BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan data sekunder berupa laporan tahunan (annual report) perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014 dan perusahaan pertambangan China yang terdaftar di Hongkong Stock Exchange tahun 2012-2014, yang digunakan untuk mengolah data dan menarik kesimpulan penelitian. B. Populasi dan Sampel Populasi adalah sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu, sedangkan sampel adalah bagian dari populasi yang digunakan sebagai objek penelitian (Indriantoro dan Supomo, 2002). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI pada tahun 2012-2014. Menurut data yang diperoleh dalam www.sahamok.com terdapat 40 perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Menggunakan fasilitas Search by mining sector dan country China di www.hkse.com diperoleh 22 perusahaan China yang terdaftar di Hongkong Stock Exchange. Pertimbangan pemilihan perusahaan pertambangan China yang terdaftar di Hongkong Stock Exchange adalah:
1. China merupakan salah satu negara di Asia yang menggunakan struktur two-tier Corporate governance system. 2. Perusahaan China yang terdaftar di HKSE diasumsikan menyampaikan laporan tahunan lengkap dan menggunakan bahasa inggris. Metode penentuan sampel dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2007: 122). Adapun kriteria perusahaan pertambangan yang dijadikan sampel antara lain: 1. Semua perusahaan pertambangan Indonesia terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan perusahaan pertambangan China terdaftar di Hongkong Stock Exchange yang mempublikasikan laporan tahun 2012, 2013 dan atau 2014. 2. Tersedia laporan tahunan perusahaan secara lengkap selama tahun 2012, 2013 dan 2014, di website www.BEI.co.id atau pada website masing-masing perusahaan. 3. Memiliki data Corporate governance dan data keuangan yang berkaitan dengan variabel penelitian secara lengkap. Setelah dilakukan pengumpulan data diperoleh 34 Perusahaan pertambangan Indonesia di BEI dan 15 perusahaan pertambangan China HKSE yang memenuhi kriteria penentuan sampel. Pengolahan data untuk analisis permasalahan pertama tentang pengaruh Good Corporate governance Terhadap kinerja keuangan perusahaan menggunakan 128 sampel data. Pengolahan data untuk analisis pengujian perbedaan rata-rata kinerja keuangan perusahaan menggunakan 89 sampel data
perusahaan Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan 39 sampel data perusahaan China yang terdaftar di Hongkong Stock Exchange (HKSE). C. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 1. Variabel Dependen: Kinerja Keuangan Return On Equity (ROE) mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan (Agus Sartono, 2008). ROE (Returns On Equity) merupakan tolak ukur kemampuan sebuah perusahaan menghasilkan laba dengan total modal sendiri yang digunakan. Pengukuran ROE mengikuti penelitian Nathania (2014): (
)
2. Variabel Independen a. Konsentrasi Kepemilikan (KONS) Struktur kepemilikan mengacu pada berbagai pola di mana pemegang saham dapat mengatur semua hal yang berkaitan dengan aktivitas perusahaan atas kelompok tertentu dalam kebijakan dan aktivitas bisnis perusahaan. Konsentrasi kepemilikan menggambarkan tentang bagaimana dan siapa saja yang memegang kendali atas keseluruhan atau sebagian besar atas kepemilikan perusahaan serta keseluruhan atau sebagian besar pemegang kendali atas aktivitas bisnis perusahaan tersebut Taman et al. (2011). Pengukuran variabel Konsentrasi kepemilikan menurut Taman et al. (2011):
Konsentrasi Kepemilikan (KONS) = ∑ Kepemilikan Saham diatas 5% b. Kepemilikan Institusional (INST) Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lain (Tarjo, 2008). Astrini et al.(2015) menyatakan bahwa dengan adanya kepemilikan institusional maka dapat memantau tindakan manajemen sehingga operasional bisnis dapat berjalan transparan yang menghasilkan peningkatan nilai perusahaan. Pengukuran kepemilikan institusional menurut Astrini et al,(2015) adalah:
Kepemilikan Institusi (INST) = ∑ Saham Milik Institusi
c. Ukuran Dewan Komisaris (KOMI) Ukuran dewan komisaris adalah jumlah total anggota dewan komisaris dalam suatu perusahaan.Ukuran dewan komisaris diukur dengan menggunakan indikator jumlah anggota dewan komisaris suatu perusahaan (Darwis, 2009).Pengukuran Ukuran Dewan Komisaris menurut Darwis (2009):
d. Proporsi Komisaris Independen (INDE)
Sebuah dewan pengawas dianggap sebagai independen ketika dapat melakukan tugas pemantauan 'sebagian besar' secara independen dari campur tangan apapun dari dewan direksi dan pemegang saham pengendali, Xiao et al.,(2004). Pengukuran variabel Proporsi Komisaris Independen menurut Ren (2014): (
)
e. Proporsi Komisaris Perempuan (PERM) Adams dan Ferreira (2009) berpendapat bahwa lebih banyak perempuan di dewan meningkatkan proses pengambilan keputusan, meningkatkan efektivitas dewan dan bahwa wanita memiliki kehadiran atau partisipasi yang lebih baik. Proporsi dewan komisaris wanita yang besar cenderung membuat rapat dewan lebih kondusif dan menyebabkan pola kehadiran yang baik pada pertemuan dewan komisaris, sehingga dewan komisaris yang heterogen lebih baik dibandingkan dewan komisaris yang homogen. Variabel proporsi komisaris perempuan dalam Dewan Komisaris diukur berdasarkan persentase jumlah perempuan yang menempati posisi anggota dewan komisaris dan dewan direksi terhadap total jumlah anggota dewan komisaris (Khan, 2010).
(
)
f. Jumlah Rapat Dewan Komisaris (RAPA)
Jumlah rapat dewan komisaris merupakan rapat yang dilakukan oleh dewan komisaris dalam satu perusahaan selama satu tahun (Corporate governance Guidelines, 2007). Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah rapat yang dilakukan oleh dewan komisaris dalam satu tahun. Pengukuran Jumlah Rapat Dewan Komisaris menurut Corporate governance Guidelines, (2007): (
)
∑
3. Variabel Kontrol Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan sehingga pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Fungsi dari variabel control adalah untuk mencegah adanya hasil perhitungan bias. Variabel kontrol adalah variabel untuk melengkapi atau mengontrol hubungan kausalnya supaya lebih baik untuk mendapatkan model empiris yang lengkap dan lebih baik, Retno (2012).
Variabel control dalam penelitian ini adalah Ukuran
Perusahaan (Size). Ukuran perusahaan dirumuskan sebagai berikut (Waryanto, 2010):
Ukuran Perusahaan (SIZE) = Ln_ Aset
D. Alat Analisis
Penelitian ini menggunakan alat analisis uji hipotesis. Pengujian hipotesis menggunakan uji regresi berganda terhadap sampel Perusahaan pertambangan untuk
mengetahui pengaruh variabel independen berupa penerapan
GCG yang diukur
dengan Konsentrasi Kepemilikan (X1), Kepemilikan Institusi (X2), Ukuran Dewan Komisaris (X3), Proporsi Komisaris independen (X4), Proporsi Komisaris Perempuan (X5),Jumlah rapat Dewan Komisaris(X6), sebagai variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Return On Equity disingkat ROE (variabel Y ) dan variabel kontrol Ukuran Perusahaan (X7).
Tahap kedua uji hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan uji beda satu sisi (Independent sample t-test) untuk mengetahui perbedaan kinerja keuangan perusahaan pertambangan Indonesia yang listed di BEI dan Perusahaan pertambangan China yang listed di Hongkong Stock Exchange.
E. Model Penelitian
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi dan uji beda rata-rata. Teknik analisis regresi linear berganda dengan metode penggabungan (pooling data) merupakan model yang diperoleh dengan mengkombinasikan atau mengumpulkan semua data cross section dan data time series. Model data ini kemudian diestimasi dengan menggunakan Generalized Least Square (GLS). Wasilah (2005) menyatakan bahwa pengolahan data dengan pendekatan GLS merupakan perbaikan dari metode OLS apabila terjadi heteroskedastisitas. Analisis regresi linear berganda tertimbang dapat menjelaskan pengaruh antara
variabel terikat dengan beberapa variabel bebas. Pooling data atau data panel dilakukan dengan cara menjumlahkan perusahaan-perusahaan yang memenuhi kriteria selama periode pengamatan. Model regresi untuk menguji hipotesishipotesis kesatu sampai dengan hipotesis ketujuh yang telah dirumuskan dalam penelitian ini adalah: Kinerja Keuangan = β1KONS + β2INST+ β3KOMI + β4INDE + β5PERM + β5RAPA + β6SIZE + e Keterangan: Kinerja Keuangan = Returns On Equity (indikator kinerja keuangan perusahaan) KONS = Jumlah Dewan Direksi INST
= Jumlah Rapat Dewan Direksi
KOMI = Jumlah Dewan Komisaris INDE = Ukuran Komisaris Independen PERM = Rapat Dewan Komisaris RAPA = Jumlah Rapat Dewan Komisaris SIZE
= Ukuran Perusahaan
e
= error
Untuk Teknik analisis data hipotesis kedelapan, digunakan uji beda Independent Sampe T-Test dengan model sebagai berikut:
Rasio Kinerja Keuangan Pertambangan Indonesia (BEI)
≠
Kinerja Keuangan Pertambangan China (HKSE)
F. Penerimaan / penolakan hipotesis
1. Statistik Deskriptif Menurut Sugiyono (2004) Analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan
untuk
menganalisa
data
dengan
cara
mendeskripsikan
atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Statistik deskriptif dalam penelitian ini menggambarkan kinerja perusahaan dan struktur Corporate governance dengan alat analisis rata-rata (mean) Maksimum dan minimum. 2. Uji Asumsi Klasik a.
Uji Normalitas Menurut Imam Ghozali (2011) tujuan dari uji normalitas adalah untuk
mengetahui apakah masing-masing variabel berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas diperlukan karena untuk melakukan pengujian-pengujian variabel lainnya dengan mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid dan statistik parametrik tidak dapat digunakan. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan KolmogorovSmirnov. Dengan menggunakan tingkat signifikan 5% maka nilai Asymp Sig (2-
tailed) di atas nilai signifikan 5% artinya variabel residual berdistribusi normal (Situmorang, 2007)
b. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pada periode t dengan periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi (Ghozali, 2005). Untuk menguji ada tidaknya gejala autokorelasi maka dapat dideteksi dengan uji Durbin-Waston (DW test). Pengambilan keputusan ada Setelah nilai d atau DW didapat, kemudian nilai d tersebut dibandingkan dengan nilai–nilai kritis dari dL dan dU dari tabel statistik Durbin-Watson. Secara umum, kriteria yang digunakan adalah: - Jika d < 4dL, berarti ada autokorelasi positif - Jika d > 4dL, berarti ada autokorelasi negatif - Jika dU < d < 4 – dU, berarti tidak ada autokorelasi positif atau negatif - Jika dL ≤ d ≤ dU atau 4 – dU ≤ d ≤ 4 – dL, pengujian tidak meyakinkan Apabila terdapat masalah autokorelasi, cara menanggulangi adalah dengan cara mentransformasikan data atau bisa juga dengan mengubah model regresi ke dalam bentuk persamaan beda umum (generalized difference equation). Selain itu juga dapat dilakukan dengan memasukkan variabel lag dari variabel terikatnya menjadi salah satu variabel bebas, sehingga data observasi menjaadi berkurang 1. c.
Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas betujuan untuk melihat bahwa variabel independen yang satu dengan yang lain dalam model regresi berganda tidak saling berhubungan secara sempurna. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinearitas dapat dilihat besarnya nilai tolerance dan VIF (Variance inflation Factor) melalui program SPSS. Uji multikolinieritas dilakukan dengan melihat tolerance value atau dengan menggunakan Variance Inflation Factors (VIF) dari hasil analisis dengan menggunakan SPSS. Nilai VIF dapat dihitung dengan rumus yaitu sebagai berikut: VIF = (
)
Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat tolerance value dan variance inflation factor (VIF). Multikolinearitas terjadi bila nilai VIF di atas nilai 10 atau tolerance value dibawah 0,10. Multikolinearitas tidak terjadi bila nilai VIF dibawah nilai 10 atau tolerance value di atas 0,10. (Santoso, 2002) d. Uji Heterokedastisitas Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas diuji dengan menggunakan uji Glejser dengan pengambilan keputusan jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen maka ada indikasi terjadinya heteroskedastisitas. Jika probabilitas signifikannya di atas tingkat kepercayaan 5% dapat disimpulkan model regresi tidak mengarah adanya heterokedastisitas. Masalah heterokedasitisitas ditangani dengan menggunakan metode GLS Procedure (Wooldridge,2002). Wasilah (2005) menyatakan bahwa
pengolahan data dengan pendekatan GLS merupakan perbaikan dari metode OLS apabila terjadi heteroskedastisitas.
3. Uji Hipotesis
Arikunto menyatakan hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data terkumpul. Uji hipotesis pertama yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Regresi berganda (GLS/Generalized Least Square). Pada bagian kedua menggunakan uji beda satu sisi (one sample t-test one tailed). Uji hipotesis dengan menggunakan regresi berganda diukur dengan Goodness of fit (Ghozali,2006). Nilai Goodness of Fit diketahui dari nilai koefisien determinasi nilai statistic F dan nilai statistik t. a.
Koefisien Determinan (R2) Koefisien determinasi (R2) merupakan uji model. Koefisien determinasi
mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerapkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai koefisien determinasi yang kecil berarti kemampuan variabel ndependen dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati 1 (satu) berarti variabel independen hampir memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen ((Ghozali,2011).Nilai koefisien determinasi antara 0 dan 1.
b. Uji F Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat ((Ghozali,2011). Cara melakukan uji F adalah sebagai berikut: 1). Membandingkan hasil besarnya peluang melakukan kesalahan (tingkat signifikansi) yang muncul, dengan tingkat peluang munculnya kejadian (probabilitas) yang ditentukan sebesar 5% atau 0,05 pada output, untuk mengambil keputusan menolak atau menerima hipotesis nol (Ho): a). Apabila signifikansi > 0,05 maka keputusannya adalah menerima Ho dan menolak Ha b). Apabila signifikansi < 0,05 maka keputusannya adalah menolak Ho dan menerima Ha 2). Membandingkan nilai statistik F hitung dengan nilai statistik F tabel: a). Apabila nilai statistik F hitung < nilai statistik F tabel, maka Ho diterima b).Apabila nilai statistik F hitung > nilai statistik F tabel, maka Ho ditolak. c.
Uji t (Parsial) Uji hipotesis dilakukan dengan uji t. Pengujian ini pada dasarnya
menunjukkan seberapa jauh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen ((Ghozali,2011). Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan significance level 0,05 (a=5%). Penerimaan dan
penolakan
hipotesis
dapat
dilihat
dari
masing-masing
variabel.
((Ghozali,2011): 1) Apabila nilai signifikansi >0,05 maka hipotesis ditolak dan sebaliknya 2) jika signifikansi<0,05 maka hipotesis diterima d. Uji Beda (Independent sample t-test) Independent sample t-test digunakan untuk menentukan apakah dua sampel yang tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda ((Ghozali,2011). Terdapat dua jenis uji beda t-test yanitu two tailed (jika hubungan kedua variabel belum diketahui) dan one tailed (jika hubungan kedua variabel sudah diketahui kecenderungannya berhubungan positif atau negatif) Pengambilan keputusan didasarkan pada perbandingan nilai probabilitas yang dihasilkan model uji dengan nilai tingkat kepercayaan (=0,05) α yang digunakan dalam penelitian ini. H0 diterima jika probabilitas (p value) ≥ = 0,05α H0 ditolak jika probabilitas (p value) < = 0,05