BAB III METODELOGI PENELITIAN A.
Gambaran Umum
A.1.
Sejarah Perkembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka.
Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya. Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Setelah sempat jatuh ke sekitar 300 poin pada saat-saat krisis, BEJ mencatat rekor tertinggi baru pada awal tahun 2006 setelah mencapai level 1.500 poin berkat adanya sentimen positif dari dilantiknya presiden baru, Susilo Bambang Yudhoyono. Peningkatan pada tahun 2004 ini sekaligus membuat BEJ menjadi salah satu bursa saham dengan kinerja terbaik di Asia pada tahun tersebut.
25
Pada tahun 2007 BEJ melakukan merger dengan Bursa Efek Surabaya dan berganti nama menjadi Bursa Efek Indonesia. Penggabungan ini menjadikan Indonesia hanya memilki satu pasar modal. A.2.
Perkembangan Bursa Efek Indonesia Secara singkat, perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat
sebagai berikut:
14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda.
1914 - 1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I
1925 - 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya
Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup.
1942 - 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II
1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri keuangan (Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo).
Instrumen
yang
diperdagangkan:
Obligasi
Pemerintah RI (1950)
1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif.
1956 - 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum.
26
10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama.
1977 - 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal.
1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.
1988 - 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat.
2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.
Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.
27
16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.
13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.
22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem computer JATS (Jakarta Automatic Trading Systems).
10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang -Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996.
1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.
2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia.
2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading).
2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).
A.3.
Karakteristik Industri Manufaktur Karakteristik utama industri manufaktur adalah mengolah sumber daya
menjadi barang jadi melalui suatu proses pabrikasi. Aktivitas perusahaan yang tergolong dalam dalam kelompok industri manufaktur mempunyai tiga kegiatan utama yaitu (Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal, Pedoman
28
Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau perusahaan publik, 2002): 1.
Kegiatan utama untuk memperoleh atau menyimpan input atau bahan baku.
2.
Kegiatan pengolahan atau pabrikasi atau perakitan atas bahan baku menjadi bahan jadi.
3.
Kegiatan menyimpan atau memasarkan barang jadi.
Ketiga kegiatan utama tersebut harus tercermin dalam laporan keuangan perusahaan pada perusahaan industri manufaktur. Dari segi produk yang dihasilkan, aktivitas industri manfaktur mencakup berbagai jenis usaha antara lain : 1. Aneka industri yang terdiri dari : a. Industri mesin dan alat berat b. Industri otomotif dan komponennya c. Industri perakitan (assembling) d. Industri tekstil dan garmen e. Industri sepatu dan alas kaki lain f. Industri kabel misalnya kabel listrik dan kabel telepon (elektrik) g. Industri barang elektronika 2. Industri makanan dan minuman : a. Industri rokok b. Industri farmasi c. Industri kosmetika
29
3. Industri dasar dan kimia yang meliputi : a. Industri semen b. Industri keramik, misalnya ubin keramik, alat-alat saniter dari keramik, dan lain-lain c. Industri porselen, misalnya ubin porselen d. Industri kaca e. Industri logam, misalnya aluminium, pembuatan uliran pipa baja, besi beton, baja, kawat baja, perlengkapan dari logam, batangan tembaga, kemasan kaleng, dan lain-lain f. Industri kimia, misalnya sorbitol, polypropylene, alkil benzene, dan lain-lain g. Industri plastik dan kemasan misalnya : kemasan plastik, kemasan fleksibel, dan lain-lain h. Industri pakan ternak misalnya pellet, chips, dan lain-lain i. Industri pulp dan kertas Setiap industri pasti memeliki peluang menghadapi risiko, begitu juga dengan industri manufaktur. Risiko yang melekat pada perusahaan dalam kelompok industri manufaktur tidak terlepas dari karakteristik utama kegiatan perusahaan yaitu kegiatan memperoleh sumberdaya, mengolah sumberdaya menjadi barang jadi serta menyimpan dan mendistribusikan barang jadi. Oleh karena itu, risiko-risiko yang melekat pada industri manufaktur adalah sebagai berikut : 1. Risiko sulitnya memperoleh bahan baku, yang dapat disebabkan oleh :
30
Kelangkaan bahan baku Ketergantungan yang tinggi terhadap impor atau pemasok tertentu 2. Risiko berfluktuasinya nilai tukar rupiah. Berfluktuasinya nilai tukar rupiah dapat dilihat dari dua sisi yaitu : a. Depresiasi
rupiah
berakibat
buruk
bagi
perusahaan
yang
penjualannya mengandalkan pasar lokal dan tergantung pada bahan baku impor. Meningkatnya harga jual produk jadi yang melebihi daya beli masyarakat akan berakibat menurunnya penjualan perusahaan. Pada sisi lain, depresiasi rupiah menguntungkan perusahaan yang mengandalkan pasar ekspor dan tergantung pada bahan baku yang pengadaannya dalam nilai tukar rupiah. b. Apresiasi rupiah pada sisi sebaliknya, berpengaruh negatif terhadap perusahaan yang mengandalkan penjualannya pada pasar ekspor. 3. Risiko kapasitas produksi tidak terpakai (idle capacity) yang terjadi karena kurangnya daya serap pasar terhadap produk, kompetisi, perubahan teknologi, adanya restriksi pemerintah terhadap produksi barang tertentu. 4. Risiko terjadinya pemogokan atau kerusuhan (riot) yang antara lain dapat terjadi karena ketidakpuasan karyawan terhadap kompensasi yang diterima, kondisi perekonomian atau kondisi politik yang tidak stabil. 5. Risiko kelakuan investasi yaitu karena adanya restriksi/pembatasan pemerintah terhadap investasi pada bidang tertentu.
31
6. Putusnya hak paten (patent right) atas formula produksi bagi perusahaan yang produknya terkait erat pada hak paten atas formula tertentu akan sangat mempengaruhi pendapatannya. 7. Risiko leverage (leverage risk) yaitu risiko-risiko yang terkait pada kewajiban perusahaan karena pendanaan yang berasal dari luar perusahaan (external financing). 8. Risiko pemasaran meliputi, antara lain tidak terjualnya barang jadi, kerusakan dan kehilangan pada jalur distribusi dan pemasaran, habisnya daur hidup produk. 9. Risiko penelitian dan pengembangan produk meliputi, antara lain biaya penelitian dan pengembangan yang gagal menghasilkan produk baru. 10. Risiko dampak usaha terhadap lingkungan yang tercermin dari peringkat analisis mengenai dampak lingkungan (amdal) yang diberikan oleh Bapedal dan unjuk rasa ketidakpuasan penduduk di lingkungan setempat. 11. Risiko tidak tertagihnya piutang (accounts receivable risk) yaitu risiko yang muncul karena rendahnya kolektabilitas piutang. Risiko ini terkait langsung pada industri manufaktur, karena sistem penjualan pada industri manufaktur umumnya tidak dilakukan secara kas. B.
Waktu dan Tempat Penelitian
B.1
Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih 6 (enam) bulan yaitu pada
bulan Oktober 2011 sampai dengan bulan Maret 2012 , dimana penulis akan melakukan pencarian data melalui website www.idx.co.id.
32
B.2
Tempat Penelitian Tempat penelitian yang akan dilakukan oleh penulis yaitu 15 perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dalam penentuan sampel parusahaan sebanyak 15 perusahaan penulis melakukan teknik pengambilan sampel purposive sampling. C.
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kausal, yaitu suatu metode penelitian yang digunakan untuk mengetahui pengaruh satu atau lebih variable (independen variable) terhadap variable tertentu (dependen variable). D.
Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah, maka dapat ditarik suatu hipotesa
sebagai berikut : 1.
H1: Hutang jangka pendek berpengaruh negatif terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia.
2.
H2: Perputaran piutang berpengaruh negatif terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia.
3.
H3: Hutang jangka pendek dan perputaran piutang secara stimultan berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia.
33
E.
Variabel dan Skala Pengukuran
E.1
Variabel Penelitian Untuk memahami penelitian ini, maka penulis perlu memberikan definisi
operasional yang akan dianalisis, sebagai berikut: a. Variabel bebas (X 1) yaitu Hutang jangka pendek Hutang jangka pendek yaitu bagian dari hutang yang merupakan kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana utang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditur yang sifatnya sementara dipakai dalam perusahaan.Dalam menggunakan sumber pembelanjaan ini perusahaan harus mengembalikannya beserta bunganya paling lama satu tahun. b. Variabel bebas (X2 ) yaitu Perputaran piutang Perputaran piutang merupakan salah satu komponen dari aktiva lancar perusahaan. Pos piutang dalam neraca biasanya merupakan bagian yang cukup besar dari aktiva lancar dan oleh karena itu perusahaan perlu memberikan perhatian yang cukup serius agar perkiraan piutang ini dapat dimanage dengan cara yang seefisien mungkin, sehingga dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan. Menggunakan rumus :
Perputaran Piutang =
Penjualan Rata-rata perputaran piutang
c.
Variabel terikat (Y) yaitu profitabilitas Profitabilitas yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba baik dengan menggunakan modal sendiri. Maka dari itu
34
profitabilitas suatu perusahaan akan mempengaruhi kebijakan mereka dalam penanaman modal di perusahaan tersebut. Menggunakan rumus :
Net Profit Margin =
EAT
x 100%
Penjualan Gambar 3.1 Kerangka Konseptual
E.2.
Skala Pengukuran
a. Variabel bebas (X 1) yaitu Hutang jangka pendek Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian Hutang jangka pendek ini adalah Skala nominal b. Variabel bebas (X2 ) yaitu Perputaran piutang Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian Perputaran piutang ini adalah Skala Rasio. Skala rasio sangat mirip dengan variabel interval; di
35
samping sudah memiliki semua sifat-sifat variabel interval, juga sudah bisa diidentifikasi titik nol mutlak, sehingga memungkinkan menyatakan rasio atau perbandingan di antara kedua nilai, misalnya x adalah dua kali lebih y. c.
Variabel terikat (Y) yaitu profitabilitas Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian profitabilitas ini adalah Skala Rasio. Skala rasio sangat mirip dengan variabel interval; di samping sudah memiliki semua sifat-sifat variabel interval, juga sudah bisa diidentifikasi titik nol mutlak, sehingga memungkinkan menyatakan rasio atau perbandingan di antara kedua nilai, misalnya x adalah dua kali lebih y.
F.
Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. penelitian lapangan suatu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan penelitian langsung
di
lapangan.
Dengan
penelitian
lapangan,
peneliti
mengumpulkan data-data sekunder yang berupa laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode tahun 2008 sampai dengan tahun 2010. 2. penelitian keperpustakaan dengan cara mengumpulkan bahan atau data-data yang berkaitan dengan objek pembahasan dimana data-data tersebut diperoleh melalui penelitian kepustakaan yaitu dengan mempelajari, meneliti, mengkaji dan menelaah buku-buku, jurnal akuntansi, karya tulis lainnya dan
36
literatur-literatur, informasi melalui website yang dapat diakses melalui media internet G.
Jenis dan Sumber Data Sumber data dari penelitian ini adalah Data Sekunder yaitu merupakan
sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berua bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Er yang dipakai yaitu laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI yang terdiri dari neraca, laporan laa rugi dan data-data lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini. H.
Populasi dan Sampel
H.1.
Populasi “Populasi merupakan sekumpulan orang atau objek yang memiliki
kesamaan dalam satu atau beberapa hal dan yang membentuk masalah pokok dalam suatu riset khusus. Populasi yang akan diteliti harus didefinisikan dengan jelas sebelum penelitian dilakukan.” (Santoso & Tjiptono, 2002, 79) Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang selalu menyajikan laporan keuangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2007-2010. H.2.
Sampel “ Sampel adalah semacam miniatur (mikrokosmos) dari populasinya”
(Santoso & Tjiptono, 2002, 80)
37
Teknik pengambilan sampel penelitian ini adalah purposive/judgment sampling (sampel bertujuan) yaitu populasi yang akan dijadikan sampel penelitian adalah yang memenuhi kriteria sampel tertentu sesuai dengan yang dikehendaki peneliti dan kemudian dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu disesuaikan dengan tujuan penelitian. Adapun yang menjadi kriteria pemilihan sampel adalah : a.
Perusahaan manufaktur yang sudah atau terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2008 sampai 2010.
b.
Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan tahunan untuk periode 31 desember 2008-2010 yang dinyatakan dalam rupiah (Rp)
c.
Perusahaan menerbitkan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit. Perusahaan yang pada akhir tahun-tahun tertentu tidak memenuhi salah satu kriteria yang telah ditetapkan maka perusahaan tersebut tidak dapat dimasukan ke dalam sampel penelitian.
I.
Metode Analisis Data Adapun langkah-langkah dalam menganalisa data, meliputi : 1. Menghitung perputaran piutang sebagai variabel bebas yaitu dengan menggunakan rumus Perputaran Piutang =
Penjualan
Rata-rata perputaran piutang 2. Menghitung profitabilitas sebagai variabel terikat yaitu dengan menggunakan rumus : Net Profit Margin =
EAT Penjualan
38
x 100%
Dimana : AT = Earning After Taxes I.1.
Deskriptif Statistik Deskripstif
statistik
adalah
statistik
yang
berfungsi
untuk
mendeskriptifkan atau memberikan gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel yang ada , tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. Dalam penggunaan statistik deskriptif ini penulis memberikan gambaran tentang data yang di gunakan. I.2.
Uji Asumsi Klasik Karena data yang digunakan adalah data sekunder, maka untuk menentukan ketepatan model perlu dilakukan pengujian atas beberapa asumsi klasik yang mendasari model regresi. Penyimpangam asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regressi, variabel dependen dan variabel independen keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal, apabila nilai residual tidak mengikuti distribusi normal, uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Untuk mendeteksi normalitas dapat dilakukan dengan uji statistik. Test statistik yang digunakan adalah Kolmogorov-Smirnov test yang merupakan suatu pengujian untuk keselarasan data, dimana suatu sampel dikatakan berdistribusi normal apabila nilai Asymp. Signifikasinya > 5%.
39
b. Uji Multikolinearitas Pengujian asumsi kedua adalah uji multikolinearis (multicollinearity) bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan korelasi antara
variabel
independen,
adanya
multikolinearitas
akan
mengakibatkan ketidaktepatan dalan estimasi. Nilai cutoff
yang
umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF (Varience Inflation Factor) > 10, R Square > 0,9, Condition Index > 10 dan independen variabel berkorelasi dengan signifikansi < 0,5, apabila 3 dari 5 ciri di atas tidak terpenuhi maka tidak terjadi multikolinearitas diantara variabel. c. Uji Heteroskedastisitas Pengujian
asumsi
ketiga
adalah
heteroskedastisitas
(heteroscedasticity) digunakan untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas, dalam hal ini akan dilakukan dengan cara melihat grafik Scatterplot. Jika dalam grafik terlihat ada pola tertentu seperti titik-titik
yang
(bergelombang,
ada
membentuk
melebar,
pola
kemudian
tertentu
yang
menyempit),
teratur maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Akibat adanya heteroskedastisitas dalam suatu model regresi adalah penaksiran
40
(estimator) yang diperoleh tidak efisien, baik dalam sampel kecil maupun dalam sampel besar. d. Uji Autokorelasi Pengujian asumsi ke-empat dalam model regresi linier klasik adalah uji autokorelasi (autocorrelation). Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokerelasi. Uji autokorelasi dapat dilihat dari nilai Durbin Watson. Kriteria atau batasan terjadinya autokorelasi sebgai berikut : 1. Angka D-W di bawah (-2) berarti ada autokorelasi positif 2. Angka D-W diantara (-2) sampai dengan (+2) berarti tidak ada autokorelasi 3. Angka D-W di atas (+2) berarti ada autokorelasi negatif e.
Uji Linearitas Uji linearitas dipergunakan untuk melihat apakah model yang dibangun mempunyai hubungan linear atau tidak. Uji ini jarang digunakan pada berbagai penelitian, karena biasanya model dibentuk berdasarkan telaah teoretis bahwa hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikatnya adalah linear. Hubungan antar variabel yang secara teori bukan merupakan hubungan linear sebenarnya sudah tidak dapat dianalisis dengan regresi linear, misalnya masalah elastisitas. Uji linearitas digunakan untuk mengkonfirmasikan apakah
41
sifat linear antara dua variabel yang diidentifikasikan secara teori sesuai atau tidak dengan hasil observasi yang ada. Uji linearitas dapat menggunakan uji Durbin-Watson, Ramsey Test atau uji Lagrange Multiplier. I.3.
Analisis Regresi Linier Untuk menunjukkan hubungan antara variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y), digunakan persamaan regresi berganda sebagai berikut: Y = β0 +β1X1+β2X2 + e dimana: Y : Rasio profit margin X1 : Utang Jangka Pendek X2 : Perputaran Piutang β1, β2 : Koefisien variabel X1, X2 β0 : Konstanta e : Kesalahan pengganggu (Algifari, 2000: 85).
I.4.
Pengujian Hipótesis
I.4.1. Uji Signifikansi Simultan ( Uji F-test) Menguji apakah variabel bebas secara
bersama-sama berpengaruh
terhadap variabel tak bebas terhadap variabel dependen . Nilai F hitung dicari dengan rumus sebagai berikut Fhitung =
R2/(k-2) (1- R2 )/(N-k)
42
dapat
Dimana : N = jumlah sampel K = jumlah variabel Pengambilan kesimpulan sebagai berikut : a.
Bila Fhitung
<
Ftabel
: maka variabel bebas secara serentak tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen. b.
Bila Fhitung > Ftabel : maka variabel bebas secara serentak berpengaruh terhadap variabel dependen Uji F digunakan untuk menguji secara simultan hutang jangka pendek dan
perputaran piutang terhadap profitabilitas perusahaan. Formula hipotesis : Ho : β1 = β2 = β3 = 0 artinya hutang jangka pendek dan perputaran piutang tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas perusahaan Ho : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ 0 artinya hutang jangka pendek dan perputaran piutang berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas perusahaan I.4.2. Uji Statistik t Uji statistik t dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen (Imam Ghazali, 2005:84). Tahap pengujian yang akan dilakukan, yaitu : 1. Hipotesis ditentukan dengan formula nol secara statistik diuji dalam bentuk: a. Jika Ho : β1>0, berarti ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. b. Jika Ho : β1 = 0, berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial.
43
2. Menghitung nilai sig t dengan rumus : t hitung =
βj Se (βj)
(Sudrajat, 1988 : 122) Dengan keterangan : βj
= Koefisien regresi variabel.
Se (βj) = Standar Error Koefisien regresi 3. Derajat keyakinan (level significant/α = 5%) a. Apabila besarnya nilai sig t lebih besar dari tingkat α yang digunakan, maka hipotesis yang diajukan ditolak oleh data b. Apabila besarnya nilai sig t lebih kecil dari tingkat α yang digunakan, maka hipotesis yang diajukan didukung oleh data Uji statistik t digunakan untuk menguji secara parsial hutang jangka pendek terhadap peraputaran piutang dan profitabilitas perusahaan. Formula hipotesis : 1). Variabel hutang jangka pendek mempunyai pengaruh terhadap profitabilitas perusahaan. Ho1
: β=0 artinya hutang jangka pendek tidak berpengaruh signifikan
terhadap profitabilitas perusahaan Ha1 : β≠0 artinya hutang jangka pendek berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas perusahaan 2). Variabel perputaran piutang mempunyai pengaruh terhadap profitabilitas perusahaan. Ho2 : β=0 artinya perputaran piutang tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas perusahaan
44
Ha2 : β≠0 artinya perputaran piutang berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas perusahaan I.4.3. Uji R2 (Koefisien Determinasi) Pengujian ini digunakan untuk mengetahui tingkat ketepatan yang terbaik dalam analisis regresi dalam hal ini ditunjukkan oleh besarnya koefisien determinasi. Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui prosentase pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Dari sini akan diketahui seberapa besar variabel independen akan mampu menjelaskan variabel dependennya, sedangkan sisanya dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model. Nilai koefisien R2 mempunyai interval nol sampai satu (0 ≤ R2 ≤1). Semakin besar R2 (mendekati 1), semakin baik hasil untuk model regresi tersebut dan semakin mendekati 0, maka variabel independen secara keseluruhan tidak dapat menjelaskan variabel dependen. Untuk menghindari bias, maka digunakan nilai Adjusted R2, karena Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan dalam model.
45