33
BAB III METODOLOGI 3.1.
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitiatif dan kualitatif.
Metode penelitian yang digunakan berupa (a) full enumeration survey, yaitu mewawancarai seluruh rumahtangga yang ada dalam suatu dukuh/kampung, atau dalam desa yang bersangkutan sehingga data yang disajikan merupakan gambaran lengkap dari ’dukuh penelitian’ (Wiradi, 1984).; (b) Survei pada rumahtangga kasus yang dipilih sesuai dengan tingkat stratifikasi yang ditentukan dari jumlah lahan yang dikuasainya. Wawancara mendalam (indepth interview) maupun diskusi kelompok terarah (FGD) dilakukan untuk mengumpulkan data berkenaan sistem kekerabatan, khususnya aspek budaya dan adat masyarakat yang berhubungan dengan nilai-nilai (values) gender baik pada tingkat keluarga maupun dalam masyarakat. Wawancara mendalam (indepth interview) juga dilakukan untuk mengetahui pengakuan desa atas kepemilikan lahan oleh laki-laki dan perempuan. Pengumpulan data yang dilakukan dengan full enumeration survey dan survei rumahtangga kasus menggunakan kuesioner terstruktur yang mencakup kuesioner-kuesioner profil rumahtangga, usahatani pendapatan rumahtangga dan akses kontrol anggota rumahtangga atas kepemilikan sumberdaya agraria, penguasaan sumberdaya agraria dan manfaat dari pengelolaan sumberdaya agraria. Adapun kuesioner profil rumahtangga, usahatani dan pendapatan rumahtangga diadopsi dari penelitian Riset Unggulan Terpadu (RUT), Mugniesyah dkk (2001-2003).
34
Data yang akan digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer mencakup semua data yang berkaitan dengan variabel bebas (independent variable) dan tidak bebas (dependent variable) yang tertera dalam bagan kerangka pemikiran. Data primer juga mencakup informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi. Full enumeration survey, sebagai salah satu alat untuk mengumpulkan data primer, dilakukan setelah melakukan seleksi dusun dan kampung. Hal ini dilakukan untuk memperoleh gambaran realita karakteristik rumahtangga pengelola sumberdaya agraria dari aspek demografi, kepemilikan dan penguasaan lahan, benda berharga lainnya yang berhubungan dengan pertanian, menyangkut akses terhadap beragam kelembagaan formal maupun informal serta hal-hal yang berhubungan dengan kondisi perumahan mereka. Kondisi sosial ekonomi ini penting untuk digali guna memperoleh gambaran bagaimanakah kondisi gender dalam rumahtangga petani Teknik diskusi kelompok terarah dan pertemuan kelompok menjadi bagian integral dalam mengenali berbagai hal yang berhubungan dengan praktekpraktek usahatani yang telah dikembangkan, serta menjadi alat untuk menggali sistem nilai serta derajat pengakuan tokoh masyarakat atas kepemilikan dan penguasaan sumberdaya agraria oleh laki-laki dan perempuan. Data sekunder yang dikumpulkan mencakup data, dokumen-dokumen, hasil dokumentasi serta laporan-laporan penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Data sekunder mencakup semua data yang mendukung penelitian ini, baik data yang diperoleh dari pemerintah maupun dari kelembagaan setempat, baik lembaga pemerintahan dan NGO setempat
35
3.2.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Cipeuteuy Kecamatan Kabandungan
Kabupaten Sukabumi Propinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purpossive) dengan pertimbangan bahwa sebagian dari wilayah Desa Cipeuteuy termasuk ke dalam wilayah Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. Wilayah tersebut berada pada daerah dengan latar belakang budaya Sunda yang Bilateral dengan asumsi baik laki-laki dan perempuan mempunyai akses dan kontrol terhadap penguasaan dan kepemilikan lahan. Penelitian ini dilaksanakan pada tiga kampung di Desa Cipeuteuy Kecamatan Kabandungan Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat yaitu Kampung Sukagalih, Cisalimar dan Pasir Masigit. Pada desa tersebut dipilih satu Dusun yang memiliki pola penguasaan lahan yang beragam, yakni Dusun Pandan Arum dan setelahnya dipilih 3 Kampung yang menjadi sampel penelitian. Adapun pemilihan Dusun dan Kampung dilakukan secara purpossive, selain sesuai dengan tujuan juga mencakup desa yang memiliki potensi pertanian yang berbeda. 3.3.
Penentuan Sampel dan Responden Populasi penelitian ini adalah masyarakat di Kampung Sukagalih,
Cisalimar dan Pasir Masigit yang berlokasi di Dusun Pandan Arum, Desa Cipeuteuy Kecamatan Kabandungan, Sukabumi, Jawa Barat. Analisis yang digunakan mencakup individu dan rumahtangga. Unit analisis individu digunakan untuk memperoleh informasi, khususnya yang menyangkut persepsi, pengetahuan, sikap dan tindakan dalam pengelolaan lahan. Unit analisis rumahtangga digunakan untuk menganalisis/mempelajari dinamika intra dan inter rumahtangga petani yang berkenaan dengan pemilikan dan penguasaan sumberdaya agraria.
36
Adapun rumahtangga sampel pada penelitian ini adalah seluruh rumahtangga pertanian yang ada di tiga Kampung tersebut. Pemilihan rumahtangga sampel dilakukan secara acak terstratifikasi (stratified random sampling) berdasar stratifikasi penguasaan lahan (luas, sedang, sederhana dan Tunakisma/landless). Masing-masing pada tiga tingkatan stratum diambil secara purpossive sebanyak 10 rumahtangga. Responden terdiri dari anggota rumahtangga laki-laki dan perempuan usia produktif. Selain responden, akan dipilih aparat desa, dan tokoh masyarakat baik laki-laki dan perempuan sebagai informan dalam penelitian ini. Dari hasil pencacahan lengkap (full enumeration survey) diketahui jumlah rumahtangga yakni berturut turut sebayak 30 rumahtangga di kampung Sukagalih, 39 rumahtangga di Cisalimar, dan 31 rumahtangga di Pasir Masigit. Lebih lanjut, dari hasil sensus rumahtangga tersebut diperoleh gambaran stratifikasi rumahtangga, seperti pada Gambar 1. yang dirumuskan dari FGD yang dilakukan pada tiga kampung, yakni sebagai berikut: 1. Stratum A, yang selanjutnya akan disebut dengan Stratum Atas adalah tingkat stratifikasi yang tergolong dalam rumahtangga petani berlahan luas dengan jumlah penguasaan lahan 5000 m2 - >20.000 m2. 2. Stratum B, yang selanjutnya disebut sebagai Stratum Menengah adalah tingkat stratifikasi yang tergolong dalam rumahtangga petani berlahan sedang dengan jumlah penguasaan lahan 2000 m2 – 5000 m2. 3. Stratum C, yang selanjutnya disebut sebagai Stratum Bawah adalah tingkat stratifikasi yang tergolong dalam rumahtangga petani berlahan sederhana dengan jumlah penguasaan lahan < 2000 m2.
37
4. Stratum D, yang selanjutnya disebut dengan Tunakisma adalah tingkat stratifikasi yang tergolong dalam rumahtangga petani tidak berlahan (landless), yakni para petani yang tidak mempunyai lahan milik maupun lahan garapan. Adapun komposisi responden yang di survei dari tiga kampung menurut tingkat stratifikasinya adalah sebagai berikut: 1. Kampung Sukagalih, dari 30 rumahtangga yang di survei terdistribusi ke dalam delapan rumahtangga (26.67 persen) stratum atas (A), delapan rumahtangga (26,67 persen) stratum menengah (B), sebelas rumahtangga (36,67 persen) stratum bawah (C), dan tiga rumahtangga (10,00 persen) Tunakisma pada stratum D. 2. Kampung Cisalimar, dari 39 rumahtangga yang di survei terdistribusi ke dalam sembilan rumahtangga (23.08 persen) stratum atas (A), tujuh rumahtangga (17,95 persen) stratum menengah (B), 20 rumahtangga (51,28 persen) stratum bawah (C), dan tiga rumahtangga (7,69 persen) Tunakisma pada stratum D. 3. Kampung Pasir Masigit, dari 31 rumahtangga yang di survei terdistribusi ke dalam tiga rumahtangga (9.68 persen) stratum atas (A), sembilan rumahtangga (29,03 persen) stratum menengah (B), sepuluh rumahtangga (32,26 persen) stratum bawah (C), dan sembilan rumahtangga (29,03 persen) Tunakisma pada stratum D. Setelah memperoleh gambaran stratifikasi rumahtangga, selanjutnya dilakukan pemilihan sampel rumahtangga untuk mendapat gambaran hubungan relasi gender dalam rumahtangga petani. Kegiatan survei ini berhubungan dengan
38
pemilikan dan penguasaan sumberdaya agraria. Adapun jumlah sampel rumahtangga, berturut turut sebanyak 12 rumahtangga di kampung Sukagalih, 11 rumahtangga di Kampung Cisalimar dan 8 rumahtangga di Pasir Masigit. 3.4.
Pengolahan dan Analisis Data Data yang dikumpulkan melalui full enumeration survey maupun survei
rumahtangga kasus diolah dengan menggunakan Micro-Exel dan program SPSS untuk kemudian dianalisis kedalam tabulasi frekuensi sesuai dengan penelitian ini dengan mengacu pada konsep dan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Data kualitatif yang diperoleh berupa transkrip wawancara, catatan lapangan, dokumentasi foto, dokumen pribadi, memo, dan catatan-catatan resmi lainnya dianalisis dengan mereduksi data, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data, sehingga sesuai dengan kebutuhan data untuk mendukung data-data kuantitiatif. Hasil analisis data kuantitatif dan kualitataif kemudian disinergiskan sehingga dapat saling melengkapi jawaban penelitian.