BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian Penelitian dilakukan bersifat analitik dengan desain cross sectional untuk mengetahui faktor penyebab kelelahan kerja pada perawat di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau tahun 2017.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian adalah di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau dan waktu penelitian dilakukan pada Juli 2016 – Februari 2017
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah perawat di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau yaitu sebanyak 112 orang. 3.3.2 Sampel Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang telah ditentukan oleh peneliti dengan persyaratan yang akan diperlukan dengan jumlah sampel 48 orang perawat dengan kriteria sebagai berikut : a. Perawat yang bekerja di ruang rawat inap Siak, ruang rawat inap Indragiri, dan ruang Kuantan karena ketiga ruangan tersebut yang diizinkan oleh pihak rumah sakit untuk dijadikan objek penelitian.
41
Universitas Sumatera Utara
42
3.4
Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Data Primer Data primer diperoleh dengan observasi langsung dari responden pada saat penelitian meliputi faktor-faktor yang menentukan kelelahan kerja pada perawat Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau. 3.4.2 Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari data pihak Direksi Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau tentang profil rumah sakit, jumlah perawat, jam kerja perawat.
3.5
Definisi Operasional
1. Kelelahan kerja adalah kombinasi dari gejala-gejala termasuk menurunnya penampilan yang melemah dan perasaan subjektif dari rasa capek. 2. Masa Kerja adalah panjangnya waktu terhitung mulai pertama kali perawat masuk kerja hingga saat penelitian berlangsung. 3. Beban Kerja adalah jumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh perawat selama periode waktu tertentu. 4. Usia adalah jawaban responden terhadap pertanyaan kuesioner yang di berikan, terhitung dari lahir sampai waktu pengambilan data responden. 5. Jenis Kelamin adalah jawaban responden terhadap perntanyaan kuesioner yang diberikan (Pria/Wanita). 6. Status pernikahan adalah status perawat terdiri dari menikah dan belum menikah.
Universitas Sumatera Utara
43
3.6
Metode Pengukuran
3.6.1 Pengukuran Beban Kerja Untuk mengetahui beban kerja analis maka diukur dengan kuesioner yang berisi 13 pernyataan menggunakan skala likert dengan skor untuk pernyataan: 1 = Sangat Tidak Setuju 2 = Tidak Setuju 3 = Setuju 4 = Sangat Setuju Nilai untuk beban kerja adalah : a. Ringan, jika total skor 13-30 b. Sedang, jika total skor 31-48 c. Berat, jika total skor 49-65 (Pitaloka,2010) 3.6.2 Pengukuran Kelelahan kerja Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuesioner kelelahan subjektif (Subjectif Self Rating Test) yang diadopsi dari Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) merupakan salah satu kuesioner yang dapat mengukur tingkat kelelahan subjektif yang dialami oleh perawat di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau. Kuesioner tersebut berisi 30 daftar pertanyaan dimana pernyataan nomor 1 sampai 10 mengenai pelemahan kegiatan, pertanyaan 11 sampai 20 pelemahan motivasi dan pertanyaan 21 sampai 30 untuk gambaran kelelahan fisik. Dimana setiap pertanyaan diberi scoring dengan skala Likert (4 Skala) dimana: 1. Skor 0 = Tidak pernah merasakan 2. Skor 1 = Kadang-kadang merasakan
Universitas Sumatera Utara
44
3. Skor 2 = Sering merasakan 4. Skor 3 = Sering sekali merasakan (Tarwaka, 2015) Hasil perhitungan kemudian dikategorikan sebagai berikut : 1. Rendah / tidak lelah,dengan total skor 0 - 21 2. Sedang / kurang lelah,dengan skor 22 - 44 3. Tinggi / lelah,dengan skor 45 - 67 4. Sangat Tinggi / sangat lelah,dengan skor 68 - 90
3.7
Metode Analisis Data
3.7.1 Teknik Pengolahan Data Seluruh data primer yang diperoleh akan diolah melalui tahap-tahap sebagai berikut: 1. Editing, melakukan pengecekan termasuk kelengkapan dan kejelasan isi pada kuesioner. 2. Coding, mengubah data pada kuesioner dalam bentuk kode kode. 3. Processing, memproses data agar dapat dilakukan analisa dengan cara entry data kedalam statistik komputer, yakni menggunakan program SPSS. 4. Analysis, melakukan analisa terhadap hasil pemrosesan data, analisis ini dibantu dengan perangkat lunak statistik komputer. 5. Skoring, masing-masing variabel akan diberi nilai sesuai frekuensi gejala kelelahan. 6. Data-data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan analisis univariat dan analisis bivariat.
Universitas Sumatera Utara
45
3.7.2 Teknik Analisis Data 1. Analisis Univariat Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan variabel penelitian yang disajikan dalam bentuk distribusi dan persentase dari tiap variable. 2. Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi.Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Chi-Square Exact.Jika P value < 0,05 maka perhitungan secara statistik menunjukkan bahwa adanya hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1
Gambaran Umum Rumah Sakit Jiwa Tampan
4.1.1 Sejarah Berdirinya Rumah Sakit Jiwa Tampan Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru telah berdiri pada tahun 1980 dan beroperasi pada tanggal 5 Juli 1984 melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor : 350/Men.Kes/SK/VII/1984 tentang pembentukan rumah sakit jiwa kelas B di Pekanbaru, diresmikan pada tanggal 21 Maret 1987 oleh Bapak Menteri Kesehatan RI (Bapak dr. Soewardjono Soerjaningrat ).Kemudian dijelaskan dalam SK. Direktur No. OT. 00. 02 RSJPP. 1. 1481 tanggal 1 Agustus 1998 tentang susunan Organisasi Dana Tata Kerja Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru, serta mendapatkan akreditasi penuh pada tanggal 14 April 1999 Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru telah mendapatkan sertifikat tentang standar kelayakan yang penuh meliputi administrasi, pelayanan medis, rekam medis, maka kedudukan, tugas dan fungsi Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru ketika itu adalah seperti berikut : 1. Merupakan
unit
Organik
Dep
Kes
yang
berada
di
bawah
dan
bertanggungjawab langsung kepada Dir. Jen Med. 2. Menyelenggarakan dan melaksanakan pelayanan, pengobatan, pemulihan dan rehabilitasi dibidang kesehatan jiwa sesuai dengan ketentuan dengan perundang-undangan yang berlaku. Sejak berdirinya Rumah Sakit Jiwa Tampan pada tahun 2002 dan ditetapkan sebagai Rumah Sakit Jiwa Tampan Daerah Tipe A di bawah Pemerintah Provinsi Riau. Kemudian berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 18 tahun 2008 tanggal 5
46
Universitas Sumatera Utara
47
Desember 2008 disusun kembali struktur organisasinya.Sekarang Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau adalah lembaga Teknis Daerah yang disamakan dengan badan yang diserahkan wewenang tugas dan tanggung jawab menyelenggarakan otonomi Daerah dibidang pelayanan Kesehatan Jiwa. Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau dipimpin oleh Direktur Utama yang berada di bawah naungan dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah. Tugas utamanya adalah melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil dengan mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan dan rehabilitasi dibidang kesehatan jiwa yang dilaksanakan secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan serta pencegahan dan melaksanakan upaya rujukan. Antara tugas lainnya lagi adalah melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah dibidang pelayanan di rumah sakit khusus jiwa dan dapat ditugaskan untuk melaksanakan penyelenggaraan wewenang yang dilimpahkan oleh pemerintah kepada Gubernur selaku Wakil Pemerintah dalam rangka dekosentrasi. (Dokumentasi Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau diambil pada tanggal 10 Februari 2014) 4.1.2 Letak Geografis Rumah Sakit Jiwa Tampan Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau terletak di Jalan HR.Soebrantas KM. 12,5 Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru. Rumah Sakit Jiwa Tampan berbatasan dengan : 1. Sebelah Barat dengan Universitas Riau 2. Sebelah Timur dengan pemukiman jalan Balan dan Metropolitan Mall 3. Sebelah Utara dengan pemukiman penduduk dan Universitas Riau 4. Sebelah selatan dengan Jalan raya Pekanbaru-Padang (Jl. HRSoebrantas)
Universitas Sumatera Utara
48
4.1.3 Visi Rumah Sakit Jiwa Tampan Visi yaitu cara pandang jauh kedepan, kemana dan bagaimana Rumah Sakit Jiwa Tampan harus dibawa dan berkarya agar tetap konsisten dan dapat eksis, antisipati, serta prduktif. Guna mewujudkan kondisi dan kompetensi yang lebih baik dimasa yang akan datang, maka VISI Rumah Sakit Jiwa Tampan ditetapkan sebagai berikut: “Terwujudnya Rumah Sakit Jiwa Tampan sebagai rumah sakit rujukan pelayanan kesehatan jiwa dan penanggulangan narkoba yang professional dan berbasis masyarakat terbaik se-Sumatera tahun 2020”. 4.1.4 Misi Rumah Sakit Jiwa Tampan Untuk dapat mewujudkan misi diharapkan seluruh pegawai dan pihak yang berkepentingan dapat mengenal Rumah Sakit Jiwa Tampan dan mengetahui peran dan program-programnya serta hasil yang akan diperoleh diwaktu-waktu yang akan datang. MISI Rumah Sakit Jiwa Tampan sebagai berikut: 1. Mewujudkan system manajemen yang efektif dan efesien, trasparan dan akuntabel mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian serta evaluasi 2. Mewujudkan dan mengembangkan pelayanan dan keperawatan kesehatan jiwa, narkoba dan HIV/AIDS yang prima melalui pndekatan multi disiplin secara komperehensif, holistic, Paripurna yang Profesional, mudah di akses dan berbasis masyarakat 3. Menyediakan dan mengembangkan fasilitas pendidikan, pelatihan dan penelitan dalam bidang kesehatan jiwa untuk mewujudkan profesionalisme SDM
Universitas Sumatera Utara
49
4. Mengembangkan dan meningkatkan SDM, sarana dan prasarana sesuai kebutuhan Rumah Sakit Jiwa Tampan 5. Memberikan pelayanan kesehatan umum yang menunjang kesehatan jiwa, serta pelayanan yang dibutuhkan masyarakat 6. Memberikan pelayanan untuk tumbuh kembang anak, usia produktif, dan usia lanjut (geriatric) 4.1.5 Struktur Organisasi dan Fungsi Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru dipimpin oleh Direktur Utama yang berada dibawah naungan Gubernur Riau melalui Sekretaris Daerah.Direktur Utama Rumah Sakit Jiwa bertugas melaksanakan urusan desentralisasi, dekonsentrasi, tugas pembantu, melaksanakan perencanaan,pelaksanaan kegiatan, monitoring dan evaluasi dibidang Rumah Sakit Jiwa Tampan serta melaksanakan tugas-tugas lain yag diberikan Gubernur. Yang membawahi Direktur Utama adalah 2 Direktorat, yaitu Direktorat Umum dan Keuangan dan Direktorat Medik dan Keperawatan berdasarkan Susunan Organisasi Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau sesuai Perda Provinsi Nomor 8 Tahun 2008 tanggal 5 Desember 2008. 1. Direktorat Umum dan Keuangan Melalui peraturan Gubernur Riau Nomor 22 tahun 2009 tentang uraian Tugas Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau Direktorat Umum dan Keuangan mempunyai tugas melaksanakan perencanaan, pelaksanaan kegiatan, monitoring dan evaluasi dibidang umum dan kepegawaian. Untuk melaksanakan tugas Direktorat Umum dan Keuangan, dipimpin oleh seorang
Universitas Sumatera Utara
50
Direktur yang bertanggung jaawab kepada Direktur Utama. Tugas Direktorat Umum dan Keuangan mempunyai fungsi : a. Melaksanakan kegiatan dibidang Tata Usaha b. Melaksanakan kegiatan dibidang Keuangan c. Melaksanakan kegiatan dibidang perencanaan d. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Direktur Utama Direktorat Umum dan Keuangan terdiri dari 3 (tiga) Bagian : a. Bagian Tata Usaha b. Bagian Keuangan c. Bagian Perencanaan Setiap bagian dipimpin oleh seorang kepala bagian, dan masing-masing bagian mempunyai 2 (dua) sub bagian. Masing-masing sub bagian dipimpin oleh kepala sub bagian yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada kepala bagian. 2. Direktorat Medik dan Keperawatan Mempunyai
tugas
melaksanakan
perencanaan,
pelaksanaan
program,
monitoring dan evaluasi dibidang direktur medik dan keperawatan. Untuk melaksanakan tugasnya Direktorat Medik dan Keperawatan mempunyai fungsi : a. Melaksanakan kegiatan dibidang pelayanan medik b. Melaksanakan kegiatan dibidang penunjang medik, pendidikan dan penelitian c. Melaksanakan kegiatan dibidang keperawatan d. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Direktur Utama
Universitas Sumatera Utara
51
Direktorat medik dan keperawatan membawahi 3 (tiga) bidang yaitu : a. Bidang pelayanan medik b. Bidang penunjang medik, pendidikan dan penelitian (Diklit) c. Bidang keperawatan d. Kelompok Jabatan Fungsional Mempunyai tugas untuk melaksanakan sebagai tugas Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau sesuai bidang keahliannya. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari : a. Unit Pelaksanan Fungsional Unit Pelaksanaan Fungsional dipimpin oleh seseorang pejabat fungsional yang mampu di lingkungan yang bersangkutan. Unit Pelaksana Fungsional adalah unsur pelaksanaan yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Direktur yang membawahi : 1) Satuan Pengawasan Intern Bertugas sebagai pengawas di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau. Satuan pengawas ini ditetapkan oleh Direktur Utama untuk masa kerja 3 tahun 2) Komite Medik Adalah kelompok tenaga medis. Berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama. Komite Medik mempunyai tugas menyusun standar pelayanan, memantau pelaksanaan pelayanan, melaksanakan pembinaan etika profesi,mengatur kewenangan profesi anggota staff medis fungsional, dan mengembangkan program pelayanan.
Universitas Sumatera Utara
52
3) Komite Keperawatan Adalah dari kelompok tenaga medis yang anggotanya dari staf keperawatan. Akan berada di ruangan (bangsal) rawat inap. b. Instalasi Rumah Sakit 1) Instalasi Laboratorium Tugas melaksanakan kegiatan laboratorium klinik untuk keperluan diagnosis yang dilakukan oleh tenaga pegawai dalam jabatan fungsional 2) Instalasi farmasi Bertugas sebagai penyimpan, penyaluran obat-obatan, gas, medis, alat kedokteran, alat kesehatan bagi unit pelaksana fungsional yang diperlukan yang dilakukan oleh tenaga pegawai dalam jabatan fungsional. 3) Instalasi Dapur Gizi Mengolah, menyediakandan menyalurkan makanan serta pengawasan nilai gizi yang dilakukan oleh tenaga/pegawai dalam jabatan fungsional 4) Instalasi Rawat Jalan Melaksanakan diagnosis, pengobatan dan perawatan secara fisik 5) Instalasi Rawat Inap Melaksanakan diagnosis pengobatan dan perawatan untuk semua penderita gangguan jiwa yang dirawat inap. 6) Instalasi Rekam Medik Secara teknis berada di bawah bidang pelayanan medik dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur dan Keperawatan.
Universitas Sumatera Utara
53
7) Instalasi Gawat Darurat Instalasi Gawat Darurat yang mempunyai tugas member pelayanan medis jiwa, terapi awal dan terapi medis umum yang bersifat gawat darurat 8) Instalasi Radiologi Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan radiologi untuk keperluan diagnosis yang dilakukan oleh tenaga/pegawai dalam jabatan fungsional 9) Instalasi Elektromedik Melaksanakan tugas pemeliharaan alat-alat kesehatan dan alat kedokteran 10) Instalasi Rehabilitasi dan Keswamas Instalasi Rehabilitasi mempunyai tugas melaksanakan usaha terapi dan rehabilitasi penderita gangguan jiwa yang meliputi seleksi, terapi kerja dan
latihan
kerja,
resosialisasi,
penyaluran
dan
pengawasan
/pengobatan lanjutan. Kesehatan jiwa masyarakat mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pencegahan gangguan jiwa dan peningkatan kesehatan jiwa masyarakat dengan jalan penyuluhan kesehatan jiwa,memberikan
konsultasi
kesehatan
jiwa
kepada
pemuka
masyarakat,mengadakan integrasi usaha kesehatan jiwa dalam usaha kesehatan masyarakat dan mengadakan kerjasama dengan instansi lain dalam menanggulangi masalah kesehatan jiwa. 11) Instalasi Pemeliharaan Fasilitas Fisik Instalasi pemeliharaan fasilitas fisik mempunyai tugas melaksanakan pemeliharaan bangunan, instalasi air minum, instalasi listrik, intlasi gas dan telepon serta pembuangan sampah dan cairan buangan.
Universitas Sumatera Utara
54
4.1.6 Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau berdiri di atas lahan seluas 110.016 m². Pada tahun 2002 Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau mendapat bantuan bangunan ruang pendidikan dari APBN seluas 900 m² seterusnya bermula 2008 Pemerintah Provinsi membangunkan Gedung Napza dua lantai. Pembangunannya sangat pesat terutama pada tahun 2010 telah dibangun Gedung Kelas Tiga luas 454 m² dan selasar luas 25 m² dari dana DAK/APBN, disamping itu tersedia tempat parkir seluas 1.200 m². Pada tahun 2011 pula Rumah Sakit Jiwa Tampan mendapat dana untuk pembuatan pagar gedung NAPZA luas 200 m². Antara prasarana lain adalah : 1. Unit rawat inap sebanyak 6 (enam) bangsal dengan kapasitas 182 tempat tidur 2. Unit Rawat Jalan 3. Unit Gawat Darurat 4. Unit Rehabilitasi dan Unit Kesehatan Masyarakat 5. Laboratorium 6. Klinik 7. Radiologi 8. Apotik 9. Instalasi Pemeliharaan 10. Sarana Rumah Sakit 11. Laundry 12. Gudang Persediaan Barang Inventaris 13. Mushalla 14. Pengolahan Limbah Rumah Sakit Jiwa Tampan
Universitas Sumatera Utara
55
4.2
Karakteristik Perawat
4.2.1 Usia Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Perawat Berdasarkan Kelompok Usia di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau Tahun 2017 Usia Frekuensi % (tahun) (orang) < 39 29 60,4 ≥ 39 19 39,6 Total 48 100
Berdasarkan table 4.1 diatas,dapat diketahui bahwa frekuensi kelompok usia < 39 tahun yaitu berjumlah 29 orang (60,4%) dan frekuensi kelompok usia ≥ 39 tahun yaitu berjumlah 19 orang (39,6%) 4.2.2 Jenis Kelamin Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Perawat Berdasarkan Kelompok Jenis Kelamin di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau Tahun 2017 Frekuensi Jenis Kelamin % (orang) Pria 12 25,0 Wanita 36 75,0 Jumlah 48 100
Berdasarkan table 4.2 di atas,dapat diketahui bahwa perawat yang berjenis kelamim wanita yaitu berjumlah 36 orang (75,0%) dan yang berjenis kelamin pria berjumlah 12 orang (25,0%). 4.2.3 Status Pernikahan Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Perawat Berdasarkan Kelompok Status Pernikahan di Rumah Sakit Jiwa Tampan Tahun 2017 Frekuensi Status Pernikahan % (orang) Menikah 28 58,3 Belum Menikah 20 41,7 Jumlah 48 100
Universitas Sumatera Utara
56
Berdasarkan table 4.3 dapat diketahui bahwa perawat yang sudah menikah berjumlah 28 orang (58,3%) dan yang belum menikah berjumlah 20 orang (41,7%). 4.2.4 Masa Kerja Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Perawat Berdasarkan Kelompok Masa Kerja di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau Tahun 2017 Masa Kerja Frekuensi % (tahun) < 11 20 41,7 ≥ 11 28 58,3 Jumlah 48 100 Berdasarkan table 4.4 diatas,dapat diketahui bahwa frekuensi perawat yang masa kerjanya < 11 tahun yaitu berjumlah 20 orang (41,7%) dan yang masa kerjanya ≥ 11 tahun yaitu berjumlah 28 orang (58,3%) 4.2.5 Beban Kerja Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Perawat Berdasarkan Kelompok Beban Kerja di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau Tahun 2017 Frekuensi Beban Kerja % (orang) Ringan 13 27,1 Sedang 16 33,3 Berat 19 39,6 Jumlah 48 100
Berdasarkan table 4.5 diatas,dapat diketahui bahwa perawat yang memiliki beban kerja ringan berjumlah 13 orang (27,1%),perawat yang memiliki beban kerja sedang 16 orang (33,3%) dan perawat yang memiliki beban kerja berat berjumlah 19 orang (39,6%).
Universitas Sumatera Utara
57
4.2.6 Kelelahan Kerja Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Perawat Berdasarkan Kelelahan Kerja di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau Tahun 2017 Kelelahan Kerja Frekuensi (orang) % Rendah 9 18,8 Sedang 15 31,3 Tinggi 24 50,0 Jumlah 48 100
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa perawat yang termasuk dalam kategori kelelahan rendah/ tidak lelah berjumlah 9 orang (18,8%), kategori kelelahan menengah 15 orang (31,3%), dan kategori kelelahan tinggi/lelah 24 orang (50,0%)
4.3 Hasil Uji Bivariat 4.3.1 Hubungan antara Usia dengan Kelelahan Kerja Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Usia Berdasarkan Perasaan Lelah di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau Tahun 2017
< 39
Rendah f % 7 14,6
Kelelahan Sedang Tinggi f % f % 12 25,0 10 20,8
Total f % 29 60,4
≥ 39
2
4,2
3
6,3
14
29,2
19
39,6
Total
9
18,8
15
31,3
24
50,0
48
100
Umur (tahun)
P 0,034
Berdasarkan tabel 4.7. di atas dapat diketahui bahwa frekuensi kategori kelelahan rendah/tidak lelah pada usia, < 39 tahun yaitu berjumlah 7 orang (14,6%), frekuensi kategori kelelahan sedang/kurang lelah pada usia < 39 tahun yaitu berjumlah 12 orang (25,0%), frekuensi kategori kelelahan tinggi/lelah berada pada usia < 39 tahun berjumlah 10 orang (20,8%).Frekuensi kelelahan rendah/tidak lelah pada usia ≥ 39 tahun yaitu berjumlah 2 orang (4,2%) dan frekuensi kelelahan sedang/kurang lelah
Universitas Sumatera Utara
58
pada usia ≥ 39 tahun yaitu berjumlah 3 orang (6,3%) dan frekuensi kelelahan tinggi/lelah yaitu berjumlah 14 orang (29,2%). Pada hasil uji chi square exact antara usia dengan kelelahan dapat diketahui nilai p = 0,034 dimana p < 0,05, artinya ada hubungan usia dengan kelelahan pada perawat di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau. 4.3.2 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Kelelahan Kerja Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Berdasarkan Perasaan Lelah di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau Tahun 2017 Kelelahan P Jenis Total Kelamin Rendah Sedang Tinggi f % f % f % f % Pria 2 4,2 3 6,3 7 14,6 12 25,0 Wanita 7 14,6 12 25,0 17 35,4 36 75,0 0.905 Jumlah 9 18,8 15 31,3 24 50,0 48 100
Berdasarkan table 4.8 diatas dapat diketahui bahwa frekuensi kategori kelelahan rendah/tidak lelah yang berjenis kelamin pria berjumlah 2 orang (4,2%) dan yang berjenis kelamin wanita berjumlah 7 orang (14,6%),frekuensi kategori kelelahan sedang/kurang lelah yang berjenis kelamin pria berjumlah 3 orang (6,3%) dan yang berjenis kelamin wanita berjumlah 12 orang (25,0%),dan frekuensi kategori kelelahan tinggi yang berjenis kelamin pria berjumlah 7 orang (14,6%) dan berjenis kelamin wanita berjumlah 17 orang (35,4%). Pada hasil uji chi square exact antara jenis kelamin dengan kelelahan dapat diketahui nilai p = 0,905 dimana p > 0,05, artinya tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kelelahan pada perawat di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau.
Universitas Sumatera Utara
59
4.3.3 Hubungan antara Status Pernikahan dengan Kelelahan Kerja Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Status Pernikahan Berdasarkan Perasaan Lelah di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau Tahun 2017 Status Kelelahan Pernikahan Total p Rendah Sedang Tinggi f % f % f % F % Menikah 3 6,3 7 14,6 18 37,5 28 58,3 0,046 Belum 6 12,5 8 16,7 6 12,5 20 41,7 Menikah Jumlah 9 18,8 15 31,3 24 50,0 48 100
Berdasarkan table 4.9 diatas dapat diketahui frekuensi kategori kelelahan rendah/tidak lelah pada perawat yang belum menikah yaitu berjumlah 3 orang (6,3%) dan yang belum menikah yaitu berjumlah 6 orang (12,5%),frekuensi kategori kelelahan sedang/kurang lelah pada perawat yang sudah menikah yaitu berjumlah 7 orang (14,6%) dan perawat yang belum menikah yaitu berjumlah 8 orang (16,7%),frekuensi kategori kelelahan tinggi/lelah pada perawat yang sudah menikah berjumlah 18 orang (37,5^%) dan perawat yang belum menikah yaitu berjumlah 6 orang (12,5%). Pada hasil uji chi square exact antara status pernikahan dengan kejadian kelelahan dapat diketahui nilai p = 0,046 dimana p < 0,05, artinya ada hubungan antara status pernikahan dengan kelelahan pada perawat di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau. 4.3.4 Hubungan antara Masa Kerja dengan Kelelahan Kerja Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Shift Kerja Berdasarkan Perasaan Lelah di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau Tahun 2017 Masa Kelelahan Total p Kerja Rendah Sedang Tinggi (Tahun) f % f % f % f % < 11 3 6,3 8 16,7 9 18,8 20 41,7 0,587 ≥ 11 6 12,5 7 14,6 15 31,3 28 58,3 Jumlah 9 18,8 15 31,3 24 50,0 48 100
Universitas Sumatera Utara
60
Berdasarkan table 4.10 diatas dapat diketahui bahwa frekuensi kategori kelelahan rendah/tidak lelah yang masa kerjanya < 11 tahun yaitu berjumlah 3 orang (6,3%), dan ≥ 11 tahun yaitu berjumlah 6 orang (12,5%).Frekuensi kategori kelelahan sedang/kurang lelah yang masa kerjanya < 11 tahun yaitu berjumlah 8 orang (16,7%) dan yang masa kerjanya ≥ 11 tahun yaitu berjumlah 7 orang (14,6%). frekuensi kategori kelelahan tinggi/lelah yang masa kerjanya < 11 tahun yaitu berjumlah 9 orang (18,8%),dan yang masa kerjanya ≥ 11 tahun yaitu berjumlah 15 orang (31,3%) Pada hasil uji chi square exact antara masa kerja dengan kejadian kelelahan dapat diketahui nilai p = 0,587 dimana p < 0,05, artinya tidak ada hubungan antara masa kerja dengan kelelahan pada perawat di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau. 4.3.5 Hubungan antara Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja Tabel 4.11.Distribusi Frekuensi Beban Kerja Berdasarkan Perasaan Lelah di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau Tahun 2017 Kelelahan P Total Beban Rendah Sedang Tinggi Kerja f % f % f % f % Ringan 6 12,5 5 10,4 2 4,2 13 27,1 Sedang 2 4,2 7 14,6 7 14,6 16 33,3 0,003 Berat 1 2,1 3 6,3 15 31,3 19 39,6 Jumlah 9 18,8 15 31,3 24 50,0 48 100
Berdasarkan table 4.11 diatas dapat diketahui bahwa frekuensi kategori kelelahan rendah/tidak lelah berada pada perawat yang memiliki beban kerja ringan yaitu berjumlah 6 orang (12,5%) dan perawat yang beban kerjanya sedang yaitu berjumlah 2 orang (4,2%) dan perawat yang beban kerjanya berat yaitu berjumlah 1 orang (2,1%).Frekuensi kategori kelelahan sedang/kurang lelah berada pada perawat yang memiliki beban kerja ringan yaitu berjumlah 5 orang (10,4%) dan perawat yang beban kerjanya sedang yaitu berjumlah 7 orang
Universitas Sumatera Utara
61
(14,6%) dan perawat yang beban kerjanya berat yaitu berjumlah 3 orang (6,3%) sedangkan frekuensi kategori kelelahan tinggi/lelah berada pada perawat yang memiliki beban kerja ringan yaitu berjumlah 2 orang (4,2%) dan perawat yang memiliki beban kerja sedang yaitu berjumlah 7 orang (14,6%) dan perawat yang memiliki beban kerja berat yaitu berjumlah 15 orang (31,3%). Pada hasil uji chi square exact antara beban kerja dengan kejadian kelelahan dapat diketahui nilai p = 0,003 dimana p < 0,05, artinya ada hubungan antara beban kerja dengan kelelahan pada perawat di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Kelelahan Kerja Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan yang lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Pada susunan Saraf terdapat sistim aktivasi (bersifat simpatis) dan inhibisi (bersifat parasimpatis). Istilah kelelahan biasanya menunjukan kondisi yang berbeda-beda pada setiap individu tetapi semuanya bermuara kepada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh (Tarwaka, 2015). Pengukuran kelelahan pada penelitian ini dilakukan dengan kuesioner menurut skala Industrial Fatigue Research Committe yaitu menggunakan 30 item pertanyaan. Jawaban untuk kuesioner IFRC tersebut terbagi menjadi 4 kategori besar yaitu sangat sering (SS) dengan diberi nilai 3, sering (S) dengan diberi nilai 2, kadang-kadang (K) dengan diberi nilai 1, dan tidak pernah (TP) dengan diberi nilai 0. Hasilnya akan menunjukkan bahwa semakin besar nilai total yang didapat maka semakin tinggi tingkat kelelahan yang dialami pekerja. Hasil penelitian kelelahan perawat di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau menunjukkan bahwa dari 48 perawat yang diteliti seluruhnya masuk kedalam kategori kelelahan yang meliputi kategori kelelahan rendah sebanyak 9 orang (18,8%), kategori kelelahan sedang sebanyak 15 orang (31,3 %), kategori kelelahan tinggi sebanyak 24 orang (50,0%).
62
Universitas Sumatera Utara
63
Kelelahan ringan merupakan tingkat kelelahan yang terjadi dengan frekuensi gejala 1-2 hari terasa dalam seminggu dengan skor nilai berdasarkan skala IFRC sebesar 0-21. Kelelahan sedang merupakan tingkat kelelahan dengan frekuensi gejala kelelahan 3-4 hari terasa dalam seminggu dengan skor nilai berdasarkan skala IFRC sebesar 22-44. Kelelahan tinggi merupakan tingkat kelelahan dengan frekuensi gejala kelelahan hampir setiap hari terasa dalam seminggu dengan skor nilai berdasarkan skala IFRC sebesar 45-67.Kelelahan sangat tinggi merupakan tingkat kelelahan dengan frekuensi gejala kelelahan yang setiap hari atau sering terasa dengan skor nilai berdasarkan skala IFRC sebesar 68-90. Dari hasil pengukuran gejala kelelahan kerja yang sering dirasakan oleh perawat
adalah
persaan
badan,menguap,menjadi
berat
mengantuk,tidak
dikepala,terasa bisa
lelah
seluruh
berkonsentrasi,merasa
sakit
dikepala,merasa nyeri punggung dan merasa haus.Hal ini disebabkan karena faktor antara lain beban kerja,usia dan status pernikahan.Faktor kurangnya olahraga juga dapat menimbulkan kelelahan dikarenakan dengan tidak berolahraga kondisi tubuh dan kekuatan otot mudah melemah sehingga tubuh cepat merasakan kelelahan.
5.2 Hubungan Beban Kerja dengan Kelelahan pada Perawat di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau Tahun 2017 Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji Chi Square exact didapatkan Pvalue sebesar 0,003 yang artinya terdapat hubungan yang bermakna antara beban kerja dengan kelelahan perawat karena p<0,05. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Widodo (2009) dengan hasil uji statistik chi square yang
Universitas Sumatera Utara
64
menyatakan bahwa ada hubungan antara beban kerja dengan kelelahan kerja yaitu sebesar p = 0,000 pada perawat di Rumah Sakit Islam Yogyakarta. Hasil survei diruang rawat inap Siak,ruang rawat inap Indragiri,Ruang rawat inap Kuantan pembagian beban kerja pada perawat tidak,perawat lama dianggap lebih berpengalaman dibandingkan perawat baru dengan begitu pekerjaan perawat lama lebih banyak daripada perawat baru antara lain pengurusan admnistrasi,memasukkan obat kedalam tubuh pasien melalui suntikan,menenangkan pasien yang mengamuk dan memandikan pasien,kadangkadang juga membersihkan kamar pasien sementara perawat baru hanya bertugas mendampingi ketika perawat lama sedang bertugas,contohnya perawat baru mengantikan menulis administrasi ketika perawat lama sudah lelah menulis atau mengurus surat-surat,ketika menghadapi pasien mengamuk perawat lama membantu untuk memegang tubuh pasien ketika perawat lama tidak sanggup memegang sendiri,perawat lama bertugas membagikan makanan kepada pasien dan mengawasi pasien ketika diperbolehkan keluar ruangan dan perawat lama bertugas membersihkan kamar pasien.Maka dari itu perawat lama lebih mudah lelah daripada perawat baru.
5.3 Hubungan Usia dengan Kelelahan pada Perawat di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau Tahun 2017 Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kejadian kelelahan adalah usia. Usia terendah pekerja yang menjadi responden adalah 25 tahun, sedangkan untuk usia
Universitas Sumatera Utara
65
tertinggi responden adalah 52 tahun.Kemudian dikelompokkan menjadi 2 kelompok berdasarkan median yang sudah ditentukan yaitu < 39 tahun dan ≥ 39 tahun. Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji Chi Square exact didapatkan P value sebesar 0,034 yang artinya terdapat hubungan yang bermakna antara usia dengan kelelahan pada perawat. Hasil peneilitian ini sejalan dengan pnenelitian yang dilakukan oleh Angelina (2015) dimana didapatkan Pvalue sebesar 0,034 yang berarti terdapat hubungan antara usia dengan kelelahan kerja. Dari hasil observasi peneliti dilapangan ,usia perawat di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau merupakan usia produktif sesuai yang diatur dalam UU RI No.13 tahun
2003 maka dari itu mereka dapat mengalami kelelahan.Dari
pengelompokkan kelompok usia didapatkan bahwa kelompok usia ≥ 39 yang lebih banyak mengalami kelelahan.Hal ini disebabkan karena kekuatan otot yang melemah,daya tahan tubuh yang melemah dan sudah di pengaruhi penyakit yang dialami oleh orang yang sudah berusia tua.
5.4 Hubungan Status Pernikahan dengan Kelelahan pada Perawat di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau Tahun 2017 Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji Chi Square dengan pilihan exact didapatkan Pvalue sebesar 0,046 yang artinya terdapat hubungan yang bermakna antara status pernikahan dengan kelelahan pada perawat karena p<0,05. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Mulvii (2016), dimana didapatkan Pvalue sebesar 0,022 yang berarti terdapat hubungan antara status perkawinan dengan kelelahan kerja.
Universitas Sumatera Utara
66
Hasil observasi peneliti dilapangan pekerja yang sudah menikah cenderung mengalami kelelahan,dikarenakan perawat yang sudah menikah sebelum bekerja dia harus mengurus keluarganya dan mengantar anaknya kesekolah terlebih dahulu dan
setelah bekerja tidak digunakan untuk beristirahat melainkan
mengurus rumah dan melayani anak-anak,terlebih kepada perawat wanita mereka harus melayani suami dan anak-anaknya serta memasak makanan untuk keluarga dan membersihkan rumah,bagi perawat yang sudah menikah memiliki beban pikiran
tentang
keluarganya
sehingga
mereka
terkadang
susah
untuk
berkonsentrasi pada pekerjaan.
5.5 Hubungan Masa Kerja dengan Kelelahan pada Perawat di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau Tahun 2017 Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji Chi Square exact didapatkan Pvalue sebesar 0,587 yang artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan kelelahan pada perawat karena p > 0,05. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Galeri (2016) dengan hasil uji statistik chi square yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara masa kerja dengan kelelahan kerja yaitu sebesar p = 0,114 Hasil observasi peneliti dilapangan,diketahui bahwa perawat yang masa kerjanya ≥ 11 tahun lebih mudah lelah tetapi hal ini tidak berhubungan dengan masa kerja.Umumnya orang yang bekerja lebih lama tidak mengalami kelelahan dikarenakan mereka sudah terbiasa dengan keadaan di tempat kerja,tetapi pada saat observasi diketahui perawat yang masa kerjanya lebih lama tentu usianya sudah tidak muda lagi daya tahan tubuh dan kekuatan fisik mereka sudah menurun
Universitas Sumatera Utara
67
apalag
biasanya
orang
yang
sudah
berusia
tua
sudah
malas
untuk
berolahraga,tidak memperhatikan makanannya dengan baik dan sudah terkena penyakit yang di derita orang tua dan itu dapat mendukung mereka mengalami kelelahan kerja.
5.6 Hubungan Jenis Kelamin dengan Kelelahan pada Perawat di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau Tahun 2017 Berdasarkan hasil pengukuran, didapat hasil Pvalue sebesar 0,905 dari uji Chi Square exact yang artinya tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kelelahan pada perawat di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau karena p > 0,05. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Nurmala (2008) dengan hasil uji statistik chi square yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara kelelahan dengan jenis kelamin dengan Pvalue sebesar 0,372. Dari hasil observasi peneliti dilapangan,laki-laki maupun perempuan samasama mengalami kelelahan walaupun kekuatan fisik laki-laki cenderung lebih kuat daripada perempuan.Hanya saja tingkat kekelahannya yang berbeda,hal ini disebabkan karena wanita lebih mudah lelah dibandingkan pria,dan juga pekerjaan wanita di ruang rawat inap Siak,ruang rawat inap Indragiri dan ruang rawat inap Kuantan lebih banyak dibandingkan laki-laki,ketika menghadapi pasien,pasien lebih senang bila dirawat oleh perawat perempuan dibandingkan laki-laki karena perawat perempuan memiliki sifat keibuan dibandingkan laki-laki jadi perawat perempuan harus setiap saat merawat pasien dengan berbagai keluhan dan permintaan.Perawat perempuan umumnya malas berolahraga dibandingkan perawat laki-laki sehingga kekuatan otot dan ketahanan tubuhnya mudah melemah sehingga mengakibatkan cepat merasakan lelah.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 53 perawat di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau Tahun 2017 disimpulkan sebagai berikut: 1.
Terdapat 29 orang (60,4%) yang berusia < 39 tahun dan terdapat 19 orang (39,6%) yang berusia ≥ 39 tahun.
2.
Terdapat 12 orang (25%) yang berjenis kelamin pria dan 36 orang (75%) yang berjenis kelamin wanita.
3.
Terdapat 28 orang (58,3%) yang sudah menikah dan 20 orang (41,7%) yang belum menikah
4.
Terdapat 20 orang (41,7%) yang masa kerjanya < 11 tahun dan 28 orang (58,3%) yang masa kerjanya ≥ 11 tahun
5.
Terdapat 13 orang (27,1%) yang memiliki beban kerja ringan,16 orang (33,3%) yang memiliki beban kerja sedang dan 19 orang (39,6%) yang memiliki beban kerja berat
6.
Terdapat 9 orang (18,8%) yang mengalami kelelahan rendah/tidak lelah,15 orang (31,3%) yang mengalami kelelahan sedang/kurang lelah dan 24 orang (50%) yang mengalami kelelahan tinggi/lelah.
7.
Adanya hubungan yang bermakna antara faktor beban kerja,usia dan status pernikahan terhadap kelelahan kerja pada perawat.
8.
Tidak adanya hubungan yang bermakna antara faktor jenis kelamin dan masa kerja dengan kelelahan kerja pada perawat.
68
Universitas Sumatera Utara
69
6.2 Saran 1.
Mempergunakan waktu istirahat yang diberikan Rumah Sakit dengan sebaikbaiknya.
2.
Melakukan olahraga sewaktu-waktu seperti menggerak-gerakkan badan atau relaksasi otot-otot tubuh.
3.
Pembagian tugas secara merata baik perawat baru maupun perawat lama serta diberikan pelatihan/informasi.
Universitas Sumatera Utara