : 1. Peta bidang tanah Peta bidang tanah menggunakan data spasial SIG PBB dari Kantor Pelayanan PBB Sidoarjo dalam format MapInfo. Data spasial SIG PBB dalam paket data per satuan desa/kelurahan, yang terbagi atas tujuh layer sebagai berikut: - Layer bidang tanah - Layer bangunan - Layer batas blok - Layer jalan - Layer sungai - Layer simbol - Layer teks
Jumlah desa/kelurahan di Kecamatan Porong terdapat 19 desa/kelurahan dengan jumlah objek pajak bumi sebanyak 22.567 objek/bidang, di Kecamatan Jabon terdapat 15 desa/kelurahan dengan jumlah objek pajak bumi sebanyak 21.129 objek/bidang dan Kecamatan Tanggulangin terdapat 19 desa/kelurahan dengan
42
jumlah objek pajak bumi sebanyak 27.774 objek/bidang. Contoh peta bidang tanah seperti ditunjukkan pada Lampiran B.
2. Peta centroid bidang tanah Centroid bidang tanah digunakan untuk pencarian jarak dalam proses network analysis dan pengukuran jarak langsung. Untuk mendapatkan centroid bidang tanah dilakukan proses: -
File bidang yang akan diubah menjadi centroid dibuka data spasial dan data tabel pada MapInfo. Pada tabel melalui table structure dibuat kolom untuk memuat nilai centroid_X (absis) dan centroid_Y (ordinat). Selanjutnya diisikan kolom centroid_X melalui update column dengan nilai centroidX dan kolom centroid_Y dengan nilai centroidY.
-
Data tabel (data non spasial) bidang tanah dari format MapInfo dibuka dan disimpan dalam format Microsoft Excell. Tujuannya adalah untuk mendapatkan data tabel yang telah berisi nilai centroidX dan centroidY yang terpisah atau belum memiliki data spasial.
-
Data tabel bidang tanah dalam format Microsoft Excell dibuka dan disimpan dalam format MapInfo, sehingga hanya didapatkan data tabel tanpa ada data spasial.
-
Dengan menggunakan fasilitas menu Create Points, dari data tabel diperoleh data spasial berupa peta centroid bidang.
Sebagai hasil proses merubah data poligon (bidang tanah) menjadi data titik (centroid bidang tanah) dapat dilihat contoh hasil proses pada Lampiran C.
3. Peta penggunaan lahan Peta penggunaan lahan diperoleh dari penurunan peta bidang tanah dan data tabel penggunaan bangunan (data atributik bangunan). Data penggunaan bangunan dalam program Sistem Informasi Objek Pajak (SISMIOP) sesuai dengan data jenis bangunan sebagaimana pada Tabel III.1. Dengan menggunakan proses join antara data tabel bidang tanah dengan tabel jenis bangunan, maka akan diperoleh peta bidang tanah dengan informasi jenis bangunan.
43
Tabel III.1 Jenis Bangunan Kode
Jenis Bangunan
01
Perumahan
02
Perkantoran swasta
03
Pabrik
04
Toko/Apotik/Ruko
05
Rumah Sakit/Klinik
06
Olah raga/Rekreasi
07
Hotel/Wisma
08
Bengkel/Gudang
09
Gedung pemerintah
10
Lain-lain
11
Bangunan tdk kena pajak
12
Bangunan parkir
13
Apartemen
14
Pompa bensin
15
Tangki minyak
16
Gedung sekolah
Untuk bidang tidak ada bangunan, dalam basis data SISMIOP hanya disebutkan jenis penggunaan tanah sebagai kavling siap bangun dan tanah kosong. Kavling siap bangun dilakukan identifikasi berdasarkan letak objek dan lingkungan sekitarnya. Misalnya kavling atau tanah kosong dalam lingkungan sekitar bangunan yang ada digunakan untuk perumahan, maka digolongkan dalam penggunaan lahan untuk perumahan. Tanah kosong dilakukan identifikasi dari data spasial SIG PBB dan penggunaan citra dari Google Earth dalam format jpg yang memiliki ketelitian rendah-sedang akan diperoleh informasi penggunaan lahan: -
Sawah, kebun (penanaman teratur dan tidak teratur/tegalan), tanah pengembalaan: digolongkan dalam penggunaan lahan sawah/kebun.
-
Tambak
44
-
Pinggiran sungai, kuburan umum (identifikasi dari peta SIG PBB): digolongkan dalam penggunaan lahan lain-lain.
Peta penggunaan lahan yang telah terbentuk selanjutnya digeneralisasi sehingga diperoleh enam jenis penggunaan lahan, yaitu perdagangan/perkantoran, industri/pabrik, perumahan, sawah/kebun, tambak dan penggunaan lain-lain. Peta penggunaan lahan ditunjukkan dalam contoh sebagaimana Lampiran D.
4. Peta jaringan jalan Peta jaringan jalan menggunakan data spasial SIG PBB yang disajikan dalam bentuk poros jalan pada layer jalan. Peta jaringan jalan dalam data spasial SIG PBB terdiri dari jaringan jalan yang mempresentasikan bentuk jalan sebenarnya dan poros jalan. Penggunaan peta jaringan jalan dalam bentuk poros jalan akan difungsikan untuk proses network analysis. Peta jaringan jalan ditunjukkan dalam contoh sebagaimana Lampiran E.
Untuk menghubungkan centroid bidang tanah dengan jaringan jalan terdekat dilakukan digitasi.
5. Penentuan lokasi pusat kota Sebagai pusat kota ditentukan centroid dari bidang tanah Pendopo Kabupaten Sidoarjo. Pemilihan lokasi pusat kota ini didasarkan pada kondisi wilayah Kabupaten Sidoarjo yang memiliki pusat pelayanan pemerintahan dan perdagangan
relatif mengelompok. Pusat pelayanan
pemerintahan yang
berdekatan dengan Pendopo Kabupaten, misalnya: Kantor Pembantu Bupati, Gedung DPRD, Dinas Pendidikan, Dinas Sosial, Kantor Departemen Agama, Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Statistik Daerah, BKKBN, Kantor Telkom, dan lain-lain. Pelayanan perdagangan dan perbankan yang berdekatan dengan Pendopo Kabupaten, misalnya: Ramayana, BPD, BCA, BII, BRI, dan lain-lain.
45
6. Peta area terdampak (peta wilayah bencana lumpur panas) Peta Area Terdampak berasal dari lampiran dalam Peraturan Presiden RI Nomor 14 Tahun 2007 tentang Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo, dan peta tersebut telah ditandatangani Ketua Tim Pelaksana Tim Nasional Penanggulangan Semburan Lumpur Sidoarjo, tanggal 27 Maret 2007 sebagai acuan dalam penentuan wilayah yang akan menerima ganti rugi oleh pihak PT.Lapindo Brantas Inc. kepada masyarakat. Salinan peta area terdampak sebagaimana pada Lampiran F. Peta Area Terdampak dalam penelitian ini digunakan untuk mengenali batasbatas wilayah yang terkena dampak banjir lumpur panas di Kabupaten Sidoarjo.
7. Peta relokasi infrastruktur Peta relokasi infrastruktur dalam format AutoCad diperoleh dari Tim ITB yang memantau perkembangan penurunan dan pergerakan tanah di sekitar pusat semburan lumpur panas di Porong, Kabupaten Sidoarjo. Data spasial tersebut sebelum digunakan di export ke format MapInfo dan selanjutnya dilakukan pemisahan informasi ke dalam bentuk layer-layer. Peta relokasi infrastruktur dalam format MapInfo sebagaimana pada Lampiran G.
III.5.3 Pengadaan Data Non Spasial Data non spasial yang digunakan dalam penelitian ini berupa data transaksi jual beli yang diperoleh dari laporan Notaris/PPAT kepada Kantor Pelayanan PBB Sidoarjo. Data yang dikumpulkan merupakan data transaksi dalam kurun waktu dari Januari 2006 sampai dengan Juli 2007.
Data transaksi dilakukan proses perhitungan sesuai prosedur standar pada Direktorat Jenderal Pajak, dengan memberikan penyesuaian waktu dan jenis data agar sesuai dengan transaksi pada saat penilaian, yaitu per 1 Januari 2008. Penyesuaian waktu dan jenis data berpedoman pada Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-55/PJ.6/1999 tanggal 31 Agustus 1999 tentang Petunjuk Teknis Analisa Penentuan Nilai Indikasi Rata-rata (terlampir dalam Lampiran H). Perhitungan harga data transaksi sehingga menjadi data yang siap digunakan dalam analisis dilampirkan pada Lampiran I.
46
III.5.4 Penerapan AHP Penerapan penggunaan AHP pada penelitian ini adalah untuk penyusunan hierarki dalam rangka penentuan tingkat kualitas bidang tanah dan penentuan bobot kriteria dengan perbandingan berpasangan, serta untuk menghitung skor tiap bidang tanah pada kriteria penggunaan lahan. Hierarki penentuan tingkat kualitas bidang tanah seperti pada Gambar III.4 berikut.
Tujuan
Menentukan tingkat kualitas bidang tanah
Aktor
Pegawai KPPBB Sidoarjo dan Mahasiswa angkatan IV MAP
Jarak ke CBD
Kriteria
Jarak ke Jalan
Jarak ke Jl.Arteri
Sub Kriteria
Jarak ke Jl.Kab
Alternatif
Jarak ke lokasi bencana
Jarak ke relokasi infrastruktur
Jenis penggunaan lahan
Jarak ke Jl.Desa
Semua bidang tanah
Gambar III.4 Hierarki Perhitungan Tingkat Kualitas Bidang Tanah
Tujuan yang akan dicapai dengan menggunakan AHP dalam penelitian ini adalah menentukan tingkat kualitas bidang tanah.
Sebagai aktor atau responden terpilih yang dilibatkan pada penelitian ini sebanyak 20 orang responden berasal dari pegawai Kantor Pelayanan PBB Sidoarjo dan Mahasiswa angkatan IV Program Magister Teknik Geodesi dan Geomatika, Bidang
Pengutamaan
Administrasi
Pertanahan.
Pembatasan
responden
berdasarkan pengalaman dan pengetahuan di bidang penilaian, yaitu pengalaman dalam pekerjaan penilaian pada Seksi Pendataan dan Penilaian, serta pernah mengikuti pendidikan, pelatihan dan kursus-kursus bidang penilaian. Responden dengan kualifikasi tersebut menurut asumsi peneliti memenuhi syarat untuk
47
dijadikan responden. Pendapat responden dari 20 orang responden yang digunakan untuk menghitung dan menentukan bobot kriteria dan skor jenis penggunaan lahan berjumlah 12 responden, karena responden tersebut memberikan pendapatnya secara konsisten. Hasil pengolahan kuesioner dari para responden yang konsisten secara hierarki ditunjukkan pada Gambar III.5, penyajian dalam bentuk tabel ditunjukkan pada Tabel III.2. Skor tiap jenis penggunaan lahan hasil pengolahan kuesioner seperti pada Tabel III.3. Proses perhitungan bobot kriteria dan perhitungan skor jenis penggunaan lahan dapat dilihat pada Lampiran J dan K.
Kriteria penentu nilai tanah dalam penelitian ini terdiri dari jarak bidang ke CBD, jarak bidang ke jalan, jarak bidang ke lokasi bencana, jarak bidang ke relokasi infrastruktur dan jenis penggunaan lahan. Kriteria jarak bidang ke jalan dibagi dalam sub-sub kriteria jarak bidang ke jalan arteri, jarak ke jalan kabupaten dan jarak ke jalan desa.
Obyek yang akan dinilai (ditentukan tingkat kualitasnya) dalam penelitian ini disebut sebagai alternatif. Alternatif meliputi seluruh bidang tanah dalam wilayah Kecamatan Porong, Tanggulangin dan Jabon, Kabupaten Sidoarjo.
Kriteria
Jarak ke CBD (0,24%)
0,24%
Jarak ke Jalan (0,14%)
Jarak ke lokasi bencana (0,51%)
Jarak ke Jl.Arteri (0,56%)
Jarak ke Jl.Kab (0,30%)
Jarak ke Jl.Desa (0,15%)
0,08%
0,04%
0,02%
0,51%
Jarak ke relokasi infrastruktur (0,04%)
0,04%
Bobot Global Gambar III.5. Hierarki Bobot Kriteria Global
Jenis penggunaan lahan (0,07%)
0,07%
48
Tabel III.2 Bobot Kriteria Global Kriteria Jarak dari lokasi bencana Jarak dari CBD Jarak dari jalan Jarak dari jalan arteri Jarak dari jalan kabupaten Jarak dari jalan desa Penggunaan lahan Jarak dari relokasi infrastruktur
Bobot Lokal 0,5069 0,2444 0,1367
0,5584 0,2952 0,1463
0,0748 0,0372
Bobot Global 0,5069 0,2444 0,0763 0,0404 0,0200 0,0748 0,0372 1,0000
1,0000
Tabel III.3 Skor Jenis Penggunaan Lahan Jenis Penggunaan Lahan Perdagangan/- perkantoran Industri/Pabrik Perumahan Sawah/Kebun Tambak Lain-lain
Skor 0,4055 0,2547 0,1724 0,0886 0,0540 0,0247
III.5.5 Penerapan Pendekatan Analisis Spasial Jarak-jarak dari centroid bidang tanah ke pusat kota (CBD), jalan utama dan lokasi bencana diturunkan sebagai skor bidang tanah pada kriteria jarak ke CBD, jarak ke jalan utama dan jarak ke lokasi bencana. Untuk menghitung jarak dari bidang ke CBD dan jarak ke jalan utama menggunakan operasi spasial network analysis dengan memanfaatkan peta centroid bidang tanah, centroid pusat kota (CBD) dan jaringan jalan. Penggunaan network analysis dalam penelitian ini mengabaikan arah jalan untuk menghasilkan jarak terpendek. Untuk menghitung jarak bidang ke lokasi bencana menggunakan jarak langsung yang dihitung berdasarkan jarak centroid bidang tanah ke batas tepi area terdampak banjir lumpur. Sebelumnya batas area terdampak telah ditentukan (sesuai Lampiran F Peta Area Terdampak pada lampiran Peraturan Presiden RI Nomor 14 Tahun 2007). Perhitungan jarak bidang ke batas tepi lokasi bencana menggunakan operasi nearest.
Perhitungan jarak bidang ke relokasi infrastruktur menggunakan buffering. Jumlah buffer, jarak buffer dan skor berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah
49
dilakukan peneliti lain. Menurut Bagio, 2001 dalam tesisnya Pengaruh Pola Konsentrasi Geografis Lokasi Industri terhadap Nilai Tanah Industrial (Studi Kasus Kawasan Industri di Kabupaten Sidoarjo), bahwa jalan utama memiliki daya tarik dan menimbulkan pola konsentrasi objek-objek khusus (industri) dalam jarak 755 meter terhadap jalan utama dan selanjutnya sampai dengan jarak 1.918 meter terdapat pola menyebar dengan perbedaan nilai tanah 12,6%. Dalam penelitian ini dilakukan buffering dan pemberian skor sesuai Tabel III.4 berikut.
Tabel III.4 Jarak dan Skor Buffer Jarak dari Relokasi Infrastruktur Jarak
Kenaikan Nilai
Skor terstandardisasi
0m
137,8 %
137,8% / 137,8% = 1,000000
>0 s.d 755 m
125,2 %
125,2% / 137,8% = 0,908563
755 s.d 1918 m
112,6 %
112,6% / 137,8% = 0,817126
> 1918 m
100 %
100,0% / 137,8% = 0,725689
Nilai bobot masing-masing kriteria penentu nilai tanah disintesiskan/dipadukan dengan nilai skor tiap bidang tanah akan dihasilkan nilai tingkat kualitas bidang tanah/lahan pada masing-masing kriteria per bidang tanah. Contoh perhitungan penentuan nilai tingkat kualitas lahan sebagaimana dilampirkan pada Lampiran L.
III.5.6 Pemodelan Regresi Berganda dan Pengujian Model Nilai tingkat kualitas bidang tanah/lahan yang telah dihasilkan dalam proses di atas berfungsi sebagai variabel independen. Sedangkan data harga transaksi jual beli tanah setelah dilakukan penyesuaian terhadap waktu dan jenis data sebagai variabel dependen. Berdasarkan relasi data tabel, maka dapat dicari bidang tanah yang sekaligus memuat informasi tingkat kualitas bidang tanah dan informasi harga transaksi. Selanjutnya bidang-bidang tanah yang terdapat informasi tingkat kualitas bidang tanah dan informasi harga transaksi dilakukan pemodelan dengan regresi berganda dengan menerapkan empat bentuk model fungsional regresi, yaitu model linier (lin-lin), semilog (lin-log), semilog (log-lin) dan logaritma (loglog).
50
Untuk memilih model terbaik dari empat alternatif model yang akan digunakan dalam mengestimasi nilai tanah di wilayah penelitian dilakukan analisis regresi dengan menggunakan beberapa pengujian, yaitu uji kriteria ekonomi, uji kriteria statistik dan uji kriteria asumsi klasik (uji kriteria ekonometrik), sehingga diperoleh model yang terbaik.
Setelah dianalisis diperoleh model terbaik yaitu model logaritma (log-log) dengan bentuk persamaan model: Ln Y = 15,5234 + 0,6925LnX1 + 0,2516LnX2 + 0,0887LnX3 + 0,1171LnX4 + 1,4569LnX5 Ln Y : logaritma natural prediksi nilai bidang tanah Ln X : logaritma natural tingkat kualitas bidang tanah
Dengan berdasar bentuk persamaan model yang telah dihasilkan, maka prediksi nilai tanah tiap bidang tanah untuk semua bidang tanah dapat dihitung.
Hasil akhir Peta Nilai Tanah hasil analisis dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar III.6.
Sebagai bahan perbandingan disajikan Peta Nilai Tanah hasil analisis petugas penilai Kantor Pelayanan PBB Sidoarjo dapat dilihat pada Lampiran M.