BAB III METODE PENELITIAN 3.1
Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian survey bersifat deskriptif
analitik. dengan desain cross sectional yaitu melihat hubungan pengetahuan sikap, dan pelayanan KB dengan keikutsertaan pria dalam program KB di Kecamatan Pangururan Tahun 2015. 3.2
Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah di Kecamatan Pangururan tahun 2015. Penelitian ini
dilakukan pada bulan Februari – Juli 2015. 3.3
Populasi dan Sampel
3.3.1
Populasi Populasi adalah seluruh pria pasangan usia subur yang sudah menikah yang
berumur 35-45 yang berdomisili di Kecamatan Pangururan tahun 2015 sebanyak 150 jiwa. 3.3.2
Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah suami dari Pasangan Usia Subur sudah
menikah yang umur 35-45 yang berdomisili di Kecamatan Pangururan tahun 2015 Ditentukan dengan rumus ( Notoadmojo, 2010).
40
41
Rumus n
=
Ket . n
= besar sampel
N
= besar populasi
d
= tingkat kepercayaan (0,05/5%)
n
=
n
=
n
= 40 Besar sampel yang diberoleh sebanyak 40 orang, teknik pengambilan sampel
dilakukan secara random sampling 3.4
Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara primer dan sekunder. Data primer
diperoleh dari hasil wawancara menggunakan kuisioner yang telah ada. Data sekunder diperoleh dari Dinas Kependudukan, Catatan Sipil dan KB
42
3.5 No 1
2
3
Defenisi Operasional
Variabel
Defenisi Alat Operasional Ukur Keikutsertaa Suatu proses aktif yang Kuisioner n pria ber mengandung arti bahwa KB orang kelompok yang terkait,mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakuan sesuatu kegiatan yang merupakan kekuatan sukarelaan ikut serta dalam pembangunan diri,kehidupan dan lingkungan pengetahuan Pengetahuan adalah segala Kuisioner sesuatu yang dipahami pria tentang KB pria
Sikap
Sikap adalah reaksi atau Kuisioner respon pria terhadap KB pria
Skala Ukur Ordinal
Ordinal
Ordinal
Nilai Ikut Tidak ikut
Aspek pengukuran pengetahuan (Hidayat, 2009) Baik,skor ≥ 75%), Sedang jika skor 40-75 Kurang, jika skor < 40%), Aspek pengukuran sikap (Hidayat, 2009) Baik jika skor >50% Kurang jika skor < 50%
4
Pelayanan KB
pelayanan KB adalah setiap Kuisioner upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersamasama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan kesehatan perorangan, keluarga
Ordinal
Aspek pengukuran pelayanan KB (Hidayat, 2009) Baik jika skor >50% Kurang jika skor < 50%
43
3.6 1.
Aspek Pengukuran Ke ikut sertaan berKB Untuk mengukur Ke ikut sertaan berKB responden tentang pengetahuan keikutsertaan pria dalam program KB digunkan 2 pertanyaan dengan alternatif jawaban
ikut dengan tidak ikut .jika menjawab ikut diberi skor 1 dan tidak ikut
diberi skor 0, maka skor tertinggi adalah 2 dan skor terendah adalah 0, penentuan panjang kelas berdasarkan rumus statistic berikut (Hidayat, 2009) Rumus: n= =1 I = 1 interval kelas Keterangan I
= nilai rata-rata
Rentang kelas
= nilai tertinggi-nilai terendah
Banyak kelas
= banyak kategori
Berdasarkan jumlah yang diperoleh sikap responden dikategorikan sebagai berikut Sikap Baik
= jika 2
Sikap Kurang baik= jika 0-1
44
2.
Pengetahuan Untuk mengukur pengetahuan responden tentang pengetahuan keikutsertaan pria dalam program KB digunkan 10 pertanyaan dengan alternatif jawaban tahu dengan tidak tahu .jika menjawab tahu diberi skor 1 dan tidak tahu diberi skor 0, maka skor tertinggi adalah 10
dan skor terendah adalah 0, penentuan panjang kelas
berdasarkan rumus statistic berikut (Hidayat, 2009) Rumus: n= n = 3,3 I= 3,3 interval kelas Keterangan I
= nilai rata-rata
Rentang kelas
= nilai tertinggi-nilai terendah
Banyak kelas
= banyak kategori
Berdasarkan jumlah yang diperoleh pengetahuan dikategorikan sebagai berikut Baik
= jika 8-10
Cukup
= jika 6-7
Kurang
= jika 0-5
45
3.
Sikap Untuk mengukur sikap responden tentang sikap keikutsertaan pria dalam program KB digunkan 10 pertanyaan dengan alternatif jawaban setuju, dan tidak setuju, bila responden menjawab “setuju” skornya 1 (satu) dan yang menjawab “tidak setuju” skornya 0 (nol).Maka skor tertinggi adalah 10 dan skor terendah adalah 0 penentuan panjang kelas berdasarkan rumus statistic berikut (Hidayat, 2009) rumus Rumus: n I = 5 interval kelas Keterangan I
= nilai rata-rata
Rentang kelas
= nilai tertinggi-nilai terendah
Banyak kelas
= banyak kategori
Berdasarkan jumlah yang diperoleh sikap responden dikategorikan sebagai berikut Sikap Baik
= jika 6-10
Sikap Kurang baik= jika 0-5
46
4.
Pelayanan KB Untuk mengukur pelayanan KB tentang pelayanan
keikutsertaan pria dalam
program KB. Digunkan 4 pertanyaan dengan alternatif jawaban ya dengan tidak jika menjawab ya diberi skor 1 dan tidak diberi skor 0, maka skor tertinggi adalah 4 dan skor terendah adalah 0, penentuan panjang kelas berdasarkan rumus statistic berikut (Hidayat, 2009) Rumus :
I = 2 interval kelas Keterangan I
= nilai rata-rata
Rentang kelas
= nilai tertinggi-nilai terendah
Banyak kelas
= banyak kategori
Berdasarkan jumlah yang diperoleh pengetahuan dikategorikan sebagai berikut Baik
= jika 3-4
Kurang
= jika 0-2
47
3.7
Pengolahan dan Analisa Data
3.7.1
Pengolahan Data Kegiatan pengolahan data dilakukan setelah semua data dikumpulkan
dilakukan pengolahan data Beberapa tahapan sebagai berikut (Notoadmojo, 2010) a. Pengeditan (Editing) Merupakan kegiatan untuk pengecekan isian formulir atau kuisioner apakah jawaban yang ada di kuisioner sudah lengkap sebelum melakukan editing. b. Pengkodean (Coding) Yaitu hasil dari setiap jawaban diberikan kode nilai menurut kriteria yang digunakan. c. Tabulating Yaitu memindahkan data dari daftar pertanyaan dan selanjutnya memberikan nilai akhir dan scoring 3.7.2
Analisa Data
a. Univariat Analisisini dapat digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari variabel independen (variabel bebas) dan variabel dependen (variabel terikat) b. Bivariate Analisis ini digunakan menggunakan uji square dengan nilai probilitas (p)=0,05 yaitu analisis untuk mengetahuai hubungan variabel indevenden terhadap variabel devenden dengan derajad kepercayaan
yaitu 95% (Notoadmojo 2010)
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1
Gambaran Umum Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir
4.1.1. Sejarah Singkat Kabupaten Samosir merupakan kabupaten yang dimekarkan dari kabupaten Toba Samosir yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2003, tentang Pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai di Provinsi Sumatera Utara, yang diresmikan tanggal 7 Januari 2004 oleh Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia sekaligus ditetapkan menjadi hari jadi kabupaten Samosir sesuai dengan Perda Kabupaten Samosir Nomor 28 Tahun 2005 (Perda No 3 Kabupaten Samosir Tentang RPJPD Kabupaten Samosir 2005-2025). Kabupaten Samosir memiliki luas 2069,05 km2 yang terdiri dari luas daratam 1444,25 km2 dan luas danau 626,80 km2. Berada di dataran tinggi Bukit Barisan dengan ketinggian 904-2.157 m diatas permukaan laut, dengan topografi dan kontur tanah yang beraneka ragam yaitu datar, landau, miring, terjal.Struktur tanahnya labil dan berada pada wilayah gempa tektonik dan vulkanik. 4.1.2. Penduduk Pada tahun 2014 jumlah penduduk Kabupaten Samosir adalah sebesar 131.549 jiwa dengan jumlah Rumah Tangga (RT) sebanyak 31.274 dan tingkat kepadatan penduduk sebesar 91,08 jiwa/km². Berdasarkan penyebaran penduduk
48
49
menurut kecamatan, Kecamatan Pangururan sebagai ibukota Kabupaten Samosir mempunyai jumlah penduduk dan rumah tangga terbesar dibandingkan dengan kecamatan lainnya dengan angka kepadatan penduduk mencapai 247,62 jiwa/km2 dan rata-rata penduduk tiap rumah tangga adalah 4,32 jiwa/rumah tangga (Dinas Kependudukan Kabupaten Samosir) 4.1.3. Pelayanan KB Pengelolaan KB dalam pengelolaan masalah kependudukan dan pembangunan dipandang dari pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas menjadi pendekatan yang berfokus pada kesehatan reproduksi serta hak-hak reproduksi harus lebih berkualitas dan memperhatikan hak-hak dari klien atau masyarakat dalam memilih metode konstrasepsi yang diinginkan. Berbagai upaya yng dilakukan untuk meningkatkan keikutsertaan ber-KB di Samosir yaitu pelanan KIE melalui radio, siaran pers, umbul-umbul, bahan cetakan dan billboard. Kegiatan yang dilakukan adalah : a. Konseling b. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan pengayoman kepada masyarakat melalui pengembangan dan pemantapan jaringan pelayanan serta rujukan. c. Tersedianya pelayanan kontrsepsi seperti puskesmas, bidan praktek atau klinik kesehatan. d. Mengembangkan serta memantapkan pola pemakaian kontrasepsi rasional yaitu diarahkan kepada cara-cara kontrasepsi yang sesuai usia dan keinginan PUS.
50
e. Ada program pemerintah yaitu tenaga pelayanan KB untuk melakukan kunjungan kerja ke desa-desa untuk melakukan penyuluhan tentang KB dan pelaksanaan KB gratis. 4.1.4
Fasilitas Sumber Daya Manusia Kantor KB Kabupaten Samosir Tabel 4.1 Fasilitas Sumber Daya Manusia Kantor KB Kabupaten Samosir Golongan III IV 1
No
Jabatan
1
Kepala Kantor
II -
2
Kasi/KaSubbag
-
3
3 4
Staf Penyuluh KB
1 3
5
PKLB THL
6
Jumlah Kabupaten Kecamatan 1
1
-
-
3
3
-
2 9
-
3 12
3 -
12
-
-
-
5
-
5
Staf THL
-
-
-
6
6
-
Jumlah
4
14
1
30
13
14
Keterangan : PLKB
= Petugas Lapangan Keluarga Berencana
THL
= Tenaga Harian Lepas Di lihat dari table
4.1
diatas dapat di lihat petugas KB per Kecamatan
yaitu,PLKB terdiri dari 12 orang per Kecamtan dan PLKB THL terdiri dari 5 orang per Kecamatan jadi jumlah keseluruhan petugas KB yaitu 17 orang dan dari table 4.2 dibawah dapat dilihat
jumlah PUS(pasangan usia subur)di Kecamatan Pangururan
51
berjumlah 3.650 orang. dengan jumlah PUS 3.650 orang dan jumlah tenaga kesehatan 17 orang dapat disimpulkan tidak ada keseimbangan jumlah penduduk dan tenaga kesehatan dan dapat juga tenaga kesehatan kewalahan melakukan kunjungan kerumah-rumah karena minimnya tenaga kesehatan sehingga masyarakat akan minin mendapatkan informasi langsung dari tenaga kesehatan tentang KB.dan dapat disimpulkan kurangnya tenaga kesahatan dapat mempengaruhi keikutsertaan pria berKB Tabel 4.2 Jumlah Peserta KB Baru dan Aktif Per Kecamatan Tahun 2015 NO
KECAMATAN
PUS
PESERTA KB BARU
PESERTA KB AKTIF
MOP
%
KONDOM
%
1
Sianjur mula-mula
920
5
0,54
61
6,63
2
Harian
851
2
0,24
59
6,93
3
Sitio-tio
700
2
0,29
52
7,43
4
Onanrunggu
963
2
0,21
43
4,47
5
Nainggolan
1,112
33
2,97
92
8,27
6
Palipi
1,480
19
1,28
66
4,46
7
Ronggur nihuta
1,031
7
0,68
46
4,46
8
Pangururan
3,650
26
0,71
272
7,45
9
Simonindo
2,516
6
0,24
101
4,01
13,223
102
0,77
792
5,99
Jumlah
52
4.2.
Hasil Penelitian Hasil penelitian tentang hubungan pengetahuan, sikap dan pelayanan KB
dengan keikutsertaan pria berKB di Kecamatan Pangururan diperoleh hasil yaitu : 4.2.1. Analisis Deskriptif 1. Univariat Hasil analisis univariat meliputi variabel umur, pendidikan, pendapatan, jumlah anak, pengetahuan, sikap dan pelayanan KB dengan keikutsertaan pria ber-KB di Kecamatan Pangururan. Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Pelayanan KB dengan Keikutsertaan Pria dalam Program KB di Kecamnatan Pangunguran Kabupaten Samosir Tahun 2015 No.
1 2
1 2 3
1 2 3
1 2 3
Karakteristik Pria Dalam Program KB Umur 35-39 40-45 Total Pendidikan SMP SMA PT Total Pendapatan (Rupiah) < 700.000 700.000 – 1.800.000 > 1.800.000 Total Jumlah Anak 1-2 orang 3-4 orang 5-6 orang Total
Frekuensi (n)
Persentase (%)
27 13 40
67,5 32,5 100
4 27 9 40
10,0 67,5 22,5 100
9 25 6 40
22,5 62,5 15,0 100
6 29 5 40
15,0 72,5 12,5 100
53
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat dari 40 responden mayoritas umur 35-39 tahun sebanyak 27 orang (67,5%) dan minoritas umur 40-45 sebanyak 13 orang (32,5%). Tabel pendidikan, dapat dilihat dari 40 responden mayoritas pendidikan SMA sebanyak 27 orang (67,5%) dan minoritas pendidikan PT sebanyak 9 orang (22,5%). Tabel pendapatan dapat dilihat dari 40 responden mayoritas pendapatan Rp. 700.000-1.800.000,- sebanyak 25 orang (62,5%) dan minoritas pendapatan > 1.800.000,- sebanyak 6 orang (15%). Tabel jumlah anak dapat dilihat dari 40 responden mayoritas jumlah anak 3-4 orang sebanyak 29 orang (72,5%) dan minoritas anak 5-6 orang sebanyak 5 orang (12,5%). a. Pengetahuan Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pria Ber-KB di Kecamatan Pangunguran Tahun 2015 No. 1 2 3
Pengetahuan Pria Ber-KB Baik Sedang Kurang Jumlah
f 13 15 12 40
% 32,5 37,5 30,0 100
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat dari 40 responden mayoritas pengetahuan sedang sebanyak 15 orang (37,5%) dan minoritas pengetahuan kurang sebanyak 12 orang (30%).dan pengetahuan baik sebanyak 13 orang(32,5%)
54
b. Sikap Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Sikap Pria Ber-KB di Kecamatan Pangunguran Tahun 2015 No. 1 2
Sikap Pria Ber-KB Baik Kurang Jumlah
f 13 27 40
% 32,5 67,5 100,0
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat dari 40 responden mayoritas kurang sebanyak 27 orang (7,50%) dan minoritas sikap baik sebanyak 13 orang (32,5%). c. Pelayanan KB Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Pelayanan KB di Kecamatan Pangunguran Tahun 2015 No. 1 2
Pelayanan KB Baik Kurang Jumlah
f 17 23 40
% 42,5 57,5 100,0
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat dari 40 responden mayoritas pelayanan KB kurang sebanyak 23 orang (57,5%) dan minoritas pelayanan baik sebanyak 17 orang (42,5%). d. Akseptor KB Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Pelayanan KB di Kecamatan Pangunguran Tahun 2015 No. 1 2
Akseptor KB Ikut Tidak Ikut Jumlah
f 30 10 40
% 75,0 25,0 100,0
55
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat dari 40 responden mayoritas ikut ber-KB sebanyak 30 orang (75,0%) dan minoritas tidak ikut ber-KB sebanyak 10 orang (25,0%). e. Jenis KB Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Jenis KB di Kecamatan Pangunguran Tahun 2015 No. 1 2 3
Jenis KB Kondom Vasektomi Tidak Ikut Jumlah
f 15 15 10 40
% 37,5 37,5 25,0 100,0
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat dari 30 responden ikut ber-KB mayoritas vasektomi 15 orang dan menggunakan kondom sebanyak 15 orang (50,0%) dan minoritas tidak ikut ber-KB 10 orang(0,25%).dan dilihat data keseluruhan KB yang di Kecamatan Pangururan yaitu 3.650 yang dimana dapat disimpulkan masih rendah keikutsertaan pria ber KB 2. Bivariat Hasil penelitian berdasarkan analisis bivariat yaitu untuk mencari hubungan pengetahuan, sikap dan pelayanan KB dengan keikutsertaan pria ber-KB di Kecamatan Pangururan diperoleh hasil sebagai berikut :
56
a. Hubungan Pendapatan dengan Keikutsertakan Ber-KB Tabel 4.9. Tabulasi Silang pendapatan Pria Ber-KB dengan Keikursertaan Ber-KB di Kecamatan Pangunguran Tahun 2015
No. 1 2 3
Pendapatan (Rupiah) <700.000 700.000-1.800.000 >1.800.000
Keikutsertaan Ber-KB Ya Tidak F % F % 5 55,6 4 44,4 19 76,0 6 24,0 6 100 0 0
f
%
Df
pvalue
9 25 6
100 100 100
2
0,147
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat dari 9 responden pendapatan
Rp. 1.800.000,- mayoritas ikut ber-KB sebanyak 6 orang (100%) . nilai p-value 0,147 (> 0,05), yang berarti tidak ada hubungan pendapatan pria ber-KB dengan keikutsertaan menjadi akseptor KB di Kecamatan Pangunguran.
57
b. Hubungan Pengetahuan dengan Keikutsertakan Ber-KB Tabel 4.10. Tabulasi Silang Pengetahuan Pria Ber-KB dengan Keikursertaan Ber-KB di Kecamatan Pangunguran Tahun 2015
No. Pengetahuan 1 2 3
Baik Cukup Kurang
Keikutsertaan Ber-KB Ya Tidak F % F % 13 100 0 0 9 60,0 6 40,0 8 66,7 4 33,3
f
%
df
pvalue
13 15 12
100 100 100
2
0,037
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat dari 13 responden pengetahuan baik mayoritas ikut ber-KB sebanyak 13 orang (100%).Dari 15 responden pengetahuan sedang mayoritas ikut ber-KB sebanyak 9 orang (60%) dan minoritas tidak ikut ber-KB sebanyak 6orang (40%). Dari12 responden pengetahuan kurang mayoritas ikut ber-KB sebanyak 8 orang (66,7%) dan minoritas tidak ikut ber-KB sebanyak 4 orang (33,3%). Berdasarkan uji nilai p-value 0,037(<0,05), yang berarti ada hubungan pengetahuan pria ber-KB dengan keikutsertaan menjadi akseptor KB di Kecamatan Pangunguran.
58
c. Hubungan Sikap dengan Keikutsertakan Ber-KB Tabel 4.11. Tabulasi Silang Sikap Pria Ber-KB dengan Keikursertaan Ber-KB di Kecamatan Pangunguran Tahun 2015
No. 1 2
Sikap Baik Kurang
Keikutsertaan Ber-KB Ya Tidak F % F % 13 100 0 0 17 63,0 7 37,0
f
%
df
pvalue
13 24
100 100
1
0,011
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat dari 13 responden sikap baik mayoritas ikut ber-KB sebanyak 13 orang (100%). Dari 24 responden sikap kurang mayoritas ikut ber-KB sebanyak 17 orang (63,0%) dan minoritas tidak ikut ber-KB sebanyak 7 orang (37,0%). Berdasarkan uji nilai p-value 0,011(< 0,05),yang berarti ada hubungan sikap pria ber-KB dengan keikutsertaan menjadi akseptor KB di Kecamatan Pangunguran. d. Hubungan Pelayanan dengan Keikutsertakan Ber-KB Tabel 4.12. Tabulasi Silang Pelayanan KB dengan Keikursertaan Ber-KB di Kecamatan Pangunguran Tahun 2015
No. 1 2
Pelayanan KB Baik Kurang
Keikutsertaan Ber-KB Ya Tidak F % F % 17 100 0 0 13 56,5 10 43,5
f
%
df
pvalue
17 23
100 100
1
0,002
59
Berdasarkan tabel 4.12., dapat dilihat dari 17 responden dengan pelayanan KB baik mayoritas ikut ber-KB sebanyak 17 orang (100%). Dari 23 responden pelayanan KB kurang mayoritas ikut ber-KB sebanyak 13 orang (56,5%) dan minoritas tidak ikut ber-KB sebanyak 10 orang (43,5%). Nilai p-value 0,002(< 0,05),yang berarti ada hubungan pelayanan pria berKB dengan keikutsertaan menjadi akseptor KB di Kecamatan Pangunguran. 4.3.
Pembahasan Hasil pembahasan tentang hubungan pengetahuan, sikap dan pelayanan KB
dengan keikutsertaan pria ber-KB di Kecamatan Pangururan sebagai berikut : a.
Hubungan Pengetahuan dengan Keikutsertakan Pria Ber-KB Hasil penelitian menunjukkan dari 13 responden pengetahuan baik mayoritas
ikut ber-KB sebanyak 13 orang (100%). Dari 15 responden pengetahuan sedang mayoritas ikut ber-KB sebanyak 9 orang (60%) dan minoritas tidak ikut ber-KB sebanyak 6 orang (40%). Dari12 responden pengetahuan kurang mayoritas ikut berKB sebanyak 8 orang (66,7%) dan minoritas tidak ikut ber-KB sebanyak 4 orang (33,3%). Nilai p-value 0,037(<0,05), yang berarti ada hubungan pengetahuan pria berKB dengan keikutsertaan menjadi akseptor KB di Kecamatan Pangunguran. hasil observasi
dilokasi
masyarakat,pelayanan
penilitian disana
petugas melakukan
melakukan
penyuluhan
terhadap
kunjungan
kedesa-desa
sehingga
pengetahuan masyarakat meningkat mengakibatkan kaum pria ikut menjadi akseptor
60
KB,faktor yang menyebabkan pria tidak ikut ber KB karena faktor ekonomi juga mempengaruhi,karena ekonomi yang rendah masyarakat berpikir untuk ikut KB Pendapat tersebut didukung Horton & Hunt (1990) yang menyatakan tingkat pengetahuan masyarakat akan mempengaruhi penerimaan program KB di masyarakat. Pengetahuan yang benar tentang program KB termasuk tentang berbagai jenis kontrasepsi akan mempertinggi keikutsertaan masyarakat dalam program KB. Sedangkan Notoatmodjo (2003), mengemukan pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman juga dapat diperoleh dari informasi yang disampaikan orang lain, didapat dari buku, surat kabar, atau media massa, elektronik. Dan dengan banyak mengetahui informasi KB maka pengetahuan akan meningkat
dan
menyebabkan
keikutsertaan
ber
KB
akan
semakin
meningkat.informasi yang diperoleh oleh kaum pria didaerah penelitian bahwa info tentang KB mendapat dari petugas pelayanan KB Hasil penelitian diatas sesuai dengan penelitian yang dilakukan Fitria dan Nuryati tentang hubungan pengetahuan suami dalam KB dengan partisipasi suami dalam ber-KB di Kelurahan Kemang Kabupaten Bogor Tahun 2014, diperoleh pengetahuan tinggi (35,7%) dan lebih dari sebagian responden memiliki pengetahuan kurang dan rendah (64,3%) terhadap KB pria. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan suami tentang KB dengan partisipasi suami dalam ber-KB di Kelurahan Kemang Kabupaten Bogor.
61
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan pengetahuan yang baik tentang KB pria berkaitan erat dengan partisipasi pria ikut ber-KB.Hal ini dapat dibenarkan bahwa dari 13 pria dengan pengetahuan baik partisipasi ber-KB pria juga baik.Walaupun pengetahuan responden sedang dan kurang, tetapi ikut serta menjadi akseptor KB.Hasil penelitian menunjukkan dari 27 responden pengetahuan sedang maupun pengetahuan kurang, 17 responden ikut serta menjadi akseptor KB.Namun, masih ada 10 orang tidak ikut serta menjadi akseptor KB. Banyak faktor yang menyebabkan seseorang bersikap negatif antara lain kebudayaan, pengalaman dan faktor menyebabkan mereka ikut serta ber KB karena faktor ekonomi juga Namun masih juga terdapat suami belum menjadi akseptor KB sebanyak 10 orang hal ini disebabkan karena ketidaktahuan laki-laki terhadap informasi dan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang ternyata masih rendah.Sehingga dapat menurunkan partisipasi pria dalam ber-KB. Hal ini sesuai dengan pendapat Parwinengrum (2009), bahwa sarana pelayanan yang mau melayani vasektomi/Medis Operatif Pria baru tersedia 4%, belum pahamnya laki-laki terhadap pentingnya pemeriksaan kesehatan reproduksi merupakan fakta yang harus mendukung rendahnya kesertaan pria dalam ber-KB. Hasil penelitian diatas sesaui dengan penelitian yang dilakukan Saptono Iman Budi Santoso tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi pria dalam ber-KB di Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul Tahun 2008. Menujukkan bahwa partisipasi pria dalam KB dengan kriteria tinggi proporsi terbesar pada responden dengan pengetahuan terhadap partisipasi pria dalam ber-KB yaitu 74,5% dan proporsi
62
terendah pada responden dengan pengetahuan rendah sebesar 43,8%. Banyak faktor yang menyebabkan seseorang bersikap negatif antara lain adanya anggapan nantinya ada organ tubuh tidak befungsi sehingga mengurangi kejantanan. Berdasarkan hasil Uji Chi Square diperoleh bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan terhadap partisipasi pria dalam ber-KB dengan partisipasi pria dalam ber-KB. Rendahnya pengetahuan pria terhadap KB pria belum memadai, istri tidak mendukung suami ber-KB, adanya stigmatisasi tentang KB pria masyarakat,Selain itu masih adanya anggapan bahwa setelah vasektomi adanya persepsi alat kontrasepsi yang mengurangi kepuasan hubungan seksual membuat para suami enggan menjadi peserta vasektomi dan adanya kekhawatiran para istri karena dengan demikian akan memberikan peluang lebih besar bagi suami untuk menyeleweng, disamping itu sebagian besar masyarakat masih menempatkan wanita hanya sebagai objek dalam masalah seksual maupun reproduksi, karena yang hamil melahirkan wanita maka wanitalah yang harus ikut keluarga berencana agar tidak hamil ,serta terbatasnya pengetahuan peserta KB tentang cara memekai alat dan efek sampingnya selain itu ada semacam kekhawatiran jika memakai alat kontrasepsi kondom akan mengalami kegagalan dan beranggapan setelah ber KB takut akan berdampak buruk terhadap kondisi kesehatan bahkan dilapangan masih ada yang tidak mengetahui apa itu dengan vasektomi,dia bertanya apakah vasektomi itu disuntik
dan bahkan ada
pengguna vasektomi bertanya apakah nanti akhirnya tidak ada efek samping dari vasektomi itu
63
b. Hubungan Sikap dengan Keikutsertakan Pria Ber-KB Hasil penelitian menunjukkan dari 13 responden sikap baik mayoritas ikut ber-KB sebanyak 13 orang (100%). Dari 27 responden sikap kurang mayoritas ikut ber-KB sebanyak 17 orang (63,0%) dan minoritas tidak ikut ber-KB sebanyak 7 orang (37,0%). Faktor yang menyebabkan bersikap negatif karena pria beranggapan KB adalah urusan wanita nilai p-value 0,004 (< 0,05),yang berarti ada hubungan sikap pria ber-KB dengan keikutsertaan menjadi akseptor KB di Kecamatan Pangunguran. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang disampaikan Robert Kwick (1974) dalam Notoatmodjo (2003) sikap adalah suatu kecendrungan untuk mengadakan tindakan suami terhadap suatu cara yang menyatakan adanya tanda untuk menyenangi objek terebut. Sikap hanya bagian dari perilaku, sikap yang positif tidak selalu terwujud dalam bentuk tindakan nyata.Sikap dapat diartikan suatu kontrak untuk memungkinkan terlihatnya suatu aktifitas yang dilakukan oleh seseorang. Menurut Notoatmodjo (2007), sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Beberapa batasan lain tentang sikap ini disimpulkan bahwa manifestasi sikap ini tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.dengan sikap positip muncul tindakan pun akan muncul dengan
64
tindakan sikap positif terhadap manfaat tentang KB maka sikap untuk ber KB akan meningkat Mubarak (2012) menyatakan bahwa orang cenderung berusaha melupakan pengalaman yang kurang baik.Sebaliknya, jika pengalaman tersebut menyenangkan, maka secara psikologis mampu menimbulkan kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaan seseorang.Pengalaman baik ini akhirnya dapat membentuk sikap positif dalam hidupnya.Begitu juga dengan pria untu ikut ber-KB harus memiliki sikap yang dalam menentukan apakah mau ber-KB atau tidak. Hasil penelitian diatas sesuai dengan penelitian Musafaah dan Noor tentang faktor struktural keikutsertaan pria dalam ber-Keluarga Berencana di Indonesia (Analisis Data SDKI 2007), diperoleh persentase sebagian besar pria menikah mempunyai sikap yang positif terhadap KB dengan persentase 76,6%. Hasil pengamatan dilapangan sikap responden positif terhadap KB dikarenakan sebahagian kecil responden memiliki keyakinan kalau keluarga berencana berdampak positif terhadap kesejahteraan hidup mereka seperti : program KB salah satu usaha untuk kesejahteraan keluarga, tidak setuju dengan banyak anak banyak rezeki, setuju dengan memiliki anak cukup 2 orang saja. Hal ini dapat dilihat responden yang sikapnya positif 100 % menjadi akspetor KB. Responden yang sikap negatif, tetapi ikut menjadi akseptor KB. Hal ini disebabkan responden sudah memiliki pengalaman dan pengetahuan yang baik tentang program KB. Hal ini sesuai dengan teori perubahan perilaku dapat terjadi karena pengalaman seseorang.Perubahan perilaku karena menghayati manfaatnya
65
merupakan perubahan perilaku yang paling kekal dari pada perubahan perilaku yang lain (Syafrudin dan Fratidhina, 2011). Sikap responden yang negatif (kurang) menyebabkan responden tidak ikut serta menjadi akseptor KB, hal ini dapat dilihat ada 10 responden yang sikapnya negatif. Banyak faktor yang menyebabkan seseorang bersikap negatif antara lain kebudayaan, pengalaman. Hasil penelitian diatas sesaui dengan penelitian yang dilakukan Saptono Iman Budi Santoso tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi pria dalam ber-KB di Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul Tahun 2008. Analisis hubungan antara sikap terhadap partisipasi pria dalam KB menunjukkan bahwa partisipasi pria dalam ber-KB dengan kriteria tinggi proporsi terbesar pada responden dengan sikap terhadap partisipasi pria dalam ber-KB yaitu 76,9% dan proporsi terendah pada responden dengan sikap kurang sebesar 12,5%. Pada responden dengan partisipasi rendah proporsi terbesar pada kelompok responden dengan sikap kurang yaitu 87,5 dan proporsi terendah pada responden dengan sikap baik sebesar 23,1%.diperoleh bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sikap terhadap partisipasi pria dalam ber-KB dengan partisipasi pria dalam berKB. Dengan nilai p value 0,009. Sikap responden yang negatif menyebabkan responden tidak ikut serta menjadi akseptor KB. Hal ini dapat dilihat ada 87,5% responden yang sikapnya negatif. Banyak faktor yang menyebabkan seseorang bersikap negatif antara lain ada yang masih belum berhenti punya anak sebelum mempunyai anak laki-laki, bahkan ada yang sampai punya anak lima semua perempuan. Sikap masyarakat masih kurang karena mereka tetap
66
mengingat budaya jika tidak memiliki anak laki-laki tidak berhenti untuk memiliki anak walaupun sudah memiliki anak perempuan karena di adat batak laki-laki adalah pembawa marga (siboan marga) adanya anggapan bahwa laki-laki merupakan yang mengambil keputusan dalam keluarga hanya istri saja yang ber KB sehingga istri tidak bias berbuat apa lagi padahal anak laki-laki atau perempuan itu sama saja c. Hubungan Pelayanan dengan Keikutsertakan Pria Ber-KB Hasil penelitian yang dilakukan dari 17 responden dengan pelayanan KB baik mayoritas ikut ber-KB sebanyak 17 orang (100%). Dari 23 responden pelayanan KB kurang mayoritas ikut ber-KB sebanyak 13 orang (56,5%) dan minoritas tidak ikut berKB sebanyak 10 orang (43,5%). Karena
faktor,meraka kurang
nyaman
karena
petugasnya wanita jadi mereka merasa tabuh, nilai p-value 0,012( < 0,05), yang berarti ada hubungan pelayanan pria ber-KB dengan keikutsertaan menjadi akseptor KB di Kecamatan Pangunguran. Hasil penelitian diatas sesuai dengan teori yang dikemukakan BKKBN (2001), pelayanan KB pria yang rendah menyebabkan rendahnya partisipasi pria dalam KB. Purwanti (2004) menambahkan adanya persepsi bahwa wanita yang menjadi target program KB menjadi salah satu faktor rendahnya partisipasi pria dalam KB. Sedangkan menurut BKKBN (2007) pelayanan KB merupakan bagian dari pelayanan kesehatan, jenis pelayanan yang dapat diberikan kepada konsumen pada kemampuan fasilitas kesehatan dan ini berhubungan dengan jenjang pelayanan. fasilitas pelayanan KB professional dapat bersifat teknik statis atau mobile ( TKBK, Pusling) dan diselenggarakan oleh tenaga professional, yaitu dokter spesialis, dokter umum, bidan atau perawat kesehatan. Pelayanan yang mobile diperlukan untuk menjangkau pedesaan yang
67
terpencil.Fasilitas pelayanan KB professional statis meliputi pelayanan KB sederhana, lengkap, sempurna dan paripurna.dengan lengkapnya tenaga professional dan pelayanan KB professional kemungkinan keikutsertaan pria ber KB semakin meningkat Hasil penelitian diatas tidak jauh berbeda dengan penelitian Putra, ST (2009), tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan keikutsertaan pria sebagai akseptor KB di Kecamatan Lembah Segar Kota Sawahlunto, diperoleh bahwa responden menyatakan pelayanan KB tidak terjangkau 64,4%, diketahui terdapat hubungan yang bermakna antara pelayanan KB dengan keikutsertaan ber- KB Hasil pengamatan dilapangan pelayanan KB pada masyarakat khususnya lakilaki sangat penting, karena dengan adanya informasi tentang pelayanan KB maka informasi tersebut dapat mempengaruhi seseorang untuk ikut jadi peserta KB. Pelayanan KB pria yang baik dapat meningkatkan pria menjadi akseptor KB, hal ini dapat dilihat ada 13 orang yang menjadi akseptor KB pria.Jika pelayanan KB tidak baik maka kemungkinan seseorang tidak mau menjadi aksepktor KB.Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dimana masih ada 10 pria yang tidak ber-KB.dan adanya presepsi bahwa wanita yang menjadi target program KB, terbatasnya akses ketidak nyamanan dalam pengunaan KB pria (kondom), terbatasnya metode kontrasepsi pria, Pada saat dilapangan ada masyarakat mengatakan mereka ingin ada klinik khusus dibuat untuk vasektomi dan pekerjanya pria karena mereka malu kalau pekerjanya wanita.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan tentang
hubungan pengetahuan, sikap dan pelayanan KB dengan keikutsertaan priaber-KB di Kecamatan Pangururan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pengetahuan
pria
ber-KB
mayoritas
pengetahuan
baik,dikecamatan
pangururan Kabupaten samosir tahun 2015 2. Sikap pria untuk ber-KB mayoritas sikap sedang,dikecamatan pangururan kabupaten samosir tahun 2015 3. Pelayanan KB mayoritas pelayanan KB kurang,di kecamatan pangururan kabupaten samosir tahun 2015 4. Pengetahuan pria ber-KB nilai p-value0,037(<0,05), yang berarti ada hubungan pengetahuan priaber-KB dengan keikutsertaan menjadi akseptor KB di Kecamatan Pangururan tahun 2015. Sikap pria untuk ber-KB nilai p-value 0,004(<0,05),yang berarti ada hubungan Sikap pria ber-KB dengan keikutsertaan menjadi akseptor KB di Kecamatan Pangururan.tahun 2015.
68
69
Pelayanan KB nilai p-value0,012(<0,05), yang berarti ada hubungan pelayanan priaber-KB dengan keikutsertaan menjadi akseptor KB di Kecamatan Pangururan tahun 2015. 5.2.
Saran 1. Bagi Tempat Penelitian Kepada dinas kesehatan, BKKBN, dan perangkat desa diharapkan melakukan sosialisasi pentingnya program KB kepada masyarakat pada berbagai kesempatan, baik pada acara-acara formal maupun non formal. Disamping itu pemasangan panplet-panplet tentang KB perlu dilakukan dengan meletakannya pada berbagai tempat strategis. Dengan demikian kedepan diharapkan semakin banyak masyarakat yang memahami pentingnya melakukan program tentang jumlahanak yang akan dilahirkan pada keluarga mereka dalam rangka meningkatkan kualitas hidup anak mereka di masa yang akan datang.
2. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan bacaan bagi penelitian lanjutan dan perbendaharaan kepustakaan tentang Hubungan Pengetahuan,Sikap Dan Pelayanan KB Dengan Keikutsertaan Pria Dalam Program KB Di Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2015. 3. Bagi PenelitiSelanjutnya Bagi peneliti berikutnya agar melakukan penelitian yang berkaitan dengan program KB pada pria dengan variabel-variabel yang lebih spesifik dengan menggunakan metode yang berbeda.