35
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Setting dan Karakteristik Subyek Penelitian Penelitian dilakukan di SD Negeri 2 Panggang Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara. Subyek dari penelitian tindakan kelas siswa Kelas V SDN 2 Panggang Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012 dengan jumlah siswa 47 siswa, yang terdiri atas 25 siswa perempuan dan 22 siswa laki-laki. Siswa kelas V ini hasil belajarnya masih rendah dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya pada materi pokok “Cerita Pendek Anak”. Dari 47 siswa terdapat 27 siswa mendapatkan nilai dibawah 65 atau belum mencapai KKM yang ditentukan. Karakteristik siswa kelas V ini adalah berumur antara 9 tahun sampai 11 yang merupakan menuju tahap berpikir konkrit/ nyata. Sebagian besar orang tua siswa bekerja sebagai wiraswasta.
3.2 Variabel Penelitian Variabel penelitian tindakan kelas ini ada dua yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Metode bermain peran berbasis kecerdasan linguistik adalah suatu metode mengajar berdasarkan pengalaman karena siswa dapat bertindak
dan
mengekspresikan
perasaan
dan
pendapat
dengan
memperagakannya, baik secara lisan maupun tertulis.. Variabel bebasnya yaitu metode bermain peran berbasis kecerdasan linguistik dan variabel terikatnya yaitu hasil belajar siswa.
3.2.1 Variabel Bebas Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah metode bermain peran berbasis kecerdasan linguistik. Aspek yang diukur dalam pembelajaran ini
35
36
meliputi menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik (membaca dan berbicara), memilih partisipan (membaca dan berbicara), menyusun tahap-tahap peran (berbicara dan mendengarkan), menyiapkan pengamatan (mendengarkan dan menulis), pemeranan (berbicara dan membaca), diskusi dan evaluasi (berbicara dan menulis), pemeranan ulang (berbicara dan membaca), diskusi dan evaluasi tahap dua (berbicara dan menulis), serta mengambil pengalaman dan kesimpulan (menulis, membaca, berbicara, dan mendengarkan). 3.2.2 Variabel Terikat Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah hasil belajar. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah menerima
perlakuan
yang
diberikan
oleh
guru
sehingga
dapat
mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari. Hasil belajar yang diperoleh dari tes tertulis.
3.3 Prosedur Penelitian Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan dalam dua siklus yang dipergunakan adalah model Kemmis & Mc Taggart dalam Arikunto (2006: 98) dan Daryanto (2011: 182) terdapat tiga tahap rencana tindakan, meliputi: Perencanaan, Pelaksanaan tindakan dan pengamatan/observasi, dan Refleksi. Rincian prosedur tindakan dapat digambarkan pada bagan sebagai berikut:
37
Perencanaan Siklus I
Pelaksanaan
Pengamatan Refleksi
Perencanaan Siklus II
Pelaksanaan
Pengamatan
Refleksi Gambar 3.1 Prosedur Penelitian Berdasarkan skema di atas penelitian akan dilaksanakan melalui Siklus I dan Siklus II, sebelum dilaksanakan penelitian menyusun suatu perencanaan mengenai apa yang akan dilaksanakan dan diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran. Setelah perencanaan akan dilaksanakan tindakan dengan suatu pengamatan mengenai jalannya tindakan dalam pembelajaran, setelah tindakan akan dilaksanakan refleksi berdasarkan hasil pengamatan. Hasil refleksi untuk menemukan kelemahan dan kekurangan yang ditemukan pada tindakan Siklus I kemudian akan dilaksanakan dan diperbaiki pada Siklus II yang pelaksanaanya sama pada Siklus I. SIKLUS I 1. Perencanaan Perencanaan pada penelitian tindakan kelas ini meliputi:
38
1) Penulis
merancang dan merencanakan pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas V dengan cara meyusun RPP pokok bahasan “Cerita Pendek Anak“. 2) Menentukan cerita anak yang akan diperankan dan diidentifikasi. 3) Menentukan lamanya waktu dalam kegiatan pembelajaran. 4) Menetapkan teknik pembelajaran. 5) Kesimpulan dan evaluasi. 6) Pemantapan dan tindak lanjut. 2.
Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan a) Pelaksanaan tindakan Pelaksanaan tindakan pada siklus I terdiri dari 3 pertemuan, yaitu sebagai berikut: 1) Pertemuan I Fase 1 menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik (membaca dan berbicara) a. Membuka pelajaran meliputi apersepsi dan motivasi b. Siswa diberi arahan oleh guru tentang cerita yang akan diperankan. Fase 2 Memilih Partisipan (membaca dan berbicara) c. Beberapa siswa maju ke depan kelas untuk membagi peran dalam cerita. Fase 3 Tahap-Tahap Peran (berbicara dan mendengarkan) d. Siswa mempersiapkan untuk memperagakan/memerankan ceita pendek anak. Fase 4 Pengamatan (mendegarkan dan menulis) e. Siswa mempersiapkan mengamati dan jalannya cerita. Fase 5 Pemeranan (berbicara dan membaca) f. Siswa memerankan cerita pendek anak.
menghayati
39
Fase 6 Diskusi dan Evaluasi (berbicara dan menulis) g. Siswa mengidentifikasi unsur cerita (tokoh, latar, tema, dan amanat) yang ditemukan. h. Siswa melakukan tanya jawab mengenai unsur cerita yang telah ditemukan. i. Siswa berdiskusi dikelas mengenai jalan cerita yang yang telah diperagakan dan diamati. j. Siswa dan guru bersama-sama membahas mengenai hasil diskusi siswa. Fase 7 Pemeranan Ulang (berbicara dan membaca) k. Melakukan pemeranan ulang sesuai hasil
yang
didiskusikan. Fase 8 Diskusi dan Evaluasi Tahap Dua (berbicara dan menulis) l. Siswa dibimbing oleh guru untuk menemukan sikap dalam cerita yang perlu di contoh dan perlu ditinggalkan. Fase 9 Mengambil Pengalaman dan Kesimpulan (menulis, membaca, berbicara, dan mendegarkan) m. Siswa menceritakan kembali isi cerita yang telah diperankan
dan
diamati
dengan
runtut
serta
memperhatikan penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan. 2) Pertemuan II Fase 1 Menghangatkan Suasana dan Memotivasi Peserta Didik (membaca dan berbicara) a.
Membuka pelajaran meliputi apersepsi dan motivasi
b.
Siswa diberi arahan oleh guru tentang cerita yang akan diperankan.
Fase 2 Memilih Partisipan (membaca dan berbicara) c. Beberapa siswa maju ke depan kelas untuk membagi peran dalam cerita
40
Fase 3 Tahap-Tahap Peran (berbicara dan mendengarkan) d.
Siswa mempersiapkan untuk memperagakan/memerankan cerita pendek anak.
Fase 4 Pengamatan (mendegarkan dan menulis) e.
Siswa
mempersiapkan
mengamati
dan
menghayati
jalannya cerita. Fase 5 Pemeranan (berbicara dan membaca) f. Siswa memerankan cerita pendek anak. Fase 6 Diskusi dan Evaluasi (berbicara dan menulis) g. Siswa mengidentifikasi unsur cerita (tokoh, latar, tema, dan amanat) yang ditemukan. h.
Siswa melakukan tanya jawab mengenai unsur cerita yang telah ditemukan.
i.
Siswa berdiskusi dikelas mengenai jalan cerita yang yang telah diperagakan dan diamati.
j.
Siswa dan guru bersama-sama membahas mengenai hasil diskusi siswa.
Fase 7 Pemeranan Ulang (berbicara dan membaca) k. Melakukan pemeranan ulang sesuai hasil
yang
didiskusikan. Fase 8 Diskusi dan Evaluasi Tahap Dua (berbicara dan menulis) l. Siswa dibimbing oleh guru untuk menemukan sikap dalam cerita yang perlu di contoh dan perlu ditinggalkan. Fase 9 Mengambil Pengalaman dan Kesimpulan (menulis, membaca, berbicara, dan mendegarkan) m. Siswa menceritakan kembali isi cerita yang telah diperagakan
dan
diamati
dengan
runtut
serta
memperhatikan penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan.
41
3) Pertemuan III Fase 1 Menghangatkan Suasana dan Memotivasi Peserta Didik (membaca dan berbicara) a.
Membuka pelajaran meliputi apersepsi dan motivasi
b.
Siswa diberi arahan oleh guru tenatang cerita yang akan diperankan.
Fase 2 Memilih Partisipan (membaca dan berbicara) c. Beberapa siswa maju ke depan kelas untuk membagi peran dalam cerita. Fase 3 Tahap-Tahap Peran (berbicara dan mendegarkan) d. Siswa mempersiapkan untuk memperagakan/memerankan cerita pendek anak. Fase 4 Pengamatan (mendegarkan dan menulis) e. Siswa mempersiapkan mengamati dan mengahayati jalannya cerita Fase 5 Pemeranan (berbicara dan membaca) f. Siswa memerankan cerita pendek anak. Fase 6 Diskusi dan Evaluasi (berbicara dan menulis) g. Siswa mengidentifikasi unsur cerita (tokoh, latar, tema, dan amanat) yang ditemukan. h.
Siswa melakukan tanya jawab mengenai unsur cerita yang telah ditemukan.
i.
Siswa berdiskusi dikelas mengenai jalan cerita yang yang telah dilihat dan diamati.
j.
Siswa dan guru bersama-sama membahas mengenai hasil diskusi siswa.
Fase 7 Pemeranan Ulang (berbicara dan membaca) k. Melakukan pemeranan ulang sesuai hasil didiskusikan.
yang
42
Fase 8 Diskusi dan Evaluasi Tahap Dua (berbicara dan menulis) l. Siswa dibimbing oleh guru untuk menemukan sikap dalam cerita yang perlu di contoh dan perlu ditinggalkan. Fase 9 Mengambil Pengalaman dan Kesimpulan (menulis, membaca, berbicara, dan mendegarkan) m. Siswa menceritakan kembali isi cerita yang telah diperankan dan diamati dengan runtut dan memperhatikan penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan. 4) Tindak lanjut Tindak
lanjut
mengidentifikasi
dari
pelaksanaan
unsur
cerita
pembelajaran, berupa
setelah
laporan
dalam
mengidentifikasi dan menceritakan kembali isi cerita. 5) Pemantapan Siswa didorong untuk menginternalisasikan konsep, pengetahuan dan keterampilan yang baru saja
diperoleh
dalam kegiatan sehari-hari dan menyisipkan pesan moral dari cerita yang telah perankan dan diamati. 6) Evaluasi Guru membagikan soal tes tertulis berupa tes pilihan ganda dan uraian untuk dikerjakan secara individu pada akhir pembelajaran, sebagai sarana pengukuran tingkat penguasaan materi dan tingkat keberhasilan belajar siswa. b) Observasi Dalam tahap ini dilakukan observasi atau pengamatan oleh guru tentang jalannya proses kegiatan belajar mengajar secara menyeluruh dari kegiatan awal, inti dan akhir yang dilaksanakan pada pertemuan I, II, dan III yang dibantu oleh pengamat untuk melakukan monitoring pelaksanaan pembelajaran.
43
3.
Refleksi Pada tahap ini peneliti dan pengamat segera menganalisa pelaksanaan PTK setelah kegiatan belajar mengajar berakhir, sebagai bahan refleksi. Selanjutnya peneliti mengadakan refleksi dalam pelaksanaan pembelajaran dan kekurangan serta hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran, dan bila melalui metode bermain peran berbasis kecerdasan linguistik hasil belajar siswa masih rendah atau masih kurang dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia tentang materi “Cerita Pendek Anak” di Sekolah Dasar Negeri 2 Panggang Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara Tahun Pelajaran 2011/2012, yang dapat dilihat dari kriteria pencapaian indikator kinerjanya. Maka, sebagai tindakan dalam merefleksi dilakukan dalam bentuk tindakan pengulangan (remidi), pemantapan (pengayaan) terhadap proses belajar mengajar selanjutnya sampai pada hasil dan tujuan yang telah dirumuskan berhasil.
SIKLUS II Pada siklus II pun kegiatan pembelajaran akan dilakukan seperti pada siklus I hanya saja waktu pelaksanaan akan disesuaikan dengan alokasi waktu yang tersedia di SD tempat dilakukannya penelitian sehingga terdapat kemungkinan pembelajaran dilakukan kurang dari tiga pertemuan. Siklus II merupakan penyempurnaan dari kelemahan dan kekurangan pada siklus sebelumnya.
3.4 Teknik Dan Instrumen Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia pada siswa kelas V SDN 2 Panggang Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara
44
setelah menggunakan metode bermain peran berbasis kecerdasan linguistik adalah: 3.4.1
Observasi
Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapi dengan format atau blangko pengamat sebagai instrument. Format yang sesuai item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi (Arikunto, 2002: 4). Metode ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana implementasi metode bermain peran berbasis kecerdasan linguistik pada proses pembelajaran.
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia pada siswa kelas V SDN 2 Panggang Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara setelah menggunakan metode bermain peran berbasis kecerdasan linguistik:
a.
Lembar Observasi
Lembar observasi yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini berupa lembar observasi pada praktik pembelajaran terhadap implementasi/pelaksanaan metode bermain peran berbasis kecerdasan linguistik pada setiap kegiatan pembelajaran. Untuk mendapatkan data observasi yang valid digunakan juga kisi (terlampir) sebagai triangulasi beserta kisi-kisi observasi pada tabel 3.1 dan lembar obeservasi (terlampir).
45
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Observasi Penerapan Metode Bermain Peran Berbasis Kecerdasan Linguistik Aspek
Indikator
Melakukan a. Menghangatkan suasana dan kegiatan memotivasi peserta didik pembelajaran (membaca dan berbicara) sesuai dengan tahapan b. Memilih partisipan/peran pelaksanaan (membaca dan berbicara) metode bermain peran berbasis c. Menyusun tahap-tahap peran kecerdasan (berbicara dan mendegarkan) linguitik.
No Item
Jumlah Item
1, 2
2
3, 4
2
5,6
2
d. Menyiapkan pengamatan (mendegarkan dan menulis)
7, 8
2
e. Pemeranan (berbicara dan membaca)
9, 10, 11
3
f. Diskusi dan evaluasi (berbicara dan menulis)
12,13, 14
3
g. Pemeranan ulang (berbicara dan membaca)
15,
1
h. Diskusi dan evaluasi tahap dua (berbicara dan menulis)
16,
1
i. Mengambil pengalaman dan kesimpulan (menulis, membaca, berbicara, dan mendegarkan) Jumlah
17,18, 19
3
19
46
3.4.2
Tes
Tes hasil belajar siswa untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam menerima bahan ajar dan tingkat pemahaman dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. a. Data Pra siklus Data pra sikus ini digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran. Dilihat dari data sekunder yang diperoleh dari rata-rata nilai ulangan harian siswa hanya 60,60 pada mata pelajaran bahasa Indonesia. b. Soal Tes Tes ini digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran. Test ini diberikan setelah akhir pembelajaran. Adapun kisi soal evaluasi dapat dilihat pada tabel 3.2. Tabel 3.2 Kisi-Kisi Butir Soal Bahasa Indonesia Materi Cerita Pendek Anak Standar Kompetensi Memahami cerita tentang peristiwa dan cerita pendek anak yang disampaikan secara lisan.
Kompetensi Dasar Mengidentifi kasi unsur cerita (tokoh, tema, latar, amanat).
Indikator
Item Pada Tes Pilihan ganda item 1,2,3, 4, 7, 8,
Jumla h Item 6
Pilihan ganda item 5,6
2
Pilihan ganda item 9 4. Menentukan amanat Pilihan ganda yang terkandung item dalam cerita 10 5. Menceritakan kembali Isian item 1 isi cerita
1
1. Menjelaskan tokohtokoh cerita dan sifatnya. 2. Menentukan latar cerita dengan mengutip kalimat atau paragraf yang mendukung. 3. Menentukan tema cerita.
1
1
47
Menulis soal bentuk pilihan ganda sangat diperlukan keterampilan dan ketelitian. Hal yang paling sulit dilakukan dalam menulis soal bentuk pilihan ganda adalah menuliskan pengecohnya. Pengecoh yang baik adalah pengecoh yang tingkat kerumitan atau tingkat kesederhanaan, serta panjang-pendeknya relatif sama dengan kunci jawaban. Oleh karena itu, untuk memudahkan dalam penulisan soal bentuk pilihan ganda, maka dalam penulisannya perlu mengikuti langkah-langkah berikut, langkah pertama adalah menuliskan pokok soalnya, langkah kedua menuliskan kunci jawabannya, langkah ketiga menuliskan pengecohnya. Soal bentuk pilihan ganda merupakan soal yang telah disediakan pilihan jawabannya. Peserta didik yang mengerjakan soal hanya memilih satu jawaban yang benar dari pilihan jawaban yang disediakan. Soalnya mencakup: (1) dasar pertanyaan/stimulus (bila ada), (2) pokok soal (stem), (3) pilihan jawaban yang terdiri atas: kunci jawaban dan pengecoh. Kaidah penulisan soal pilihan ganda adalah seperti berikut ini: 1) Materi a. Soal harus sesuai dengan indikator. Artinya soal harus menanyakan perilaku dan materi yang hendak diukur sesuai dengan rumusan indikator dalam kisi-kisi. b. Pengecoh harus berfungsi. c. Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar. Artinya, satu soal hanya mempunyai satu kunci jawaban. 2) Konstruksi a. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas. Artinya, kemampuan/materi yang hendak diukur/ditanyakan harus jelas, tidak menimbulkan pengertian atau penafsiran yang berbeda dari yang dimaksudkan penulis. Setiap butir soal hanya mengandung satu persoalan/gagasan
48
b. Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang diperlukan saja. Artinya apabila terdapat rumusan atau pernyataan yang sebetulnya tidak diperlukan, maka rumusan atau pernyataan itu dihilangkan saja. c. Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar. Artinya, pada pokok soal jangan sampai terdapat kata, kelompok kata, atau ungkapan yang dapat memberikan petunjuk ke arah jawaban yang benar. d. Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda. Artinya, pada pokok soal jangan sampai terdapat dua kata atau lebih yang mengandung arti negatif. Hal ini untuk mencegah terjadinya kesalahan penafsiran peserta didik terhadap arti pernyataan yang dimaksud. Untuk keterampilan bahasa, penggunaan negatif ganda diperbolehkan bila aspek yang akan diukur justru pengertian tentang negatif ganda itu sendiri. e. Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi. Artinya, semua pilihan jawaban harus berasal dari materi yang sama seperti yang ditanyakan oleh pokok soal, penulisannya harus setara, dan semua pilihan jawaban harus berfungsi. f. Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama. Kaidah ini diperlukan karena adanya kecenderungan peserta didik memilih jawaban yang paling panjang karena seringkali jawaban yang lebih panjang itu lebih lengkap dan merupakan kunci jawaban. g. Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan “Semua pilihan jawaban di atas salah” atau “Semua pilihan jawaban di atas benar”. Artinya dengan adanya pilihan jawaban seperti ini, maka secara materi pilihan jawaban berkurang satu karena pernyataan itu bukan merupakan materi yang ditanyakan dan pernyataan itu menjadi tidak homogen. h. Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka atau kronologis. Artinya
49
pilihan jawaban yang berbentuk angka harus disusun dari nilai angka paling kecil berurutan sampai nilai angka yang paling besar, dan sebaliknya. Demikian juga pilihan jawaban yang menunjukkan waktu harus disusun secara kronologis. Penyusunan secara unit dimaksudkan untuk memudahkan peserta didik melihat pilihan jawaban. i. Gambar, grafik, tabel, diagram, wacana, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi. Artinya, apa saja yang menyertai suatu soal yang ditanyakan harus jelas, terbaca, dapat dimengerti oleh peserta didik. Apabila soal bisa dijawab tanpa melihat gambar, grafik, tabel atau sejenisnya yang terdapat pada soal, berarti gambar, grafik, atau tabel itu tidak berfungsi. j. Rumusan pokok soal tidak menggunakan ungkapan atau kata yang bermakna tidak pasti seperti: sebaiknya, umumnya, kadang-kadang. k. Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya. Ketergantungan pada soal sebelumnya menyebabkan peserta didik yang tidak dapat menjawab benar soal pertama tidak akan dapat menjawab benar soal berikutnya. 3) Bahasa/budaya a. Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Kaidah bahasa Indonesia dalam penulisan soal di antaranya meliputi: a) pemakaian kalimat: (1) unsur subyek, (2) unsur predikat, (3) anak kalimat; b) pemakaian kata: (1) pilihan kata, (2) penulisan kata, dan c) pemakaian ejaan: (1) penulisan huruf, (2) penggunaan tanda baca. b. Bahasa yang digunakan harus komunikatif, sehingga pernyataannya mudah dimengerti warga belajar/peserta didik. c. Pilihan jawaban jangan yang mengulang kata/frase yang bukan merupakan satu kesatuan pengertian. Letakkan kata/frase pada pokok soal.
50
Berdasarkan uraian kaidah penulisan soal pilihan ganda diatas, maka peneliti akan mengunakannya sebagai acuan dalam penyusunan untuk lembar uji validasi pakar/ahli. Aspek-aspek yang akan peneliti gunakan ke dalam lembar uji validasi pakar/ahli terdapat dalam tabel berikut: Tabel 3.3. Kisi-kisi Lembar Uji Validasi Pakar/Ahli No. 1.
Aspek Kaidah Penulisan Soal Pilihan Ganda (Multiple Choice Test) Materi a. Soal sesuai dengan indikator. b. Pengecoh jawaban berfungsi. c. Setiap soal mempunyai satu jawaban yang benar.
2.
Konstruksi a. b. c. d. e.
3.
Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal. Pokok soal dirumuskan secara jelas dan tegas. Pokok soal tidak memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar. Pilihan jawaban homogen dan logis ditinjau dari segi materi. Pokok soal tidak mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda.
Bahasa/budaya a. Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. b. Bahasa yang digunakan pada setiap soal komunikatif c. Pilihan jawaban tidak mengulang kata/frase yang bukan merupakan satu kesatuan pengertian.
3.5 Indikator Kinerja Dengan
melihat
latar
belakang
permasalahan
dan
untuk
meningkatkan hasil belajar siswa, maka di pergunakan indikator sebagai berikut: 3.5.1 Indikator Proses Indikator proses dalam penelitian ini merupakan indikator ketercapaian
dalam
proses
pembelajaran
terhadap
51
implementasi/pelaksanaan
metode
bermain
peran
berbasis
kecerdasan linguistik yang digunakan. Penulis memberikan patokan 75% dari jumlah keseluruhan kegiatan dari kegiatan metode bermain peran
berbasis
kecerdasan
linguistik
diterapkan
dalam
pembelajaran.
3.5.2 Indikator Hasil Indikator hasil dari penelitian ini adalah ketecapaian KKM pada hasil belajar siswa. Peneliti menetapkan minimal 75% dari jumlah keseluruhan siswa mencapai kentuntasan belajar siswa dengan memperoleh nilai ≥65 sesuai dengan KKM.
3.6 Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan data berupa nilai tes yang dianalisis dengan analisis deskriptif kuantitatif yaitu berbentuk angka-angka yang diperoleh dari tes tertulis dan deskriptif kualitatif yaitu berupa kata-kata atau penjelasan yang diperoleh dari lembar observasi. Kemudian hasilnya dianalisis dengan indikator kinerja, yaitu membandingkan nilai siklus I dan nilai siklus II. Kemudian membuat kesimpulan berdasarkan hasil deskripsi data.