BAB III IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAMDALAM MEMBENTUK AKHLAK SISWADI MA SALAFIYAH SYAFI’IYAH PROTO KEDUNGWUNI PEKALONGAN
A. Gambaran Umum MA Salafiyah Syafi’iyah Proto Kedungwuni Pekalongan 1. Sejarah berdirinya Madrasah Aliyah Salafiyah Syafi’iyah Yayasan
Pendidikan
Islam
Salafiyah
didirikan pada tahun 1993 oleh Syafi’iyah
Proto
Kedungwuni
Pekalongan yang telah berdiri sejak tanggal 14 April 1993, sebuah Madrasah yang berawal dari sebuah Majlis Ta’lim Tahfidul Quran yang mengelola pendidikan khusus dibidang ilmu keagamaan dan Khifdul Quran yang diasuh oleh K.H Syarif Da’un yang mempunyai pertalian erat dengan Pondok Pesantren. Berdirinya Yayasan Madrasah Aliyah Salafiyah Syafi’iyah merupakan yayasan baru yang terbentuk menjelang berdirinya Madrasah Aliyah Salafiyah Syafi’iyah, sebelumnya merupakan kepengurusan Yayasan Pendidikan Islam Salafiyah Syafi’iyah yang telah mendirikan tiga lembaga pendidikan formal yaitu,:
52
53
a. Raudlotul Atfal Muslimat NU pada tahun 1981 b. Madrasah Ibtidaiyah Salafiyah Syafi’iyah tahun 1952 c. Madrasah Tsanawiyah salafiyah Syafi’iyah tahun 1976 Yayasan Pendidikan Islam Salafiyah Syafi’iyah telah berhasil mendirikan Madrasah Aliyah Salafiyah Syafi’iyah pada tanggal 25 Juni 1993. Ada dua alasan yang mendasari bagi pendirian Madrasah Aliyah Salafiyah Syafi’iyah, pertama merupakan program jangka panjang pengurus Yayasan Pendidikan Islam Salafiyah Syafi’iyah pada waktu itu untuk mengembangkan lembaga-lembaga pendidikan dilingkungan yayasan, kemudian yang kedua pada saat yang sama ada tuntutan masyarakat yang menghendaki pendirian Madrasah Aliyah
dilingkungan Yayasan Pendidikan Islam Salafiyah
Syafi’iayah karena makin banyak alumni Madrasah Tsanawiyah yang menginginkan melanjutkan belajar ke Madrasah Aliyah atau ke sekolah lanjutan berikutnya, namun pada saat itu mereka tidak menemukan madrasah atau sekolah yang memiliki relefansi dengan prinsip-prinsip pendidikan dasardasar ilmu pengetahuan yang mereka peroleh di Madrasah Salafiyah Syafi’iyah, khususnya pada disiplin ilmu keagamaan yang bersumber pada kitab-kitab kuning. Madrasah Aliyah Salafiyah Syafi’iyah sampai saat ini selalu melakukan pembenahan yang mengarah pada upaya pengembangan dan peningkatan kualitas pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari keberhasilan siswa-
54
siswinya dalam mencapai prestasi yang memuaskan pada saat mengikuti Ujian Akhir Nasional. Dan pada tahun 2000 Madrasah Aliyah Salafiyah Syafi’iyah berhasil memperoleh status “DIAKUI” dengan Nomor : E.IV/PP.03.2/KEP/56/2000, An Direktur Jenderal Pembinaan Perguruan Agama I, dan terakhir pada tanggal 09 November 2010 Madrasah Aliyah Salafiyah Syafi’iyah Proto “Terakreditasi B” dengan No : MA005305 oleh BAN-SM Provinsi Jawa Tengah.1 Visi Madrasah Aliyah Salafiyah Syafi’iyah Proto “Iman dan Taqwa sebagai dasar peningkatan prestasi dan prestise”. Misi MadrasahAliyah Salafiyah Syafi’iyah Proto 1) Menghasilkan siswa yang berprestasi dibidang IPTEK, dengan dasar aqidah ahlak yang kuat. 2) Meningkatkan pengamalan ajaran islam ahlussunnah waljama’ah dalam kehidupan sehari-hari. 3) Mewujudkan kesehatan jasmani dan rohani, kesadaran untuk mandiri dan kreatif dalam belajar dan bermasyarakat serta munculnya kesadaran bertanggung jawab.
1
Dokumentasi MA Salafiyah Syafi’iyah Proto tahun 2015 dikutip Hari Rabu 27 Oktober 2015, Pukul 10.00 WIB.
55
4) Mengembangkan sikap suka belajar untuk mengembangkan bakat dan minat profesi dan organisasi, guna mencapai Kembangaan MASS Proto.
2. Letak Geografis Yang dimaksud letak georafis disini adalah daerah atau tempat dimana MA SS Proto Kedungwuni Pekalongan berada dan melangsungkan kegiatan sebagai lembaga pendidikan tingkat atas yang berciri khas agama islam. Madrasah Aliyah Salafiyah Syafi’iyah Proto ini berlokasi di Dukuh Karangasem Proto Kedungwuni ini memiliki luas tanah 8.200 meter persegi, yang bangunan seluruhnya permanen dan berpagar tembok keleling, sedangkan depan menggunakan terali besi berpintu 3. Keadaan Guru, Karyawan dan Siswa Berikut ini adalah data-data guru/karyawan Madrasah Aliyah Salafiyah Syafi’iyah Proto.
56
Tabel. 1 DATA PERSONALIA GURU/KARYAWAN MADRASAH ALIYAH SALAFIYAH SYAFI’IYAH PROTO TAHUN PELAJARAN 2013/20142
JABA NO
NAMA
TAN
L/P
PENDI DIKAN
THN MULAI TUGAS
1
Misbahuddin, S.Ag
L
KAMAD
S1
07/08/2014
2
Drs. H. Abdul Basith
L
GT
S1
15/07/1993
3
Dra. Uswatun Hasanah
P
GT
S1
15/07/1993
4
Mufid Arifin, BA
L
GTT
D3
15/07/1993
5
Ali Husnan, BA
L
GTT
D3
15/07/1993
6
Ahmad Shodiq, SQ
L
GTT
S1
15/07/1995
7
Neneng Rodhiah, S.Pd
P
GTT
S1
15/07/1998
P
GTT
S2
15/07/1993
Dra. Hj. Nur Khafifah, 8
M.Hum
2
Dokumentasi MA Salafiyah Syafi’iyah Proto Tahun 2015, dikutip Hari Rabu 27 Oktober 2015, Pukul 10.00 WIB.
57
9
Nur Laela, S.Pd
P
GT
S1
20/01/2007
10
Misbahuddin, S.Ag
L
GT
S1
10/10/2007
11
Muh. Badrudin, S.Pd
L
GT
S1
10/10/2007
12
Siti Kholifah, S.Pd
P
GT
S1
20/10/2007
13
Nur Khamim
L
GTT
MA
15/07/2003
14
Drs. Agus Toha
L
GTT
S1
15/07/2003
15
HM. Sarono Efendi
L
GTT
MA
15/07/2005
16
Drs. Suhartono
L
GTT
S1
15/07/2006
17
M. Rofiq, S.Pd
L
GTT
S1
15/07/2007
18
M. Zam Zami, A.Md
L
GTT
S1
15/07/2009
19
Mukhtar Khudlori
L
GTT
S1
15/07/2009
20
Teguh Setiawan, S.Pd
L
GTT
S1
15/07/2010
21
Drs. H. Mustofa, M.Ag
L
GT
S2
8/8/1983
22
Dra. Jamiul Malatifah
P
GT
S1
4/12/1994
23
Ahmad Muhaimin, S.Pd.I
L
GTT
S1
15/07/2011
24
M. Fatqon, SE
L
GTT
S1
15/07/2012
25
Lilis Husniyatin, S.Pd
P
GTT
S1
15/07/2012
26
Muhammad Mufid, M.Pd.I L
GTT
S1
15/07/2013
27
M. Risqi, S.Si
GTT
S1
15/07/2013
L
58
28
Nailis Zuhad, S.Pd.I
P
GTT
S1
15/07/2013
29
Nur Fikri Nahari Fasy
L
GTT
S1
15/07/2013
30
Yustiawati, S.Pd
L
GTT
S1
15/07/2014
31
Nur Khamim
L
GTT
S1
15/07/2003
31
Mas'adah
P
Ka.TU
MA
15/07/2000
32
Mutiyah, S.Pd.I
P
TU
S1
15/07/2003
33
Abdul Shomad
L
TU
MA
15/07/2009
34
Wahidin
L
Penjaga
MA
15/07/2013
35
Zulfatin Na'imah
P
Pustakawan MA
15/07/2013
Saiful bahri
L
36
Staf TU Tukang
37
Toriqin
L
Kebun
4. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana merupakan faktor yang sangat penting dalam pendidikan agar dapat menunjang keberhasilan proses belajar mengajar. Madrasah Aliyah Salafiyah Syafi’iyah Proto merupakan salah satu unit pendidikan yang berlokasi di jalan utama Dukuh Karangasem Proto ini
59
memiliki luas bangunan 8.200 meter persegi. Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki antara lain: Tabel. 2 SARANA DAN PRASARANA MADRASAH ALIYAH SALAFIYAH SYAFI’IYAH PROTO TAHUN PELAJARAN 2013/20143
3
No
Jenis Prasarana
Jumlah Ruang
Keterangan
1
Ruang Kamad
1
Permanen
2
Ruang Kelas
11
Permanen
3
Perpustakaan
1
Permanen
4
R.Lab Komputer
1
Permanen
5
R.Guru
1
Permanen
6
R.Tata Usaha
1
Permanen
7
Tempat Beribadah
1
Permanen
8
R.UKS
1
Permanen
9
Toilet
7
Permanen
Dokumentasi MA Salafiyah Syafi’iyah Proto Tahun 2015, dikutip Hari Rabu 27 Oktober 2015, Pukul 10.00 WIB.
60
10
Kamar Mandi
3
Permanen
11
R.OSIS
1
Permanen
12
Halaman Sekolah
2
Permanen
13
Tempat Parkir
3
Permanen
5. Struktur Organisasi Untuk melancarkan semua program-program kegiatan madrasah secara fungsional perlu memiliki struktur organisasi madrasah yang baik. Dengan pengorganisasian tersebut segala kegiatan tersebut akan terarah sehingga penyimpangan dari arah tujuan yang telah diprogramkan akan dapat dihindari Untuk mengorganisasikan tugas-tugas di Madrasah Aliyah Salafiyah Syafi’iyah Proto telah tersusun struktur organisasi. Diharapkan dengan adanya struktur organisasi tersebut dalam masing-masing bidang dan urusan akan dapat memperjelas tugas dan wewenang masing-masing personal. Berikut ini bagan struktrur organisasi Madrasah Aliyah Salafiyah Syafi’iyah Proto.4
4
Dokumentasi MA Salafiyah Syafi’iyah Proto Tahun 2015, dikutip Hari Rabu 27 Oktober 2015, Pukul 10.00 WIB..
61
BAGAN STRUKTUR ORGANISASI MADRASAH ALIYAH SALAFIYAH SYAFI’IYAH PROTO LP MA’AARIF
DEPT. AGAMA
YPISS
KEPALA MADRASAH KOMITE
TATA USAHA
WAKA
WAKA
WAKA
WAKA
KURIKULUM
KESISWAAN
SARANA PRASARANA
HUMAS
WALI KELAS X
WALI KELAS XI
GURU-GURU OSIS
SISWA
WALI KELAS XII
62
B. Implementasi Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Akhlak Siswa di MA Salafiyah Syafi’iyah Proto Kedungwuni Pekalongan Pembelajaran adalah seperangkat proses atau cara yang digunakan oleh seorang guru untuk mengembangkan rencana yang baik dalam mendukung pembelajaran baik di sekolah negeri maupun di sekolah umum/swasta. Pelaksanaan pembelajaran agama Islam dalam membentuk akhlak siswa tidak hanya dilakukan oleh guru yang mengampu mata pelajaraan keagamaan saja, namun dilakukan oleh semua pihak di dalam sekolah tersebut diantaranya kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru BK, guru mata pelajaran lain, staff atau karyawan, serta pihak lain saling bekjerja sama dalam membentuk akhlak siswa guna menjadikan akhlak para siswa menjadi lebih baik lagi. Pelaksanaan pembelajaran agama Islam dalam membentuk akhlak siswa tidak lepas dari visi dan misi sekolah yaitu ”Menghasilkan siswa yang berprestasi dan beraqidah akhlak yang kuat”. Dengan dasar visi dan misi tersebut Madrasah Aliyah Salafiyah Syafi’iyah Proto Pekalongan berupaya tidak hanya mencetak siswa yang cerdas dalam bidang IPTEK saja, melainkan juga menciptakan siswa yang berakhlakul karimah sesuai dengan akhlak Rasulullah Saw. Berdasarkan hasil wawancara, pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru PAI Madrasah Aliyah Salafiyah Syafi’iyah Proto Pekalongan dalam
63
membentuk akhlak ada dua cara, yaitu didalam kegiatan belajar mengajar dan diluar kegiatan belajar mengajar.
1. Pembentukan akhlak didalam kegiatan belajar mengajar Pembentukan akhlak siswa yang dilakukan oleh guru agama saat kegiatan belajar mengajar adalah dengan menjadikan diri sebagai model atau teladan yang baik sehingga siswa mempunyai figure yang bisa di contoh, dan di kagumi. Hai ini sesuai penuturan guru Aqidah akhlak di MA Salafiyah Syafi’iyah, Pak Abdul Basit “Pembentukan akhlak itu ya kurang lebih memberi dan menjadi contoh yang baik untuk anak-anak.”5 Hal ini dibenarkan kepala sekolah MA Salafiyah Syafi’iyah Pekalongan Bapak Misbahudin yang mengungkapkan bahwa “dalam pembelajaran, guru PAI mengintegrasikan pembentukan akhlak dalam pembelajaran, misalnya sikap jujur, pandai bersyukur, toleransi, santun, dan sebagainya.”6 Dari kedua pendapat diatas diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran agama Islam dalam membentuk akhlak siswa adalah dengan menjadi contoh atau teladan bagi para siswa dan mengintegrasikan nilai-nilai akhlak juga mengaitkan pembinaan akhlak kedalam pembelajaran, dan pengintegrasian
5
Abdul Basit, Guru Aqidah akhlak MA Salafiyah Syafi’iyah, Wawancara Pribadi, Minggu, 25 Oktober 2015, Pukul 09.00 WIB. 6 Misbahudin, Kepala Madrasah MA Salafiyah Syafi’iyah, Wawancara Pribadi, Sabtu, 10 Oktober 2015, Pukul 08.00 WIB.
64
nilai-nilai akhlak ini sudah dilakukan dan diterapkan oleh guru PAI MA Salafiyah Syafi’iyah Proto Pekalongan dalam pembelajarannya. 2. Pembentukan akhlak di luar kegiatan belajar mengajar Selanjutnya pembentukan akhlak di luar kegiatan belajar mengajar adalah dengan adanya program-program atau malalui kegiatan-kegiatan keagamaan seperti yang di tuturkan kepala madrasah Bapak Misbahudin ”di luar jam pelajaran guru
PAI bekerja sama dengan kesiswaan membuat dan melaksanakan program untuk peserta didik. Contohnya : tadarus setiap hari mulai pukul 6:45, melaksanakan PHBI, mengadakan baksos, dan shalat dhuhur berjamaah serta kegiatan ekstra kulikuler keagamaan seperti marawis”.7 Pak Abdul Basit menambahkan tentang kegiatan-kegiatan di luar jam pelajaran sebagai berikut: “Dengan pembiasaan, contohnya jama’ah, membaca Al-qur’an, berjabat tangan, memberikan salam”.8 Pendapat yang sama juga di berikan oleh Pak Agus, guru aqidah akhlak lainnya “di sini setiap pagi ada kegiatan senyum, sapa dan salam kepada guru-guru, kemudian tadarus bersama sebelum pelajaran dimulai, terus siangnya ada kegiatan sholat dhuhur berjama’ah. Jika ada siswa yang membolos nanti kan di hukum.”9
7
Misbahudin, Kepala Madrasah MA Salafiyah Syafi’iyah, Wawancara Pribadi, Sabtu 10 Oktober 2015, Pukul 08.00 WIB. 8 Abdul Basit, Guru Aqidah akhlak MA Salafiyah Syafi’iyah, Wawancara Pribadi, Minggu 25 Oktober 2015, Pukul 09.00 WIB. 9 Agus Toha, Guru Aqidah akhlak MA Salafiyah Syafi’iyah, Wawancara Pribadi, Minggu 25 Oktober 2015, Pukul 10.00 WIB.
65
Dari ketiga pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran agama Islam dalam membentuk akhlak siswa tidak hanya berlangsung pada kegiatan belajar mengajar saja, namun juga diluar jam belajar mengajar yaitu dalam program dan kegiatan keagmaan lainnya, seperti tadarrus al-qur’an sebelum kegiatan belajar dimulai, perayaan hari besar Islam, ekstrakulikuler marawis yang di gemari siswa, kegiatan bersih-bersih dan juga pembiasaan senyum, sapa dan salam untuk memupuk sikap sopan santun dalam diri siswa. Setelah mengetahui pelaksanaan pembelajaran agama Islam dalam membentuk akhlak siswa, perlu kita ketahui juga tujuan dan materi pembentukan akhlak serta metode yang digunakan guru PAI dalam pembentukan akhlak di MA Salafiyah Syafi’iyah Proto Pekalongan. 1. Tujuan pembentukan akhlak siswa di MA Salafiyah Syafi’iyah Proto Pekalongan Secara umum tujuan pembentukan akhlak siswa di sekolah adalah untuk mengurangi pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh siswa agar tidak berpengaruh terhadap siswa lain serta menciptakan akhlakul karimah dalam diri siswa. Begitu juga dengan tujuan MA Salafiyah Syafi’iyah Proto Pekalongan yang dipaparkan oleh Bapak Misbahudin “tujuan pembentukan
66
akhlak adalah untuk menjadikan generasi muda berperilaku yang santun, yang bisa meneladani akhlak Rosulullah saw.”10 Sedangkan Pak Abdul Basit menuturkan tujuan pembentukan akhlak yaitu: “merubah perilaku anak khususnya mereka yang memang kurang atau tidak pas atau melanggar etika agama agar mereka menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya dan mengarahkan mereka untuk bisa lebih dewasa sehingga bisa bijaksana terhadap tingkah laku mereka di masa depan”.11 Pak Agus juga menambahkan bahwa “tujuan membentuk akhlak anak ataupun karakter anak kita dari yang tidak baik menjadi baik, paling tidak meniru akhlak Rasulullah.”12 Dari ketiganya, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari membentuk akhlak siswa adalah untuk menjadikan generasi muda menjadi generasi yang sopan santun, berakhlaqul karimah sesuai ajaran Nabi saw yang telah tercantum dalam Al-qur’an hadits. 2. Materi pembelajaran akhlak siswa di MA Salafiyah Syafi’iyah Proto Pekalongan Untuk materi pembentukan akhlak di MA Salafiyah Syafi’iyah Proto Pekalongan, ada pelajaran yang berisi tentang akhlak, yaitu Aqidah akhlak. 10
Misbahudin, Kepala Madrasah MA Salafiyah Syafi’iyah, Wawancara Pribadi, Sabtu 10 Oktober 2015, Pukul 08.00 WIB. 11 Abdul Basit, Guru Aqidah akhlak MA Salafiyah Syafi’iyah, Wawancara Pribadi, Minggu 25 Oktober 2015, Pukul 09.00 WIB. 12 Agus Toha, Guru Aqidah akhlak MA Salafiyah Syafi’iyah, Wawancara Pribadi, Minggu 25 Oktober 2015, Pukul 10.00 WIB.
67
Seperti yang kita ketahui bahwa Madrasah Aliyah yang notabene sekolahan swasta dimana mata pelajaran keagamaan sangat diutamakan dan di pecahpecah kedalam beberapa materi pelajaran diantaranya Sejarah Kebudayaan Islam, Al-qur’an Hadits, Fiqih, Aqidah akhlak dan masih ada beberapa lainnya. Seperti yang diungkapkan kepala sekolah bahwa guru pengampu mengintegrasikan pembinaan akhlak dan mengaitkan nilai-nilai akhlak kedalam pembelajaran”.13 Disini guru PAI memasukkan nilai-nilai pendidikan akhlak kedalam materi yang disampaikan pada kegiatan belajar mengajar dikelas. Tidak hanya guru Aqidah akhlak saja, melainkan semua guru PAI yang mengampu mata pelajaran lain, dan juga guru-guru lainnya yang mengampu mata pelajaran umum juga menerapkan nilai-nilai akhlak dalam setiap pembelajaran berlangsung. Didalam menyampaikan materi pembentukan akhlak, Pak Abdul Basit mengacu pada kurikulum yang digunakan. Kemudian dalam setiap pembahasan, Pak Abdul Basit akan memberikan contoh dan kisah-kisah inspiratif agar siswa dapat meneladaninya. Begitu juga dengan cara Pak Agus yang mencerminkan akhlakul karimah dalam kedisplinan beribadah: kedisiplinan ibadah misalnya kedisiplinan para siswa dalam melaksanakan shalat lima waktu atau ibadah sehari-harinya. Kalau mereka sudah melaksanakan shalat lima waktu dengan tidak bolongbolong, Insya Allah apa yang diinginkan orang tua dan guru tercapai, 13
Misbahudin, Kepala Madrasah MA Salafiyah Syafi’iyah, Wawancara Pribadi, Sabtu 10 Oktober 2015, Pukul 08.00 WIB.
68
karna kalau anak itu shalatnya sudah tertib sudah disiplin, dia tidak akan berbohong, dia selalu dimana saja merasa ada yang mengawasi. Karena dia sudah terlatih melalui shalat itu tadi. Saya cenderung memprioritaskan pembinaan akhlak itu lewat shalat 5 waktu sebagai bentuk tanggung jawab dari anak-anak.14 Dari pernyataan Pak Agus diatas dapat disimpulkan bahwa dalam materi pembinaan akhlak melalui shalat lima waktu, siswa dilatih kedisiplinan, selain itu untuk melatih siswa dalam memenuhi kewajibannya beribadah dalam kehidupan sehari-hari. Rif’atin, salah satu siswa kelas XI mengatakan bahwa “khusus akhlak kan biasanya pelajaran Aqidah Akhlak itu materinya tentang sifat-sifat terpuji, biasanya anak-anak disuruh membaca buku LKS dulu, terus dijelaskan lagi sama gurunya mbak. Terus pelajaran yang lain juga selalu dikaitkan dengan cerminan akhlak terpuji juga.”15 Dari hasil wawancara diatas materi pembelajaran akhlak di MA Salafiyah Syafi’iyah Proto Pekalongan meliputi: kedisiplinan, ketauladanan rosul, sifat-sifat terpuji, ibadah harian dan hubungan sosial dengan sesama manusia yang mana materi tersebut dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar berlangsung.
14
Agus Toha, Guru Aqidah akhlak MA Salafiyah Syafi’iyah, Wawancara Pribadi, Minggu 25 Oktober 2015, Pukul 10.00 WIB. 15 Rif’atin, Siswa Kelas XI, Wawancara Pribadi, Senin 26 Oktober 2015, Pukul 11.00 WIB.
69
3. Metode pembelajaran akhlak siswa di MA Salafiyah Syafi’iyah Proto Pekalongan Untuk metode yang dilakukan para guru dalam pembelajaran akhlak siswa di MA Salafiyah Syafi’iyah Proto Pekalongan diantaranya adalah : a. Pembiasaan Metode pembiasaan ini digunakan dengan tujuan agar siswa terbiasa melakukan hal-hal positif yang bisa memacu siswa berakhlak baik. Guru PAI menggunakan metode pembiasaan untuk menanamkan akhlak mulia kepada siswa dalam proses pembelajaran dan di luar jam pembelajaran. Penanaman akhlak mulia kepada siswa dengan kegiatan pembiasaan ini harus dimulai dari sedini mungkin dengan cara membiasakan melakukan kebiasaan baik kepada peserta didik. Seperti penuturan Pak Abdul Basit bahwa: “Dengan pembiasaan, contohnya jama’ah, membaca Al-qur’an, berjabat tangan, memberikan salam, menyapa kemudian kegiatan bersih-bersih, otomatis dengan melakukan hal seperti itu nanti kita akan dekat dengan anak, dan dengan melakukan pendekatan seperti itu anak akan tergugah, oh saya harus sholat, oh saya sama guru harus begini-begini, akhirnya anak tergugah sehingga tidak melakukan halhal yang tidak baik, karena dengan solat bisa mencegah perbuatan keji.”16 Selain itu, Pak Agus juga berpendapat sama bahwa “Pembiasaan, di sini kan setiap pagi ada kegiatan senyum, sapa dan salam kepada guru-guru, kemudian tadarus bersama sebelum pelajaran dimulai, terus siangnya ada 16
Abdul Basit, Guru Aqidah akhlak MA Salafiyah Syafi’iyah, Wawancara Pribadi, Minggu 25 Oktober 2015, Pukul 09.00 WIB.
70
kegiatan sholat dhuhur berjama’ah. Jika ada siswa yang membolos nanti kan di hukum.”17 Kegiatan pembiasan di MA Salafiyah Syafi’iyah Proto Pekalongan adalah, kegiatan senyum, sapa, salam setiap pagi, kemudian tadarrus Alqur’an sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai dan kegiatan sholat dzuhur berjama’ah. b. Keteladanan Metode keteladanan merupakan metode yang sangat efektif dalam mengajarkan, mendidik, serta mengubah perilaku yang tidak atau belum baik dalam tatanan masyarakat.18 Keberadaan figur teladan menjadi faktor penting dalam proses penanaman dan pembinaan akhlak kepada peserta didik. Figur teladan diperlukan siswa untuk dapat dilihat dan dicontoh. Dari hasil wawancara kepada guru agama di MA Salafiyah Syafi’iyah Proto Pekalongan, keduanya sepakat berpendapat bahwa untuk bisa membentuk akhlak siswa mereka harus membentuk akhlak mereka terlebih dahulu, karena mereka harus menjadi teladan bagi anak-anak. Sehingga segala informasi terkait materi pelajaran ataupun nasihat-nasihat yang diberikan kepada para siswa akan mudah diterima oleh mereka karena sosok mereka yang di kagumi akan kepribadiannya.
17
Agus Toha, Guru Aqidah akhlak MA Salafiyah Syafi’iyah, Wawancara Pribadi, Minggu 25 Oktober 2015, Pukul 10.00 WIB. 18 Amirulloh Syarbini, Buku Pintar Pendidikan Karakter (Bandung : Prima Pustaka, 2012). hlm.55
71
Jadi dapat disimpulkan bahwa, metode keteladanan adalah metode yang penting sekali diterapkan dalam membentuk akhlak siswa di MA Salafiyah Syafi’iyah Proto Pekalongan. Metode ini diyakini ampuh, karena berdasarkan ajaran Nabi yang memerintahkan untuk meniru akhlak Nabi dan menjadikan dirinya sebagai contoh untuk generasi dibawahnya agar terbentuk akhlak yang semakin sholeh dan sholihah. Dari hasil observasi yang dilakukan, contoh keteladanan guru yang tercermin di MA Salafiyah Syafi’iyah Proto Pekalongan adalah, guru selalu datang lebih awal kemudian menunggu didepan menyambut para siswa datang, Dalam hal lain guru MA Salafiyah Syafi’iyah Proto Pekalongan terlebih dulu menyapa siswa.19 Hal ini dimaksudkan agar siswa bisa mencontoh gurunya untuk datang lebih awal dan supaya bisa memberikan contoh kepada siswa untuk saling menyapa baik dengan guru ataupun temannya. Selain itu juga mencotohkan untuk bertutur kata yang halus dan sopan juga tingkah laku yang sopan santun. c. Nasihat Al-Qur’an juga menggunakan kalimat-kalimat yang menyentuh hati untuk mengarahkan manusia kepada ide yang dikehendakinya, inilah yang dikenal dengan nasihat. Setiap nasihat yang disampaikan ini selalu diikuti dengan teladan dari pemberi atau penyampai nasihat itu. Ini menunjukkan
19
Observasi di MA Salafiyah Syafi’iyah Proto, Sabtu 10 Oktober 2015.
72
bahwa antara satu metode yaitu nasihat dengan metode lain yang dalam hal ini keteladanan bersifat melengkapi. Metode nasihat digunakan juga dalam membentuk akhlak siswa, bahkan nasihat termasuk metode yang sangat mendominasi dari sekian metode yang di pakai oleh guru. Seperti yang dipaparkan Pak Agus “dengan menasehati mereka saat pelajaran, kita kasih wejangan-wejangan seperti itu mbak. Atau kalo yang anak perempuan saya kadang mencoba mendekati mereka, jadi kadang mereka bisa curhat pada saya, dengan begitu kan nanti bisa diketahui permasalahan yang tengah mereka hadapi atau isu-isu apa saja yang sedang terjadi di kalangan para siswa, kita bisa tahu kemudian nanti bisa di diskusikan sama guru BK jika perlu di tangani lebih lanjut lagi.”20 Alya, siswi kelas X menuturkan bahwa biasanya guru “menasehati, memperingatkan, membimbing, mengajak cerita atau sharing ketika siswa mempunyai masalah dengan guru.”21 Selain itu Yazid juga menambahkan “dengan nasihat, terus teguran kalau ada yang melakukan pelanggaran, juga teladan-teladan dari tokohtokoh agama dan juga Nabi.”22
20
Agus Toha, Guru Aqidah akhlak MA Salafiyah Syafi’iyah, Wawancara Pribadi, Minggu 25 Oktober 2015, Pukul 10.00 WIB 21 Alya, Siswa Kelas X, Wawancara Pribadi, Senin 26 Oktober 2015, Pukul 10.00 WIB. 22 Yazid, Siswa Kelas XI, Wawancara Pribadi, Senin 26 Oktober 2015, Pukul 11.00 WIB.
73
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa metode nasihat sangat mendominasi dalam pembelajaran akhlak, tidak hanya guru PAI saja, tetapi juga semua guru dan pihak sekolah akan menasehati siswanya baik nasihat sebagai keteladanan ataupun nasihat yang mengindikasikan teguran, baik secara perseorangan atau melibatkan seluruh siswa. Metode nasihat ini juga tidak hanya berlaku saat kegiatan belajar di kelas saja, tapi bisa terjadi dimana saja dan kapan saja. Seperti saat upacara, konseling guru BK, kegiatan keagamaan (Isra’ Mi’raj, Maulid Nabi, Pesantren kilat), dan kegiatan lainnya. d. Pendekatan Metode pendekatan yang dilakukan oleh guru dalam pembentukan akhlak siswa yaitu dengan mendekati siswa baik siswa yang bermasalah ataupun tidak. Dengan maksud agar tercipta kedekatan antara guru dan murid dan untuk mencari tahu perkembangan pergaulan dari para siswa tersebut. Kemudian untuk siswa
yang mempunyai permasalahan,
pendekatan bertujuan untuk mencari tahu penyebab dan memberikan solusi serta menyelesaikan masalah yang ditimbulkan dan yang disebabkan oleh ulah atau kesalahan siswa. Pak Abdul Basit menuturkan “dengan pendekatan kepada kelompokkelompok siswa itu. Biasanya kan mereka suka ngegerombol ya mbak, saya kadang suka ikut nimbrung aja untuk mencari tahu masalah-masalah yang
74
tengah mereka hadapi. Kalau kita menjadi seperti teman bagi mereka kan lebih mudah untuk mengorek keadaan psikis mereka.”23 Hal yang sama juga dilakukan oleh Pak Agus, “terutama anak perempuan, saya kadang mencoba mendekati mereka, jadi kadang mereka bisa curhat pada saya, dengan begitu kan nanti bisa diketahui permasalahan yang tengah mereka hadapi atau isu-isu apa saja yang sedang terjadi di kalangan para siswa, kita bisa tahu kemudian nanti bisa di diskusikan sama guru BK jika perlu di tangani lebih lanjut lagi.”24 Pendapat diatas dibenarkan oleh salah satau siswa kelas XII Muttaqin, “kalau di luar jam pelajaran ya saya lihat kadang Pak Abdul itu suka ikut gabung sama anak-anak ngajakin bercanda tapi nanti kita semua di nasehati, kalau ketahuan ada yang nakal ya di tegur.”25 Dari hasil wawancara diatas, dapat disimpulkan bahwa metode pendekatan digunakan dalam pembentukan akhlak siswa di MA Salafiyah Syafi’iyah Proto Pekalongan. Metode ini lebih efektif dan mampu mendekatkan siswa kepada gurunya agar tidak timbul jarak dalam proses pembentukan akhlak.
23
Abdul Basit, Guru Aqidah akhlak MA Salafiyah Syafi’iyah, Wawancara Pribadi, Minggu 25 Oktober 2015, Pukul 09.00 WIB 24 Agus Toha, Guru Aqidah akhlak MA Salafiyah Syafi’iyah, Wawancara Pribadi, Minggu 25 Oktober 2015, Pukul 10.00 WIB 25 Muttaqin, Siswa Kelas XII, Wawancara Pribadi, Senin 26 Oktober 2015, Pukul 09.00 WIB.
75
C. Pencapaian Keberhasilan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islamdi MA Salafiyah Syafi’iyah Proto Kedungwuni Pekalongan Dalam sebuah pembelajaran harus ada keberhasilan yang harus dicapai, baik pencapaian dalam hal akademik ataupun non akademik, apalagi pencapaian keberhasilan pembentukan akhlak siswa. Tidak hanya dilihat secara akademik saja, tapi juga secara psikis para siswa. Apakah para siswa tersebut mengalami perubahan akhlak yang lebih bagus lagi atau justru semakin tidak baik. Berdasarkan penuturan kepala sekolah, Bapak Misbahudin mengatakan bahwa “Rata – rata untuk pencapaian keberhasilan secara akademik pada mata pelajaran pendidikan agama Islam khususnya seperti Aqidah, Akhlak, Qur’an Hadits cukup memuaskan. Sebagian besar siswa-siswi mampu memperoleh nilai lebih dari SKKM yang ditentukan. Karena MA Proto ini kan berbasis pondok mbak, dan siswa-siswinya banyak didominasi dari para santri yang mondok sehingga mereka sudah banyak di gembleng dalam bidang keagamaan. Dan siswa-siswi yang tidak mondok pun kebanyakan dari mereka juga lulusan MTS, jadi tidak kajok, sudah banyak bekal untuk pelajaran agama yang banyak.”26 Pendapat ini juga diperkuat oleh kedua guru yang mengampu mata pelajaran aqidah akhlak yaitu Pak Agus dan Pak Abdul Basit yang menyatakan bahwa pencapaian secara akademik para siswa sangat memuaskan karena mereka
26
Misbahudin, Kepala Madrasah MA Salafiyah Syafi’iyah, Wawancara Pribadi, Sabtu 10 Oktober 2015, Pukul 08.00 WIB.
76
berhasil memenuhi standar nilai (SKKM) yang telah ditentukan oleh pihak sekolah. Bahkan banyak siswa yang mendapat nilai tinggi. Dari pengakuan para siswa yang di wawancarapun mengaku bahwa mereka mendapat nilai yang bagus untuk mata pelajaran keagamaan, seperti yang dikatakan Rif’atin “Alhamdulillah bagus mbak, niali-nilai saya Alhamdulillah diatas KKM terus, temen-temen lain juga, paling kalau yang rendah itu ya bahasa arab untuk jenis mapel keagamaan itu.”27 Begitu
pula
Alya
yang
menambahkan
bahwa
“bagus-bagus
Alhamdulillah, soalnya disini kan pondokan mbak, jadi pelajaran agama itu lebih banyak digemblengnya”28 Selain mereka berdua, Muttaqin juga mengatakan “rata-rata bagus ya mbak mencapai KKM.”29 Yang juga di benarkan oleh Yazid “Alhamdulillah bagus-bagus mbak, kalaupun ada yang jelek itu bahasa arab, hehe.”30 Dari beberapa pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa pencapaian siswa dari segi akademik dapat dikatakan berhasil. Kemudian untuk pencapaian keberhasilan akhlak dari segi perilaku yang tercermin dari siswa, menurut kepala madrasah pada dasarnya akhlak para siswa dari awal masuk memang tidak ada yang masuk dalam kategori tidak baik seperti anak-anak remaja yang urakan. Menurut beliau, dengan pembelajaran akhlak
27
Rif’atin, Siswa Kelas XI, Wawancara Pribadi, Senin 26 Oktober 2015, Pukul 11.00 WIB. Alya, Siswa Kelas X, Wawancara Pribadi, Senin 26 Oktober 2015, Pukul 10.00 WIB. 29 Muttaqin, Siswa Kelas XII, Wawancara Pribadi, Senin 26 Oktober 2015, Pukul 09.00 WIB 30 Yazid, Siswa Kelas XI, Wawancara Pribadi, Senin 26 Oktober 2015, Pukul 11.00 WIB. 28
77
yang di lakukan oleh para guru dan dari berbagai pihak tersebut membawa pengaruh yang baik, “seperti anak semakin disiplin, hampir tidak ada siswa yang terlambat mengikuti pembelajaran jam pertama, melaksanakan ibadah dengan rajin (Tadarus Al-qur’an dan Shalat Berjama’ah), dan siswa lebih santun, toleransi, dan peduli.”31 Pendapat yang sama juga di ungkapkan oleh Pak Abdul Basit, “perilaku para siswa juga tergolong baik, nggak ada yang sampai kurang ajar sama guru. Senakal-nakalnya mereka masih menjaga sopan santun kalau sama guru.”32 Pencapaian keberhasilan ini tidak lepas dari lingkungan madrasah yang juga merupakan pondok pesntren sehingga mereka memiliki bekal ilmu agama yang cukup dalam..Sehingga anak-anak sudah terbekali ilmu agama dengan sangat baik. Karena faktor itulah, tidak begitu sulit bagi pihak sekolah untuk membentuk akhlak siswa, karena hanya tinggal meneruskan apa yang para siswa peroleh di dalam pondok pesantren.
31
Misbahudin, Kepala Madrasah MA Salafiyah Syafi’iyah, Wawancara Pribadi, Sabtu 10 Oktober 2015, Pukul 08.00 WIB. 32
Abdul Basit, Guru Aqidah akhlak MA Salafiyah Syafi’iyah, Wawancara Pribadi, Minggu 25 Oktober 2015, Pukul 09.00 WIB.
78
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembentukan Akhlak Siswa di MA Salafiyah Syafi’iyah Proto Kedungwuni Pekalongan 1. Faktor Pendukung Pembentukan Akhlak Siswa di MA Salafiyah Syafi’iyah Proto Pekalongan Berbagai cara pembelajaran untuk membentuk akhlak siswa di Salafiyah Syafi’iyah
Proto Pekalongan tidak terlepas dari beberapa faktor
pendukung. Karena faktor pendukung inilah proses pembentukan akhlak siswa di Salafiyah Syafi’iyah Proto Pekalongan berjalan dengan baik. Pak Abdul Basit menuturkan bahwa : Karna kita sebagai guru agama jadi merasa punya kewajiban dan tanggung jawab yang lebih besar untuk membentuk akhlak siswa jadi lebih baik lagi.Jadi manurut saya faktor pendukung yang paling utama adalah obyeknya yaitu siswa itu sendiri, kenapa? Karena keberhasilan kita mendidik dan mengajar kan karena kerjasama dari siswa juga. Kemudian pendukung yang lain tentu dari seluruh elemen sekolah, kepala sekolah, guru-guru mapel lain, guru BK dan semuanya. Selain itu juga faktor lingkungan dari siswa itu sendiri itu sangat berpengaruh.33 Sedangkan Pak Agus menuturkan faktor pendukung lainnya yang berpengaruh dalam membentuk akhlak siswa di MA Salafiyah Syafi’iyah Proto Pekalongan: semua atas hasil kerjasama dan kordinator semua pihak, artinya kepala sekolah memberi peraturan yang tegas, saling bantu - membantu mewujudkan komitmen dari kepala sekolah tersebut Karena ini sifatnya instansi, otomatis yang pertama kebijakan. Kebijakan sekolah 33
Abdul Basit, Guru Aqidah akhlak MA Salafiyah Syafi’iyah, Wawancara Pribadi, Minggu 25 Oktober 2015, Pukul 09.00 WIB.
79
sangat mendukung, untuk shalat berjama’ah diberikan waktu yang mendukung, kemudian untuk tadarrus, untuk jus amma juga ada sedikit pembaharuan, aktifitas- aktifitas yang terkait utk penunjangan kegiatan keagamaan yang bermuara kepada penanaman akhlak itu Alhmdulillah didukung oleh sekolah. Kemudian guru agama yang solid, sepaham dan juga sejalur, artinya ketika kita mau berbuat seperti ini didukung sepenuhnya oleh semuanya.34 Dari hasil wawancara diatas diketahui bahwa faktor pendukung yang sangat berperan penting dalam pembentukan akhlak adalah siswa yang merupakan obyek dari pembentukan akhlak, kemudian faktor pendukung utamanya sendiri adalah sekolah. Dimana sekolah menerapkan beberapa kebijakan-kebijakan dan peraturan serta kegiatan-kegiatan yang diberlakukan oleh sekolah yang merupakan cara untuk membentuk akhlak siswa. Sehingga dengan adanya kebijakan dan kegiatan serta kerjasama dari semua guru dan seluruh pihak sekolah akan mempermudah proses pembelajaran akhlak. Dengan terciptanya kerjasama dan komitmen dari seluruh warga sekolah diharapkan proses pembelajaran dan pembentukan akhlak siswa akan berhasil, sehingga dapat mewujudkan visi dan misi sekolah untuk mencetak output yang berkualitas, berprestasi dan berakhlaqul karimah.
34
Agus Toha, Guru Aqidah akhlak MA Salafiyah Syafi’iyah, Wawancara Pribadi, Minggu 25 Oktober 2015, Pukul 10.00 WIB
80
2. Faktor Penghambat Pembentukan Akhlak Siswa di Salafiyah Syafi’iyah Proto Pekalongan Selain faktor pendukung yang membantu proses pembelajaran guru PAI dalam pembentukan akhlak siswa, ada juga faktor lain yang menjadi faktor penghambat dan kendala bagi guru PAI dalam membentuk akhlak siswa MA Salafiyah Syafi’iyah Pekalongan. Seperti yang diungkapkan Pak Abdul Basit, faktor-faktor yang menghambat pembentukan akhlak siswa di MA Salafiyah Syafi’iyah Pekalongan, yaitu: “Yang paling berat yaitu faktor lingkungan anak-anak itu. Dengan siapa mereka bergaul kita kan tidak bisa memantau 24 jam. Takutnya di sekolah kelihatannya pendiam ternyata di luar sekolah berandalan karena pengaruh dari teman-temannya. Saya berharap sih orang tua mereka lebih bisa mengawasi dan menjaga pergaulan anak-anak agar tidak terjerumus dalam pergaulan yang salah, terlebih ini masa-masa SMA ya mbak, gejolak remaja dan rasa ingin tahu mereka terhadap hal-hal baru itu kan luar biasa besarnya. Kalau tidak ada yang mengontrol bisa lepas nanti.”35 Kemudian Pak Agus menambahkan faktor penghambat lainnya adalah : “Menurut saya masalah pergaulan dan kurangnya kesadaran orang tua untuk mengawasi anaknya, pergaulan anak muda jaman sekarang kan sangat mengerikan sekali perkembangannya, karena hal ini sudah seharusnya pihak sekolah dan orang tua saling bekerjasama mengawasi anak-anak. Namun kan prakteknya para orang tua itu kebanyakan kurang memberi perhatian dan pengertian kepada anak-anak mereka. Pola pikir yang beranggapan pokoknya sudah menitipkan anaknya di sekolah itu mereka menganggap itu sudah cukup. Padahal kan kita sebagai guru hanya setengah hari saja bisa bersama anakanak, selebihnya kembali ke orang tua masing-masing. ketika ada pembinaan dengan wali murid pun kan mereka menjawabnya dengan alsan sibuk bekerja, hal ini yang sangat kami sayangkan mbak.”36 35
Abdul Basit, Guru Aqidah akhlak MA Salafiyah Syafi’iyah, Wawancara Pribadi, Minggu 25 Oktober 2015, Pukul 09.00 WIB. 36 Agus Toha, Guru Aqidah akhlak MA Salafiyah Syafi’iyah, Wawancara Pribadi, Minggu 25 Oktober 2015, Pukul 10.00 WIB.
81
Dari transkrip wawancara diatas, dapat disimpulkan bahwa lingkungan dan pergaulan anak yang menjadi faktor penghambat ataupun kendala dalam proses pembentukan akhlak siswa. Selain itu kurangnya kesadaran orang tua untuk memberi perhatian dan pengawasan kepada anak-anaknya juga menjadi penghambat keberhasilan proses pembentukan akhlak, karena tanpa adanya kerjasama yang baik dari pihak sekolah dengan wali murid maka tidak akan maksimal pembelajaran akhlak tersebut. Kemudian kurangnya kesadaran siswa untuk berbuat baik, mematuhi peraturan dan tata tertib sekolah juga menjadi kendala dalam pembentukan akhlak di sekolah. Untuk itu pembentukan akhlak memang sudah seharusnya menjadi point penting yang harus tetap menjadi prioritas sekolah sebagai lembaga pendidikan dalam menciptakan siswa yang bukan hanya cerdas secara intelektual saja, akan tetapi juga cerdas emosional dan spiritualnya.