BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian. Paradigma berkaitan dengan cara berpikir dari suatu penelitian. Di dalam penelitian kualitatif, cara berpikir menggunakan logika Paradigma menjadi pemandu peneliti untuk menentukan perspektif teori dan metode penelitian yang akan digunakan. Paradigma yang digunakan dalam penelitian komunikasi adalah paradigma positivistik, postpositivistik, konstruktivis, dan kritis. 1 Seperti yang diuraikan oleh Denzin dan Lincoln (1994), paradigma mencakup keyakinan-keyakinan mengenai ontologi (makhluk seperti apakah manusia itu? Bagaimanakah sifat realitas?), epistomologi (bagaimana hubungan antara peneliti – yang mencari tahu, dengan orang-orang atau fenomena yang diteliti objek pengetahuan, hal yang diketahui?), dan metodologi (bagaimana cara kita dapat mempengaruhi).2 Istilah paradigma mengacu pada set proposisi (pernyataan) yang menerangkan bagaimana dunia dan kehidupan dipersepsikan. Paradigma mengandung pandangan tentang dunia, cara pandang untuk menyederhanakan kompleksitas dunia nyata, dan karenanya, dalam konteks pelaksanaan penelitian,
Aspikom, 2011, Mix Methodology dalam Penelitian Komunikasi. Mata Padi Pressindo. Yogyakarta. Hal 23 2 Kristi Poerwandari, 2013, Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia, LPSP3 UI, Depok. Hal 19 1
35
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
memberi gambaran pada kita mengenai apa yang dianggap mungkin dan sah untuk dilakukan, apa yang dapat diterima oleh akal sehat.3 Pada penelitian ini, peneliti menggunakan paradigma Konstruktivisme. Konstruktivisme mengklaim bahwa kebenaran bersifat relatif dan kebenaran tersebut tergantung pada suatu perspektif. Menurut Searle (1995) dalam Jack dan Baxter (2008) konstruktivisme adalah membangun berdasarkan konstruksi realitas sosial. Dengan pendekatan ini terdapat kolaborasi antara peneliti dengan partisipan; yang memungkinkan partisipan untuk menceritakan kisahnya. Berdasarkan kisah partisipan, peneliti dapat mendeskripsikan pandangan tentang realitas; dan kisah ini memungkinkan peneliti untuk memiliki pemahaman yang lebih mengenai tindakan partisipan (Later, Robottom dan Hear dalam Jack dan Baxter, 2008)4 Keterkaitan antara Paradigma Konstruktivis dengan penelitian ini adalah adanya hubungan antara peneliti dengan partisipan. Di dalam hal ini,peneliti dan partisipan yang akan diteliti memiliki keterikatan sebagai pengguna KRL yang tergabung di dalam Komunitas Jalur Serpong. Dan pemikiran peneliti menjadi terbuka dengan adanya paradigma ini. Dan seperti yang diuraikan oleh Denzin dan Lincoln (1994), bahwa paradigma mencakup keyakinan tentang epistomologi (bagaimana hubungan antara peneliti – yang mencari tahu, dengan orang-orang atau fenomena yang diteliti objek pengetahuan, hal yang diketahui?). akan dikaitkan dengan penelitian ini.
3 4
Ibid, Hal 19 Aspikom, op.cit., Hal 207
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
3.2. Tipe penelitian. Tipe penelitian yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif untuk memperoleh kohesivitas yang terjadi di dalam komunitas sosial maya whatsapp group Jalur Serpong Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, persitiwa, kejadian, yang terjadi saat sekarang. Penelitian deskriptif memusatkan perhatian pada masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian
berlangsung.
Melalui
penelitian
deskriptif,
peneliti
berusaha
mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakuan khusus terhadap peristiwa tersebut. 5 Penelitian
sosial
mengunakan
format
deskriptif
bertujuan
untuk
menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu. Kemudian menarik ke permukaan sebagai suatu ciri atau gambaran tentang kondisi,situasi ataupun variabel tertentu. 6 Alasan peneliti melakukan penelitian deskriptif kualitatif karena peneliti ingin menggambarkan dan menjelaskan keadaan yang diteliti lebih mendalam mengenai kohesivitas yang terjadi di dalam komunitas sosial maya Jalur Serpong yang percakapannya aktif di dalam whatsapp group. Serta meringkaskan kondisi dan situasi yang terjadi di timbul di dalam komunitas maya Jalur Serpong. Juliansyah Noor, 2011, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah, Kencana, Hal. 35 6 Burhan Bungin, 2013, Metodologi Penelitian sosial dan ekonomi, Kencana, Jakarta. Hal 48 5
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
3.3. Metode Penelitian. Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah studi kasus. Studi kasus adalah suatu inkuiri empiris yang:7 1. Menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata, bilamana: 2. Batas-batas antara fenomena dan konteks tak tampak dengan tegas: dan dimana: 3. Multisumber bukti dimanfaatkan Secara umum, studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan how atau why, bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol persitiwa-peristiwa yang akan diselidiki, dan bilamana fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer (masalah kini) di dalam konteks kehidupan nyata.8 Penelitian studi kasus harus mampu membawakan gambaran kepada orang lain apa yang akan dianalisis oleh peneliti. Di setiap penelitian studi kasus haruslah unik dan menarik, karena studi kasus harus membawa ketertarikan orang lain untuk mengajak orang yang membaca penelitian ini seakan-akan ikut mengalami pada setiap situasi yang ditulis. Creswell (1998) menyatakan bahwa studi kasus (case study) adalah suatu model yang menekankan pada eksplorasi dari suatu “sistem yang berbatas” (bounded system) pada suatu kasus atau beberapa kasus secara mendetail, disertai 7 8
Robert K. Yin, 2008, Studi kasus desain dan metode, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Hal 18 Ibid, Hal 1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
dengan penggalian data secara mendalam yang melibatkan beragam sumber informasi yang kaya akan konteks. 9 Terdapat beberapa bentuk studi kasus yang disesuaikan dengan tujuan dan metodologi yang mendasari. Stake (1995) mengemukakan tiga bentuk studi kasus.10 1. Studi kasus intrinsik Studi kasus ini dilakukan untuk memahami secara lebih baik dan mendalam tentang suatu kasus tertentu. Studi atas kasus dilakukan karena alasan peneliti ingin mengetahui secara intrinsik suatu fenomena, keteraturan, dan kekhususan kasus. 2. Studi kasus instrumental Studi kasus instrumental merupakan studi atas kasus untuk alasan eksternal, bukan karena ingin mengetahui hakikat kasus tersebut. Kasus hanya dijadikan sebagai sarana untuk memahami hal lain di luar kasus seperti untuk membuktikan suatu teori yang sebelumnya sudah ada. 3. Studi kasus kolektif Studi kasus ini dilakukan untuk menarik kesimpulan atau generalisasi atas fenomena atau populasi dari kasus-kasus tersebut. Studi kasus kolektif ingin membentuk suatu teori atas dasar persamaan dan keteraturan yang diperoleh dari setiap kasus yang diselidiki.
Haris Herdiansyah, 2010, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, Salemba Humanika, Jakarta, Hal 76 10 Ibid, Hal 79 9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
Jika penelitian ini dikategorikan ke dalam bentuk-bentuk studi kasus yang telah diuraikan sebelumnya, maka penelitian ini masuk ke dalam studi kasus intrinsik, karena studi kasus ini berkaitan dengan fenomena, dan adanya kekhususan kasus yaitu kohesivitas yang terjadi di dalam komunitas maya. Sehingga, studi kasus intrinsik ini mengarah kepada penelitian kualitatif. Dibandingkan dengan studi kasus instrumental atau kolektif yang mengarah kepada studi kasus dengan pendekatan kuantitatif. 3.4.Subyek Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti telah memilih beberapa informan atau narasumber yang berkaitan dengan judul penelitian. Sebelumnya, peneliti telah melakukan observasi dan mengamati orang-orang yang memiliki faktor dalam membentuk kohesivitas di Komunitas Jalur Serpong. Pemilihan subyek penelitian dilihat dari aktifnya anggota komunitas di dalam whatsapp group untuk terus berusaha membentuk kohesivitas. Peneliti mengambil 6 narasumber dari 90 anggota di dalam grup Komunitas Jalur Serpong. Beberapa subyek penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini adalah: 1. Ismi Prihartono Ismail: merupakan orang yang membuat ide komunitas Jalur Serpong, yang awalnya keseluruhan anggotanya ia kumpulkan dari twitter @JalurSerpong. Dengan sebutan “mimin”, ia telah membuktikan usahanya untuk membuat kohesivitas dalam kelompok ini. Tentu saja, dengan bantuan beberapa teman yang lain, ia tak mungkin membawa kekompakan kelompok ini untuk membuat banyak kegiatan-kegitan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
positif. Dengan bantuan Ismi, peneliti meminta bantuan dan kerjasamanya untuk memilih beberapa anggota lainnya yang memiliki rasa kohesivitas dalam kelompok. 2. Rama Daniswara, bertugas untuk mengkoordinir acara-acara yang diselenggarakan komunitas Jalur Serpong. Dalam hal ini, ia harus mengatur panitia yang dibentuk untuk membuat acara. Dan dia yang harus memiliki rasa untuk bersedia bekerja sama. 3. Tika Oktavia, sebagai pengguna KRL yang sudah cukup lama sekitar 3 tahun bergabung dengan komunitas ini, Tika berupaya dalam membuat suatu identitas Komunitas Jalur Serpong, seperti Sticker, Lanyard, Keychain, Polo Shirt komunitas, dan sebagainya. Tentu saja, dengan adanya identitas ini, akan membentuk kohesivitas komunitas Jalur Serpong. 4. Chairul Hakim, berperan sebagai orang yang selalu memberikan bahan hiburan untuk komunitas Jalur Serpong, karena salah satu upaya dalam membentuk kohesivitas adalah membuat suasana menjadi menyenangkan. 5. Andreansyah, dimana dia membuat komunikasi yang persuasif untuk membentuk kohesivitas di dalam whatsapp group. Mulai dari penggunaan emoticon, kata-kata yang ia buat, menjadi suatu trademark tersendiri untuk menjadi bahasa sehari-sehari di dalam komunitas. 6. Rifkha Dhimas Habibie, dikenal dengan gayanya yang periang dan meramaikan isi perbincangan di dalam grup. Idenya kini mengadakan Selfie of The Day didukung oleh teman-teman yang lain. Hal yang ia
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
lakukan tentunya membuat ikatan pertemanan di dalam grup untuk saling mengenal semakin menguat karena kita bisa mengenal wajah mereka jika belum sempat bertemu. 3.5. Teknik Pengumpulan Data Untuk mendukung penelitian kualitatif yang biasanya lebih banyak berbentuk kata-kata dan kalimat, teknik pengumpulan data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua data, yaitu primer dan sekunder. Menurut Lofland dan Lofland (1984: 47) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi ke dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto, dan statitistik.11 Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dipastikan dalam bentuk kata-kata. Dalam hal ini beberapa sumber data atau teknik pengumpulan data yang biasa digunakan peneliti kualitatif adalah (1) wawancara dengan informan, (2) observasi langsung terhadap berbagai hal, (3) kajian terhadap berbagai bahan tertulis, (4) analisis terhadap foto, video, gambar, ilustrasi, karikatur.12
Lexy J. Moleong, 2007, Metode Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. Hal 157 12 Prasetya Irawan, 2007, Penelitian Kualitatif & Kuantitatif untuk Ilmu-ilmu sosial, Fisip UI, Depok. Hal 68 11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
3.5.1. Data Primer Di dalam penelitian ini, data yang akan digunakan oleh peneliti berdasarkan dari hasil observasi dan tahap selanjutnya adalah wawancara. Observasi digunakan dalam teknik kualitatif karena suatu objek hanya dapat diungkap datanya apabila peneliti menyaksikannya langsung. Di samping itu, peneliti ingin mengungkapkan gerak-gerik, sikap, suasana, dan kesan yang akan ditangkap setelah melakukan observasi. Suatu usaha pengamatan dikatakan sebagai teknik observasi karena memiliki kriteria sebagaimana dikatakan oleh Selltiz (Bungin, 2007:15) yaitu:13 1. Pengamatan digunakan dalam penelitian dan telah direncanakan secara serius. 2. Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan. 3. Pengamatan dicatat secara sistematik dan dihubungkan dengan proposisi umum dan bukan dipaparkan sebagai suatu yang hanya menarik perhatian. 4. Pengamatan dapat dicek atau dikontrol mengenai keabsahannya. Peneliti termasuk kedalam observasi berperan serta, karena peneliti juga ikut terlibat dengan kegiatan dan percakapan mereka sehari-hari. Selain melakukan pengamatan, peneliti juga ikut merasakan apa yang dikerjakan oleh sumber data. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam dan sampai mengetahui tingkat perilaku yang nampak. Djam’an Satori dan Aan Komariah, 2009, Metodologi Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung, Hal 107 13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
Periode riset yang ditentukan peneliti adalah dari mulai bergabungnya peneliti dari tahun 2013 sampai sekarang, dan hanya point-point tertentu yang akan di gunakan peneliti sebagai bahan referensi untuk menunjang penelitian. Setelah melakukan obervasi pada tempat penelitian, untuk mendukung pengumpulan data selanjutnya adalah melakukan wawancara. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara narasumber yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Wawancara bisa dilakukan dalam format tidak terstruktur, semi terstrukutur, atau terstruktur. Wawancara juga bisa dengan satu orang, atau dengan kelompok orang (group interview). Kita menggunakan tekhnik wawancara jika seluruh atau bagian besar data yang kita perlukan ada dalam benak informan. Selain itu wawancara pada jaman ini sudah dimungkinkan dengan cara jarak jauh, baik melalui telepon, internet, atau alat teknologi lainnya.14 Peneliti menggunakan wawancara yang tidak terstruktur. Wawancara ini adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.15
14 15
Prasetya Irawan, op.cit., Hal 68 Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Kuantatif, Kualitatif, dan R&D, Alfabeta, Bandung. Hal 140
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
Wawancara yang akan dilakukan oleh peneliti akan dilakukan secara face to face, agar pada saat proses wawancara bisa dilakukan lebih mendalam dan valid karena tidak terbatas. Namun, memungkinkan terjadinya wawancara secara online jika narasumber memiliki keterbatasan waktu untuk bertemu dengan peneliti. 3.5.2. Data Sekunder Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian sejarah kehidupan (life histories), cerita, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. 16 Penggunaan dokumen untuk data pendukung dari penelitian ini, peneliti akan menggunakan dokumen yang berbentuk screenshot percakapan dalam whatsapp group dan beberapa foto-foto kegiatan Komunitas Jalur Serpong dalam mendukung kohesivitas dalam komunitas maya ini.
16
Sugiyono, 2005, Memahami Penelitian Kualitatif, IKAPI Jawa Barat, Hal 82
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
3.6. Teknik Analisis Data Analisis data kualitatif (Bogdan & Biklen, 1982) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilahmilahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.17 Pada penelitian kualitatif, dari hasil pengumpulan data yang didapatkan dari observasi dan wawancara, terdapat kosakata khusus yang digunakan para subjek penelitian. Tujuannya kosakata atau kode dari hasil pengumpulan data tersebut, untuk membedakan setiap jenis kegiatan, membedakan para peserta, gaya berperanserta yang berbeda, dan lain-lain. Oleh karena itu teknik analisis data ini bertujuan sebagai kunci dari peneliti untuk dapat memproses hasil dari pengumpulan data yang sudah dikumpulkan. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Dalam hal ini Nasution (1998) menyatakan “Analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Analisis data menjadi pegangan penelitian selanjutnya sampai jika mungkin, teori yang grounded”. Namun, dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan
17
Lexy J. Moleong, op.cit., Hal 248
http://digilib.mercubuana.ac.id/
47
pengumpulan data. Dalam kenyatannya, analisis data kualitatif berlangsung selama proses pengumpulan data dari pada setelah selesai pengumpulan data.18 Tahap pengumpulan data berisi tentang serangkaian proses pengumpulan data yang sudah dimulai ketika awal penelitian, baik melalui wawancara awal maupun studi pre-eliminary. Selanjutnya, tahap reduksi data yang berisi tentang proses penggabungan dan penyeragaman segala bentuk data yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan (script) yang akan dianalisis. Tahap display data berisi tentang pengolahan data setengah jadi yang sudah seragam dalam bentuk tulisan dan sudah memiliki alur tema yang jelas ke dalam suatu matriks kategorisasi sesuai tema-tema yang sudah dikelompokkan dan dikategorikan, serta akan memecah tema-tema tersebut ke dalam bentuk yang lebih konkret dan sederhana yang disebut dengan subtema yang diakhiri dengan pemberikan kode dari subtema tersebut sesuai dengan verbatim wawancara yang sebelumnya telah dilakukan. Tahap kesimpulan / verifikasi merupakan tahap terakhir. Kesimpulan menjurus pada jawaban dari pertanyaan penelitian yang diajukan dan mengungkap “what” dan “how” dari temuan penelitian tersebut.19
18 19
Sugiyono, op.cit., Hal 89 Haris Herdiansyah, op.cit., Hal 180
http://digilib.mercubuana.ac.id/
48
3.7. Teknik Keabsahan Data Yang dimaksud dengan keabsahan data adalah bahwa setiap keadaan harus memenuhi: (1) mendemonstrasikan nilai yang benar, (2) menyediakan dasar agar hal itu dapat diterapkan, dan (3) memperbolehkan keputusan luar yang dapat dibuat tentang konsistensi dari prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan keputusan-keputusannya.20 Pemeriksaan terhadap keabsahan data pada dasarnya, selain digunakan untuk menyanggah balik apa yang dituduhkan kepada penelitian kualitatif yang mengatakan tidak ilmiah, juga merupakan unsur yang tidak terpisahkan dari tubuh pengetahuan penelitian kualitatif.21 Keabsahan data dalam penelitian kualitatif dijelaskan melalui empat hal, yaitu credibility, transferability, dependability, dan confirmability.22 1. Credibility (dapat dipercaya) dicapai dengan jalan mengumpulkan data seobjektif mungkin dan selengkap mungkin. Jika perlu dilakukan traingulasi dengan berbagai sumber, dan dicek berulang-ulang sebelum disimpulkan. 2. Transferability (berlaku di konteks lain) dicapai dengan “menguji” kesimpulan di tempat lain yang serupa dengan lokus (konteks) penelitian kita. Jika kesimpulan ini juga berlaku di konteks lain, maka tercapailah ciri transferability. Lexy J. Moleong, op.cit. Hal 321 Ibid, Hal 320 22 Prasetya Irawan, op.cit., Hal 85 20 21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
49
3. Dependability (konsisten) tercapai jika penelitian yang sama dilakukan beberapa kali dan tetap menghasilkan kesimpulan yang sama (similar). Konsep ini setara dengan “reliabilitas” dalam penelitian kuantitatif. 4. Confirmability (kepastian) tercapai jika peneliti dapat meyakinkan pembaca atau peneliti lain bahwa data yang ia kumpulkan adalah data “objektif” seperti apa adanya di lapangan. Peneliti
menggunakan
credibility
(kepercayaan)
karena
peneliti
mengumpulkan data dari sumber yang sudah terpercaya dan benar adanya sebagai anggota komunitas yang memiliki konstribusi dalam membentuk kohesivitas. Peneliti juga menggunakan triangulasi sumber. Triangulasi sumber untuk23 menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Untuk menguji kredibilitas penelitian ini tentang kohesivitas komunitas maya, maka pengumpulan dan pengujian data yang diperoleh dilakukan dari anggota komunitas yang memiliki peran dalam membentuk kohesivitas.
23
Sugiyono, op.cit., Hal 127
http://digilib.mercubuana.ac.id/