52
BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1
DESKRIPSI PENELITIAN
Untuk mendapatkan jawaban atas suatu masalah dalam karya ilmiah pada umumnya dilakukan penelitian terlebih dahulu. Penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini disebabkan, karena penelitian bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematik, metodologis dan konsisten. Metodologi penelitian yang diterapkan harus senantiasa disesuaikan dengan ilmu pengetahuan yang menjadi induknya. Metode penelitian pada rancangan produk botol dan mould extrusion blow molding dilakukan di PT. B sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang industri plastik dan mould maker. Adapun flowchart aktifitas dari proses diatas dapat dilihat dari diagram dibawah ini :
52
53
3.1.1
Flowchart dari pemilihan desain produk :
Kemampuan yang dibutuhkan dalam produk botol
Pendekatan yang mudah dikerjakan
Pendekatan Engineering
( Practical Approach )
( Engineering Approach )
Pemilihan Material
Properties
Proses
Biaya
Pemilihan desain produk botol yang ideal atau yang disetujui bersama
Diagram. 3.1 Alur pemilihan rancangan produk.
54
3.1.2
Flowchart dari aktifitas pembuatan mold menggunakan system
CAD/CAM : Susunan Gambar atau Prototype
Produk idea
Pengukuran Manual
Pemeriksaan Gambar
gg
Rework
Gambar Produk Mold Base Mesin
gg
Assembly Mold
Molding Trial
Shrink Drawing Yang diizinkan
gg
gg
Core Cavity Mesin
Daftar Kebutuhan Material ( BOM )
Layout Gambar Mold
NG Dimensi
Melihat Kembali Desain Mold
Ok
gg
Gambar Detail Mold
Tes Performance Produk
NG
Melihat Kembali Desain Produk
Ok Biaya dari Produksi Ok Mold dalam Produksi
Diagram.3.2 Alur dari aktivitas pembuatan Mold dengan Sistem CAD/CAM
NG
55
3.1.3
Flowchart Alur Penelitian. PERSIAPAN RANCANGAN PRODUK BOTOL MERK X VOLUME 0.8 Lt
3D DRAWING
UJI RANCANGAN PRODUK BOTOL 0.8 Lt DENGAN SOFT WARE Pengukuran : -
Berat Produk
-
Volume Brimfull
-
Volume Fill Level
-
Top Load
2D DRAWING DETAIL
PERSIAPAN RANCANGAN MOLD
STANDART SIZE PRODUC
PERHITUNGAN
STANDART SIZE
TERHADAP SPEC MESIN
CLAMPING FORCE &
MOLD TERHADAP
BLOW PRESSURE
MESIN
a.
Menentukan Size Mold
b.
Menentukan CD Cavity
c.
Menentukan Shrinkage Produk
d.
Menentukan Section Mold
e.
Menentukan Sistem Cooling
f.
Menentukan Sealing Cooling
g.
Menentukan Posisi dari Guide Pin, Guide Bushing, Baut dan Dowel Pin.
h.
Menentukan Kedalaman Abfal.
i.
Menentukan ukuran dari Die dan Pin
j. Pemeriksaan Assembly Mold
Check Sheet Production Operasation
Pemeriksaan Produk Botol Jadi
Diagram.3.3 Alur aktivitas penelitian dari desain produk hingga perancangan mold
56
Selanjutnya penulis akan menguraikan langkah-langkah yang akan digunakan dalam melakukan penelitian skripsi ini, yaitu sebagai berikut :
3.2
Studi Pustaka
Acuan dasar dalam mendesain produk botol dan rancangan mold extruction blow molding didasarkan pada literature yang ada seperti handbook, specifikasi mesin, specifikasi material, jurnal, standarisasi dsb. Berikut adalah panduan yang digunakan dalam penulisan skripsi rancangan produk botol dan extruction blow molding berdasarkan literature.
3.2.1
Acuan dalam Mendesain Ulang Produk Botol Merk X Volume 0.8
Liter.
A.
Standarisasi specifikasi Dimensi dan Toleransi menurut ASTM Internasional D 2911 – 94
Didalam ASTM Internasional untuk standart specifikasi dari Dimensi dan Toleransi untuk produk botol plastik ditunjukkan pada bagian D 2911 – 94. Cakupan dari specifikasi ini meliputi : a. Bentuk thread dan dimensi dengan tipe cap screw, yang mempunyai kapasitas maksimum 18,9 L dan dimensi botol maksimum 305 mm.Termasuk Toleransi untuk kapasitas botol dan dimensi body. b. Nilai dinyatakan dalam standar satuan SI. c. Specifikasi ini berkaitan dengan peringatan pencegahan sebagai bagian dari metode pengetesan. Tidak dimaksudkan untuk mengatasi semua masalah keamanan yang berkaitan dengan penggunaannya. Standar ini menetapkan safety yang tepat dan menentukan batasan peraturan penerapan sebelum dilakukan.
A. Referensi Dokumen ASTM Standard :
57
-
D 618 Standar untuk kondisi pengetesan plastic.
-
D 1898 Standar untuk sampling plastic.
B. Istilah Definisi:
a. Botol Finish – susunan dari neck botol yang disajikan menggunakan cap yang dipasang dengan aman memikat ke botol. b. Tinggi Botol – dimensi maksimum botol pada bidang tegak lurus dari dasar botol ketika botol diletakkan normal dengan posisi tegak lurus. c. Tebal Botol – dimensi terkecil yang sejajar dengan dasar botol. d. Lebar Botol – dimensi terbesar yang sejajar dengan dasar botol.
C. Variasi kapasitas dan dimensi yang direkomendasi
a. Variasi yang direkomendasi didalam kapacitas volume. Didalam kapasitas volume direkomendasikan variasi dari botol plastic sampai 18.9 L yang ukurannya dapat disesuaikan dengan Tabel.3 b. Variasi yang direkomendasikan didalam dimensi body. Variasi yang direkomendasikan didalam dimensi body dari botol plastic mencakup specifikasi yang dapat disesuaikan dengan Tabel 3.1 c. Desain dan dimensi dari botol finish.
D. Condisioning ( Pengaruh dari Kondisi )
a.
Percobaan kondisi tes pada 230 ± 20 C dan humiditas relative 50 ± 5% tidak kurang dari 40 jam sebelum pengetesan sesuai dengan Prosedur A dari D 618 . Didalam hal penyimpangan , toleransi yang diperbolehkan ± 10 C dan humidity relative ± 2%.
b.
Kondisi Pengetesan - melakukan pengetesan didalam standar atmosphere laboratory 230 ± 20 C dan humiditas relative 50 ± 5% , kecuali jika ditentukan
58
didalam metode pengetesan atau didalam specifikasi. Didalam hal penyimpangan , toleransi yang diperbolehkan ± 10 C dan humidity relative ± 2%.
E.
a.
Peralatan
Untuk menentukan dari Capasitas Botol : 1. Timbangan, mempunyai akurasi ± 0.1 % atau lebih dari Kapasitas rata-rata ( full scale ).
Gambar 3.1 Timbangan
2. Pipet, Gelas Ukur dan Gelas Kimia yang diperlukan.
Gambar 3.2 Gelas Ukur
3. Kondisi air pada 23 ± 20C, menggunakan alat yang tepat untuk meratakan
kecembungan
air
dan
melenyapkan
gelembung-
gelembung udara. 4. Stop Watch b.
Untuk menentukan Dimensi Bodi Produk Jadi 1. Micrometer, Vernier Height Gages, atau Vernier Caliper yang mempunyai akurasi ± 0.0025 mm.
59
Gambar 3.3 Vernier Caliper
Gambar 3.4 Vernier Height Gages
2. Internal Mikrometer atau Telescoping Gages yang mempunyai akurasi ± 0.0025 mm.
F.
Metode Pengetesan
a.
Kapasitas Botol. 1. Mengukur berat botol kosong dan catat berat dalam gram. 2. Isi botol sampai kapasitas penuh. Atur kecembungan air didalam botol dengan menggunakan sebuah pipet. Jika perlu sampai kecembungan tangent dengan permukaan atas. Tidak melebihi dari dua menit diperbolehkan untuk mengisi botol dan tidak ada penambahan air setelah botol diisi sampai penuh dan bebas dari gelembung-gelembung udara. 3.
Jika waktu melebihi 2 menit, ulangi lagi. Note : Sedikit banyaknya kapasitas dari botol bergantung pada waktu tekanan air didalam botol yang menyebabkan sisi botol mengembang sesuai dengan waktu dan penambahan air akan diperlukan untuk pengaturan kapasitas yang meluap.
4.
Mengukur berat botol yang diisi dan catat berat dalam gram.
5.
Menghitung volume botol sebagai berikut : Bv = ( Bf – Be ) / 997………………………………………(3.1) Dimana : Bv : Volume dari Botol, m3
60
Bf : Berat dari botol yang diisi, kg Be : Berat dari botol kosong, kg 997 : Berat jenis air ( kg/ m3 ), pada 23 ± 20 C 6.
Menentukan Volume dalam mL untuk setiap test percobaan.
7.
Mencatat perhitungan volume rata – rata dari test percobaan seberapa banyak sample botol itu dipilih.
b.
Dimensi Body 1.
Menggunakan micrometer, vernier height gage atau scale yang tepat untuk mengukur tinggi dari botol. Note : Jika bagian atas dari botol sejajar dengan bagian bawah atau dasar dari botol maka untuk tingginya harus diukur dari atas botol. Satu metode untuk penempatan botol diatas permukaan rata dan tepi lurus yang berpotongan dengan bagian atas dari botol finish. Lalu diukur tegak lurus jarak diantara tepi lurus dengan permukaan diatas yang mana botol diseting. Empat pengukuran harus dilakukan setiap 900 bagian dan ujung maksimum yang digunakan sebagai tinggi botol.
2.
Menggunakan micrometer atau caliper yang sesuai untuk mengukur lebar dan tebal dari botol. Note : Jika botol berbentuk rectangular atau ovale , menggunakan titik tengah sisi sebagai titik pengukuran. Untuk botol berbentuk silinder, membuat pengukuran diatas parting line dan sisi yang lain diukur 900 dari parting line. Menggunakan rata-rata dari dua pengukuran sebagai acuan dimensi.
c.
Dimensi Finish Menggunakan micrometer, vernier caliper dan telescoping gage yang cocok untuk mengukur dimensi dari botol finish.
61
G. Kegagalan pengetesan dan melakukan pengetesan ulang.
Jika hasil dari beberapa pengetesan tidak sesuai dengan permintaan dari specifikasi, pengetesan ulang untuk memutuskan kesesuaian yang dapat dilakukan sebagai persetujuan diantara penjual dan pembeli.
Gambar 3.5 SP400 Bagian Potongan dari Finish Thread
62
Note : - Dimensi T dan E adalah rata-rata dari dua pengukuran yang bersilangan dari sumbu mayor dan minor. Batasan ovalitas ditentukan oleh botol supplier dan customer, jika diperlukan. - Dimensi H diukur dari bagian atas produk sampai batas diameter T, yang diperpanjang sejajar dengan garis center, yang berpotongan dengan bead atau shoulder. - Bentuk dari bead, undercut dan shoulder adalah bebas. - Kecuali jika yang ditentukan adalah sebaliknya, I min yang digunakan sepenuhnya untuk bukaan. - Sifat konsentris dari I min yang berkenaan dengan diameter T dan E tidak termasuk, I min ditentukan hanya untuk pasangan menggunakan cap dengan sistem lipring. - Minimum 1 putaran penuh dari thread harus dijaga. - Kesesuaian dimensi dan detail finish terlihat di Tabel 3.4 - Mempertimbangkan lebar permukaan perapat ( sealing ) untuk sistem perapat yang digunakan.
Gambar 3.6 SP410 Bagian Potongan dari Finish Thread
63
Note : - Dimensi T dan E adalah rata-rata dari dua pengukuran yang bersilangan dari sumbu mayor dan minor. Batasan ovalitas ditentukan oleh botol supplier dan customer, jika diperlukan. - Kecuali jika yang ditentukan adalah sebaliknya, I min yang digunakan sepenuhnya untuk bukaan. - Konstruksi neck dari B sampai D harus dipertahankan sesuai area bentuk yang terlihat. - Sifat konsentris dari I min tidak ada hubungannya dengan diameter T dan E , I min ditentukan hanya untuk pasangan menggunakan cap dengan sistem lipring.. - Minimum 1.5 putaran penuh dari thread harus dijaga. - Kesesuaian dimensi dan detail finish terlihat di Tabel 3.5 - Mempertimbangkan lebar permukaan perapat ( sealing ) untuk sistem perapat yang digunakan. - Ketika cap tipe valve yang digunakan pada sebuah botol , pertimbangan yang harus diberikan secara specific yaitu pengaturan diameter dalam. - Sebagai tambahan, dimensi yang ditunjukkan dengan tanda bintang (*) kemungkinan dapat dirubah untuk memastikan material yang tepat untuk diameter dalam produk.
Gambar 3.7 SP415 Bagian Potongan dari Finish Thread
64
Note : - Dimensi T dan E adalah rata-rata dari dua pengukuran yang bersilangan dari sumbu mayor dan minor. Batasan ovalitas ditentukan oleh botol supplier dan customer, jika diperlukan. - Kecuali jika yang ditentukan adalah sebaliknya, I min yang digunakan sepenuhnya untuk dari bukaan. - Konstruksi neck dari B sampai D harus dipertahankan sesuai area bentuk yang terlihat. - Sifat konsentris dari I min tidak ada hubungannya dengan diameter T dan E , I min ditentukan hanya untuk pasangan menggunakan cap dengan sistem lipring.. - Minimum 2 putaran penuh dari thread harus dijaga. - Kesesuaian dimensi dan detail finish terlihat di Tabel 3.6 - Mempertimbangkan lebar permukaan perapat ( sealing ) untuk sistem perapat yang digunakan. - Ketika cap tipe valve yang digunakan pada sebuah botol , pertimbangan yang harus diberikan secara specific yaitu pengaturan diameter dalam. Sebagai tambahan, dimensi yang ditunjukkan dengan tanda bintang (*) kemungkinan dapat dirubah untuk memastikan material yang tepat untuk diameter dalam produk. - Kesesuaian dimensi dan detail finish terlihat di Tabel 3.7
65
Gambar 3. 8 SP425 Bagian Potongan dari Finish Thread
Gambar 3.9 SP403 dan 400 Bagian Potongan dari Finish Thread dan Lip
66
Note : - Dimensi T dan E adalah rata-rata dari dua pengukuran yang bersilangan dari sumbu mayor dan minor. Batasan ovalitas ditentukan oleh botol supplier dan customer, jika diperlukan. - Kecuali jika yang ditentukan adalah sebaliknya, I min yang digunakan sepenuhnya untuk dari bukaan. - Konstruksi neck dari B sampai D harus mempertahankan sesuai area bentuk yang terlihat. - Sifat konsentris dari I min tidak ada hubungannya dengan diameter T dan E , I min ditentukan hanya untuk pasangan menggunakan cap dengan sistem lipring.. - Minimum 11/8 putaran penuh dari thread harus dijaga. - Kesesuaian dimensi dan detail finish terlihat di Tabel 3.8 dan 3.9 - Mempertimbangkan lebar permukaan perapat ( sealing ) untuk sistem perapat yang digunakan. - Ketika cap tipe valve yang digunakan pada sebuah botol , pertimbangan yang harus diberikan secara specific yaitu pengaturan diameter dalam. Sebagai tambahan, dimensi yang ditunjukkan dengan tanda bintang (*) kemungkinan dapat dirubah untuk memastikan material yang tepat untuk diameter dalam produk. - Dimensi bagian atas dalam inchi dan bagian bawah dalam mm.
67
Gambar 3.10 SP200 Bagian Potongan dari Finish Thread dan Lip
Note : - Dimensi T dan E adalah rata-rata dari dua pengukuran yang bersilangan dari sumbu mayor dan minor. Batasan ovalitas ditentukan oleh botol supplier dan customer, jika diperlukan. - Kecuali jika yang ditentukan adalah sebaliknya, I min yang digunakan sepenuhnya untuk dari bukaan. - Konstruksi neck dari B sampai D harus mempertahankan sesuai area bentuk yang terlihat. - Sifat konsentris dari I min tidak ada hubungannya dengan diameter T dan E , I min ditentukan hanya untuk pasangan menggunakan cap dengan sistem lipring.. - Minimum 11/2 putaran penuh dari thread harus dijaga. - Mempertimbangkan lebar permukaan perapat ( sealing ) untuk sistem perapat yang digunakan.
68
- Ketika cap tipe valve yang digunakan pada sebuah botol , pertimbangan yang harus diberikan secara specific yaitu pengaturan diameter dalam. Sebagai tambahan, dimensi yang ditunjukkan dengan tanda bintang (*) kemungkinan dapat dirubah untuk memastikan material yang tepat untuk diameter dalam produk. - Dimensi bagian atas dalam inchi dan bagian bawah dalam mm.
Gambar 3.11 SP110 Bagian Potongan dari Finish Thread dan Lip
Note : - Dimensi AT dan AE adalah rata-rata dari dua pengukuran yang bersilangan dari sumbu mayor dan minor. Batasan ovalitas ditentukan oleh botol supplier dan customer, jika diperlukan.
69
- Kecuali jika yang ditentukan adalah sebaliknya, IB min yang digunakan untuk perpanjang penuh dari bukaan. - Konstruksi neck dari B sampai D harus mempertahankan sesuai area bentuk yang terlihat. - Sifat konsentris dari I min tidak ada hubungannya dengan diameter T dan E , I min ditentukan hanya untuk pasangan menggunakan cap dengan sistem lipring. - Minimum 11/8 putaran penuh dari thread harus dijaga. - Mempertimbangkan lebar permukaan perapat ( sealing ) untuk sistem perapat yang digunakan. - Ketika cap tipe valve yang digunakan pada sebuah botol , pertimbangan yang harus diberikan secara specific yaitu pengaturan diameter dalam. Sebagai tambahan, dimensi yang ditunjukkan dengan tanda bintang (*) kemungkinan dapat dirubah untuk memastikan material yang tepat untuk diameter dalam produk.
Gambar 3.12 SP444 Bagian Potongan dari Finish Thread dan Lip
70
Note : - Dimensi T dan E adalah rata-rata dari dua pengukuran yang bersilangan dari sumbu mayor dan minor. Batasan ovalitas ditentukan oleh botol supplier dan customer, jika diperlukan. - Dimensi H diukur dari bagian atas produk sampai batas diameter T, yang diperpanjang sejajar dengan garis center, yang berpotongan dengan bead atau shoulder. - Bentuk dari bead, undercut dan shoulder adalah bebas. - Kecuali jika yang ditentukan adalah sebaliknya, I min yang digunakan sepenuhnya untuk dari bukaan. - Sifat konsentris dari I min tidak ada hubungannya dengan diameter T dan E , I min ditentukan hanya untuk pasangan menggunakan cap dengan sistem lipring. - Minimum 11/8 putaran penuh dari thread harus dijaga. - Kesesuaian dimensi dan detail finish terlihat di Tabel 3.10 - Mempertimbangkan lebar permukaan perapat ( sealing ) untuk sistem perapat yang digunakan.
3.3
Eksperimen dan Study Lapangan
Data dalam mendesain produk botol dan rancangan mold extruction blow molding diambil berdasarkan eksperimen di lapangan. Berikut adalah eksperimen yang dilakukan dalam perancangan produk botol dan rancangan mold extruction blow molding.
3.3.1
Pengetesan terhadap rancangan Produk Botol Merk X Volume 0.8
Liter .
Didalam pengetesan suatu rancangan produk dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa
aplikasi
software tanpa susah payah lagi
kita
memperhitungkan menggunakan rumus yang begitu banyak sehingga akan memperlambat
proses
perancangan.
Apalagi
jika
desain
botol
tersebut
menggunakan banyak konture. Dengan menggunakan software grafis 3D kita dapat
71
memperhitungkan berat produk, luas area produk, volume Brimfull atau Fill Level, posisi Parting line dan Top load secara cepat dan tepat. Dari penyusunan skripsi ini, software yang digunakan adalah Solid Work 2008 dimana didalamnya terdapat fasilitas Mold tool.
Gambar 3.13 Tampilan Software Solid Works
A. Fasilitas tool untuk menghitung berat produk, luas area produk, volume Brimfull dan Fill Level.
Sebelum menghitung berapa berat produk botol yang kita rancang, terlebih dahulu menentukan properties dari material produk seperti : Density produk. Didalam software Solid Works ini ada 2 fasilitas tool yang bisa digunakan : 1. Melalui Material Editor 2. Melalui Mass/Section Properties Options
Gambar 3.14 Material Editor
Gambar 3.15 Mass/Section Properties Options
72
Untuk melihat hasil perhitungan dari software untuk berat rancangan produk, luas area produk, volume Brimfull dan Fill Level dapat dilihat dari fasilitas tool Mass properties :
Gambar 3.16 Mass Properties
B. Fasilitas tool untuk menghitung Top Load dari rancangan produk botol.
Dengan menghitung Top Load pada rancangan produk botol bisa diketahui area kritical ketika di stacking apakah bagian tersebut masih diatas batas crack atau bend. Sebelum menjalankan simulator top load terlebih dahulu tentukan Material Editor terhadap Elastis Modulus, Poissons Rasio, Shear Modulus, Density, Thermal Conductivity, Specific Heat dan Tensile Strength.
Berikut adalah tool yang
digunakan sebagai simulator top load didalam Solid Works:
Gambar 3.17 COSMOSXpress
Load yang digunakan adalah sebagai berikut :
73
Fill Level Botol HDPE ≤ 500 mL = 15 kgf. 500 mL < Fill Level Botol HDPE ≤ 1000 mL = 25 kgf , Jika dari pihak customer tidak mencantumkan pengukuran Top Load pada Specifikasinya.
Jika selama pengujian dengan menggunakan software terdapat area yang melebihi batas kritis, maka desain botol harus dirubah sesuai dengan acuan yang telah dibahas diatas.
C. Fasilitas tool untuk menentukan Parting Line.
Penentuan parting line adalah penting karena mempengaruhi dari bentuk mold. Dengan menempatkan parting line yang salah akan menghambat keluarnya produk dari cavity mold saat membuka sehingga produk menjadi cacat. Halnya sangat mudah jika bentuk botol adalah simetris, maka penempatan parting line tegak lurus terhadap dasar botol, jika botol itu unsimetris maka penempatan parting line harus mempertimbangkan dari mekanisme mold cavity saat proses membuka. Disini Solid Works menyediakan tool untuk menentukan parting line.
Gambar 3.18 Applikasi Parting Line pada Solid Works
3.3.2
Menentukan ukuran rancangan desain Mold untuk Produk Botol
Merk X Volume 0.8 Liter.
Langkah – langkah dalam mendesain mold extrusion blow, sebagai berikut: 1. Menentukan tipe mesin dengan melihat ukuran dari produk, Lihat tabel 3.1
74
2. Menentukan jumlah cavity dari mold dengan melihat specifikasi mesin yang telah dipilih. 3. Menghitung Tonase apakah sesuai dengan batas aman dari specifikasi mesin yang dipilih, tidak boleh melebihi tonase mesin yang tersedia. 4. Menentukan ukuran mold yang telah ditetapkan oleh specifikasi mesin yang kita pilih yaitu Panjang x Tinggi x Tebal. Untuk tinggi dapat disesuaikan dengan ukuran tinggi produk. 5. Menentukan Srinkage produk yang kemudian ditempatkan kedalam lay-out mold sesuai dengan jarak CD ( Center Distance ) pada specifikasi mesin yang telah dipilih. 6. Membagi lay-out mold menjadi beberapa bagian yaitu Striker Plate, Neck Plate, Body / Cavity Plate, Bottom Plate, Lower Plate dan Backing Plate. 7. Menentukan Material dasar dari Mold Base. 8. Penentuan ukuran dari Neck Plate, Cavity Plate dan Bottom Plate disesuaikan dengan posisi PL ( Parting Line ) pada produk botol yang telah ditentukan. 9. Menentukan dudukan baut dari backing plate yang disesuaikan dengan lubang baut yang tersedia di Adapter Plate yang tersedia pada Wagoner Plate.
Gambar 3.19 Posisi dari Adapter Plate.
75
Gambar 3.20 Posisi lubang baut yang tersedia pada Adapter Plate.
10. Menentukan system cooling pada bagian Neck Plate, Cavity Plate dan Bottom Plate. 11. Menentukan posisi Pinch-off pada bagian Bottom Plate dan Neck Plate. Untuk Pinch-off pada bagian bagian Neck Plate bias tidak dibutuhkan jika tipe dari parison adalah Inside Parison, ketentuannya telah dijelaskan pada bab diatas. 12. Menentukan Posisi Guide Pin dan Guide Bushing pada bagian Cavity Plate.
76
13. Menentukan posisi baut dan dowel pin pada bagian Backing Plate terhadap Neck Plate, Body Plate dan Bottom Plate yang tidak bersinggungan atau menabrak pada bagian system cooling. 14. Melay-out bagian deflaiser dengan melihat Center Distance antara Mold dan Deflaiser yang telah ditetapkan oleh mesin yang telah dipilih. 15. Mem-break down lay-out menjadi gambar part detail. 16. Merancang Die Pin, Blow Pin dan Post Cooling sebagai alat pendukung utama Mold.
3.3.3
Pemeriksaan terhadap Mold Extrusion Blow .
Sebelum mold dinaikan ke mesin hendaknya dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu terhadap kondisi mold, apakah mold tersebut sudah siap untuk dipasang atau tidak. Dengan lembaran pemeriksaan bisa meminimalisir kegagalan terhadap rancangan mold dan sebagai historis saat pembuatan dan kondisi mold sehingga jika terdapat suatu masalah di lapangan atau line produksi, dengan sigap bisa teratasi dan bisa diketahui akar permasalahannya. Ada dua tahapan dalam pemeriksaan Mold Extrusion Blow, yaitu : 1.
Pemeriksaan terhadap part dari Mold saat proses Machining, seperti
kelengkapan parts, pengukuran dimensi, kekerasan material ( hardness ), kekasaran permukaan ( roughness ) dll. 2.
Pemeriksaan terhadap Assy Mold.
Berikut adalah lembaran pemeriksaan assy mold blow :
77
Tabel 3.12 Lembar Pemeriksaan Mold New
78
3.3.4
Metode Tes Kualitas terhadap Produk Botol Jadi Merk X Volume 0.8
Liter.
Awal dari pengaturan kualitas ketika raw material dipesan dan disusul didalam setiap operasi sampai produk dikirim. Sebagaian banyak perusahaan membuat prosedur Kualitas kontrol untuk menjaga standart dari produk mereka dan memberikan kesan yang baik bagi customer mereka. Metode pengetesan kualitas yang dihasilkan tergantung pada proses dan pada kebutuhan dari customer. Adapun Metode Pengetesan Kualitas sebagai berikut : 2. Cek secara Visual ( Penglihatan ). Sampel botol diambil dari produksi dan secara visual dicek secara penglihatan. Berikut kerusakan yang seharusnya tidak terlihat didalam botol : a. Blok Spot. b. Garis Die atau Garis Sambungan. c. Material yang kotor.
79
d. Pinhole. 3. Pengecekan Berat. a. Timbangan digunakan untuk memeriksa berat dari botol. b. Tekan tombol nilai 0 dari timbangan. c. Nilai berat rata-rata dari sample botol ditulis sebagai hasil. d. Hasil tes ditentukan dari salah satu kelulusan atau kegagalan yang tergantung pada specifikasi yang ditentukan. e. Berat diperbaiki jika gagal.
[ T y p e
a Gambar 3.21 Pengecekan dari Berat
q u
4. Pengecekan Dimensi.
o a. Dimensi dari sample botol diukur sesuai part specifikasi. t b. Hasil tes ditentukan dari salah satu kelulusan atau kegagalan yang tergantung pada specifikasi yang ditentukan. e c. Diperlukan penyetelan jika gagal. f r o m
t h e Gambar 3.22 Pengecekan dari Dimensi
d o c u
80
5. Pengecekan Volume. A. Metode Bobot ( Gravimetric ). Botol yang dites ditimbang, lalu dibuat nol pada timbangan. Volume air yang cukup ditambah sampai pengisian tertentu atau tingkat liquid, lalu ditimbang lagi. Berat final sama dengan volume liquid yang diisi didalam botol yang dites. Prosedure untuk metode bobot ( gravimetric ). a. Menempatkan botol diatas timbangan.
Gambar 3.23 Penempatan botol kosong di meja timbangan
b. Menempatkan timbangan pada posisi 0.
Gambar 3.24 Tekan Knob posisi 0
Gambar 3.25 Kondisi display 0
81
c. Menuangkan air diatas botol.
Gambar 3.26 Pengisian botol dengan air
d. Memperoleh berat dan tulis diatas checklist.
Gambar 3.27 Air memenuhi botol
e. Perlu dilakukan penyesuaian jika volume gagal didalam specifikasi.
Gambar 3.28 Hasil dari pengukuran Volume Botol
B. Metode Volume ( Volumetric ).
82
Prosedure untuk metode Volumetrik. a. Mengisi botol dengan air sampai dasar neck.
Gambar 3.29 Posisi air pada dasar neck
b. Pindahkan air dari botol didalam gelas tabung.
Gambar 3.30 Penuang ke gelas ukur
c. Baca volume air dan tulis diatas check sheet.
Gambar 3.31 Volume air didalam gelas ukur
6. Pengecekan Drop Test. Drop test adalah sebuah pengukuran daya tahan dari unit botol terhadap tubrukan yang tiba-tiba. Botol yang dites diisi dengan volume air yang telah ditentukan. Perlu komponen seperti plug dan liner dipasang lalu ditutup dengan torsi yang dibutuhkan. Botol dijatuhkan dari ketinggian tertentu yang meningkat (
83
3, 4, 5 ….ft) sampai 50% dari sampel menjadi rusak. Hasil pengetesan ditulis didalam persyaratan dari tinggi dimana 50% dari sampel rusak. Prosedure Drop Test : a. Mengambil minimal 2 shot botol dari mesin Extrusion Blow. b. Mengisi botol dengan air ( Fill Level ) dan tutup dengan cap. c. Dari ketinggian 1.5 meter, jatuhkan botol dengan tanpa dibutuhkan gaya yang berlebih. ≤500mL, HDPE : 1.2 meter. 500 mL < V ≤ 1000 mL : 1.5 meter. d. Periksa secara visual kondisi dari botol terhadap crack dan kebocoran.
Gambar 3.32 Pengetesan Drop Test terhadap produk botol Merk X Volume 0.8 Liter.
7. Pengecekan Top Load. Top Load adalah sebuah pengukuran daya tahan dari unit botol terhadap tekanan yang diberikan terhadap dasar atas neck. Prosedure Top Load Test : a. Mengambil botol kosong yang akan ditest. b. Menempatkan botol pada posisi center dari clamping plate terutama area neck. c. Mengatur clamping plate upper menyentuh permukaan atas dari neck. Kemudian tekan tombol “ GO “, secara automatis mesin top load akan membaca berapa besarnya beban yang mampu diterima oleh produk botol tersebut beserta jarak deformasi-nya.
84
Gambar 3.33 Pengetesan Top Load terhadap produk botol Merk X Volume 0.8 Liter.
3.3.5
Metode Penyusunan Laporan Tes Kualitas terhadap Produk Botol Jadi Merk X Volume 0.8 Liter.
Dari hasil pengukuran beberapa sample dan disusun kedalam bentuk check sheet maka dapat diukur dan dianalisa variasi yang terjadi selama proses produksi yang berlangsung terhadap produk Merk X Volume 0.8 L. Adapun check point sebagai batasan pengukuran diambil berdasarkan fungsional produk. Berikut adalah check sheet untuk produk Merk X Volume 0.8 L :
85
Tabel 3.13 Lembar Pemeriksaan Produk Botol Merk X Volume 0.8 Liter
86