BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Obyek Penelitian Obyek yang diteliti dalam penelitian ini adalah kecakapan manajerial
yang diwakili oleh tingkat efisiensi relatif suatu perusahaan yang diukur dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA), kepemilikan manajerial yang diukur oleh jumlah kepemilikan saham yang dimiliki pihak manajerial, dalam hal ini adalah komisaris dan direksi perusahaan dengan jumlah saham yang beredar seluruhnya, serta manajemen laba yang diukur oleh tingkat akrual diskresioneri dari suatu perusahaan dengan menggunakan Model Jones Modifikasi.
3.2
Metode Penelitian
3.2.1
Desain Penelitian Desain artinya rencana, tetapi apabila dikaji lebih lanjut kata itu dapat
berarti pula pola, potongan, bentuk, model, tujuan dan maksud (Echols dan Hassan Shadily, 1976:177) dalam Rakim (2008). Desain penelitian menurut Mc Millan dalam Ibnu Hadjar (1999:102) adalah rencana dan struktur penyelidikan yang digunakan untuk memperoleh bukti-bukti empiris dalam menjawab pertanyaan penelitian. Dalam penelitian eksperimental, desain penelitian disebut desain eksperimental. Desain eksperimen dirancang sedemikian rupa guna meningkatkan validitas internal maupun eksternal.). (Rakim, 2008) Berdasarkan tujuannya, penelitian ini bersifat asosiatif/hubungan. Tujuan dari penelitian asosiatif adalah untuk mengetahui hubungan antara dua variabel
45
46
atau lebih. Dengan penelitian ini maka akan dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala.
3.2.2
Definisi Dan Operasionalisasi Variabel Menurut Sugiyono dalam Dodiet Aditya (2008:2), variabel penelitian
pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Terdapat tiga variabel yang dikaji dalam penelitian ini, yaitu: 1. Variabel kecakapan manajerial yaitu variabel bebas ( ).
disebut
variabel bebas karena variabel tersebut mempengaruhi variabel lainnya, yaitu variabel manajemen laba (Y). 2. Variabel kepemilikan manajerial yaitu variabel bebas (
).
disebut
variabel bebas karena variabel tersebut ikut mempengaruhi variabel lainnya, yaitu variabel manajemen laba (Y). 3. Variabel manajemen laba yaitu variabel tetap atau terikat (Y) karena dipengaruhi oleh variabel bebas, yaitu variabel 3.2.2.1 Kecakapan Manajerial ( Kecakapan
manajerial
dan
.
) yang
dimaksud
peneliti
adalah
tingkat
keefisiensinan relatif dari suatu perusahaan dalam mengelola masukan atau input seperti faktor-faktor sumber daya dan operasional perusahaan, yaitu total aset, jumlah tenaga kerja, days COGS in inventory, dan days sales outstanding, untuk mencapai target output, yakni penjualan. Tingkat keefisienan relatif ini kemudian
47
dinisbahkan sebagai hasil dari kecakapan manajer. (Indra Isnugrahadi, et al, 2008:13) Dalam mengukur kecakapan manajerial, peneliti menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). 3.2.2.1.1 Data Envelopment Analysis (DEA) Data Envelopment Analysis (DEA) diperkenalkan oleh Charnes, Cooper dan Rhodes (2002). Metode DEA dibuat sebagai alat bantu untuk evaluasi kinerja suatu aktifitas dalam sebuah unit entitas (organisasi). Pada dasarnya prinsip kerja model DEA adalah membandingkan data input berbobot dan output berbobot dari suatu organisasi atau perusahaan (decision making unit, DMU) dengan data input berbobot dan output berbobot lainnya pada DMU yang sejenis. Perbandingan ini dilakukan untuk mendapatkan suatu nilai efisiensi. Efisiensi merupakan salah satu parameter pengukuran kinerja sebuah organisasi. Perhitungan efisiensi di dalam penelitian ini menggunakan software Efficiency Measurement System (EMS). Dengan software Efficiency Measurement System nilai efisiensi dapat diketahui. Model
yang
dipergunakan
untuk
menghitung
efisiensi
dengan
pendekatan DEA :
Keterangan: θ
:nilai efisiensi perusahaan k (dalam penerapannya pada kasus ini, θ adalah nilai kecapakapan manajerial)
48
Ui
: bobot output i yang dihasilkan perusahaan k
Yik
: jumlah output i dari perusahaan k dan dihitung dari i=1 hingga s
Vj
: bobot input j yang digunakan perusahaan k
Xjk
: jumlah input j dari perusahaan k dan dihitung dari j=1 hingga m
NIilai efisiensi tidak boleh melebihi 1 (100%) dan input serta output yang dianalisis harus positif. Dengan kata lain, perusahaan tidak melakukan pemborosan sumber daya jika bernilai 1 (100%), sebaliknya jika nilainya 0 ≤ < 1 , maka perusahaan dinilai inefisien dalam mengelola sumber daya perusahaan yang tersedia. Output yang digunakan hanya satu yaitu penjualan. Penjualan yang dipakai sebagai output karena penjualan merepresentasikan nilai nominal dari produk perusahaan yang merupakan output mendasar dari perusahaan. Item-item yang dijadikan input dikelompokkan menjadi dua faktor yaitu faktor sumber daya (total aset dan jumlah tenaga kerja) dan faktor operasional (Days COGS in Inventory dan Days Sales Outstanding). Berikut ini adalah input yang digunakan dalam perhitungan efisiensi relatif dari suatu DMU, yaitu : a. Total Aset Total aset dimasukkan sebagai input karena aset merupakan faktor sumber daya yang sangat penting dalam menghasilkan penjualan (output). Seorang manajer yang cakap akan mampu mengelola besaran aset yang diperlukan untuk menghasilkan penjualan yang maksimal.
49
b. Jumlah tenaga kerja Disamping aset, faktor sumber daya lain yang berperan menghasilkan penjualan adalah tenaga kerja. Secara umum, untuk nilai penjualan yang tertentu, semakin kecil jumlah tenaga kerja untuk menghasilkan penjualan tersebut maka semakin efisien perusahaan tersebut. c. Days COGS in Inventory (DCI) Variabel
ini
mengukur
besaran
kecepatan
perputaran
sediaan
perusahaan dalam satuan hari. Semakin kecil waktu (hari) yang diperlukan untuk perputaran sediaan maka semakin efisien perusahaan tersebut. Rumus untuk menghitung besaran DCI adalah sebagai berikut:
d. Days Sales Outsatanding (DSO) DSO mengukur waktu yang diperlukan oleh perusahaan untuk mendapatkan kas setelah melakukan penjualan. Semakin cepat perusahaan mendapatkan kas semakin baik. Rumus untuk menghitung DSO adalah sebagai berikut:
Input-input di atas akan membentuk suatu persamaan : Total Input = Total Aset + Jumlah Tenaga Kerja + DCI + DSO
50
3.2.2.2 Kepemilikan Manajerial (
)
Kepemilikan manajerial adalah jumlah kepemilikan saham oleh pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang dikelola (Gideon, 2005). Indikator yang digunakan untuk mengukur kepemilikan manajerial adalah persentase kepemilikan jumlah saham oleh pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang beredar.
3.2.2.3 Manajemen Laba (Y) Indikator dari manajemen laba sebagai variabel tetap (Y) adalah salah satu komponen akrual, yakni akrual diskresioneri. Discretionary accruals digunakan untuk menentukan apakah ada dan berapa besar kecilnya aktifitas rekayasa laba tersebut. Discretionary accruals (DA) merupakan komponen akrual hasil rekayasa manajerial dengan memanfaatkan kebebasan dan keluasaan dalam estimasi dan pemakaian metode atau standar akuntansi
yang sesuai dengan tujuan yang
diharapkan perusahaan. untuk mencari akrual diskresi. Indikator manajemen laba tersebut dapat dijabarkan dalam tahap-tahap berikut : 1.
Menentukan nilai total akrual
2.
Menentukan nilai parameter
51
Untuk menskala data, semua variabel tersebut dibagi dengan aset tahun sebelumnya (
), sehingga formulanya menjadi:
3.
Menghitung nilai NDA
4.
Menentukan nilai akrual diskresioner
Keterangan: : Total Akrual perusahaan i dalam periode t : Laba bersih perusahaan i pada periode t : Arus kas operasi perusahaan i pada periode t : Akrual Nondiskresioner perusahaan i pada periode t : Akrual diskresioner perusahaan i pada periode t : Total aset total perusahaan i pada periode t-1 : Perubahan penjualan bersih perusahaan i pada periode t : Perubahan piutang perusahaan i pada periode t : Total aset tetap perusahaan i pada periode t : Parameter yang diperoleh dari persamaan regresi : Error term perusahaan i pada periode t
52
Berikut ini penilaian discretionary accruals dalam
Sri Sulistyanto
(2008): 1. Jika DA bernilai positif (+), maka perusahaan melakukan manajemen laba dengan cara menaikkan laba perusahaan 2. Jika DA bernilai negatif (-), maka perusahaan melakukan manajemen laba dengan cara menurunkan laba perusahaan 3. Jika DA bernilai nol (0), maka perusahaan tidak melakukan manajemen laba 3.2.2.4 Operasionalisasi Variabel Menurut Imam Chourmain (2008:36), operasionalisasi variabel adalah penarikan batasan yang lebih menjelaskan ciri-ciri spesifik yang lebih substantif dari suatu konsep. Tujuannya agar peneliti dapat mencapai suatu alat ukur yang yang sesuai dengan hakikat variabel yang sudah didefinisikan konsepnya, maka peneliti harus memasukkan proses atau operasional yang akan digunakan untuk kuantifikasi gejala atau variabel yang ditelitinya. Operasionalisasi dari variabel independen dan dependen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Variabel
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Indikator
Variabel Independen Efisiensi relatif perusahaan yang diukur oleh Data Envelopment Analysis dengan ( ) membandingkan antara output dengan Kecakapan manajerial input.
Skala Rasio
53
Variabel Independen ( ) Kepemilikan manajerial
Kepemilikan saham oleh pihak manajemen
Rasio
Variabel Dependen (Y) Manajemen Laba
Discretionary Accruals dengan mengurangi total akrual yang dibagi dengan total aset tahun sebelumnya dengan akrual nondiskresioner.
Rasio
3.2.3 Populasi dan Sampel Penelitian Dalam penelitian ini populasi yang diteliti adalah seluruh perusahaan yang sudah go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 20072009. Pemilihan sampel dalam penelitian ini akan menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria-kriteria sebagai berikut: 1. Perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan termasuk kategori perusahaan manufaktur selama perioda 2007-2009. Perusahaan manufaktur menjadi populasi penelitian karena memiliki populasi terbesar dalam kelompok industri nonkeuangan dan terdiri dari berbagai sub industri yang diharapkan dapat mewakili penelitian ini. 2. Laporan keuangan berakhir setiap tanggal 31 Desember sehingga pada setiap akhir tahun yang menjadi tahun pengambilan sampel (20072009), komponen penyusun laporan keuangan merupakan hasil dari aktifitas operasional perusahaan selama selama setahun penuh dan tidak laporan keuangan tahunan secara parsial.
54
3. Selama periode 2007-2009 perusahaan menerbitkan laporan keuangan dalam mata uang rupiah. Perusahaan dengan mata uang asing tidak dimasukkan menjadi sampel karena menurut PSAK No.52 untuk mengonversi komponen-komponen laporan keuangan ke dalam mata uang
asing
memiliki
perlakukan
yang
berbeda
pada
setiap
komponennya. 4. Laporan keuangan berisi informasi yang lengkap, meliputi komponen kecakapan manajerial, kepemilikan manajerial, dan manajemen laba. 5. Perusahaan yang laporan keuangannya tidak dipubikasikan di BEI
Berikut ini tabel kriteria pemilihan sampel penelitian ini : Tabel 3.2 Kriteria Pemilihan Sampel Kriteria Pengambilan Sampel
No 1
Perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan termasuk
Jumlah 140
kategori perusahaan manufaktur selama perioda 2007-2009 2
Laporan keuangan berakhir selain tanggal 31 Desember
(3)
3
Perusahaan yang tidak terdaftar
(4)
pada awal bulan tahun
2007 4
Laporan keuangan disajikan selain rupiah
5
Perusahaan yang tidak memiliki komponen kepemilikan
(1) (102)
manajerial 6
Perusahaan yang laporan keuangannya tidak dipubikasikan
(1)
di BEI 5
Perusahaan yang dapat dijadikan sampel
29
55
3.2.4
Data dan Sumber Data Sumber data penelitian merupakan faktor penting yang menjadi
pertimbangan dalam penentuan metode pengumpulan data. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, baik untuk variabel independen maupun variabel dependen. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil pengumpulan orang lain (Wawan Junaidi, 2011). Data sekunder diperoleh dari laporan keuangan tahunan yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan yang sudah go public, dan dipublikasikan oleh Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), website resmi BEI yaitu www.idx.com.
3.2.5
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah prosedur sistematik yang dilakukan
peneliti untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan mengungkapan fenomena yang diteliti. Teknik pengumpulan data mengacu pada cara apa yang perlu dilakukan dalam penelitian agar dapat memperoleh data. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data ini merupakan data dokumentasi. Definisi dokumentasi adalah pemberian atau pengumpulan buktibukti dan keterangan (Amir, 2008). Pengumpulan data dokumentasi dilakukan dengan kategori dan klasifikasi data-data tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian, baik dari sumber dokumen, buku-buku, koran, majalah dan sebagainya.
56
3.2.6
Teknik Analisis Data Data yang telah terkumpul harus dianalisis agar memperoleh makna yang
berguna bagi pemecahan masalah yang telah diangkat oleh peneliti. Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif adalah dengan menggunakan statistik. Secara garis besar, metode statistik yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis penelitian adalah statistik deskriptif yang berguna untuk mengetahui ukuran gejala pusat dari variabel tersebut. Selanjutnya metode statistik yang kedua adalah statistik induktif/inferensial yaitu berupa analisis regresi. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan perangkat lunak SPSS (Statistical Program For Social Science) 16.0 for windows. 3.2.6.1 Uji Asumsi Klasik Uji asumsi ini klasik terdiri dari : a. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi variabel dependen dan variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Uji Kolmogorov Smirnov dapat dijadikan dapat dijadikan petunjuk apakah suatu data berdistribusi normal atau tidak. Pada uji Kolmogorov Smirnov jika tingkat signifikansi dibawah 0,05 maka data yang diuji memiliki perbedaan yang signifikan dengan data normal baku sehingga data yang diuji tidak berdistribusi normal.
57
Sebaliknya, jika tingkat signifikansi di atas 0,05 maka data yang diuji memiliki distribusi normal. b. Uji autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi linear terdapat korelasi antar kesalahan pengganggu (residual) pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Cara untuk mendeteksi adanya autokorelasi adalah dengan menggunakan Durbin Watson Test (D-W). Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dalam Imam Ghozali (2009:80) adalah sebagai berikut: 1. Bila nilai D-W terletak antara batas atas (du) dan (4-du), maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi. 2. Bila nilai D-W lebih rendah daripada batas bawal (dl), maka koefisien autokorelasi lebih besar dari nol, berarti terdapat autokorelasi positif. 3. Bilai nilai D-W lebih besar daripada (4-dl), maka koefisien autokorelasi lebih kecil dari nol, berarti terdapat autokorelasi negatif.
58
4. Bilai nilai D-W terletak di antara batas atas (du) dan batas bawah (dl) atau D-W terletak antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan. c. Uji multikolinearitas. Multikolinearitas merupakan suatu keadaan dimana terdapat hubungan yang sempurna antara beberapa atau semua variabel independen dalam model regresi. Tujuan uji multikolinearitas adalah untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi atau hubungan linier antara variabel-variabel bebas. Sebab terjadinya multikolinearitas
karena
sifat-sifat
yang
terkandung
dalam
kebanyakan variabel ekonomi berubah bersama-sama sepanjang waktu. Besaran-besaran ekonomi dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sama. Oleh karena itu, sekali faktor-faktor yang mempengaruhi itu menjadi operatif, maka seluruh variabel akan cenderung berubah dalam satu arah. Pendeteksian multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan tolerance value dan variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jika nilai tolerance value > 0,10 dan VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinearitas. d. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas berarti terdapat varian yang tidak sama dalam kesalahan pengganggu. Pendeteksiannya dilakukan dengan metode
59
Glejser (Arief 1992: 134) yaitu dengan meregresikan nilai absolute residuals. Jika thitung berada diantara ± ttabel, maka tidak terjadi heterokedastisitas. e. Uji Linearitas Uji linearitas dipergunakan untuk melihat apakah model yang dibangun mempunyai hubungan linear atau tidak. Dengan uji linearitas dapat mengkonfirmasikan apakah sifat linear antara dua variabel yang diidentifikasikan secara teori sesuai atau tidak dengan hasil observasi yang ada. 3.2.6.2 Model Pengujian Hipotesis Penelitian ini menggunakan persamaan regresi berganda untuk menguji hipotesisis 1 dan 2. Persamaan regresi tersebut adalah sebagai berikut: Y=a+b
+c
+e
Persamaan regresi untuk menguji pengaruh variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: ABSDACCt =
+
KMt +
KPt + ε
Keterangan : ABSDACCt
: Nilai absolut discresionary accruals pada tahun t
KMt
: Kecakapan manajerial perusahaan pada tahun t
KPt
: Kepemilikan managerial perusahaan pada tahun t : Konstanta : koefisien regresi
ε
: Error term atau tingkat signifikansi sebesar 0,05
60
Analisis terhadap hasil-hasil regresi dilakukan melalui langkah-langkah berikut: 1.
Pengujian Koefiesien Regresi Parsial (uji t) Pengujian ini pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh variabel independen secara individu berpengaruh terhadap variabel dependen. Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut: a. Jika nilai thitung > (+) ttabel atau thitung < (-) ttabel maka variabel independen secara individu berpengaruh terhadap variabel dependen. b. Jika nilai thitung < (+) ttabel atau thitung > (-) ttabel maka variabel independen secara individu tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
2. Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Secara singkat, jika
=1 berarti independent varible berpengaruh sempurna terhadap
dependent variable, sebaliknya jika
= 0 berarti independent variable
tidak berpengaruh terhadap dependent variable.
61