37
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A.
Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dilakukan selama 2 bulan alasan waktu tersebut karena
peneliti ingin mendapatkan data selama waktu tersebut. Tempat penelitian dilakukan di PT. Tip Top Rawamangun Jakarta Timur adapun peneliti mengambil lokasi tesebut karena untuk memudahkan penelitian. B.
Desaian Penelitian Dalam melakukan suatu penelitian, peneliti harus mengikuti aturan-aturan
metode penelitian yang ada. Untuk menarapkan metode penelitian yang efektif dan efisien maka diperlukan suatu desain penelitian. Desain penelitian ini sendiri harus mengikuti metode penelitian. Arikunto (2006:51) mengemukan bahwa “desain penelitian adalah rencana atau rancangan yang dibuat oleh peneliti sebagai rancangan kegiatan yang akan dilaksanakan.” Desain penelitian merupakan tipe penelitian yang akan dilakukan dan tergantung pada jenis masalah. Berdasarkan penjelasan yang ada, maka desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain kasual. Desain kasual digunakan untuk menjelaskan hubungan sebab akibat sekaligus untuk mencari tahu bagaimana keterkaitan antara variabel dan masalahnya yang merujuk pada tujuan penelitian.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
C.
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1) Variabel Penelitian Menurut Sugiyono (2007) Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau
sifat atau nilai dari orang, objek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Variabel penelitian ini terdiri dari 2 macam variabel yaitu variabel terikat (dependent variabel) dan variabel bebas (independent variabel). Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah A. Variabel Independent (bebas) dalam penelitian adalah : 1. Persepsi Harga (X1) 2. Kualitas Produk (X2) B. Variabel Dependent (terikat) adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependent dalam penelitian ini adalah Keputusan Pembelian (X3)
2) Definisi Operasional Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan pada suatu variabel dengan memberi arti atau menspesifikasi kegiatan atau membenarkan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut. Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Variabel Kualitas Produk (X1)
Dimensi Performance Fitur Produk Kesesuaian dengan spesiikasi (conformance to specification) Keandalan (Reliability) Daya tahan produk (Durability) Kemampuan diperbaiki (Serviceability) Keindahan (Aestethic)
Istijanto (2007)
Variabel Persepsi Harga (X2)
Kualitas yang dipersepsikan (Perceived Quality)
Indikator Produk mudah ditemui diberbagai toko dan gerai Keragaman bentuk ukuran kemasan biscuit khong guan Penataan tata letak dalam kemasaan kaleng biskuit Tingkat kelengkapan kandungan (komposisi) Tingkat keawetan (kadaluarsa) biscuit Tingkat kualitas bahan baku produk Tingkat Rasa produk
Skala Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal
Tingkat Kelezatan Biskuit
Ordinal
Tingkat Warna Biskuit
Ordinal
Tingkat Selera konsumen dari produk biscuit khong guan
Ordinal
Kemenarikan Bentuk Desain Produk Penataan Tata Letak dalam Kemasaan Kaleng Biskuit Tingkat nilai lebih yang didapat konsumen dari pengalaman mengkonsumsi biscuit khong guan dibanding produk pesaing
Dimensi Harga mempengaruhi citra dan strategi positioning
Indikator Tingkat kesesuaian harga dengan manfaat Tingkat kesesuaian harga dengan kualitas produk
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Ordinal Ordinal Ordinal
Skala Ordinal Ordinal
40
Harga merupakan Tingkat ekonomis harga pernyatan nilai dari suatu produk produk (a statement o value)
Harga bersifat fleksibel
Tingkat kesesuaian harga dengan pesaing.
Ordinal
Ordinal
Tiptono (2008:467)
Variabel
Dimensi
Pemilihan Produk
Pilihan Brand (Merek) Keputusan Pembelian (X3)
Pembelian Berdasarkan Keputusan Saluran Pembelian Jumlah Pembelian Penentuan Waktu Kunjungan Metode
Indikator
Skala
Tingkat pertimbangan kemasan produk
Ordinal
Tingkat pertimbangan ukuran kemasan produk
Ordinal
Tingkat pertimbangan merek Ordinal Tingkat pembelian berdasarkan kemudahan membeli Tingkat pembelian berdasarkan kelengkapan dalam toko Tingkat pembelian sesuai dengan kebutuhan dan keinginan Tingkat pembeliaan berdasarkan kebutuhan pembelian Tingkat pertimbangan cara
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal
41
Kotler dan Keller (2012:161)
D.
Pembayaran
pembayaran
Skala Pengukuran Variabel-variabel diatas diukur dengan menggunakan skala Likert, skala likert
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dengan menggunakan Skala Likert, maka variable yang akan di ukur dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi sub variabel kemudian sub variabel dijabarkan lagi menjadi indicator-indikator yang dapat diukur. Skala Likert yang digunakan dalam penelitian ini adalah Likert 1-5 dengan jawaban seperti : Sangat Setuju (SS); Setuju (S); Netral (N); Tidak Setuju (TS); Sangat Tidak Setuju (STS).
E.
Populasi Dan Sampel. 1) Populasi Menurut Sugiyono (2015:80), populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelaari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi merupakan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti untuk mencari kesimpulan dari penelitian tersebut dan juga dapat memudahkan peneliti dalam melakukan penelitianya. Dalam penelitian ini populasinya adalah pengunjung PT. Tip
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
Top sebanyak 135 pengunjung pada periode bulan September sampai dengan November tahun 2016. 2) Sampel Menurut Sugiyono (2015:81), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel dari yang diambil dari populasi itu. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betulbetul representatif (mewakili). Menurut Sugiyono (2015: 86), untuk menentukan
sampel yang diambil
menggunakan teknik non probability sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dimana tidak semua anggota populasi dalam posisi yang sama-sama memiliki peluang untuk dipilih menjadi sampel. Teknik non probability sampling ini menggunakan pendekatan insidental sampling, yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. Penelitian ini menggunakan metode Slovin (Sevilla 2006) dengan rumusan berikut ini :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
Dimana : n = Jumlah Sampel N = Jumlah populasi e = Batasan toleransi Untuk menggunakan rumus ini, pertama ditentukan berapa batas toleransi kesalahan. Batas toleransi kesalahan ini dinyatakan dengan presentase. Semakin kecil toleransi kesalahan, semakin akurat sampel menggambarkan populasi. Misalnya, penelitian dengan batas kesalahan 5% berarti memiliki tingkat akurasi 95%. Penelitian dengan batas kesalahan 2% memiliki tingkat akurasi 98%. Dengan jumlah populasi yang sama, semakin kecil toleransi kesalahan, semakin besar jumlah sampel yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini terdapat 135 responden. Dan batas toleransi yang digunakan adalah 5% maka jumlah sampel yang didapatkan adalah 100 sampel.
F.
Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
1.
Jenis Data Data kualitatif yaitu data yang diperoleh dalam bentuk informasi, baik secara lisan maupun tulisan.
Data kuantitatif yaitu data yang diperoleh dari perusahan dalam bentuk angkaangka
2.
Sumber Data Data Primer Data Primer adalah Data yang berasal langsung dari responden. Data responden sangat diperlukan untuk mengetahui tanggapan responden mengenai keputusan pembelian konsumen terhadap Biskuit Khong Guan yang dilihat dari Kualitas Produk dan Persepsi Harga. Dalam hal ini data diperoleh secara langsung dengan membagai kuesione atau daftar pertanyaan kepada Pengunjung PT. Tip Top
Data Sekunder Data Sekunder adalah Data yang diperoleh secara tidak langsung, baik berupa keterangan maupun literature yang ada hubungannya dalam penelitian yang sifatnya melengkapi atau mendukung data primer. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari internet dan majalah yang berhubungan dengan judul skripsi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
G.
Analisis Deskriptif Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis
Partial Least Squares (PLS). Abdilllah dan Jogiyanto (2015:193) mengemukakan bahwa Partial Least Squares (PLS) sebagai model prediksi tidak mengasumsikan distribusi tertentu untuk mengestimasi parameter dan memprediksi hubungan kausalitas. Karena itu, teknik parametrik untuk menguji signifikansi parameter tidak diperlukan dan model evaluasi untuk prediksi bersifat non-parametrik. Evaluasi model PLS dilakukan dengan mengevaluasi outer model dan inner model. Analysis penelitian ini untuk mengetahui hubungan antar variabel independen dan dependen dalam “Pengaruh Kualitas Produk Dan Persepsi Harga Terhadap Keputusan Pembelian Pada Produk Biskuit Khong Guan Di PT. Tip Top”. Pengukuran data dalam penelitian ini melalui kuesioner yang di sebarkan kepada responden yang pernah membeli biscuit Khong Guan di PT. Tip Top. H.
Metode Analisa 1. Uji Data Penelitian yang mengukur variabel dengan menggunakan instrumen kuesioner
harus dilakukan pengujian data yang diperoleh. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan valid dan reliabel sebab kebenaran data yang diolah sangat menentukan kualitas hasil penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan 2 (dua) model yaitu model pengukuran (outer model) dan model struktural (inner model).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
Model Pengukuran (Outer Model)
Abdillah dan Jogiyanto (2015:194), mengemukakan bahwa model pegukuran (outer model) merupakan suatu konsep dan model penelitian tidak dapat diuji dalam suatu model prediksi hubungan relasional dan kausal jika belum melewati tahap purifikasi dalam model pengukuran. Model pengukuran sendiri digunakan untuk menguji validitas konstruk dan reliabilitas instrumen. Outer model merupakan model pengukuran untuk menilai validitas dan reliabilitas model. Melalui proses iterasi alogaritma, parameter model pengukuran (validitas konvergen, validitas deskriminan, composite reliability dan cronbach’s alpha) diperoleh, termasuk nilai R2 sebagai parameter ketetapan model prediksi. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui kemampuan instrument penelitian mengukur apa yang seharusnya diukur (Cooper et al., 2006) dalam Abdillah dan Jogiyanto (2015). Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi alat ukur dalam mengukur suatu konsep atau dapat juga digunakan untuk mengukur konsistensi responden dalam menjawab item pertanyaan dalam kuesioner atau instrument penelitian.
2. Uji Validitas Validitas terdiri atas validitas eksternal dan validitas internal. Validitas eksternal menunjukkan bahwa hasil dari suatu penelitian adalah valid yang dapat digeneralisir ke semua objek, situasi, dan waktu yang berbeda. Validitas internal
http://digilib.mercubuana.ac.id/
47
menunjukkan kemampuan dari instrument penelitian untuk mengukur apa yang seharusnya diukur dari suau konsep (Hartono, 2008a)dalam Abdillah dan Jogiyanto (2015: 194). Validitas internal terdiri atas validitas kualitatif dan validitas konstruk.
Validitas Kualitatif Validitas kualitatif terdiri atas validitas tampang (vace validity) dan validitas
isi (content validity). Validitas isi menunjukkan item-item di instrumen mewakili konsep yang diukur. Validitas tampang menunjukkan bahwa item-item mengukura suatu konsep jika dari penampilan tampangnya seperti mengukur konsep tersebut. Validitas kualitatif dilakukan berdasarkan pendapat atau evaluasi dari panel pakar atau dari orang lain yang ahli tentang konsep yang diukur. Beberapa peneliti tidak menganggap validitas kualitatif sebagai validitas internal yang cukup valid (Hartono, 2008a) dalam Abdillah dan Jogiyanto (2015: 194).
Validitas Konstruk Validitas konstruk menunjukkan seberapa baik hasil yang diperoleh dari
penggunaan
suatu
pengukuran
sesuai
teori-teori
yang
digunakan
untuk
mendefinisikan suatu konstruk (Hartono, 2008a) dalam Abdillah dan Jogiyanto (2015: 195). Korelasi yang kuat antara konstruk dan item-item pertanyaannya dan hubungan yang lemah dengan variabel lainnya merupakan salah satu cara untuk menguji validitas konstruk (construct validity). Validitas konstruk terdiri atas validitas konvergen dan validitas diskriminan.
Validitas Konvergen
http://digilib.mercubuana.ac.id/
48
Validitas konvergen berhubungan dengan prinsip bahwa pengukur-pengukur dari suatu konstruk seharusnya berkorelasi tinggi (Hartono, 2008b: 63) dalam Abdillah dan Jogiyanto (2015: 195). Uji validitas konvergen dalam PLS dengan indikator reflektif dinilai berdasarkan loading factor (korelasi antara skor item/skor komponen dengan skor konstruk) indikator-indikator yang mengukur konstruk tersebut. Hair et al. (2006) dalam Abdillah dan Jogiyanto (2015: 195), bahwa rule of thumb yang biasanya digunakan untuk membuat pemeriksaan awal dari matrik faktor adalah ± 30 dipertimbangkan telah memenuhi level minimal, untuk loading ± 40 dianggap lebih baik, dan unatuk loading > 0,50 dianggap signifikan secara praktis. Dengan demikian, semakin tinggi nilai factor loading, semakin penating peranan loading dalam menginterpretasi matrik factor. rule of thumb yang digunakan untuk validitas konvergen adalah outera loading > 0,7, community > 0,5 dan Avarage Variance Extracted (AVE) > 0,5 (Chin, 1995).
Validitas Diskriminan Validitas diskriminan berhubungan dengan prinsip bahwa pengukur-pengukur konstruk yang berbeda seharusnya tidak berkorelasi dengan tinggi. Validitas diskriminan terjadi jik adua instrument yang berbeda yang mengukur dua konstruk yang diprediksi tidak berkorelasi menghasilkan skor yang memang tidak berkorelasi (Hartono, 2008:64). Uji validitas deskriminan dinilai berdasarkan cross loading pengukuran dengan konstruknya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
49
Metode lain yang digunakan untuk menilai validitas diskriminan adalah dengan membandingkan akar AVE untuk setiap konstruk dengan korelasi antara konstruk dengan konstruk lainnya dalam model. Model mempunyai validitas diskriminan yang cukup jika akar AVE untuk setiap konstruk lebih daripada korelasi antar konstruk dengan konstruk lainnya dalam model. Tabel 3.2 Parameter Uji Validitas dalam Model Pengukuran PLS Uji Validitas
Parameter
Konvergen
Diskriminan
Rule of Thumbs
Faktor loading
Lebih dari 0,7
Avarage Variance Extracted (AVE)
Lebih dari 0,5
Communality
Lebih dari 0,5
Akar AVE dan Korelasi variabel laten
Akar AVE > Korelasi variabel laten
Cross Loading
Lebih dari 0,7 dalam satu variabel
3. Uji Reliabilitas Selain uji validitas, PLS juga melakukan uji reliabilitas untuk mengukur konsistensi internal alat ukur. Reliabilitas menunjukkan akurasi, konsistensi dan ketepatan suatu alat ukur dalam melakukan pengukuran (Hartono, 2008a) dalam Abdillah dan Jogiyanto (2015: 196). Uji reliabilitas dalam PLS dapat menggunakan 2 (dua) metode, yiatu Cronbach’s alpha dan Composite reliability.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
50
Cronbach’s alpha mengukur batas bawah reliabilitas suatu konstruk, sedangkan Composite reliability mengukur nilai sesungguhnya relibilitas suatu konstruk. Namun Composite reliability dinilai lebih baik dalam mengestimasi konsistensi internal suatu konstruk. Role of thumb nilai alpha atau Composite reliability harus lebih besar dari 0,7 meskipun 0,6 masih dapat diterima (Hair et al., 2008) dalam Abdillah dan Jogiyanto (2015: 196). Namun sesungguhnya uji konsistensi internal tidak mutlak untuk dilakukan jika validitas konstruk telah terpenuhi, karena konstruk yang valid adalah konstruk yang reliabel, sebaliknya konstruk yang reliabel belum tentu valid (Cooper et al., 2006) Abdillah dan Jogiyanto (2015) Abdillah dan Jogiyanto (2015: 197).
a.
Model Struktural (Inner Model) Inner model merupakan model struktural untuk memprediksi hubungan
kausalitas anta variabel laten. Melalui proses bootstrapping, parameter uji T-statsitic diperoleh untuk memprediksi adanya hubungan kausalitas. Model struktural dalam PLS dievaluasi dengan menggunakan R2 untuk konstruk dependen, nilai koefisien path atau t-values tiap path untuk uji signifikansi antar konstruk dalam model struktural. Nilai R2 digunakan untuk mengukur tingkat variasi perubahan variabel independen terhadap variabel dependen. Semakin tinggi nilai R2 berarti semakin baik model prediksi dari model penelitian yang diajukan. Namun, R2 bukanlah parameter absolut dalam mengukur ketepatan model prediksi karena dasar
http://digilib.mercubuana.ac.id/
51
hubungan teoritis adalah parameter yang paling utama untuk menjelaskan hubungan kausalitas. Nilai koefisien path atau inner model menunjukkan tingkat signifikansi dalam pengujian hipotesis. Skor koefisien path atau inner model yang ditunjukkan oleh nilai T-statistic, harus diatas 1,96 untuk hipotesis dua ekor (two-tailed) dan diatas 1,64 untuk hipotesis satu ekor (one-tailed) untuk pengujian hipotesis pada alpha 5% dan power 80% (Hair et al., 2008) dalam Abdillah dan Jogiyanto (2015: 197).
http://digilib.mercubuana.ac.id/