BAB III METODELOGI PENELITIAN
3.1 Kinerja Distribusi PT. PLN (Persero) Area Jaringan Tangerang Secara umum kinerja distribusi di PT. PLN (Persero) Area Jaringan Tangerang mengalami penurunan yang baik dari tahun ke tahun. Hal ini bisa dilihat melalui besar kecilnya nilai SAIDI, SAIFI, dan Gangguan Penyulangnya. Akan tetapi hal ini harus ditingkatkan guna pencapaian penyaluran yang lebih baik di masa.
3.1.1 SAIDI Tahun 2007-2010. SAIDI PT PLN (Persero) Area Jaringan Tangerang di Desember 2007 sebesar 450,2 menit/pelanggan/tahun, dan s.d Desember 2010 sebesar 395,6 menit/plg/tahun. Data SAIDI untuk tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 dapat dilihat pada Gambar berikut.
20
21
Data SAIDI Tahun 2007-2010 700 600
jumlah
500 400 300 200 100 0
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agu
Sep
Okt
Nop
Des
SAIDI 2007 46,79 93,74 136,1 172,3 206,6 253,5 291,3 338,3 365,6 392,4 420,5 450,2 SAIDI 2008 31,32 62,51 88,16 113,9 140,9 163,2 187,6 210,7 233,3 252,6 275,3 305,4 SAIDI 2009 40,67 71,31 108,2 139,4 247 347,1 382,5 419,3 461,8 506,5 544,6 579,5 SAIDI 2010 38,26 75,19 114,3 154,7 187,5 218,5 248,3 277,9 304,2 334,8 365,2 395,6
Gambar 3.1. Grafik SAIDI PT PLN (Persero) Area Jaringan Tangerang 2007-2010.
Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa pada tahun 2010 indeks SAIDI PT PLN (Persero) Area Jaringan Tangerang lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya, akan tetapi hal ini tetap harus ditingkatkan untuk pencapaian yang lebih baik di tahun-tahun berikutnya.
3.1.2 SAIFI Tahun 2007-2010. SAIFI PT PLN (Persero) Area Jaringan Tangerang di desember 2007 sebesar 11,49
kali/pelanggan/tahun,
dan
s.d
desember
2010
sebesar
5.64
kali/pelanggan/tahun. Data SAIFI untuk tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 dapat dilihat pada Gambar berikut.
22
Jumlah
Data SAIFI Tahun 2007-2010 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun
Jul
Agu Sep Okt Nop Des
SAIFI 2007 0,87 1,64 2,39 3,13 3,79 4,34 4,94 5,36 5,68 6,05 6,53 7,08 SAIFI 2008 0,49 0,98 1,44 1,9 2,52 2,99 3,25 3,64 4,08 4,45 4,87 5,22 SAIFI 2009 0,51 0,88 1,42 1,83 3,57 4,95 5,69 6,41 7,12 7,81 8,34 9,06 SAIFI 2010 0,56 1,15 1,7 2,36 2,74 3,31 3,81 4,37 4,65 4,94 5,24 5,64
Gambar 3.2. Grafik SAIFI PT PLN (Persero) Area Jaringan Tangerang 2007-2010.
Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa pada tahun 2010 indeks SAIFI PT PLN (Persero) Area Jaringan Tangerang lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya, akan tetapi hal ini tetap harus ditingkatkan untuk pencapian yang lebih baik di tahun-tahun berikutnya.
3.1.3 Gangguan Penyulang Tahun 2007-2010 Tingginya
gangguan
penyulang merupakan
salah
satu
penyebab
memburuknya indeks SAIDI dan SAIFI di suatu unit operasi distribusi dalam hal ini PT PLN (Persero) Area Jaringan Tangerang. Berikut data dan grafik gangguan penyulang untuk tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 di PT. PLN (Persero) Area Jaringan Tangerang.
23
jumlah
Data gangguan Penyulang Tahun 20072010 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0 Jan Feb
Ma Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des r
GGN PENYULANG 2007 196 485 745 962 13161667195121002100234826092896 GGN PENYULANG 2008 273 512 773 120215921872205622772277271830063250 GGN PENYULANG 2009 221 460 791 111213101546169618221822213623412499 GGN PENYULANG 2010 202 404 506 808 10091221141316151615201922212492
Gambar 3.3. Grafik gangguan penyulang PT PLN (Persero) Area Jaringan Tangerang 2007-2010.
3.2
Upaya Peningkatan Keandalan Jaringan Berikut ini adalah upaya dalam meningkatkan keandalan jaringan di
PT.PLN (Persero) Area Jaringan Tangerang: 1. Pencegahan Terhadap Gangguan - gangguan di jaringan Distribusi. Misalnya : Pencegahan dari gangguan Pohon pada Jaringan SUTM, dengan melakukan pemangkasan Pohon - pohon yang rawan mengganggu Jaringan SUTM. 2. Penggunaan material yang baik dalam Konstruksi Jaringan. Misalnya : Penggunaan Kabel Berisolasi pada Jaringan SUTM, dengan melakukan Rehabilitasi Jaringan SUTM yang menggunakan penghantar telanjang (A3C) diganti dengan penghantar berisolasi (A3CS) untuk mencegah gangguan Pohon dan Hujan.
24 3. Rekonfigurasi dan Normalisasi Jaringan Misalnya : Perbaikan Jaringan Spindel yang tidak bisa berfungsi normal, Normalisasi Express Feeder sebagai Penyulang Cadangan / Back up supplai energi saat terjadinya Gangguan di jaringan, melakukan kegiatan pemerataan beban. 4. Inspeksi dan Pemeliharaan Jaringan Misalnya : Inspeksi Rutin terhadap Kondisi Jaringan SUTM seperti Pemeriksaan Keadaan Tiang miring, Pemeliharaan Isolator, Inspeksi Penghantar dan Kondisi Pentanahan, serta melakukan pecah beban Penyulang melalui pemasangan Gardu sisipan untuk memperkecil luasnya area padam pada saat terjadinya gangguan di jaringan. 5. Optimalisasi Sistem Proteksi di Jaringan Distribusi. Misalnya : Mengoptimalkan kinerja dari alat Proteksi terpasang (CBO, Recloser, LBS FAI dan Sectionalizer) dengan melakukan pemeliharaan, Relokasi, dan Resetting sehingga dapat terkoordinasi dengan baik dalam suatu sistem dan melakukan pemasangan Alat Proteksi pada penyulang – penyulang yang Rawan terhadap gangguan.
3.3
Penyebab Gangguan Penyulang Di Area Jaringan Tanggerang 2010 Berikut ini merupakan data penyebab terjadinya gangguan penyulang di PT.
PLN Persero Area Jaringan Tangerang tahun 2010, dimana gangguan penyulang terjadi sebanyak 2492 kali selama periode tersebut. (Tabel 3.1)
25 Tabel 3.1. Data penyebab gangguan penyulang di Area Jaringan Tangerang tahun 2010 NO
PENYEBAB FREKUENSI GANGGUAN (KALI)
%
KETERANGAN
1
l1
387
16
l1 =
2
l2
776
31
l2 =
3
l3
138
6
l3 =
4
l4
8
0
l4 =
5
E1
176
7
E1 =
6
E2
302
12
E2 =
7
E3
71
3
E3 =
8
E4
634
25
E4 =
2492
100
TOTAL
Komponen JTM (pemutus/pelebur, konektor, kawat jumper, ikatan isolator, kabel, kotak sambungan dan terminal kabel peralatan JTM (isolator, FCO, Pole Switch, Arrester) Gardu dan lainnya Tiang roboh atau kerusakan bagian-bagian tiang listrik lainnya serta penyebab internal lainnya Pohon / dahan Angin kencang, hujan deras, banjir, tanah longsor, kebaakaran dan bencana laiinnya Akibat binatang Layang-layang / umbul-umbul dan penyebab eksternal lainnya
Tabel 3.2 berikut ini merupakan rincian dari sepuluh besar penyebab gangguan penyulang yang mempengaruhi indeks SAIDI dan SAIFI di Area Jaringan Tangerang tahun 2010
26 Tabel 3.2. Sepuluh penyebab utama gangguan di Area Jaringan Tangerang tahun 2010 FREKUENSI PERSENTASE
NO
JENIS GANGGUAN
1 2 3
GANGGUAN TAK JELAS SUTM SKTM RUSAK HUJAN MV CELL CORONA + GOSONG + RUSAK GANGGUAN TAK JELAS SKTM ARKU LAYANGAN JUMPER PUTUS SYMPATETIC SUTM PUTUS POHON
4 5 6 7 8 9 10
KALI 636 437 324
(%) 27,57 18,94 14,04
246
10,66
232 146 88 79 62 57
10,06 6,33 3,81 3,42 2,69 2,47
10 BESAR PENYEBAB GANGGUAN GTJ SUTM 4%
3% 3% 2% 28%
6% 10%
SKTM RUSAK MV CELL CORONA + GOSONG + RUSAK
11%
19%
HUJAN
14% GTJ SKTM ARKU LAYANGAN
Gambar 3.4. Grafik identifikasi sepuluh besar penyebab Gangguan Penyulang Jika dikelompokkan berdasarkan jenis jaringan terganggu, Penyebab Gangguan terbesar ialah jaringan SUTM. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar Grafik 3.5.
27
Gambar 3.5. Grafik identifikasi jaringan yang terganggu Berdasarkan data-data penyebab gangguan diatas dapat diketahui bahwa penyebab utama gangguan penyulang yang memperanguhi indeks SAIDI dan SAIFI terbesar di PT. PLN (Persero) Area Jaringan Tangerang ialah Gangguan Tak Jelas SUTM (GTJ SUTM) yaitu sebesar 27,57%. Jika dilihat dari jenis jaringan yang terganggu, penyebab gangguan penyulang terbesar di PT. PLN (Persero) Area Jaringan Tangerang ialah gangguan pada jaringan SUTM yaitu sebesar 56,91%. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguangangguan tersebut ialah dengan mengoptimalkan sistem proteksi distribusi pada jaringan SUTM sehingga pada saat terjadi gangguan di jaringan SUTM, sistem proteksi yang dipasang dapat melokalisir gangguan tidak sampai menyebabkan Tripnya PMT penyulang. Dengan demikian pemadaman pada jaringan yang tidak terganggu dapat dicegah dan kontinuitas pelayanan listrik pun tetap terjaga.
28 3.4
Sistem Proteksi Distribusi Di PT. PLN (PERSERO) Area Jaringan Tangerang Sistem Proteksi distribusi dimaksudkan untuk mengatasi gangguan-
gangguan yang terjadi pada jaringan, sehingga runtuhnya sistem dapat dicegah serta Kontinuitas pelayanan listrik tetap terjaga. Dalam suatu sistem proteksi distribusi terdiri dari beberapa alat proteksi yang dipasang pada jaringan yang terkoordinasi dalam suatu sistem. Begitu pula halnya dengan sistem proteksi distribusi di PT PLN (Persero) Area Jaringan Tangerang. Tabel berikut ini merupakan data pemasangan alat proteksi Jaringan Distibusi (CBO, Recloser, Sectionalizer, dan Load Break Switch FAI) di PT. PLN (Persero) area jaringan Tangerang.
Tabel 3.3. Data jumlah pemasangan alat Proteksi PT. PLN Persero Area Jaringan Tangerang
No 1 2 3 4
Alat proteksi CIRCUIT BREAKER OUT RECLOSER LBS FAI SECTIONALIZER
Gardu
Penyulang
Gardu Induk
Jumlah
TERSEBAR
TERSEBAR TERSEBAR
6 BUAH
TERSEBAR TERSEBAR TERSEBAR
TERSEBAR TERSEBAR TERSEBAR TERSEBAR TERSEBAR TERSEBAR
22 BUAH 5 BUAH 5 BUAH
3.5 Optimalisasi Sistem Proteksi Distribusi Di PT. PLN (PERSERO) Area Jaringan Tangerang Optimalisasi Sistem Proteksi Jaringan di PT PLN (Persero) Area Jaringan Tangerang dimaksudkan untuk meminimalisir gangguan Penyulang Trip dari
29 tahun ke tahun. Dengan demikian secara otomatis besarnya indeks SAIDI dan SAIFI di PT. PLN (Persero) Area Jaringan Tangerang juga dapat ditekan. Berikut ini merupakan kondisi sistem proteksi distribusi yang diharapkan dengan dilakukan optimalisasi (gambar 3.6). Dimana pada saat terjadinya gangguan di jaringan, alat Proteksi yang dipasang dapat melokalisir gangguan tidak sampai menyebabkan Tripnya PMT Penyulang.
Gambar 3.6. Sistem proteksi distribusi yang diharapkan
Agar sistem proteksi distribusi dapat bekerja secara optimal sesuai dengan kondisi yang diharapkan, maka dalam pemasangan alat proteksi harus direncanakan secara benar mengikuti kaidah koordinasi sistem proteksi jaringan distribusi 20 KV, kesalahan dalam penempatan peralatan dapat menimbulkan tidak optimalnya sistem proteksi yang dipasang. Gambar 3.7 berikut ini merupakan contoh pemasangan alat proteksi yang benar, dalam hal ini alat proteksi yang digunakan ialah Recloser dan Automatic Sectionalizer Switch (ASS).
30
Gambar 3.7. Contoh pemasangan alat proteksi yang benar Dari Gambar 3.7 diatas dapat dilihat bahwa dalam suatu jaringan penempatan ASS harus berada di hilir dari alat proteksi Recloser. Hal ini dikarenakan ASS tidak akan bekerja walaupun dilalui arus gangguan berapapun besarnya. ASS akan bekerja setelah tegangan di jaringan tidak ada atau sama dengan nol. Oleh karena itu pemasangan ASS pada penyulang yang tidak terdapat Recloser di hulunya akan selalu menyebabkan Tripnya PMT Penyulang. Selain melakukan penempatan peralatan proteksi yang benar, alat-alat proteksi yang dipasang juga harus terkoordinasi dengan baik antara peralatan yang satu dengan yang lainnya dalam suatu sistem. Sehingga pada saat terjadinya gangguan di jaringan alat proteksi yang dipasang dapat melokalisir gangguan tidak sampai menyebabkan Tripnya PMT Penyulang. Gambar berikut merupakan grafik koordinasi peralatan proteksi yang benar, dalam hal ini alat Proteksi yang digunakan ialah Recloser dan Automatic Sectionalizer Switch (ASS).
3.5.1 Langkah-langkah Optimalisasi Sistem Proteksi Distribusi Dalam rangka mengoptimalisasikan sistem Proteksi Distribusi di PT PLN (Persero) Area Jaringan Tangerang, maka diperlukanlah langkah-langkah yang harus dilakukan terhadap Sistem Proteksi di Jaringan sehingga dapat menurunkan gangguan Penyulang Trip yang berpotensi terhadap indeks SAIDI dan SAIFI.
31 Adapun langkah-langkah Optimalisasi Sistem Proteksi Distribusi tersebut antara lain sebagai berikut : 1) Melakukan Pemeliharaan alat Proteksi Terus menerus 2) Relokasi beberapa alat proteksi yang penempatannya kurang baik sehingga dapat menghasilkan keandalan jaringan 3) Resetting semua alat proteksi sehingga bisa terkoordinasi dengan baik dalam suatu sistem. 4) Pemasangan alat proteksi pada jaringan distribusi yang belum memiliki peralatan proteksi yang cukup untuk melokalisir gangguan di jaringan (pemasangan recloser pada penyulang SUTM yang rawan gangguan dan pemasangan Circuit Breaker Out pada penyulang campuran yang rawan terhadap gangguan) 5) Menjalin kerjasama koordinasi sistem proteksi antar Tim Proteksi Distribusi (Area Jaringan Tangerang) dengan Tim Proteksi GI sehingga alat-alat Proteksi dapat terkoordinasi dengan baik.
3.6 Kontinyuitas Pelayanan Dan Keandalan Jaringan 3.6.1
Kontinuitas Pelayanan Kontinuitas pelayanan merupakan salah satu unsur dari mutu pelayanan yang
nilainya akan tergantung kepada jenis sarana penyalurannya, sarana peralatan pengaman yang dipilihnya. Tingkat kontinuitas pelayanan dari peralatan penyalur tenaga listrik disusun berdasarkan lamanya upaya untuk pemulihan suplai tenaga listrik ke konsumen setelah mengalami pemutusan. Tingkat kontinuitas pelayanan tenaga listrik tersusun seperti berikut :
32 a. Kontinuitas tingkat 1 Pada tingkat ini memungkinkan jaringan berada pada kondisi padam dalam waktu berjam-jam dalam rangka mencari dan memperbaiki bagian bagian yang mengalami kerusakan karena gangguan. b. Kontinuitas tingkat 2 Kondisi jaringan padam dimungkinkan dalam waktu beberapa jam untuk keperluan mengirim petugas kelapangan, melokalisir kerusakan dan melakukan pengaturan switching untuk menghidupkan suplai beban pada kondisi sementara dari arah atau saluran lain. c. Kontinuitas tingkat 3. Dimungkinkan padam dalam waktu beberapa menit untuk kegiatan pengaturan switching dan pelaksanaan switching oleh petugas yang stand by di gardu atau pelaksanaan deteksi dengan bantuan Pusat Pengatur Jaringan Distribusi yang disingkat PPJD ( DCC ). d. Kontinuitas tingkat 4 Dimungkinkan padam dalam beberapa detik, pengaturan switching dan pengamanan dilaksanakan secara otomatis. e. Kontinuitas tingkat 5 Dimungkinkan tanpa adanya pemadaman dengan melengkapi instalasi cadangan terpisah dan otomatisasi penuh. Jaringan distribusi untuk luar kota (pedesaan) terdiri dari saluran udara dengan susunan jaringan menggunakan konfigurasi radial yang memenuhi kontinuitas tingkat sedangkan untuk daerah dalam kota terdiri dari saluran udara dengan susunan jaringan menggunakan konfigurasi loop atau gelang atau cincin atau yang lebih baik
33 yaitu konfigurasi spindle dengan bantuan PPJD (Pusat Pengatur Jaringan Distribusi) dimana tingkat kontinuitas sistem ini akan menjadi lebih baik lagi. Tingkat keandalan suatu sistem merupakan kebalikan dari besarnya jam pemadaman atau pemutusan pelayanan jadi tingkat keandalan yang tinggi dapat diperoleh dengan memilih jaringan dengan tingkat kontinuitas pelayanan yang tinggi dan frekuensi pemadaman karena gangguan yang rendah.
3.6.2
Tingkat Jaminan Sistem Distribusi Indeks-indeks yang dapat dipakai untuk membandingkan unjuk kerja
(performance) sistem distribusi dalam memberi pelayanannya pada konsumen sebagai tolok ukur kemajuan atau untuk menentukan proyeksi yang akan dicapai adalah : a) SAIFI : System Average Interuption Frequency Index b) SAIDI : System Average Interuption Duration Index c) CAIFI : Customer Average Interuption Frequency Index d) CAIDI : Customer Average Interuption Duration Index e) ASAI : Average System Availability Index Untuk melihat unjuk kerja (performance) dari pengusahaan ketenaga listrikan yang diusahakan PT PLN digunakan SAIDI dan SAIFI. Sebagai indikator Keandalan penyaluran adalah angka lamanya dan seringnya pemadaman pada pelanggan yang disebut dengan SAIDI dan SAIFI.
34
SAIDI ialah indeks yang menunjukkan waktu (duration) padam rata-rata yang dialami oleh setiap pelanggan dalam suatu periode tertentu (tahun) pada suatu unit tertentu. Besarnya nilai SAIDI suatu jaringan distribusi dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :
Lama padam X Jumlah Pelanggan Padam S A I D I = ------------------------------------------------------ = ... mnit/Plnggn/Thn Jumlah Pelanggan X 1 Tahun.
SAIFI ialah indeks yang menunjukkan jumlah (frekuensi) padam rata-rata yang dialami oleh setiap pelanggan dalam suatu periode tertentu (tahun) pada suatu unit tertentu. Berikut ini merupakan rumus untuk menghitung besarnya nilai SAIFI suatu jaringan distribusi :
Seringnya Padam X Jumlah Pelanggan Padam S A I F I = ----------------------------------------------------------- = …Kali/Plnggn/ Thn
Jumlah Pelanggan X 1 Tahun