BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1
Tinjauan Umum Pada Bab Pelaksanaan Penelitian ini dimaksudkan untuk memaparkan
tahapan-tahapan dan Metodologi yang dilakukan dalam “Penelitian Pembuatan Peta Zona Rawan Tanah Longsor di Kota Semarang dengan Melakukan Pembobotan Parameter”. Adapun tahapan-tahapan Penelitian yang dilaksanakan antara lain: Lokasi Penelitian, persiapan Penelitian, pengumpulan peralatan dan data Penelitian, pengolahan data Penelitian, dan analisa hasil Penelitian.
3.2
Lokasi Penelitian
3.2.1
Posisi Geografis LokasiPenelitian adalah kota Semarang. Kota Semarang merupakan Ibu
Kota Provinsi Jawa Tengah. Posisi Geografis Kota Semarang terletak di 6°58′ 7°10′ Lintang Selatan dan 109°50′ -110°35′ Bujur Timur.
3.2.2
Batas Wilayah Kota Semarang juga terletak di pantai utara Jawa Tengah, dengan batas-
batas: -
Sebelah barat
: Kabupaten Kendal,
-
Sebelah Timur
: Kabupaten Demak,
-
Sebelah Selatan
: Kabupaten Semarang (Ungaran)
-
Sebelah Utara
: Laut Jawa
III-1
3.2.3
Batas Administrasi
Kota Semarang terdiri atas 16 Kecamatan dan 177 Kelurahan. Disajikan pada tabel 3.1. Tabel 3.1 Batas administrasi kota Semarang No.
Kecamatan
Kelurahan
1
Banyumanik
Pudakpayung, Gedawang, Jabungan, Padangsari, Banyumanik, Srondol Wetan, Pedalangan, Banyumanik, Semarang, Sumurboto, Banyumanik, Semarang, Srondol Kulon, Banyumanik, Semarang, Tinjomoyo, Ngesrep
2
Candisari
Candi, Jatingaleh, Jomblang, Kaliwiru, Karanganyargunung, Tegalsari, Wonotingal
3
Gajahmungkur
Bendanduwur, Bendanngisor, Bendungan, Gajahmungkur, Karangrejo, Lempongsari, Petompon, Sampangan
4
Gayamsari
Gayamsari, Kaligawe, Pandean Lamper, Sambirejo, Sawahbesar, Siwalan, Tambakrejo,
5
Genuk
Bangetayu Kulon, Bangetayu Wetan, Banjardowo, Gebangsari, Genuksari, Karangroto, Kudu, Muktiharjo Lor, Penggaron Lor, Sembungharjo, Terboyo Kulon, Terboyo Wetan, Trimulyo
6
Gunungpati
Cepoko, Gunungpati, Jatirejo, Kalisegoro, Kandri, Mangunsari, Ngijo, Nongkosawit, Pakintelan, Patemon, Plalangan, Pongangan, Sadeng, Sekaran, Sukorejo, Sumurejo
7
Mijen
Bubakan, Cangkiran, Jatibaran, Jatisari, Karangmalang, Kedungpani, Mijen, Ngadirgo, Pesantren, Polaman, Purwosari, Tambangan, Wonolopo, Wonoplumbon,
8
Ngaliyan
Bambankerep, Beringin, Gondoriyo, Kalipancur, Ngaliyan, Podorejo, Purwoyoso, Tambak Aji, Wonosari
9
Pedurungan
Gemah, Kalicari, Muktiharjo Kidul, Palebon, Pedurungan Kidul, Pedurungan Lor, Pedurungan Tengah, Penggaron Kidul, Plamongan Sari, Tlogomulyo, Tlogosari Kulon, Tlogosari Wetan,
10
Semarang Barat
Bojongsalaman, Bongsari, Cabean, Gisikdrono, Kalibanteng Kidul, Kalibanteng Kulon, Karangayu, Kembangarum, Krapyak, Krobokan, Manyaran, Ngemplaksimongan, Salamanmloyo, Tambakharjo, Tawangmas, Tawangsari
11
Semarang Selatan
Barusari, Bulustalan, Lamper Kidul, Lamper Lor, Lamper Tengah, Mugassari, Peterongan, Pleburan, Randusari, Wonodri
III-2
12
Semarang Tengah
Bangunharjo, Brumbungan, Gabahan, Jagalan, Karangkidul, Kauman, Kembangsari, Kranggan, Miroto, Pandansari, Pekunden, Pendrikan Kidul, Pendrikan Lor, Purwodinatan, Sekayu
13
Semarang Timur
Bugangan, Karangtempel, Karangturi, Kebonagung, Kemijen, Mlatibaru, Mlatiharjo, Rejomulyo, Rejosari, Sarirejo, Bandarharjo
14
Semarang Utara
Bulu Lor, Dadapsari, Kuningan, Panggung Kidul, Panggung Lor, Plombokan, Purwosari, Tanjungmas
15
Tembalang
Bulusan, Jangli, Kedungmundu, Kramas, Mangunharjo, Meteseh, Rowosari, Sambiroto, Sendangguwo, Sendangmulyo, Tandang, Tembalang
16
Tugu
Jerakan, Karanganyar, Mangkang Kulon, Mangkang Wetan, Mangunharjo, Randu Garut, Tugurejo
3.3
Persiapan Penelitian Dalam melakukan pemecahan terhadap suatu masalah perlu dilakukan
perencanaan sebagai suatu persiapan sebelum memulai pekerjaan, agar masalah dapat diselesaikan secara efisen dan efektif serta menghasilkan solusi yang berkualitas. Sama prinsipnya dalam Penelitian ini, sebelum melakukan Penelitian dilakukan terlebih dahulu persiapan, agar Penelitian berjalan secara efisien dan efektif.Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam tahap persiapan ini adalah: 1. Studi pustaka atau membaca referensi terkait dengan judul Penelitian. 2. Membuat agenda Penelitian. 3. Pengurusan surat-surat permohonan data ke instansi-intansi terkait. Instansi dalam Penelitian ini adalah BAPPEDA (Badan Perencanaan Daerah) Kota Semarang, BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Kota Semarang, dan BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) Kota Semarang. 4. Survey lapangan.
III-3
3.4
Pengumpulan Peralatan dan Bahan Penelitian
3.4.1
Peralatan Penelitian Peralatan yang digunakan terbagi menjadi dua, yaitu: Hardware -
Komputer (Dual Core, Intel Pentium Processor T440, DDR 2, RAM 3GB, OS Windows XP Profesional)
-
Printer/Plotter
Software
3.4.2
-
ArcGIS10.0
-
ER Mapper 7.0
Data Penelitian Pada tabel disajikan data-data yang digunakan dalam Penelitian, baik data
primer (data utama) yang digunakan dalam pengolahan data, maupun data sekunder yang digunakan untuk mendukung hasil dari pengolahan data primer.
Tabel 3.2 Data primer dan sekunder penelitian
Data Primer No 1
2
3
4
5
Jenis Data
Sumber Data
Peta Admismistrasi Kota
BAPPEDA Kota
Semarang tahun 2011
Semarang
Data Kontur Kota Semarang
BAPPEDA Kota
Interval 2 Meter
Semarang
Peta Jenis Tanah Semarang
BAPPEDA Kota
tahun 2011
Semarang
Citra Landsat 8 Kota
Download dari
Semarang Tahun 2013
www.usgs.gov
Data Curah Hujan Kota
BMKG Kota
Semarang Tahun 2012
Semarang
III-4
Data Sekunder Riwayat Kejadian Longsor di 1
Kota Semarang tahun dan
BPBD Kota
2012, Peta Kejadian Longsor
Semarang
Kota Semarang tahun 2012
3.5
Pengolahan Data Pengolahan data adalah tahap pekerjaan menyusun dan merangkaian
berbagai macam jenis data yang satuan dan fungsinya belum teratur menjadi susunan data yang sistematis dan terinci sesuai dengan fungsi, klasifikasi dan kegunaannya, sehingga data tersebut menjadi tersedia untuk analisa lebih lanjut. Kegiatan yang pertama kali dilakukan dalam Penelitian ini adalah pembuatan peta setiap parameternya (dengan bobotnya masing-masing), yaitu: -
pembuatan peta kelerengan,
-
pembuatan peta penggunaan lahan,
-
pembuatan (editing attribut) peta jenis tanah
-
pembuatan peta curah hujan.
Lalu setelah setiap peta siap, maka dilakukan overlay dan akumulasi bobot seluruh parameter untuk didapatkan klasifikasinya tingkat kerawanannya, setelah itu dilakukan uji validasi dengan data dan peta riwayat longsor dari BPBD Kota Semarang. 3.5.1
Pembuatan Peta Administrasi
1. Add data shp administrasi kota Semarang. 2. Melakukan pengaturan sistem koordinat peta dengan ArcCatalog. Agar menpunyai sistem koordinat yang sama pada masing-masing peta, semua peta disamakan ke datum WGS 1984 dengan sistem koordinat Universal Transverse Mercator(UTM) Zona 49S.Klik Windows – Catalog, lalu akan muncul jendela Catalog, pilih administrasi.shp
III-5
Gambar 3.1 Pilihan properties pada jendela catalog
Klik kanan pada administrasi.shp pilih Properties.Lalu klik tab XY Coordinate System, dan klik select. Seperti pada gambar 3.2.
Gambar 3.2 Pengaturan coordinate system
Pilih Folder Projected Coordinate Systems/UTM/WGS 18984, lalu pilih WGS 1984 UTM Zone 49S.prj, dan klik Add. Seperti pada gambar 3.3.
III-6
Gambar 3.3 Sistem kordinat WGS 1984 UTM Zone 49S
Setelah tampilan seperti pada gambar 3.4, lalu klik Apply dan OK.
Gambar 3.4 Properties peta yang telah memiliki sistem koordinat
III-7
Gambar 3.5 Hasil akhir data spasial peta administrasi kota Semarang
Gambar 3.6 Hasil akhir data atribut peta admnistrasi kota Semarang
III-8
3.5.2
Pembuatan Peta Kelerengan Pembutan peta kelerengan dibuat dari kontur digital kota Semarang
dengan interval kontur 2 meter. Adapun tahap-tahap pembuatannya yaitu: 1. Konversi kontur.dwg ke shp Pada
ArcCatalog,
pilih
folder
yang berisifilekontur.dwg
(dalam
ArcCatalog,filedwg akan terbaca dalam beberapa bentuk: annotation, polygon, polyline dll). Klik kanan Export – To Shapefile(Multiple). 2. Konversi Data shp ke TIN Pada ArcToolbox, Pilih 3D Analyst – TIN Mangement – Create TIN. Isi fieldOutput Folder dan Input Feature Class. Klik OK. 3. Konversi Data TIN ke Raster Pada ArcToolbox, Pilih 3D Analyst – From TIN – TIN to Raster. Isi fieldInput TIN dan Output Raster. Klik OK. 4. Membuat Slope Pada ArcToolbox, Pilih 3D Analyst – Terrain and TIN Surface – Surface Slope. Isi fieldInput Surface dan Output Feature Class, lalu pada field Slope Units pilih Degree. Klik OK. 5. Reklasifikasi Raster Pada ArcToolbox, Pilih 3D Analyst – Raster Reclass – Reclassify. Isi fieldInput Raster dan Output Raster. Klik OK. 6. Konversi Data Raster ke shp Pada ArcToolbox, Pilih Conversion Tools – From Raster – Raster to Polygon. Isi fieldInput Raster dan Output Polygon Features. Klik OK. 7. Potong dengan Batas Kota Semarang Pada ArcToolbox, Pilih Analysis Tools – Overlay – Intersect. Isi fieldInputFeatures dengan slope.shp dan bataskota.shp, lalu isi juga OutputFeaturesClass. Klik OK. 8. Editing Attribute Lalu melakukan Editing Attributesedemikian rupa sesuai dengan nilai bobot setiap kelasnya.Seperti yang ditampilkan pada tabel 3.3.
III-9
Tabel 3.3 Klasifikasi pembobotan parameter kelerengan (Kusratmoko, 2002) Parameter Kelas Lereng (%) >40 25-40 15-25 8-15 0-8
Nilai Bobot (Harkat) 0,45 0,32 0,15 0,07 0,02
Total Bobot (Bobot*40) 18 12,8 6 2,8 0,8
9. Menambahkan Kolom (Field) Luas Menambahkan field luas untuk mengetahui luas setiap kelas parameter kelerengan. Dengan cara klik kanan pada layer curah hujan, pilih Open Attribute Table, lalu pada pojok kiri atas jendela Table klik Table Option – Add Field. Akan keluar jendela Add Field, isikan: -
Name
: Nama Field (Luas)
-
Type
: Double
Selanjutunya klik kanan pada field luas, lalu pilih Calculate Geometry, ganti Units menjadi Hectares (ha). Klik OK.
Gambar 3.7 Hasil akhir data spasial peta kelerengan kota Semarang
III-10
Gambar 3.8 Hasil akhir data atribut peta kelerengan
3.5.3
Pembuatan Peta Penggunaan Lahan Untuk peta penggunaan lahan, prosesnya sedikit berbeda dan lebih
panjang dari peta yang lainnya, yaitu mengolah citra Landasat 8 terupadate (Agustus 2013) terlebih dahulu di softwareER Mapper. 1. Penggabungan Band Buka ER Mapper, klik Edit Algorithm
lalu copy layer “Pseudo Layer”
sebanyak 8 layer, dan rename sesuai nama bandnya pada setiap layer, yaitu band 1-7 dan band 9. Lalu load dataset band 1-7 dan band 9 pada masing-masing layer. Seperti pada gambar 3.9.
Gambar 3.9 Jendela Algorithm setelah dimasukan semua band
Selanjutnya saveAlgorithm, dengan klik
pada Menubar. Pada field:
III-11
Save As
: ketik nama file “gabungband.ers”
Files of Type : ER Mapper Raster Dataset (.ers) Klik OK. Lalu pada field: -
Data Type : ganti menjadi “Unsigned16BitInteger”
-
Centang “Delete output transforms”
-
Klik Default. Lalu klik OK.
Open dataset band yang telah digabung tadi dengan cara klik File – Open, lalu pilih lokasi peyimpanan file tersebut, lalu OK. Dan tampilannya seperti pada gambar 3.10.
Gambar 3.10 Hasil gabung band citra Landsat Jawa Tengah
Lalu atur komposisi band pada Edit Algorithm dengan RGB 764, untuk analisa penggunaan lahan, dan klik
Refresh image with 99% clip limit.
Maka hasilnya seperti pada gambar 3.11.
III-12
Gambar 3.11 LandsatRGB 764 Jawa Tengah
2. Croping Kotak Zoom citra Landsat Jawa Tengah sampai hanya wilayah kota Semarang saja. Seperti pada gambar.
Gambar 3.12 LandsatRGB 764 kota Semarang
III-13
Lalu klik
Save As citra pada jendela utama ER Mapper dengan
filenameBandGabungSemarangKotak.ers.
Pengaturan
dan
langkah-
langakah penyimpanannya sama seperti pada tahap sebelumnya. 3. Rektifikasi Image Rectification adalah proses koreksi geometris pada sebuah citra. Image Rectificationdilakukan karena terdapat kesalahan geometris pada citra atau citra belum memiliki koordinat.Tahap ini dilakukan untuk meminimalisir ataupun menghilangkan kesalahan pada citra yang disebabkan oleh gerakan rotasi bumi, efek kelengkungan bumi, disorientasi wahana dan distorsi relief displacement. Open New Window dan buka citra yang akan direktifikasi. Lalu Klik Ortho and Geocoding Wizard pada jendela utama ER Mapper. Maka muncul jendela seperti pada gambar 3.13.
Gambar 3.13 Jendela Geocoding Wizard
1) Start -
Input File
: BandGabungSemarangKotak.ers
-
Geocoding Type
: Polynomial.
III-14
2) Triangulation Setup -
Pilih Linear.
3) GCP Setup Klik Change, lalu setting: -
Datum
: WGS84
-
Projection
: SUTM49
-
Coord system Type
: Eastings/Northings
-
Klik OK.
4) GCP Edit -
Pilih titik ikat pada citra dan masukkan koordinatnya, minimal 4 buah titik ikat yang berada di setiap sudut citra. Pada Penelitian ini menggunakan koordinat AdminstrasiSemarang.shp dan hasil RMS masuk dalam toleransi yaitu hanya 0.01. Seperti pada gambar 3.14.
Gambar 3.14 Hasil GCP Edit
5) Rectify -
Pilih
lokasi
pemyimpanan
dan
Save
As
dengan
filenameBandGabungSemarangKotak_Rektifikasi.ers -
Klik
-
Muncul jendela info: Rectification finished successfully.
-
Klik OK.
III-15
4. Klasifikasi Supervised Sebelum melakukan klasifikasi diperlukan survey lapangan terlebih dahulu untuk membuat traning area.Hasil survey disajikan dalam tabel 3.4.
Tabel 3.4 Hasil survey lapangan untuk pembuatan traning area Koordinat
Kelas Penggunaan Lahan
Lintang (°)
Bujur (°)
X (m)
Y (m)
Hutan
-7,02871
110,39994
433725,37
9223034,42
Sawah
-6,98121
110,4462
438823,74
9228292,04
Permukiman
6,98901
110,42358
436331,09
9227427,08
Lokasi (sekitar)
Kebun Campuran
-7,03741
110,39079
432716,26
9222071,76
Tinjomoyo, Gunung Pati Masjid Agung Jawa Tengah, Gayamsari Kawasan Simpang Lima, Semarang Tengah UNNES, Gunung Pati
Perkebunan
-7,03515
110,33495
426548,44
9222313,21
BSB, Mijen
Tegalan
-7,0321
110,39745
433450,93
9222665,11
Jl. Satria Utara 2, Gunung Pati
Adapun tahap Klasifikasi Supervised, yaitu: 1) Opendataset citra yang telah direktifikasi, dengan bandRGB 764. 2) Buat traning area, dengan klik Edit – Edit/Create Regions. Laluakan keluar jendela Tools, pilih
Polygon, dan buat poligon-poligon
sesuai kelas penggunaanlahannya. 3) Lalu masih pada jendela Tools, klik Save As. 4) Lalu pada Menu Bars, klik Procces – Classification – Supervised Classification. Akan keluar jendela Supervised Classification, pada field isikan: -
InputDataset
: dataset citra yang akan diklasifikasikan
-
InputBands
: All
-
OutputDataset : lokasi penyimpanan hasil klasifikasi
-
Classification Type
:
Maximum
Likelihood
Enhanced
-
Maximum Likelihood Standard. Klik Setup, lalu uncheck pada kotak Generate Typicality. Klik OK. 5) Selanjutnya, buka jendela baru, dengan klik Windows – Open Window. Lalu klik Edit Algorithm pada jendela ER Mapper, setelah itu klik
III-16
Load Dataset. Pilih dataset yang telah diklasifikasi. Pada layernya ganti Psoudo Layer menjadi Class Display, tampilan jendela dataset akan menjadi putih. Maka berikan warna pada masing-masing kelasnya, dengan klik Edit – Edit Class/Region Color and Name. Hasilnya seperti pada gambar 3.15.
Gambar 3.15 Citra kota Semarang hasil klasifikasi supervised
5. Confusion Matrix Confusion matrix adalah suatu matriks yang mengindikasikan tingkat akurasi citra terkalasifikasi dengan membandingkan dengan data refrensi. Data refrensi ini berasal dari titik ground truth hasil survey lapangan yang berupa file teks ASCII.
III-17
Gambar 3.16 Data refrensi ASCII textfile
Lalu konversi ke erv, dengan klik Utilities – Import Vector and GIS Formats – ASCII Point Attributes – Import. Selanjutnya lihat hasil akurasinya, dengan klik View – Statistics – Confusion Matrix. Akan keluar jendela Confusion Matrix dan isikan: Matrix Type
: Raw Counts
Refrence Dataset
: Data refrensi ASCII textfile (.erv)
Classified Dataset
:Dataset citra yang sudah diklasifikasi
Maka
perhitungan
dari
hasil
Confusion
matrix
tingkat
akurasi
keseluruhan/overall accuracy sebesar 92,357%, masuk dalam batas toleransi yaitu 80%.
III-18
Gambar 3.17 Akurasi hasil perhitungan confusion matrix
6. Konversi ke GeoTIFF Klik Kanan pada dataset citra, pilih File – Save As. Akan keluar jendela Save As, lalu pada field Files of Type pilih GeoTIFF. 7. Konversi ke Shapefile Buka Program ArcGIS 10.0. Add data raster citra, lalu pada pada ArcToolbox, Pilih Conversion Tools – From Raster – Raster to Polygon. Isi field Input Raster dan Output Polygon Features. Klik OK. 8. Editing Attribute Lalu melakukan Editing Attribute sedemikian rupa sesuai dengan nilai bobot setiap kelasnya.Seperti yang ditampilkan pada tabel 3.5.
Tabel 3.5 Klasifikasi pembobotan parameter penggunaan lahan
(Kusratmoko, 2002) Jenis Penggunaan lahan Hutan Sawah Permukiman Kebun Campuran Perkebunan Tegalan
Nilai Bobot 0,01 0,06 0,09 0,21 0,25 0,38
Total Bobot (Bobot*30) 0,3 1,8 2,7 6,3 7,5 11,4
III-19
9. Membuat Kolom (Field) Luas Melakukan cara yang sama seperti pada subsubbab 3.4.2 point 9.
Gambar 3.18 Hasil akhir data spasial peta penggunaan lahan kota Semarang (Tahun 2013)
Gambar 3.19 Hasil akhir data atribut peta penggunaan lahan kota Semarang (Tahun 2013)
III-20
3.5.4
Pembuatan Peta Jenis Tanah
1. Add Data Melakukan cara yang sama seperti peta Adminitrasi. Add data jenis tanah. 2. Pengaturan Sistem Koordinat Peta Tahap ini dikerjakan sama dengan pengaturan sistem koordinat peta administrasi, yaitu dengan mengatur datum WGS 1984 dengan sistem koordinat UTM Zona 49S. 3. Editing Attribute Lalu melakukan Editing Attribute sedemikian rupa sesuai dengan nilai bobot setiap kelasnya. Seperti yang ditampilkan pada tabel 3.6.
Tabel 3.6 Klasifikasi pembobotan parameter jenis tanah
(Kusratmoko, 2002) Erodibilitas
Nilai Bobot
Tinggi Sedang Rendah
0,4 0,3 0,2
Total Bobot (Bobot*20) 8 6 4
4. Membuat Kolom (Field) Luas Melakukan cara yang sama seperti pada subsubbab 3.4.2 point 9.
Gambar 3.20 Hasil akhir data spasial peta jenis tanah kota Semarang III-21
Gambar 3.21 Hasil akhir data atribut peta jenis tanah kota Semarang
3.5.5
Pembuatan Peta Curah Hujan
1. Pembuatan Titik Stasiun Curah Hujan 1) Membuat tabel koordinat pos curah hujan, seperti pada tabel 3.7. Lalu simpan pada tempat penyimpanan. Tabel 3.7 Koordinat pos curah hujan kota Semarang
Pos Hujan Bandara Ahmad Yani Tanjung Mas Tlogosari Semarang Barat (BMKG) Beringin Ngaliyan Candi Klipang Gunung Pati Boja Mijen
X 431397,91 434269,02 436369,59 431512,01 425878,61 428754,48 434609,45 437812,67 428209,70 421148,00
Y 9230721,09 9231609,22 9230285,15 9227957,32 9227728,50 9224968,59 9224423,51 9224427,45 9219550,52 9215007,29
2) Add data tabel pos curah hujan 3) Panggil sheet Excel yang sesuai 4) File Excel akan berada pada Tabel of Content 5) Klik kanan pada layer Excel, pilih Display X,Y Data 6) Akan tampil dialog Display X,Y Data. Pilih X dan Y yang sesusai 7) Klik Edit untuk menambah sistem koordinat. WGS84, UTMS49 III-22
8) Apabila ada dialog Table Does Not Have Object IDField, pilih OK 9) Layer akan menampilkan titik baru yang dibuat 10) Buat permanen layer, dengan cara klik pada layer tabel tersebut dengan cara klik kanan Data – ExportData 11) Lalu simpan dalam format Shapefile 12) Maka hasilnya seperti pada gambar 3.22.
Gambar 3.22 Titik pos curah hujan yang tersebar di kota Semarang
2. Pembuatan Poligon Thiessen 1) Pada ArcToolbox, klik Analysis Tool – Proximity – Create Thiessen Polygons 2) Lalu muncul jendela Create Thiessen Polygons. Pilih : Input Features
: Stasiun Curah Hujan
Output Features Class
: Pilih lokasi penyimpan
Output Fields (optional) : ALL Memasukkan shp wilayah. Klik Environments, lalu pilih Processing Extent. Masukan administrasi.shp. Klik OK.Muncul tampilan sebagai seperti gambar 3.23.
III-23
Gambar 3.23 Hasil pembuatan garis Thiessen
3. Memotong Poligon Thiessen 1) Pada ArcToolbox, klik Analysis Tool – Extract – Clip 2) Lalu muncul jendela Clip. Pilih : Input Features
: ch_thiessen
Clip Features
: admnistrasi_kota
Output Features Class
: Pilih lokasi penyimpan
Klik OK. 4. Editing Attribute Lalu melakukan Editing Attribute sedemikian rupa sesuai dengan nilai bobot setiap kelasnya. Seperti yang ditampilkan pada tabel 3.8.
Tabel 3.8 Klasifikasi pembobotan parameter curah hujan (BMKG)
Curah Hujan Bulanan > 301 mm 101 - 300 mm 0 - 100 mm
Kelas Tinggi Sedang Rendah
Nilai Bobot 0,4 0,3 0,2
Total Bobot (Bobot*10) 4 3 2
5. Membuat Kolom (Field) Luas Melakukan cara yang sama seperti pada subsubbab 3.4.2 point 9.
III-24
Gambar 3.24 Hasil akhir data spasial peta curah hujan kota Semarang (Tahun 2012)
Gambar 3.25 Hasil akhir data atribut peta curah hujan kota Semarang (Tahun 2012)
3.5.6
Overlay Overlay yang digunakan adalah Overlay Intersect. Overlay Intersect di
sini dibagi menjadi tiga yaitu, Overlay Intersect peta parameter dengan peta administrasi, seluruh peta parameter, dan yang terakhir peta kerawanan longsor dengan peta administrasi.
III-25
1. Overlay Intersect Peta Parameter dengan Administrasi Bertujuan untuk mengetahui luas setiap kelas pada masing-masing parameter di setiap kecamatannya. Cara pengerjaannya adalah, pada ArcToolbox, klik Analysis Tools – Overlay – Intersect, lalu akan keluar jendela Intersect. Pada field isikan: -
Input Features
: Pilih peta yang akan dioverlay
-
Features
:
-
Output Features Class
-
Peta Administrasi
-
Peta Parameter (satu per satu)
: Pilih lokasi penyimpanannya.
Klik OK. Selanjutkan pada Attribute Table hasil overlay, tambahkan field luas dan hitung luasnya seperti carapada subsubbab 3.4.2 point 9, namun sebelumnya delete field luas peta administrasi dan luas peta parameternya. Hasilnya disajikan dalam Bab 4 (Hasil dan Pembahasan).
2. Overlay Intersect Seluruh Peta Parameter Menggabungkan seluruh peta parameter untuk mendapatkan Total Bobot Akhir yang kemudian dimasukkan ke dalam kelas-kelas kerawanan longsor. Cara pengerjannya adalah, pada ArcToolbox, klik Analysis Tools – Overlay – Intersect, lalu akan keluar jendela Intersect. Pada field isikan: -
Input Features
: Pilih seluruh peta parameternya
-
Features
:
-
Output Features Class
-
Peta kelerengan
-
Peta penggunaan lahan
-
Peta jenis tanah
-
Peta curah hujan
: Pilih lokasi penyimpanannya.
Klik OK. Lalu klik kanan pada layer peta kerawawan longsor, lalu pilih Open Attribute Table untuk melihat hasilnya. Seperti pada gambar 3.26.
III-26
Gambar 3.26 Attribute Table kerawanan longsor kota Semarang
3. Overlay Intersect Peta Kerawanan Longsor dengan Administrasi Bertujuan untuk mengetahui luas setiap kelas kerawanan longsor di setiap kecamatannya. Cara pengerjaannya adalah, pada ArcToolbox, klik Analysis Tools – Overlay – Intersect, lalu akan keluar jendela Intersect. Pada field isikan: -
Input Features
: Pilih peta yang akan dioverlay
-
Features
:
-
Output Features Class
-
Peta Administrasi
-
Peta Kerawanan Longsor
: Pilih lokasi penyimpanannya.
Klik OK. Selanjutkan pada Attribute Table hasil overlay, tambahkan field luas dan hitung luasnya seperti cara pada subsubbab 3.4.2 point 9, namun
III-27
sebelumnya delete field luas peta administrasi dan luas peta kerawanan longsornya. Hasilnya disajikan dalam Bab 4 (Hasil dan Pembahasan).
3.5.7
Skoring Tahap ini adalah untuk menghitung Total Bobot Akhir (TBA) dari setiap
area yang saling bertampalan/tumpangtindih (overlay) parameternya. Adapun tahapan-tahapannya adalah: 1. Menambahkan Field Total Bobot Akhir (TBA) Klik kanan pada layer kerawanan longsor, pilih Open Attribute Table, lalu pada pojok kiri atas jendela Table klik Table Option – Add Field. Akan keluar jendela Add Field, isikan: -
Name
: Nama Field (TBA)
-
Type
: Double
Klik OK. 2. Menghitung Total Bobot Akhir (TBA) Klik kanan pada field TBA, lalu pilih Field Calculator. Akan muncul jendela Field Calculator, lalu pada field formula TBA, isikan rumus ini: TBA = (KL x 40) + (PL x 30) + (JT x 20) + (CH x 10) Dengan: KL
: Nilai bobot (harkat) parameter kelerengan
PL
: Nilai bobot (harkat) parameter penggunaan lahan
JT
: Nilai bobot (harkat) parameter jenis tanah
CH
: Nilai bobot (harkat) parameter curah hujan
Dengan acuran pada tabel 3.9.
Tabel 3.9 Klasifikasi pembobotan parameter longsor (Kusratmoko, 2002) Parameter Kelerengan Penggunaan Lahan Erodibilitas/Jenis Tanah Curah Hujan
Bobot 40 30 20 10
III-28
Klik OK. Hasilnya seperti pada gambar 3.27.
Gambar 3.27 Attribute Table kerawanan longsor setelah mengitung TBA
3.5.8
Pengkaslifikasian Zona Rawan Longsor Tingkat kerawanan longsor (Kusratmoko 2002) dibagi menjadi 5 kelas,
yaitu: 1. Tidak Rawan : Total Bobot Akhir 7,10 – 13,96 2. Agak Rawan : Total Bobot Akhir 13,97 – 20,82 3. Cukup Rawan : Total Bobot Akhir 20,83 – 27,68 4. Rawan
: Total Bobot Akhir 27,69 – 33,54
5. Sangat Rawan : Total Bobot Akhir 34,55 – 41,40
III-29
Tahap-tahap melakukan pengklasifikasian adalah sebagai berikut: 1. Menambahkan Kolom (Field) Klasifikasi Longsor dan Keterangan Masih pada Attribute Table layer kerawanan longsor, pada pojok kiri atas jendela Table klik Table Option – Add Field. Akan keluar jendela Add Field, isikan: -
Name
: Nama Field (Klasifikasi Longsor)
-
Type
: Text
Klik OK. Lakukan hal yang sama untuk field Keterangan. 2. Mengklasifikasikan TBA Sebelumnya aktifkan editor, dengan cara klik Editor – Start Editing. Lalu pada field Klasifikasi Longsor isikan sesuai dengan range klasifikasi kerawanan longsor. Hasilnya seperti pada gambar 3.28.
Gambar 3.28 Attribute Table pengkaslifikasian kerawanan longsor
III-30