BAB III KESEPAKATAN ANTARA SUKU-SUKU DI ISRAEL DENGAN DAUD DALAM 2 SAMUEL 5: 1-4 Pada bab ini pembahasan difokuskan pada sejarah terbentuknya Israel bersatu sebagai sebuah kerajaan yang melahirkan sumber J, juga di jelaskan tentang Ideologi raja yang mendasari kehidupan bersama sebagai kerajaan. Selain itu, dilakukan penafsiran terhadap II Samuel 5: 1-4 yang merupakan bagian dari sumber DH. 3.1. Teori Sumber Alkitab perjanjian lama memiliki empat sumber utama, selain sumber G (Jerman Grundlage, "Foundation", dasar), yang telah membentuk dan memberi corak serta warna yang khas bagi kitab-kitab yang ada di dalamnya, mulai dari kitab kejadian sampai dengan kitab Raja-Raja yang disebut dengan sumber J, E, D.DH, dan P.1 Keseluruhan sumber memiliki ciri khas dan karakteristiknya masing-masing yang membedakannya dari satu sumber dengan sumber yang lain. Tiap-tiap sumber memiliki konteks, maksud serta tujuan latar belakang ditulisnya yang harus dimengerti dengan baik. Oleh karena itu, dengan memahami sumber-sumber tersebut berdasarkan kriteria yang dijelaskan maka hal ini menjadi kunci utama memahami Alkitab Perjanjian Lama. Sumber yang paling tertua dalam Alkitab Perjanjian Lama khususnya Pentateukh adalah sumber J (Jahwist). Artinya bahwa sejarah J harus dilihat sebagai sejarah awal munculnya Israel sebagai suatu bangsa yang baru menduduki peta dunia tahun 1000 BCE.2
1
Norman K. Gottwald, The Hebrew Bible: A Social literary Introduction (Philadelpia: Fortress Press, 1987), 151, 182. 2 Ibid., 161-288.
25
3.1.1. Sejarah munculnya Israel sebagai Kerajaan Bersatu (Sumber J) Sejarah real Israel menurut Gottwald,3 sebenarnya baru di mulai ketika berada dalam konfederasi suku-suku penyembah Yahweh di tanah Kanaan. Kenyataan sejarah ini terjadi melalui suatu revolusi yang dilakukan oleh para petani sebagai akibat dari ideologi Yahwisme yang menjamin kesetaraan, yang dibawa oleh sekelompok oran yang melarikan diri dari Mesir. Revolusi sosial ini terjadi karena ketidakpuasan terhadap tuan-tuan tanah yang berlaku tidak adil, perang berkepanjangan yang mengancam keberadaan suku-suku setempat mendorong terbentuknya konfederasi suku-suku.4 Bentuk kehidupan suku-suku ini dicirikan dengan sistem kekerabatan. Beberapa rumah atau keluarga membentuk kelompokkelompok keluarga dan kahirnya membentuk satu suku.5 Didalam ilmu pengetahuan dikenal sebagai "sistem garis ketururnan segmentaris". Sistem segementaris berarti kesatuan kelompok bukan dihasilkan oleh kepemimpinan politik yang otonom melainkan oleh orientasi para anggota mereka menuju ikatan silsilah dari sistem kekerabatan.6 Segment masyarakat dalam pengertian diatas tidak lebih tinggi atau lebih rendah, tetapi berkedudukan sama secara politis. Lebih lanjut menurut Duchrow, dalam istilah ekonomi hal ini berarti produksi keluarga dan pemenuhan kebutuhan sendiri (autarki). sistem ini dibangun bukan berdasarkan hak kepemilikan melainkan hak penggunaan bersama, atau dengan kata lain disebut ekonomi penunjang kebutuhan hidup.7 Meskipun secara ideologi
3
Ibid., 151, 182. Lihat juga, Jhon A. Titaley, Ideologi Raja dan Perannya dalam Kerajaan Daud: Suatu Kajian Sosio-Historik. (Salatiga: Bina Dharma, No. 55 Juni 1997), 44. 4 Norman K. Gottwald, The Hebrew Bible.., 272. 5 Ulrich Duchrow, Mengubah Kapitalisme Dunia: Tinjauan Sejarah Alkitabiah bagi Aksi Politis,Terj. Ester Kuntjara. (Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2000), 157-158. 6 Ibid., 157-158. 7 Istilah ekonomi yang dipakai Duchrow adalah bagian dari penelitiannya tentang kapitalisme, khususnya jika ditinjau dalam perspektif sejarah Israel sebelum menjadi kerajaan. Kepemilikan bersama dapat dianggap sebagai kesetaraan, yang dalam kitab kejadian tidak ditemukan adanya konsep "miskin". 157-158.
26
Suku atau kelompok ini dapat mengakui kesederajatan (egalitarian) tetapi dalam prakteknya suku sama seperti susunan sosial lainnya, yang piramida bagian atasnya diduduki oleh kepala suku (sheik).8 Kepala suku adalah komandan militer, hakim serta pengurus yang mengatur tanan dan sumber-sumber penghasilan bagi para anggota suku. Konfederasi suku-suku yang terbentuk lebih mencerminkan bentuk kehidupan yang terbuka sebagai suatu sistem pembagian masyarakat yang egaliter (setara), didalamnya ketuaketua suku mewakili suku masin-masing mengatur kebijakan bersama. Selain itu, tua-tua juga memiliki peranan yng sangat penting untuk menjamin kepentingan suku-suku yang ada.9 Sistem seperti ini dapat dikatakan ideal. Sebab masing-masing suku dapat mengatur kehidupannya secara otonom, namun dengan melihat keadaan Israel yang berada ditengahtengah ancaman negar-negara adidaya sistem tersebut dipandang tidak sesuai. Oleh karena itu, sistem konfederasi diganti dengan kerajaan sebagaimana lazimnya negara-negara adidaya yang telah ada. Munculnya Israel sebagai kerajaan disebabkan oleh faktor eksternal dan internal.10 Faktor eksternalnya adalah ancaman militer dari bangsa Filistin yang berbasis di pesisir pantai selatan tahun 1150 BCE. Ancaman ini pada tahun tersebut menjadi ancaman yang serius bagi bangsa Israel yang terletak di daerah pengunungan. Mereka telah maju dalam hal sistem kepemimpinan oligarki, tentara yang kuat dan diperlengkapi dengan persenjataan yang lebih maju, sedangkan faktor internalnya adalah kehidupan liga suku-suku menjelang munculnya kehidupan monarki yang mencerminkan ketimpangan secara ekonomi
8
dan
Robert B. Coote dan Mary P. Coote, Kuasa, Politik dan Proses Pembuatan Alkitab: suatu Pengantar (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001) 27-39. 9 Jhon A. Titaley, Munculnya dan Bentuk Kehidupan Bersama Israel Alkitab: Suatu Refleksi Aspirasi dan Tantangannya Jurnal Bina Dharma No. 54 1997 hal 53. 10 Gottwald, The Hebrew... 319-320. Lihat juga Titaley, Ideologi Raja dan Perannya.. 44.
27
terpusatnya kemakmuran pada keluarga tertentu, seperti Manasye, Efraim, Benyamin, dan Yehuda. Terjadinya pertentangan antara keluarga Daud dan keluarga Saul. Keluarga ini merupakan keluarga yang makmur dari dua daerah yang kuat di Israel. Pertentangan ini kemungkinan untuk merebut pengaruh atas suku-suku yang lain di Israel. Pertentangan ini dapat dilihat dari cerita tentang penyalahgunaan wewenang oleh anak-anak Eli (1 Samuel 2:12-17) dan praktek penyuapan dan pencarian kekayaan bagi diri sendiri oleh anak-anak Samuel (1 Samuel 8:1-3). Bahwa Daud sempat mengumpulkan ratusan pemuda sebagai tentara pribadinya. Hal ini mengindikasikan pertentangan yang terjadi sudah dalam waktu yang lama. Selain faktor-faktor di atas sistem kerajaan dipilih dengan tujuan agar terciptanya persatuan semua suku Israel melalui suatu pemerintah pusat yang kuat guna mengorganisir perlawanan bersama.11
Memiliki seorang raja yang tetap berarti memiliki tentara yang
profesional, dan bangsa Israel tidak harus bergantung pada seorang hakim yang muncul pada saat tertentu ketika dibutuhkan, seperti Gideon, Deborah, Simson, dan lain-lain. Dengan demikian kehadiran seorang raja sangat dibutuhkan. Lebih lanjut menurut Titaley, walaupun Saul sudah dilantik menjadi seorang "raja"
hal ini belum dapat dikategorikan sebagai
seorang raja. Hanya ketika Daud dilantik dan menjadi raja, maka ia memenuhi kriteria itu.12 Titaley berpendapat bahwa pergantian konfederasi suku-suku menjadi kerajaan, mestinya tidaklah dilihat hanya sekedar pergantian nama saja. Namun harus dipahami sebagai fenomen baru. Artinya yang lama haruslah dilihat dalam kesediaan menjadi baru. lebih lanjut jikalau yang lama ingin tetap dilihat sebagai yang lama atau karena tidak ditolong 11
C. Groenen, Pengantar ke dalam Perjanjian Lama ( Yogyakarta: Kanisius 1992), 48. Saul belum bisa disebut sebagai seorang raja (melek), karena tidak ada bukti telah adanya aparat "kenegaraan" untuk memungut pajak, mengatur tenaga kerja atau memungut upeti terhadap penduduk taklukan. Dalam tradisi kuno ia lebih cocok disebut (nagid). Jhon A. Titaley, Ideologi Raja dan Perannya.., 44. 12
28
menjadi sesuatu yang baru, maka yang terjadi adalah perpecahan seperti yang kemudian terjadi setelah kematian Salomo.13 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada kesepakatan politik (kontrak) diantara suku-suku di Israel,14 dalam kesediaan m"menjadi baru" secara bersama dalam bentuk kerajaan Israel bersatu dibawah penguasa tunggal. 3.1.2. Ideologi Raja (sebagai Acuan) Tradisi Zion dalam Kerajaan Israel Bersatu Ketika menjalankan kehidupan bersama sebagai kerajan yang baru berdiri, Daud melegitimasikan sistem atau ideologi guna mengatur kehidupan bersama. Dalam kerangka ini ideologi Raja menjadi kebutuhan untuk kelangsungan hidup bersama. Ideologi raja yang dimaksudkan melatar-belakangi kehidupan kerjaan Israel bersatu, secara sosial dan keagamaan, dibawah kekuasaan Daud, dan diteruskan oleh penerusnya Salomo dan Yosia. Kedudukannya yang sentral dari ideologi kemudian sangat berpengaruh dalam kehidupan kerajaan Israel bersatu maupun Yehuda dan melahirkan produk-produk kerajaan untuk menunjang kekuasaan dengan propaganda, mempromosikan kesuksesan, serta melegitimasi kepemimpinan dalam literatur dan ritual.15 Produk (tulisan, cerita, ritual) yang dibuat, dipengaruhi oleh ideologi raja. Misalnya penjelasan mengenai dua belas suku Daud yang meniru tata nama adat serta struktur administrasi yang hanyalah ditujukan dalam upaya Daud menyatukan suku-suku di Yehuda dan Israel. Oleh karena itu, kelompok-kelompok yang mempunyai pengaruh besar dalam pengembangan kekuasaan Daud, seperti Simeon dan Yehuda, dibuat lebih tua dari Yusuf dan Benyamin, sebagai wakil daerah inti Israel. Sementara Manasye dan Efraim, sebagai
13
Jhon A. Titaley, Implikasi Ideologi Raja sebagai Acuan Kerajaan Daud dalam Sumber J dan DH. Salatiga Jurnal Bina Darma, No. 56 September 1997, 44-45. 14 Bandingkan Robert B. Coote dan Mary P. Coote, Kuasa, Politik..., 5. 15 Lihat Jhon A. Titaley, Implikasi Ideologi Raja.., 43. Bandingkan Juga, Robert B. Coote dan Mary P. Coote, Kuasa, Politik...., 35-38.
29
perwakilan daerah pertama yang didiami dan daerah inti yang dapat menjadi posisi bagi kekuasaann Daud malah ditempakan hanya sebagai anak laki-laki Yusuf. 16 Dengan demikian Propaganda kerukunan suku-suku melalui sejarah duabelas suku bersaudara terlihat jelas ditujukan dalam rangka menghidupkan rasa nasionalisme kerajaan untuk menghadapi musuh nasional yakni Mesir. Cerita ini dalam kerangka kepentingan Daud dengan ideologi rajannya juga menggambarkan harapan yang sangat kuat dan optimistik terhadap identitas kesukuan dari campuran orang-orang yang bersatu dalam kerajaan Daud yang baru berdiri itu. Suku-suku inilah yang dalam sumber J digambarkan sebagai keduabelas suku keturunan Yakub. Yakub yang dimaksudkan kemudian berganti nama menjadi Israel.17 Selain cerita tentang kesatuan suku-suku diatas, cerita tentang penviptaan, ingin menjadikan ibadah Yahweh suatu dasar yang sakral dari sejarah manusia. Kerajaan Daud dalam perspektif ini ingin dijadikan pusat dan puncak dari sejarah manusia. Karena melaluinya, pengalaman, persepsi dan maksud dinasti Daud ditetapkan.18Itulah sebabnya mengapa dari cerita ini juga ditemukan cerita penciptaan dunia dan manusia seperti terdapat dalam Kejadian 2:4b dan seterusnya, terdapat juga di Kejadian 1-2: 4a, yang dipahami sebagai bagian dari sumber P. Cara atau langkah ini dibuat karena cerita penciptaan dalam Alkitab selalu ditandai oleh tiga ciri yaitu: (1) cerita penciptaan dunia dimaksudkan bagi suatu masyarakat tertentu, (2) cerita penciptaan dinyatakan secara khusus dengan cara Allah menguasai air, dan (3) cerita penciptaan mengikat suatu masyarakat dengan ibadahnya.19
16 17 18 19
Robert B. Coote dan Mary P. Coote Kuasa, Politik.., 35-38. Jhon A. Titaley, Implikasi Ideologi Raja.., 45. Ibid., 45. Ibid., 19.
30
Dalam kerajan Daud yang masih muda itu, ibadah terhadap Yahweh ditetapkan berupa pemusatan kultus di Yerusalem. Salah satu cara untuk memperkuat Ideologi raja adalah dengan mengembangkannya lewat ibadah raja (royal cult) yang dapat dilihat lewat berbagai Mazmur raja (royal psalms) dalam kitab Mazmur.20 Daud dengan kerajaan Yahwehnya biasanya melakukan perayaan yang diselenggarakan paa musim gugur. Tradisi yang berada di belakang ini adalah tradisi Zion. Tradisi Zion adalah sekumpulan tema digunakan untuk memuliakan Zion atau Yerusalem sebagai kota raja Yahweh, kediaman Allah di bumi, yang dari sana Ia memerintah seluruh dunia.21 Yahweh adalah Maharaja, dan Ia memilih Yerusalem sebagai kediamanNya, dengan wakilnya adalah raja Daud. Beberapa ciri Tradisi Zion adalah sebagai berikut:22 1. Gunung Tinggi Kepercayaan bangsa-bangsa Semit bahwa dewa-dewa mereka berdiam di gunung yang tinggi. Yahweh juga dipercayai berdiam di gunung Sinai (Keluaran 3:1; 18:5 24:13 ; Bilangan 10:33). Dengan dipindahkannya tabut perjanjian oleh Daud ke Jerusalem, Bukit Zion maka Yerusalem menjadi pilihan Yahweh. Bukit Zion tidaklah tinggi tetapi dianggap sebagai gunung yang tinggi. 2. Sungai Yahweh juga diidentifikasi sebagai Elyon, maka citra Elyon yang penuh dengan air juga dikenakan kepada Yahweh. Karena itu Mazmur 46:4 berbicara tentang sungai, yang alirannya membawa sukacita, membawa kesuburan dan penyembuhan kepada umatNya (Yeh. 47:1-2; Joel 3:18; Zakharia 13:1;14:8). 20 21 22
Jhon A. Titaley, Ideologi Raja dan Perannya...,45. Ibid., 45. Ibid., 45-46.
31
3. Keamanan Kediamannya di Yerusalem memberikan Jaminan keamanan mutlak kepada umatNya. dengan Yahweh berdiam di tengah kota, kota itu tidak akan tergoyahkan karena Yahweh lebih kuat dari kekuatan pengganggu apapun yang ada (Mazmur 46: 1-5,7,8; Yesaya 17:12-14). 4. Kemarahan Yahweh Yahweh dapat membalas semua kekuatan pengganggu dengan kemarahan yang sangat besar, dan yang dilakukanNya dari surga, (Mazmur 76:9) sekalipun Dia berdiam di Zion. Karena gunung yang tinggi juga dipahami sebagai surga, maka masuk akal juga kalau Yahweh membalas kekuatan pengganggu itu dari Zion (Amos 1:2 ; Joel 4:16). 5. Akibat Bagi Penduduk Zion Akibat kehadiran Yahweh di Zion adalah bahwa hanya mereka yang memenuhi ketentuan Yahweh sajalah yang dapat hidup dihadapan hadiratNya (Yesaya 33:13-16 ; Mazmur 24:3-4) bahwa penduduk kota Zion terutama raja, berkewajiban membangun kota Allah (Hagai 1:2-11 ; Mazmur 78:69 dan 1 Raja-Raja 8:13) bahwa mereka yang hidupnya bersesuaian dengan kehendak Allah akan menikmati sukacita dan keamanan, dan hidup yang berkelimpahan. Guna dalam kerangka memenuhi tuntutan legitimasi inilah tadisi Zion dikembangkan sekaligus memberikan superioritas Yahweh terhadap dewa-dewa lainnya. Daudlah yang memulai pemusatan ibadah di Yerusalem dengan membawa tabut perjanjian ke kota itu (2 Samuel 6), terutama setelah ia selesai dengan penaklukan berbagai daerah sekitarnya,
32
termasuk Yerusalem, kota Daud.23 Dengan demikian dari penjelasan ideologi raja dan tradisi Zion serta cerita-cerita yang di uraikan, hal ini sebenarnya dapat dilihat sebagai upaya yang "dibuat" sedemikian rupa sehingga Ideologi ini menjadi dasar kehidupan dari kerajaan Israel bersatu; yang didalamnya terdapat suku-suku dengan berbagai macam kepentingan; dibangun demi kepentingan bersama. 3.1.3. Pecahnya Kerajaan Israel Bersatu Setelah masa pemerintahan Daud sebagai raja atas Israel bersatu berakhir, maka Salomo naik tahta yang diurapi oleh nabi Nathan dan imam Zadok. Pemerintahan Salomo yang penuh dengan kejayaan berakhir secara tragis. Kerajaan itu pecah menjadi dua yakni Yehuda di Selatan dan Israel di utara.24 Perpecahan kerajaan diakibatkan oleh dosa-dosa Salomo dan politiknya sendiri yang tidak peduli dengan rasa kesukuan yang masih kental serta tidak menghormati rasa kebebasan dan kemerdekaan yang dimiliki oleh suku-suku di Israel sebelum menjadi kerajaan. Salomo membebankan pajak dan kerja rodi demi kepentingan negara dan pembangunannya. Kebijakan Salomo menimbulkan keresahan dan ketidakpuasan terutama pada suku-suku di utara, karena rakyat diperlakukan sebagai pekerja rodi saja (Bandingkan 1 Raja-raja 11:28 ; 12: 4-18) dan segala karya pembangunan Salomom membawa beban penderitaan kepada rakyat. Ditengah ketidakpuasan ini dan menjelang kematian Salomo, peran kenabian muncul yakni dengan adanya nubuatan yang disampaikan oleh nabi Ahia dengan menyampaikan firman Allah kepada Yerobeam bin Nebat, seorang yang berasa dari suku Efraim dan sudah mempunyai rencana untuk memberontak terhadap Salomo ( 1Raja-raja 11:26-28, 40). Hal ini 23
Ibid., 46. Berthold A. Pareira, dan O. Charm, Nabi-nabi Perintis:Pengantar Kitab-kitab Kenabian.(Yogyakarta: Kanisius, 1984), 25. 24
33
diberitakan dan disertai perbuatan simbolis dan tanda. (1 Raja-raja 11:29-39). Perbuatan dan tanda ini menghadirkan dan mewartakan tentang tanda-tanda apa yang akan terjadi dan pasti terjadi. Sebagaimana mantel yang dipakai Ahia itu dicabik, demikian kerajaan Salomo akan tercabik-cabik dan sebagaimana Yerobeam mendapat sepuluh cabika maka demikian pula sepuluh suku akan mengikuti dia dalam perpecahan itu. Diduga nabi Ahia merupakan salah satu nabi yang tidak puas dengan segala bentuk kebijakan Salomo bagi rakyat Israel. Hal ini secara tidak langsung menyiratkan bahwa nabi juga berperan dalam bidang politik dan memiliki pengaruh dalam pemerintahan dan tanda itu juga merupakan tanda kenabian pertama dalam sejarah kenabian di Israel.25 Setelah Salomo, Rehabeam menjadi raja atas Israel dan apa yang dinubuatkan oleh nabi Ahia terjadi. sepuluh suku di utara meminta kepada Rehabeam untuk meringankan beban rakyat dengan melakukan pembaharuan sistem pajak, tetapi Rehabeam menolak permintaan mereka karena terhasut oleh rayuan penasehat muda kerajaan sehingga mereka memberontak dan memisahkan diri dari Yehuda dipimpin oleh Yerobeam bin Nebat. dan ia dipilih serta diangkat menjadi raja atas sepuluh suku di Israel utara. 26 Yerobeam berasal dari suku Efraim, dan baru kembali dari pengasingan di Mesir. Secara intern ada beberapa faktor yang menyebabkan pecahnya kerajaan Israel bersatu yakni:27 Keinginan orang-orang di utara, dibawah bimbingan Sikhem untuk segera
membebaskan diri dari dominasi politik yang dijalankan di Yerusalem dan Yehuda.
25 26 27
Ibid., 25. Wismoady Wahono, Disini Kutemukan.. 141. Th. C. Vriezen,Agama Israel Kuno, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), 198.
34
Stres yang dirasakan oleh rakyat yang sangat tertindas akibat sistem kerja
paksa atau rodi. Sikap kritis yang tampak dikalangan para nabi melalui Ahia yang menyatakan
keberatan-keberatan terhadap aturan sosial dan keagamaan yang ditetapkan oleh Salomo Awalnya orang Israel taat dan setia kepada Allah tetapi ketika Israel terpecah menjadi dua yakni Israel Utara yang dipimpin Yerobeam dan Yehuda yang dipimpin oleh Rehabeam, perlahan-lahan ketetapan hati dan loyalitas iman kepada Yahweh, Allah Israel mulai memudar dan kemudian hilang. 3.2. Kitab Samuel Kitab Samuel dikelompokan dalam kitab para nabi, khususnya nabi-nabi terdahulu. Kitab ini dinamakan Samuel karena andil nabi Samuel yang begitu besar dalam kerajaan Israel ketika memberkati Saul dan Daud sebagai raja. Israel.28 Kitab Samuel dan kitab Rajaraja sebenarnya merupakan satu bagian dalam bentuk aslinya.29 Namun kemudian dibagi menjadi I, II Samuel dan I, II Raja-raja dengan maksud agar kitab ini tidak terlalu banyak. 3.2.1 Penulis Penulis kitab Samuel memang tidak diketahui secara pasti. Namun ada kecenderungan bahwa kitab I dan II Samuel merupakan produk dari hasil karya Deutronomis atau sumber DH.30 Karena menurut para ahli Perjanjian Lama sebagian kitab ulangan (pasal
28
David F. Payne, I & II Samuel, (Philadelpia: Westminster Press, 1982), 1. Lihat dalam Talmud (Baba Bathra 14b), Eusebius (Hist. eccl. 7:25, 2), dan Jerome (Prologus Galeatus). Dalam Robert H. Pfeiffer, INTRODUCTION TO THE OLD TESTAMENT, (New York and Evanston: Harper & Raw Publisher, 1948), 338. 30 Sumber DH adalaj sumber ketiga dari empat sumber utama, setelah sumber J dan E, sebelum sumber P, yang telah membentuk Alkitab Perjanjian Lama, dengan cakupan yang sangat luas yaitu dari kitab Ulangan (pasal 12-26) Sampai Raja-raja. Kitab Ulangan merupakan kitab kelima yang ada dalam Pentateukh. 29
35
12-26) dan nabi-nabi terdahulu (Yosua, Hakim-Hakim, I-II Samuel, I-II Raja-Raja; kecuali kitab Rut) sebagai bagian dari tradisi DH, sebab kitab-kitab terebut dipengaruhi oleh perspektif teologi Deutronomis.31 Oleh karenanya dapat dikatakan bahwa kitab Samuel yang terdiri dari dua bagian ini diedit oleh sejarawan DH. Tentang penulis DH, beberapa ahli menduga bahwa naskah itu secara rahasia ditulis oleh Hilka dan Safan dengan bantuan Nabiah Hulda, yang segera dimintakan pendapatnya oleh Yosia. 32 Friedman, memperkuat pendapat tersebut dengan mengatakan bahwa penulis DH adalah golongan imam Lewi yang berasal dari Silo.33 berdasarkan pendapat itu, dapat dikatakan bahwa penulis atau editor dari kitab Samuel adalah imam Lewi dari Silo yang dipekerjakan dalam istana pada saat Yosia menjadi raja atas Yehuda. 3.2.2 Waktu Penulisan Mengikuti penjelasan sebelumnya bahwa penulis yang mengedit kitab Samuel ini adalah sumber DH. Ahli-ahli Perjanjian Lama mengatakan bahwa sumber ini berasal dari satu redaksi sehingga menimbulkan dua kemungkinan masa penulisan yaitu sebelum atau sesudah masa pembuangan. Kemungkinan yang dimaksudkan adalah pada masa pemerintahan Yosia, sebelum pembuangan, dan pada masa pembuangan yaitu sekitar abad
Bahasa latinnya adalah Deuteronium" dan dari nama inilah diperoleh nama sumber D atau DH sebagai kependekatan dari Deutronomistic History (sejarah Deutronomis). Hal ini disebabkan karena Ulangan 12-26 adalah dasar acuan yang dipakai untuk menghasilkan keseluruhan sejarah Deutronomi. Semua literatur yang ditulis oleh para penulis sejarah Deutronomi mengikuti gaya-gaya kitab Ulangan sehingga disebut juga dengan istilah Deutronomistic History (DH). 31 www.hope.edu/academic/religion/bandstra/rtot/chii. (diakses tanggal 26 juli 2009) bandingkan juga Norman K Gottwald, The Hebrew.., 139. selain itu bandingkan juga Titaley, Implikasi Ideologi Raja., 47. 32 Karen Amstrong, Sejarah Tuhan: Kisah Pencarian Tuhan yang dilakukan Oleh Orang-orang YAhudi, Kristen dan Islam selama 4000 tahun (Bandung: Mizan, 2003), 86-87. 33 Golongan Imam Silo menginginkan pemusatan agama, tetapi tidak mengikat kepada tabut atau dibawah keimaman Yerusalem; Peduli terhadap semua mata pencaharian imam-imam Lewi tetapi, akan memberi hak memilih hanya kelompok pusat Lewi; Mereka menerima seorang raja, tetapi kekuasaannya perlu dibatasi, mereka mempunyai pendekatan pra-monarki mengenai aturan-aturan peperangan. Richard Friedman, Who Wrote the Bible?, (San Fransisco: Harper Collins Publisher, 1987), 119-124.
36
ke-7 (640-609 S.Z.B).34Mendalami dua kemungkinan yang dimaksudkan maka pandangan Cross sangat berguna untuk menentukan kapan kitab Samuel ditulis. Menurut pemahamannya, Cross membagi sumber DH menjadi dua edisi. Edisi pertama Dtr 1 yang ditulis pada masa reformasi Yosia (640-609 SZB) atau sebelum pembuangan; dan edisi kedua atau Dtr II ditulis pada masa pembuangan (550 SZB).35 Dtr 1 ditulis sebagai usaha untuk mendukung reformasi Yosia. Tema pertama yang ditampilkan tentang dosa Yerobeam yang sangan besar sehingga harus dipunahkan dari muka bumi ( I Raja-Raja 13:34). Tema kedua mengangakat tentang Daud sebagai hamba yang setia dan Yerusalem sebagai pusat pemerintahan dinasti Daud. (I Raja-Raja 11:12-13; II Raja-Raja 8:19). Dtr 2 diperkirakan selesai pada tahun 550 SZB di pembuangan dengan tema utama mencatat jatuhnya Yerusalem. Berdasarkan dua edisi ini dapat ditentukan bahwa kitab Samuel termasuk dalam edisi pertama atau Dtr 1 yang ditulis tepatnya pada saat reformasi Yosia tahun 640-609 SZB. Alasannya bahwa bacaan dalam II Samuel 5:1-4 berhubungan dengan tema Daud sebagai hamba yang setia dan Yerusalem sebagai pusat pemerintahan dinastinya. 3.2.3 Latar belakang Penulisan Jika mengikuti penjelasan diatas yang menyebutkan bahwa penulis sumber DH ditulis ketika masa pemerintahan Yosia pada abad ke 7 (640-609 SZB), maka latar belakang penulisan kitab Samuel tentunya berkaitan dengan agenda reformasi yang dilakukan oleh raja
34
Frank M. Cross, Canaanite Myth and Hebrew Ephic: Esay in History of the religion of Israel (Cambrige, Harvard University Press, 1973), 274-289. 35 Ibid., 275-278.
37
Yosia. Menurut Marvin Chaney ada enam unsur penting yang perlu diperhatikan dalam reformasi ini:36 1. Reformasi Yosia menandai kembalinya independensi (kemerdekaan) nasional Yehuda yang telah dikuasai Asyur selama hampir satu abad sebagai daerah taklukan
sejak
zaman
Tiglat-Pilezer
III
(745-727).
Namun
setelah
meninggalnya Asyurbanipal (627 SZB) maka menyurut pula kekuatan Asyur, sehingga kerajaan-kerajaan kecil mulai bangkit nasionalismenya, termasuk Yehuda. Oleh karenanya reformasi Yosia dengan DHnya harus dipahami sebagai gerakan nasionalisme anti Asyur. 2. Perbaikan Bait Suci yang dilakukan Yosia menandai perasaan anti Asyur lewat dipindahkannya simbol-simbol Asyur yang ada di Bait Suci dan ibadahnya (II Raja-Raja 16: 10-18). Tindakan memperbaiki rumah ibadah sama halnya dengan tindakan membangun rumah ibadah, dan ini hanya dapat dilakukan oleh seorang raja yang berhasil dalam masyarakat Timur dekat Purba. Melalui tindakan ini Yosia bertujuan memproklamasikan perbaikan status rajanya diantara faksi-faksi yang ada di dalam kerajaan. 3. Ada unsur perluasan teritori dengan gerakan Yosia semacam ini. Terutama terhadap daerah Utara yang dahulunya adalah bagian dari kerajaan Daud, sebelum dipisahkan setelah kematian Salomo. Daerah Utara telah terepecahpecahkan oleh kekuasaan Asyur ke dalam beberapa daerah, dan daerah-daerah itu kemudian ditempatkan elite-elite dari kerajaan jajahan Asyur lainnya.
36
Marvin L. Chaney, "Joshua" dalam, The Books of The Bible, (ed) Bernhard W. Anderson (New York: Charles Sribner's Son, 1989)103-112.
38
Mereka kemudian tumbuh menjadi "penguasa-penguasa" terbatas di daerah Utara. Oleh karena itu, apa yang dilakukan Yosia adalah untuk mendapat dukungan dari orang-orang yang tidak merasa puas terhadap kekuasaan dinasti Daud (dalam hal ini Salomo), maupun "penguasa-penguasa" baru tersebut. 4. Terhadap
kenyataan
ini
Yosia
memperjuangkan
politiknya
dengan
mempromosikan hukum dan tradisi Musa sebagai alat legitimasi dengan retorika Daud. Yosia dan para pengikutnya menguukuhkan kedua tradisi ini sebagai bagian dari kerajaannya, yakni tradisi Musa dan tradisi Daud yang nyata dalam DH. Dengan demikian hal ini menempatkan Yosia sebagai satu-satunya pewaris sah untuk melaksanakan kedua tradisi itu, termasuk daerah Utara. 5. Perbaikan Bait Suci ditandai dengan ditemukannya hukum-hukum yang kemudian dijadikan Yosia sebagai hukum seluruh negeri dengan satu upaya perjanjian (II Raja-Raja 22:3-14; 23:1-3). Didalam tradisi Timur dekat Purba tindakan ini sama halnya dengan penegasan kekuasan raja. 6. Penerapan hukum berarti pula (sentralisasi) dari kerajaan/ Pemusatan secara politik terjadi dengan penegasan bahwa Yosia adalah pewaris sah dinasti Daud, yang kekuasaannya meliputi seluruh Israel bersatu dahulu. Karenanya, tempat ibadah di Betel menandai semua dosa yang dibuat Yerobeam di Utara (I RajaRaja 12:26-33 dan 13:34). Pemusatan secara kultus ditempuh dengan cara menetapkan perayaan paskah secara nasional dan berpusat di Yerusalem (II Raja-Raja 23:21-23). Upacara ini tidak lagi dilaksanakan seja zaman hakimhakim. Upacara ini merupakan perayaan rakyat di Utara yang kembali diselenggarakan Yosia
menjadi perayaan nasional dengan berpusat di 39
Yerusalem seperti yang dituntut oleh kitab Ulangang 16:1-8, Yosia berusaha untuk menawan hati rakyat di Utara agar mendukungnya. 3.2.4. Tujuan Penulisan Kitab Samuel Kitab Samuel ditulis dengan tujuan sebagai catatan sejarah tentang kejadiankeajadian yang sebenarnya terjadi agar bangsa Israel masa mendatang dapat mengetahui dengan jelas bagaimana awa Israel terbentuk serta kejadian-kejadian yang terjadi dalam periode tersebut. Khususnya mengenai para pendiri bangsa (founding fathers) dan tokohtokoh yang ada didalamnya. selain itu kitab ini juga mengajak bangsa Israel untuk belajar dari keberhasilan dan kegagalan dalam hal kepemimpinan.37 3.2.5. Struktur dan Isi Struktur atau garis besar kitab Samuel adalah sebagai berikut:38 A. Para Imam dan Tabut di Silo (I Samuel 1:1- 7:1) 1. Kelahiran dan masa kecil Samuel, berakhirnya periode Imam di Silo, Eli dan anak-anaknya (1:1-4:1a, termasuk nyanyian Hanah (2:1-10) 2. Hilangnya tabut dari Silo dalam perang melawan bangsa Filistin (4:1b 7:1) B. Samuel dan Saul (&:2-15:35) 1. Samuel sebagai Hakim Israel mengalahkan Filistin (7:2-17) dan Samuel gagal mendapatkan seorang raja yang dikehendaki rakyat (8:1-22) 2. Saul ditunjuk menjadi raja; pertama pemberitahuan oleh Samuel secara pribadi kepada Saul (9:1-10:16) kedua, pemberitahuan secara umum di
37 38
David F. Payne, I & II Samuel..., 3. Robert H. Pfeiffer, Introduction To..., 338-340.
40
Mizpah, setelah Saul ditunjuk oleh Lot (10:17- 27a), Ketiga, oleh masyarakat di Gigal (10:27b). 3. Samuel berhenti dari pekerjaannya sebagai Hakim (12) 4. Saul dan awal kesuksesan perang melawan Filistin; pecahnya perang (13:1-7), Samuel menawarkan pengorbanan kepada Saul (13:8-14), masa-masa sulit bagi bangsa Israel (13:15-23), kemenangan atas bangsa Filistin di Mikhmas oleh
kepahlawanan
Yonatan
(14:1-46),
rangkuman
tentang
masa
pemerintahan Saul (14:47-52). 5. Kemenangan Saul atas bangsa Amalek dan penunjukannya yang kedua kali oleh Samuel (15). C. Saul dan Daud (I Samuel 16-31; II Sam 1) 1. Daud dan Saul, Daud ditunjuk menjadi raja oleh Samuel (16:1-13), Pertemuan Daud dengan Saul pertama kali sebagai pemain kecapi (16:14-23) dan setelah mengalahkan Goliat (17:1-18:5) Saul iri akan popularitas Daud (18:6-16), Saul menjanjikan Merab sebagai isteri Daud (18:17-19); Tetapi setelah mengalahkan seratus prajurit Filistin, Saul memberinya Mikhal sebagai isteri untuk dinikahi (18:20-30); Yonatan membujuk Saul agar tidak membunuh Daud (19:1-7) tetapi karena takut akan bahaya dari Saul, Daud melarikan diri. Pertama ketika isterinya memberitahukan maksud pembunuhan oleh Saul (19:8-17) dan Daud pergi ke Samuel di Ramah dan Saul menyuruh orang suruhannya untuk menangkap Daud tetapi gagal karena dipenuhi Roh kenabiah/Roh Allah (19:18-24); kedua, ketika diperingatkan secara diam-diam oleh Yonatan (20:1-42). 41
2. Daud bebas; ia meminta pertolongan pada Imam di Nob (21:1-9); Daud berpura-pura gila (21:10-15); dan menjadi kepala bandit (22:1-5); Saul menyuruh membunuh Imam Nob tetapi Abyatar luput dan lari bersama Daud (22:6-23); Daud membebaskan Kehila dari bangsa Filistin (23:1-6), tetapi kemudian melarikan diri dari Saul ke Zif (23:7-14), dimana Yonatan membuat perjanjian ketiga dengan Daud (23:19-28); Saul kembali ke Israel karena serangan Filistin (23:19-28) Daud menyelamatkan Saul di En-Gedi (23:2924:22); kematian Samuel (25:1); Daud Nabal dan Abigail (25:2-42; isteriisteri Daud yang lain 25:43); Daud menyelamatkan Saul di Zif (26:1-25). 3. Daud diantara orang-orang Filistin (27;28:1); Daud dan gerombolannya menawarkan jasa-jasanya ke raja Akhis di Gat, menerima Ziklak (27:1-4), berteman dengan Ziklag, berpura-pura menyerang Yehuda (27:7-12); Daud menawarkan diri untuk bersekutu dengan Filistin melawan Saul (28), Daud di kirim pulang oleh orang-orang Filistin (29:1-11); Ziklag terbakar pembalasan Daud kepada orang Amalekh (30:1-6), Daud mengalahkan mereka (30:7-31) 4. Kematian Saul (1 Samuel 28:3-25; 31; II Samuel 1); Takut akan bencana Saul memanggil roh Samuel (28:3-25); Dikalahkan Filistin di Gilboa, Saul bunuh diri (31), Daud mengalahkan Amalekh yang membunuh Saul (II Samuel 1:116), ratapan Daud atas Saul dan Yonatan (1:17-27). D. Daud Sebagai Raja atas Yehuda (II Samuel 2:4) Orang-orang Yehuda menunjuk Daud sebagai raja (2:1-7) tetapi Abner menunjuk
Isyboset sebagai raja Israel (2:8-11) dan melawan Daud (2:12-
42
3:1); anak-anak Daud (3:2-
5); Abner memihak Daud kemudian dibunuh
Yoab (3:6-39) Pembunuhan Isyboset (4). E. Daud Sebagai Raja atas Israel (II Samuel 5-24) 1. Daud ditunjuk sebagai raja Israel (5:1-3) Daud menaklukan Yerusalem (5:425, termasuk ringkasan cerita dinasti Daud dan keluarganya (5:13-16) ) dan membawa tabut di Silo ke Yerusalem (6) 2. Nubuatan Natan tentang berakhirnya dinasit Daud (7) 3. Cerita-cerita tentang kemenangan-kemenangan Daud (8:1-14), pegawaipegawi Daud (8:15-18) 4. Masalah-masalah dalam kerajaan Daud (9:1-20:22) kebijaksanaan Daud atas Meribaal (9); perang dengan Bani Amon (10:1-11:1); perzinahan Daud dengan Batsyeba (11:5-27); Natan memperingatkan Daud (12:1-15a); perang melawan Bani Amon (12:26-31); Amnon dibunuh Absalom karena memperkosa Tamar (13:1-38); Daud tidak mau berdamai dengan Absalom (13:39-14:33) pemberontakan Absalom (15:1-12); Daud melarikan diri (15:13-30); Absalom mengikuti saran Huzai dan menolak saran Ahitofel, dan hasilnya dia kalah dan dibunuh (15:31-18:18); Daud meratapi kematian Absalom (18:19-19:8) dan Daud kembali ke Yerusalem (19:9-43); pemberontakan seba (20:1-22); 5. Pegawai-pegawai Daud (20:1-22). 6. Hutang darah orang-orang Gibeon atas keturunan Saul (21:1-14). 7. Cerita-cerita kepahlawanan Daud, bagian pertama (21:15-22). 43
8. Nyanyian Syukur Daud (22) 9. Perkataan Daud yang terakhir (23:1-7). 10. Cerita-cerita Kepahlawanan Daud, bagian kedua (23:8-39) 11. Pendaftaran penduduk dan hukuman (24). 3.3. Tafsiran Terhadap 2 Samuel 5:1-4 Bacaan dalam 2 Samuel 5:1-4 bercerita tentang Daud menjadi raja atas seluruh Israel. Bagian bacaan ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu ayat 1-3 yang menjelaskan Daud diurapi menjadi raja oleh Tua-tua Israel melalui satu perjanjian, dan ayat 4-5 yang menjelaskan tentang berkuasanya Daud di Hebron atas Yehuda selama tujuh tahun enam bulan, dan Yerusalem atas seluruh Israel dan Yehuda selama tigapuluhtiga tahun. 1. Lalu datanglah segala suku Israel di Hebron dan berkata: "Ketahuilah, kami ini darah dagingmu.
Pasal ini dimulai dengan cerita tentang Daud menjadi raja atas seluruh Israel. Hal ini terjadi sebagai konsekuensi terbunuhnya Ishabaal; pasal 5 bukan merupakan sambungan cerita pasal 4, namun karena pertimbangan korelasi dengan sejarah yang terjadi, berkaitan dengan pasal ini maka dapat dibagi dua yakni ayat 1-3 dan 4-5. Editor DH menekankan 3 hal: keterkaitannya sedarahnya dengan keluarga Saul, hak sejarah (perannya dalam memimpin pasukan perang Israel), dan janji Tuhan kepada Daud sendiri.39 Ayat pertama (1), segala suku di Israel menunjuk pada 10 suku keturunan (anakanak) Yakub. Mereka merupakan darah daging Daud dan kemudian berkumpul di Hebron. Daud merupakan kandidat satu-satunya yang tersedia, dan jika dipahami secara lebih dalam lagi maka akan ditemukan gambaran sebagai berikut:
39
Lihat Hans Wilhem Hertzberg, I & II SAMUEL: A Comentary, (Philadelphia: The Westminster Press, 1964), 266-267.
44
Pada teks ayat pertama ini terlihat bahwa penulis menggambarkan adanya suatu hubungan yang kuat dan erat antara suku-suku dengan Daud. "Ketahuilah kami in darah dagingmu"
Itu artinya penulis ingin menekankan hubungan Daud dengan suku-suku
selayaknya hubungan saudara. Penulis selanjutnya menerangkan dan menekankan lebih jauh seakan-akan hubungan ini berasal dari pengakuan yang dibuat secara mendalam dari sukusuku tersebut. Maksudnya jika dikaitkan dengan propaganda Yosia maka pesan yang ingin disampaikan adalah salah satu alasan terpilihnya Daud menjadi raja oleh karena adanya pengakuan dan hubungan darah antara Daud dengan suku-suku di Utara. Hal ini kemudian memperkuat kelayakan Yosia untuk melegitamsi Yosia adalah keturunan langsung Daud, dan bukankah ia berhak berdasarkan pengakuan dan hubungan saudara tersebut? 2. Telah lama, ketika saul memerintah atas kami, engkaulah yang memimpin segala gerakan orang Israel. Dan TUHAN telah berfirman kepadamu: Engkaulah yang harus menggembalakan umat-Ku Israel, dan engkaulah yang menjadi raja atas Israel".
Pada ayat 2 penulis lebih mengarahkan pada seting cerita bahwa seakan akan sukusuku bersepakatan membentuk kerajaan bersama Daud. Caranya dengan membuat perbandingkan Daud dengan Saul dan kelihatan bahwa Daud lebih tangguh daripada Saul. Hal ini dibuktikan pada kalimat "Telah lama, ketika Saul memerintah atas kami, engkaulah yang memimpin segala gerakan orang Israel"
Maksud dari kalimat ini adalah ingin
mengatakan bahwa sebenarnya ketika Saul memimpin pada masa kejayaannya, Daudlah yang berperan sentral dibalik kejayaan itu, dan bukan sepenuhnya kerja kerasnya Saul. Selain itu, bagi penulis ia ingin mengatakan bahwa hal ini bisa terjadi atau wajar karena, Yhwh menghendaki itu dan terungkap dalam kalimat "Tuhan telah berfirman engkau yang harus mengembalakan umatKu Israel dan engkau menjadi raja atas Israel". Penekanan 45
ini cukup menarik karena Daud yang lebih diutamakan dan hal itu menjadi keharusan. Hal ini mengisyaratkan bahwa keturunan Daudlah yang berhak menjadi raja atas Israel dan itu sebuah keharusan, dan dari teks tersebut terlihat jelas propaganda dan keinginan Yosia untuk menjadi raja atas Israel bersatu karena diperintahkan atau direstui oleh Yhwh. 3.
Maka datanglah semua tua-tua Israel menghadap raja di Hebron, lalu raja Daud mengadakan perjanjian dengan mereka di Hebron di hadapan TUHAN; kemudian mereka mengurapi Daud menjadi raja atas Israel.
Pada ayat ke 3 oleh penulis ingin ditekankan atau dijelaskan bahwa pengangkatan Daud sebagai raja tidak terjadi dengan sendirinya. Melainkan hasil dari sebuah Perjanjian atau Kesepakatan "oleh seluruh suku Israel". Dalam kaitan ini editor ingin mengatakan bahwa kesepakatan itu bersumber pada kesepakatan "semua tua-tua Israel" yang mengurapi Daud sebagai manifestasi dari otoritas yang lebih tinggi (Tuhan) dan sebagai pelaksana maksud Tuhan itu. Janji Tuhan berlaku bagi pangeran (nagid) dan pemimpin yang memiliki kharisma seturut kehendak Tuhan. Dengan hal ini orang Israel dapat melihat dengan jelas manifestasi (inilah raja yang sebenarnya) Daud sebagai raja (melek). Penobatan oleh Tua-tua jelas sebagai ikthiar akan situasu sakral konstitusional. Tentu saja tempat pengurapan Daud sebagai raja di gunung Hebron, sesuai dengan sabda Tuhan. Oleh karena itu, Daud menjadi raja dalam kapasitas dan pengertian yang sesungguhnya.40 Lebih lanjut pada ayat 3 dalam kaitannya dengan ayat 1 dan ayat 2 yang mana adanya pengakuan yang dibuat penulis dari suku-suku dan merupakan keinginan mereka, serta dipilih oleh Yhwh maka dengan keinginan Yhwh, dan suku-suku (10 suku di Utara) maka 40
Ibid., 266-267. Dalam tinjauan Die Staatenbildung der Isreeliten in Palestina, A, Alt memberikan bukan cuma persamaan tetapi juga perbedaan dalam prosedur penobatan Daud dan Saul menjadi raja, dan faktanya bahwa penyatuan Israel belum terwujud, tetapi penyatuan kepribadian Israel itu sendiri telah terjadi. Hal ini tercemin dalam masa pemerintahan Daud, bahkan jauh setelah kematian Salomo.
46
pada endingnya, penulis (editor) mengungkapkan bahwa Daud akhirnya dapat dilantik menjadi raja. Hal ini memperjelas tujuan penulis guna menggunakan sebagai legitimasi dan propaganda Yosia bahwa ia berhak menjadi raja atas Israel utara (10 suku) dan di selatan sama seperti leluhurnya Daud yang merupakan raja yang legal atau sah. 4. 5.
Daud berumur tigapuluh tahun, pada waktu ia menjadi raja; empatpuluh tahun lamanya ia memerintah. Di Hebron ia memerintah atas Yehuda tujuh tahun enam bulan, dan di Yerusalem ia memerintah tigapulh tahun atas seluruh Israel dan Yehuda.
Pada ayat 4 dan 5, jika asumsinya adalah catatan statistik yang dimasukkan dalam bacaan ini berasal dari berbagai sumber, maka patut diakui bahwa penyertaannya dilakukan dengan sangat baik. Pernyataan tentang Yerusalem, yang ditaklukan sesudahnya, menunjukkan bahwa peristiwa yang diceritakan tidak mengacu pada konteks saat penulisannya. Dilain pihak, tidak juga dapat berpendapat bahwa penyerangan terhadap Yerusalem secara tiba-tiba dilihat secara historis memuluskan langkah Daud menjadi raja. Detail yang sering dipertanyakan yakni berapa lama Daud berkuasa di Israel. 40 tahun menjadi angka yang mewakili tahun berkuasanya Daud. Penempatan beberapa catatan tentang pokok pikiran ini menandakan pengetahuan signifikan tentang sejarah yang terjadi pada masa itu.41 Pemahaman semacam ini dapat dilihat pada konteks ayat 4-5 yaitu; Pada ayat empat ada penggambaran yang cukup khas dari penulis yang kemudian ingin memamerkan atau memunculkan kejayaan Daud dengan mengungkapkan masa Daud memimpin kerajaan selama 40 tahun lamanya dengan usia yang cukup ideal atau matang yaitu 30 tahun untuk memimpin kerajaan. Tujuannya oleh penulis adalah menunjukkan kekaguman terhadap Daud yang diarahkan untuk mengangkat dan sekaligus melegitamasi kemampuan Yosia dalam usaha propagandanya dengan mengaitkannya pada garis keturunan 41
Ibid., 267-268.
47
yang bisa dikatakan Yosia memiliki bakat yang turun dari Daud dalam hal kepemimpinan.Hal ini dalam pemahaman propaganda tadi adalah untuk menarik simpati suku-suku di utara. Ayat kelima memuat tentang keinginan penulis dalam menguraikan kematangan Daud dalam memimpin. pertama penulis menguraikan dan memberikan informasi tentang sebelum Daud memimpin Israel bersatu ia terlebih dahulu memimpin atau menguasai Hebron dan menjadi raja di sana (dua suku yang ada di selatan) dengan menonjolkan proses dan jangkau waktu yang cukup untuk mengatakan Daud adalah pemimpin yang matang dan penuh kesiapan dalam memimpin kerajaan Israel bersatu. Buktinya penulis memulai dengan kepemimpinan di Hebron sebagai awal penceritaan, meskipun hanya enam bulan tetapi setting cerita ini penting untuk arti kelayakkan" sehingga secara wajar Daud dapat memimpin kerajaan Israel bersatu dengan jangka waktu yang lama yaitu tigapuluh tahun. Pertanyaannya adalah mengapa penulis sengaja membuat setting semacam ini? jawabannya sederhana, karena dalam kerangka berpikir semacam ini penulis ingin meyakinkan pembaca dalam hal ini suku-suku bahwa Yosia juga dipersiapkan sama dengan Daud dahulu. Karena Propagandanya yang tersirat adalah Yosia juga mulai dari Hebron, setelah itu, penekanannya berlanjut pada hak istimewa agar menjadi raja juga atas 10 suku di Utara sehingga tidak perlu ada keraguan lagi karena sudah benar jalurnya seperti pendahulunya atau leluhurnya Daud. 3.4 Kesimpulan Pada cerita ini terjadi dua peristiwa utama tentang bangsa Israel.42 Daud menjadi raja atas seluruh Israel. Editor DH menekankan 3 hal: Keterkaitan sedarahnya dengan Saul, hak sejarah
42
David F. Payne, I & II SAMUEL., 177-179.
48
(perannya dalam memimpin pasukan perang Israel) dan janji Tuhan kepada Daud sendiri.43 Kalimat kami ini darah dagingmu" sebenarnya sebagai kata kata awal yang menjawab keinginan Yosia yang berusaha menarik simpati 10 suku di utara untuk bergabung kembali. "Demi Hambaku Daud dan Yerusalem yang telah kupilih"44 Hal penting yang dibandingkan dengan dosa Yerobeam adalah Kesetiaan Daud. Didalam sejarah Raja-Raja, Daud adalah salah satu raja yang melambangkan kesetiaan
dan Yerobeam melambangkan ketidaksetiaan. Dipandang demikian karena Daud
membangun tempat ibadah bagi Yahweh di Yerusalem dan Yerobeam membangun kuil tandingan di Betel. Sebuah kultus yang tidak disenangi oleh Yahweh dan tindakan ini membawa pada pengutukan yang bersifat pribadi. Daud, Hizkia, dan Yosia merupakan tiga raja Israel yang melakukan apa yang baik dan benar di mata Yahweh. Kriteria yang dipakai adalah sentralisasi hukum (Pemusatan Kultus di Yerusalem) dan kesetiaan kepada Allah Israel, Yahweh. Kriteria pertama ditujukan kepada semua raja di Utara dan kriteria kedua untuk menilai raja-raja Yehuda. Daud menjadi raja atas Israel bersatu, Hizkia menjadi raja penuh atas Yehuda, dan Yosia melakukan reformasi untuk memulihkan Israel utara dan Yehuda agar kembali menjadi satu. Dari ketiga raja yang dianggap benar di Yahweh, Daud dan Hizkia yang melakukan penghancuran kultus di Betel dan Dan. Namun ternyata mereka memiliki dosa kecil, sedangkan Yosia bebas dari kritikan itu, ia melakukan apa yang benar dan hidup sama seperti leluhurnya Daud, dan tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri, dan tidak ada raja yang hidup sebelum Yosia yang menyembah Yahweh dengan sungguh-sungguh.
43 44
Hans Wilhelm Hertzberg, I & II SAMUEL.., 266-267. Lihat. I Raja-Raja 1:12-13 & II Raja-Raja 8:19.
49
Dengan demikian, cerita II Samuel 5:1-5 yang mengatakan bahwa ada semacam perjanjian atau kesepakatan antara Daud dan suku-suku di Israel- yang ditulis oleh Yosia dapat dikatakan masih hanya sebuah wacana bagi Yosia untuk mendapatkan legitimasi atas kekuasaannya dan sebagai propaganda bagi sepuluh suku di Utara yang telah memisahkan diri dari kerajaan Israel bersatu. Ia ingin kembali menyatukan kerajaan Yehuda dan Israel seperti zaman para leluhurnya Daud. Dengan Yerusalem sebagai pusat pemerintahannya. Jadi itu artinya Perjanjian ini bukan merupakan perjanjian yang dilakukan secara sengaja dan sadar, tetapi lebih kepada "pemaksaan" dengan maksud dan tujuan-tujuan tertentu oleh Yosia.
50