BAB II MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK DAN KESALEHAN SOSIAL
A. Mata Pelajaran Akidah Akhlak 1. Pengertian Mata Pelajaran Akidah Akhlak Pengertian Aqidah Akhlak terdiri dari dua kata yaitu aqidah dan akhlak yang mempunyai pengertian terpisah. a. Aqidah Aqidah berasal dari kata aqaid, bentuk jamak dari aqidah yang berarti kepercayaan atau keyakinan. 1 Menurut istilah, akidah Islam adalah ajaran tentang kepercayaan yang teguh terhadap ajaran Islam yang meliputi kemahaesaan Allah Swt (tauhid) dan segala ajaran-Nya, yang tercakup dalam enam rukun iman, yaitu iman kepada Allah Swt, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari akhir dan kepada qadha dan qadar baik buruk keduanya dari Allah Swt.2 Pengertian akidah secara terminologi (istilah) juga dikemukakan oleh para ahli diantaranya: Menurut imam Al Ghazali menyatakan, apabila akidah telah tumbuh pada jiwa seorang muslim, maka tertanamlah dalam jiwanya rasa bahwa hanya Allah sajalah yang paling berkuasa, segala wujud yang ada 1
Anton M, Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), hlm.
772. 2
Junaidi Hidayat, Ayo Memahami Akidah dan Akhlak, (Jakarta: Erlangga 2009), hlm. 2.
20
21
ini hanyalah mahluk belaka. Jadi, berakidah Islam berarti percaya dan yakin secara teguh terhadap ajaran yang meliputi enam rukun iman. Menurut Muhammad Naim Yasin akidah berarti pula keimanan yang terdiri tiga unsur yaitu pengikraran dengan lisan, pembenaran dengan hati dan pengamalan dengan anggota badan. Dari pengertian diatas diketahui bahwa iman terdiri dari ucapan (lidah, pembenaran dalam hati) dan amal perbuatan. Firman Allah dalam surat Thoha ayat 112:
Artinya: “Dan barang siapa mengerjakan amal-amal yang saleh dan ia dalam keadaan beriman, maka ia tidak khawatir akan perlakuan yang tidak adil (terhadapnya) dan tidak pula akan pengurangan haknya” (QS. Thoha: 112) Keimanan dan kepercayaan akan timbul karena dalil aqli, sesuatu yang dapat diterima akal yang sehat, misalnya melihat bintang, bulan, matahari, bumi, langit, siang, malam, tumbuh-tumbuhan, binatang, manusia, angin, hujan dan seluruh isi alam menjadi dalil yang kuat bahwa alam ini ada penciptanya. Dia menghidupkan, mengatur, dan mengurus ciptaan-Nya. Keimanan juga dapat tumbuh dengan adanya dalil naqli yang menyeru manusia untuk beriman kepada keesaan Allah Swt. Dan faktor hidayah (petunjuk) dari Allah sangat menentukan keimanan seseorang.
22
Firman Allah:
Artinya: “Sesungguhnya engakau tidak akan memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi. Tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya” (QS. al Qashash: 56) Iman akan selalu bertambah dengan adanya ketaatan dan akan selalu berkurang dengan adanya kemaksiatan. Kemantapan iman dapat diperoleh dengan menanamkan kalimat tauhid La ila ha iIla al-Allah. Al Maududi mengemukakan beberapa pengaruh kalimat tauhid dalam kehidupan manusia diantaranya: 1) Manusia percaya kalimat tauhid ini tidak mungkin berpandangan sempit dan berakal pendek 2) Keimanan ini mengangkat manusia ke derajat yang paling tinggi dalam harkatnya sebagai manusia 3) Keimanan mengalirkan kesederhanaan dan kesahajaan. 3 Dalam pelajaran Akidah dipelajari tentang keesaan Allah SWT, berarti pula tentang keimanan. Keimanan kepada wujud dan keesaan Allah menjadi prinsip pokok dalam agama Islam. Tanpa beriman orang tidak dianggap beragama.
3
hlm. 98
Asmaran AS, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1994), cet. Ke-2,
23
b. Akhlak Menurut bahasa (etimologi) perkataan akhlak ialah bentuk jamak dari khuluq (khuluqun) yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.4 Menurut Imam Al Ghazali mengemukakan definisi akhlak yaitu “Suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan
dengan
mudah
dengan
tidak
memerlukan
pertimbangan pikiran (lebih dahulu)”5 Menurut al Ghazali akhlak mempunyai tiga dimensi: 1) Dimensi diri, yakni orang dengan dirinya dan Tuhannya sepert ibadah dan sholat. 2) Dimensi Sosial, yakni masyarakat, pemerintah dan pergaulanya dengan sesamanya. 3) Dimensi metafisis, yakni akidah dan pegangan dasarnya. Al Ghazali juga menyatakan “Jika sikap itu yang darinya lahir perbuatan baik dan terpuji, baik dari segi akal, syara’, maka ia disebut akhlak yang baik dan jika yang lahir darinya perbuatan tercela, maka sikap tersebut disebut akhlak yang buruk.” Dengan demikian, akhlak itu mempunyai empat syarat: a) Perbuatan baik dan buruk b) Kesanggupan melakukannya c) Mengetahui 4
Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Alqur’an, (Jakarta: Amzah 2007), hlm.
5
Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia 1997), hlm. 12
2.
24
d) Sikap mental yang membuat jiwa cenderung kepada salah satu dan sifat tersebut, sehingga mudah melakukan yang baik atau yang buruk.6 Pada dasarnya hakekat akhlak bisa dibina dan dibentuk sebagaimana ucapan Al Ghazali yang dikutip oleh Abudin Nata dalam bukunya: “bahwa kepribadian itu pada dasarnya dapat menerima segala usaha pembentukan dan pembiasaan”.7 Sedangkan menurut Ahmad Amin yang disebut akhlak “Akhlak adalah adatul- idarah atau kehendak yang dibiasakan.” 8 Jadi kedua pengertian di atas yaitu “akidah” dan “akhlak” dapat diketahui bahwa keduanya mempunyai hubungan yang erat, karena akidah atau iman dan iman berada dalam hati. Jadi mata pelajaran akidah akhlak mengandung arti pengajaran yang membicarakan tentang keyakinan dari suatu kepercayaan dan nilai dari suatu perbuatan baik atau buruk, yang dengannya diharapkan tumbuh suatu keyakinan yang tidak dicampuri keragu-raguan serta perbuatannya dapat dikontrol oleh ajaran agama. Pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap perubahan perilaku, akhlak seseorang. Berbagai ilmu diperkenalkan agar siswa memahaminya dan dapat melakukan suatu perubahan pada dirinya. Dan pelajaran Akidah Akhlak sangat strategis
6
H. Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: CV Karya Mulia, 2005), Cet. Ke- 2. hlm. 28-
7
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo, 1996), hlm. 162 Mustofa, Ibid, hlm. 13
29 8
25
untuk di berikan agar siswa dapat bertingkah laku, bersikap terhadap sesamanya dan penciptanya (Tuhan) dengan baik. 9 Adapun pengertian mata pelajaran Akidah Akhlak sebagaimana yang tedapat Kurikulum Madrasah 2004 Mata pelajaran Akidah dan Akhlak adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengimani Allah SWT dan merealisasikanya dalam perilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman, keteladanan dan pembiasaan. Dalam kehidupan masyarakat yang majemuk dalam bidang keagamaan, pendidikan ini juga diarahkan pada peneguhan akidah di satu sisi dan peningkatan toleransi serta saling menghormati dengan pemeluk agama lain dalam rangka mewujudkan kesatuan dan persatuan bangsa.10 Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran Akidah Akhlak dengan mata pelajaran lainya merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan bahkan saling membantu dan menunjang, karena
mata
pelajaran
lainya
secara
keseluruhan
berfungsi
menyempurnakan tujuan pendidikan. Namun demikian bahwa tuntutan mata pelajaran Akidah Akhlak agak berbeda dengan yang lain, sebab materinya bukan saja untuk diketahui, dihayati dan dihafal melainkan juga harus diamalkan oleh para siswa dalam kehidupan sehari-hari. 2. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Akidah Akhlak Mata pelajaran Akidah Akhlak di madrasah Ibtidaiyah berisi pelajaran yang dapat mengarahkan kepada pencapaian kemampuan dasar peserta didik untuk dapat memahami rukun iman dengan sederhana serta pengamalan dan 9
Mustofa, Ibid hlm. 109. Depag RI, Kurikulum 2004, Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam Jakarta, hlm. 21-22 10
26
pembiasaan berakhlak Islami secara sederhana pula, untuk dapat dijadikan perilaku dalam kehidupan sehari-hari serta sebagai bekal untuk jenjang pendidikan berikutnya. Ruang lingkup mata pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Ibitidaiyah meliputi: a. Aspek Akidah (keimanan) meliputi: 1) Kalimat Thayyibah sebagai materi pembiasaan, meliputi: Laa ilaaha illallaah, basmalah, Alhamdulillah, subhanallah, Allahu akbar, ta’awwuddz, maasya Allah, assalamu’alaikum, salawat, tarji’, laa haula walaa quwwata illaa billah, dan istighfar. 2) Al-asma al husna sebagai materi pembiasaan, meliputi: al ahad, al khaliq, ar Rahman, as-Sama’I, ar Razaaq, al Mughni, al Hamid, asy Syakuur, al Qudduus, ash Shamad, al Muhaimin, al Azhiim, al Kariim, al Kabur, al Malik, al Baathin, al-Walii, al Mujiib, al Wahhab, al Aliim, azh Zhahir, ar Rasyiid, al Haadi, as Salaam, al Mu’min, al Latiif, al Baaqi, al Bashir, al Muhyi, al Mumit, al Qawii, al Hakim, al Jabbar, al Mushawwir, al Qadiim, al Ghafuur, al Afuww, ash Shabuur dan al Haliim. 3) Iman kepada Allah dengan pembuktian sederhana melalui kalimat thayyibah, al asma al husna dan pengenalan terhadap shalat lima waktu sebagai manifestasi iman kepada Allah. 4) Meyakini rukun iman (iman kepada Allah), malaikat, kitab Allah, Rosul dan hari akhir serta Qada dan Qadar Allah.
27
b. Aspek Akhlak meliputi: 1) Pembiasaan Akhlak Karimah (mahmudah) secara berurutan disajikan pada tiap semester dan jenjang kelas, yaitu disiplin, hidup bersih, ramah, sopan santun, syukur, nikmat, hidup sederhana, rendah hati, jujur, rajin, percaya diri, kasih sayang, taat, rukun, tolong menolong, hormat dan patuh, sidik, amanah, tabligh, fathanah, tanggung jawab, adil, bijaksana, teguh pendirian, dermawan, optimis, amanah dan tawakkal. 2) Menghindari akhlak tercela (madzmuzah) secara berurutan di sajikan pada tiap semester dan jenjang kelas yaitu: hidup kotor, berbicara jorok/ kasar, bohong, sombong, malas, durhaka, khianat, iri, dengki, membangkang, munafik, hasud, kikir, serakah, pesimis, putus asa, marah, fasik, murtad. 3) Aspek adab Islami, meliputi: a) Adab terhadap diri sendiri yaitu: adab mandi, tidur, buang air besar/ kecil, berbicara, meludah, berpakaian, makan minum, bersin, belajar dan bermain. b) Akhlak terhadap Allah, yaitu: adab di masjid, mengaji dan beribadah c) Adab kepada sesama, yaitu: kepada orangtua, saudara, guru, teman dan tetangga. d) Adab terhadap lingkungan, yaitu: kepada binatang, dan tumbuhan di tempat umum dan di jalan.
28
4) Aspek Kisah Teladan, meliputi: Kisah Nabi Ibrahim mencari Tuhan, Nabi Sulaiman dengan tentara semut, masa kecil nabi Muhammad SAW, Nabi Ismail, Kan’an, kelicikan saudara-saudara Nabi Yusuf as, Tsa’labah, Masitah, Ulul Azmi, Abu Lahab, Qarun, Nabi Sulaiman dan umatnya, Ashabul Kahfi, Nabi Yunus dan Nabi Ayub, materi kisah-kisah teladan ini disajikan sebagai penguat terhadap isi materi, yaitu akidah dan akhlak, sehinga tidak ditampilkan dalam Standar Kompetensi, tetapi ditampilkan dalam kompetensi dasar dan indikator.11
3. Kurikulum Mata Pelajaran Akidah Akhlak di MII Dekoro Pekalongan Kurikulum yang diterapkan di MII Dekoro Pekalongan adalah kurikulum KTSP 2007. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan di bawah ini: 1. Kurikulum Kelas V MII Dekoro Pekalongan No
1
11
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
1. Memahami kalimat thayyibah (Alhamdulilla h dan Allahu akbar), alasma al-husna (al-Wahhaab, ar-Razzaaq, al-Fattah, asy-
1.1 Mengenal Allah melalui kalimat thayyibah (Alhamdulillah dan Allahu Akbar) 1.2 Mengenal Allah melalui sifat – sifat Allah yang terkandung dalam al-asma alhusna(al-Wahhaab,
Kurikulum MII Dekoro Pekalongan
Alokasi
Rencana
Waktu
Pelaksanaan
4 X 35 Semester I menit
4 X 35 menit
29
Syakur dan alMughni) 2 3
2. Beriman pada hari kiamat 3. Membiasakan akhlak terpuji
4
4. Menghindari akhlak tercela
5
5. Memahami kalimat thayyibah (tarji’) dan alasma al-husna (al-Muhyi. AlMumiit)
6
6. Membiasakan akhlak terpuji
7
7. Menghindari akhlak tercela
ar-Razzaaq, al-Fattah, asy-Syakur dan alMughni) 2.1 Mengenal adanya hari kiamat 3.1 Membiasakan sikap optimis, qanaah dan tawakkal dalam kehidupan sehari – hari 3.2 Membiasakan akhlak yang baik ketika di tempat ibadah 4. Menghindari sifat pesimis, bergantung, serakah dan putus asa dalam kehidupan sehari – hari 5.1 Mengenal Allah melalui kalimat thayyibah (tarji’) 5.2 Mengenal Allah melalui sifat – sifat Allah yang terkandung dalam alasma al-husna (alMuhyii, al-Mumiit dan al-Baqii) 6.1 Membiasakan sikap teguh pendirian, dan dermawan dalam kehidupan sehari – hari 6.2 Membiasakan akhlak yang baik dalam hidup bertetangga dan bermasyarakat 7. Membiasakan diri untuk menghindari sifat kikir dan serakah melalui kisah Qarun
4 X 45 menit 4 X 35 menit 4 X 35 menit
4 X 35 menit
4 X 35 Semester II menit
5 X 35 menit
6 X 35 menit
30
2. Kurikulum Kelas IV MII Dekoro Pekalongan No 1
2
3
4
5
Standar Kompetensi Dasar Kompetensi 1. Mengenal 1.1 Mengenal Allah kalimat melalui kalimat thayyibah thayyibah (astaghfirulla 1.2 Mengenal Allah hal aziim) dan melalui sifat – sifat al-asma alAllah yang husna (alterkandung dalam alQawiyy, alasma al-husna (alHakim, alQawiyy, al-Hakim, alMushawwir Mushawwir dan aldan al-Qadir) Qadir) 2. Beriman 2.1 Mengenal adanya kepada Allah Qada’ dan Qadar
3. Membiasakan akhlak terpuji
3.1 Membiasakan sifat tanggung jawab, adil dan bjaksana dalam kehidupan sehari hari 4. Menghindari 4.1 Membiasakan diri akhlak tercela untuk menghindari sifat marah, fasik, murtad 5. Mengenal 5.1 Mengenal Allah kalimat melalui kalimat thayyibah thayyibah (taubah) (taubat) dan al-asma alhusna (al- 5.2 Mengenal Allah Ghafuur, ashmelalui sifat – sifat Shabuur dan Allah yang al-Haliim) terkandung dalam alasna al-husna (alGhafuur, ash-Shabuur dan al-Haliim)
Alokasi Rencana Waktu Pelaksanaan 6 X 35 Semester I menit 6 X 35 menit
6 X 35 menit (6 Jam pelajaran) 6 X 35 menit (6 Jam pelajaran) 4 X 35 menit (4 Jam pelajaran) 6 X 35 Semester II menit (6 Jam pelajaran) 8 X 35 menit (8 Jam pelajaran)
31
6
6. Membiasakan 6.1 Membiasakan akhlak terpuji sifat sabar dan taubat dalam kehidupan sehari – hari melalui kisah Nabi Ayub as dan kisah nabi Adam as 6.2 Membiasakan berakhlak baik terhadap binatang dan tumbuhan dalam hidup sehari – hari
8 X 35 menit (8 Jam pelajaran) 6 X 35 menit (6 Jam pelajaran)
4. Kegiatan Pembelajaran Mata Pelajaran Akidah Akhlak 1) Pendekatan Ada beberapa pendekatan yang dapat dijadikan acuan dalam merancang dan mengembangkan kegiatan pembelajaran Akidah Akhlak, yaitu: a) Pendekatan keimanan/ Spiritual “Pendekatan keimanan/ spiritual yaitu pembelajaran yang dikembangkan dengan mengelola rasa dan kemampuan beriman peserta didik melalui pengembangan kecerdasan spiritual (SQ) dalam menerima, menghayati, menyadari dan mengamalkan nilainilai ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari”. b) Pendekatan Pengalaman “Pendekatan pengalaman yaitu proses pembelajaran yang dikembangkan dengan paradigma pedagogik reflektif yang lebih mengutamakan aktivitas peserta didik untuk menemukan dan
32
memakai
pengalamannya
sendiri
dalam
menerima
dan
mengamalkan nilai-nilai ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. c) Pendekatan Emosional “Pendekatan emosional yaitu pembelajaran yang dikembangkan dengan mengembangkan kecerdasan emosional (EQ) peserta didik
dalam
menerima,
menghayati,
menyadari,
dan
mengamalkan nilai-nilai ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari”. d) Pendekatan Rasional “ Pendekatan rasional yaitu pembelajaran yang dikembangkan dengan memberikan peranan akal (rasio)
sesuai tingkat
perkembangan kecerdasan intelektual (IQ) peserta didik dalam menerima, menghayati, menyadari, dan mengamalkan nilai-nliai ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari”. e) Pendekatan Keteladanan “Pendekatan keteladanan yaitu pembelajaran yang dikembangkan dengan memberikan peranan figur personal sebagai perwujud nilai-nilai ajaran Islam, agar peserta didik dapat melihat, merasakan, menyadari, menerima, dan mencontohnya.” f) Pendekatan Pembiasaan “Pendekatan pembiasaan yaitu pembelajaran yang dikembangkan dengan pemberian peran terhadap konteks/ lingkungan belajar
33
dalam membangun sikap mental dan membangun masyarakat yang
Islami
sesuai
kesanggupan
peserta
didik
dalam
mengamalkan dan mewujudkan nilai-nilai ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari”. g) Pendekatan Fungsional “Pendekatan fungsional yaitu pembelajaran yang dikembangkan dengan pemberian peran terhadap kemampuan untuk menggali, menemukan, dan mewujudkan nilai fungsi tuntunan dan ajaran agama
sebagai
pedoman
hidup
dalam
menjawab
dan
memecahkan persoalan kehidupan manusia”. 2) Prinsip Pengembangan Pembelajaran Ada 10 prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran Akidah Akhlak, yaitu: a) Berpusat pada peserta didik Kegiatan pembelajaran yang meliputi materi, waktu belajar, alat belajar, dan cara penilaian perlu beragam sesuai karakteristik peserta didik. b) Belajar dengan Keteladanan dan pembiasaan Kegiatan pembelajaran tidak terputus pada pengetahuan umum, tetapi harus ditindak lanjuti pada pemberian contoh/ keteladanan dalam pengamalan, dan berlatih membiasakan diri untuk bersikap dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari”. c) Mengembangkan kemampuan sosial
34
Kegiatan pembelajaran diperlukan pengalaman langsung atau tidak langsung kaitannya dengan lingkungan sosial. d) Mengembangkan fitrah bertauhid Bimbingan peserta didik agar fitrah bertauhidnya bisa berakidah dan akhlak yang benar dan lurus. e) Mengembangkan ketrampilan memecahkan masalah Kegiatan pembelajaran dikembangkan agar peserta didik terampil dalam mengidentifikasi, mengklasifikasi, memecahkan dan mengambil keputusan secara benar dengan menggunakan prosedur ilmiah yang bersumber dari wahyu ilahi. f) Mengembangkan kreatifitas peserta didik Peserta didik diberi kesempatan dan kebebasan untuk berkreasi dalam mengembangkan dan mengaktualisasikan nilai-nliai ajaran Islam dalam kehidupan. g) Mengembangkan kepahaman penggunaan ilmu dan teknologi Memberi peluang agar peserta didik memperoleh informasi dari berbagai
sumber
belajar
dan
penggunaan
multimedia
pembelajaran. h) Menumbuhkan kesadaran sebagai warga negara yang baik Pembelajaran yang dikembangkan tidak terlepas dari membangun kepribadian dan moral peserta didik sebagai anak Indonesia. i) Belajar sepanjang hayat
35
Peserta didik dikembangkan agar memiliki kesadaran dan terus butuh belajar agama sepanjang kehidupan. j) Perpaduan kompetensi, kerja sama, dan solidaritas Memberi
kesempatan
kepada
peserta
didik
untuk
mengembangkan kemampuan bekerja sama yang memungkinkan peserta didik bekerja secara mandiri dan bekerja sama melalui lintas kompetensi. 3) Prinsip Motivasi Belajar Ada
beberapa
prinsip
yang
dapat
digunakan
untuk
membangkitkan motivasi belajar peserta didik, yaitu: a) Kebermaknaan Jika kegiatan dan materi belajar diketahui bermanfaat dan dirasakan bermakna bagi diri peserta didik, maka peserta didik akan termotivasi untuk belajar. b) Kontinuitas Penataan organisasi isi materi tidak terjadi tumpang tindih pada setiap level dan jenjang pendidikan. c) Model/ Figur/ Tokoh Peserta didik akan menghayati, menyadari, dan mencontoh pengamalan nilai-nilai Akidah Akhlak dengan baik jika guru memberi contoh dan model untuk dilihat dan ditiru. d) Komunikasi terbuka
36
Di awal pelajaran guru menyampaikan secara terbuka sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik belajar peserta didik. e) Tugas menyenangkan dan menantang Peserta didik disediakan materi untuk pengalaman dan tugas belajar yang menyenangkan sesuai dengan tingkat kemampuan berfikirnya. f) Latihan yang tepat dan aktif Memberikan kegiatan latihan sesuai kemampuan peserta didik dan peserta didik dapat berperan dapat aktif untuk mencapai kompetensi. g) Penilaian tugas Peserta didik diberi tugas yang dibagikan dalam rentang waktu yang tidak terlalu panjang dan dengan frekuensi pengulangan yang tinggi. h) Kondisi dan konsekuensi yang menyenangkan Kondisi pembelajaran dibuat menyenangkan, nyaman, dan jauh dari perilaku yang menyakitkan perasaan peserta didik. i) Keragaman pendekatan Peserta didik
diberikan kesempatan untuk
memilih dan
menggunakan berbagai pendekatan dan strategi belajar. j) Mengembangkan beragam kemampuan
37
Pengalaman belajar dikembangkan dengan berbagai kemampuan, seperti kemampuan beragama, logis, matematis, bahasa, musik dan kemampuan inter maupun intra personal. k) Melibatkan sebanyak mungkin indera Menggunakan sebanyak mungkin indera untuk berinteraksi dengan materi pelajaran. l) Keseimbangan pengaturan pengalaman belajar Peserta didik diberi kesempatan untuk membuat sesuatu refleksi penghayatan, mengungkapkan, dan mengevaluasi apa yang dipelajari. 12 4) Strategi Pembelajaran Mata Pelajaran Akidah Akhlak Mengingat belajar adalah proses bagi peserta didik dalam membangun gagasan atau pemahaman sendiri, maka kegiatan pembelajaran hendaknya memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan hal itu secara lancar dan termotivasi. Suasana belajar yang diciptakan guru harus melibatkan peserta didik secara aktif, misalnya mengamati, bertanya, menjelaskan dan sebagainya. Strategi pembelajaran berikut adalah diantara cara yang dapat digunakan oleh guru untuk dapat mengaktifkan peserta didik: a) Strategi pembelajaran untuk mengaktifkan kelompok Proses pembelajaran akan lebih efektif jika guru mengkondisikan agar setiap peserta didik terlibat secara aktif dan terjadi hubungan 12
2-11
Departemen Agama, Kegiatan Pembelajaran Aqidah Akhlak Madrasah Ibtidaiyah…hlm.
38
yang dinamis dan saling mendukung antara peserta didik satu dengan peserta didik yang lain. Berikut ini beberapa strategi pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk mengaktifkan peserta didik secara kolektif: (1) Tim Pendengar Strategi ini dimaksudkan utuk mengaktifkan seluruh peserta didik dengan membagi peserta didik secara berkelompok dan memberikan tugas yang berbeda kepada masing-masing kelompok
tersebut.
pengarahan
Tugas
agar
guru
hanya
kelompok-kelompok
memberikan tersebut
mengemukakan tugasnya dengan baik, guru juga memberikan komentar jika ada pendapat kelompok yang menyimpang terlalu jauh dari materi pembelajaran. (2) Membuat catatan terbimbing Dengan strategi ini guru memberikan satu barang yang dipersiapkan untuk mendorong peserta didik agar dapat mencatat selagi guru mengajar (3) Pembelajaran terbimbing Dalam strategi inin guru memberikan satu atau lebih pertanyaan untuk membuka palajaran. Cara ini merupakan modifikasi dari metode ceramah secara langsung. (4) Pendekatan Aktif
39
Suatu perdebatan dapat menjadi sebuah metode berharga untuk mengembangkan pemikiran dan refleksi. Ini adalah sebuah strategi untuk suatu perdebatan yang secara aktif melibatkan setiap peserta didik didalam kelas. Guru menyuruh peserta didik yang satu untuk mulai berdebat sedang peserta didik yamg lain didorong untuk mencatat debat mereka, guru juga mendorong peserta didik untuk menyambut dengan applaus terhadap argumen-argumen dari para wakil team debat. Setelah perdebatan berakhir, guru memberikan alasan tentang materi yang diperdebatkan tersebut. (5) Pertanyaan kelompok Teknik ini dapat meningkatkan kemampuan tanggung jawab peserta didik tentang apa yang mereka pelajari melalui cara yang menyenangkan. Setiap peserta didik dalam kelompok mempunyai kesempatan untuk memimpin kuis (memberikan pelajaran) dan menjawab pertanyaan. b) Strategi pembelajaran untuk mengaktifkan individu (1) Strategi dengan membaca keras Membaca dengan keras dapat membantu peserta didik memfokuskan
perhatian
secara
mental,
pertanyaan-pertanyaan dan merangsang diskusi. (2) Setiap orang adalah guru
menimbulkan
40
Ini merupakan sebuah strategi yang mudah guna memperoleh partisipasi kelas yang besar dan tanggung jawab individu. Strategi ini memberikan kesempatan kepada setiap peserta didik untuk bertindak sebagai seorang pengajar terhadap peserta didik lain. (3) Menulis pengalaman secara langsung Menulis dapat
membantu peserta didik merefleksikan
pengalaman-pengalaman yang telah mereka alami. 13
B. Kesalehan Sosial 1. Pengertian Kesalehan Sosial Kesalehan berasal dari kata shalaha yang merupakan lawan dari fasada (kerusakan). Kesalehan individu berarti berkumpulnya sifat - sifat kebaikan pada diri seseorang sehingga menyebabkan dirinya terpelihara dari kemudharatan dan kemungkaran, sedangkan kesalehan sosial menurut Anwar Sanusi adalah “Berkumpulnya nilai - nilai kebaikan yang sudah dimanifestasikan dalam bentuk sikap dan perbuatan secara merata dalam lingkungan sosial kemasyarakatan” 14 Dalam ajaran islam setiap individu dan sosial untuk menciptakan tingkat kesalehan, maka harus memelihara sifat-sifat terpuji dan akhlak
13
Departemen Agama, Kegiatan Ibtidaiyah…,hlm.31-40 14 Anwar Sanusi. Ibid., hlm. 64.
Pembelajaran
Aqidah
Akhlak
Madrasah
41
yang baik. Diantara ciri-ciri kesalehan untuk menciptakan hal tersebut yaitu:15 1.
Kebajikan yang mutlak Islam menjamin kebajikan karena Islam telah menciptakan akhlak yang luhur. Ia menjamin kebaikan yang murni untuk perorangan atau masyarakat pada setiap keadaan dan waktu bagaimanapun.
2.
Kebajikan yang menyeluruh Akhlak Islami menjamin kebaikan untuk seluruh umat manusia, baik segala zaman semua tempat mudah tidak mengandung kesulitan dan tidak mengandung perintah berat yang dikerjakan oleh umat manusia diluar kemampuannya.
3.
Kemantapan Akhlak Islamiah menjamin kebaikan yang mutlak yang sesuai pada diri manusia. Ia bersifat tetap langgeng, dan mantap, sebab memeliharanya dengan kebaikan.
4.
Kewajiban yang dipatuhi Akhlak yang bersumber dari agama Islam wajib ditaati manusia, sebab ia mempunyai daya kekuatan yang tinggi. Menguasai lahir batin dalam keadaan suka dan duka. Juga tunduk pada kekuasaan rohani yang dapat mendorong untuk tetap berpegang kepadanya.
15
http://mutawalli-wwwmutawalli.blogspot.com/2010/04/kesalehan-individual-dansosial.html. (09 April 2010). Diakses, 16 Agustus 2011.
42
5.
Pengawasan yang menyeluruh Agama Islam adalah pengawasan hati nurani dan akal sehat. Islam menghargai hati nurani bukan dijadikan tolak ukur dalam menyatakan beberapa usaha. Firman Allah Qur’an (Q.S Al-Qiamah 1- 2)
“Aku bersumpah demi hari kiamat. Dan Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri)”. (Q.S Al-Qiamah 1- 2.)
2. Wujud Perilaku Kesalehan Sosial Agama pada dasarnya merupakan upaya manusia untuk melakukan komunikasi ruhani dengan tuhan. Lebih dari itu, agama merupakan upaya manusia untuk meneladani sifat atau akhlak Tuhan sesuai kapasitas kemanusiaanya. Konsep agama ini mengandung implikasi ajaran yang lebih jauh bahwa tujuan kehidupan manusia adalah untuk beribadah, mengabdikan diri sepenuhnya kepada Allah seperti firman Allah16
Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku ( QS. Adz-Dzariyat: 56 ). 16
Thoyib I.M. dan Sugiyanto, Islam dan Pranata Sosial Kemasyarakatan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 45
43
Konsep dan cakupan ibadah dalam Islam sangatlah luas, tidak hanya mencakup hubungan dengan Allah tetapi juga mencakup hubungan dengan segenap makhluk tuhan dan tidak hanya terdiri dari ibadah ritual melainkan juga hubungan sosial dan bahkan segala wujud kehidupan duniawi manusia. Doktrin bahwa hidup harus diorientasikan untuk pengabdian kepada Allah, inilah yang menjadi isu utama manusia. Tetapi kemudian konsep agama ini memiliki arus balik kepada manusia. Agama tidak hanya berdimensi ritual - vertikal (hablun minallah), melainkan juga mencakup dimensi sosial horisontal (hablun minan nas). Agama tidak hanya mengurusi persoalan ibadah ritual (iman) untuk pembentukan kesalehan individual (private morality), akan tetapi yang terpenting dari itu adalah mewujudkan iman tersebut dalam pembentukan kesalehan sosial (social morality)- nya sebab, kesalehan individual tidak akan memiliki makna apapun, jika tidak dapat menciptakan kesalehan dalam kenyataan sosial. Itulah makna hakiki dari kehidupan beragama. Karena pada dasarnya agama memiliki peran yang sangat vital dalam membina umat manusia. Agama tidak sekedar memiliki fungsi sebagai aturan kehidupan manusia, sebaliknya agama memegang peranan yang bersifat universal. Menurut Jalaluddin agama memiliki fungsi edukasi, penyelamatan, kontrol sosial, pemupuk solidaritas, transformasi.17 Namun tugas paling besar agama adalah transformasi. Yang dimaksud transformasi adalah 17
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998), Cet. Ke- 3, hlm. 233.
44
menggerakkan dinamika ajaran agama menjadi sebuah kerja kreatif yang selalu kontekstual dengan realitas dimana agama tersebut eksis, sehingga agama tidak kehilangan maknanya dalam dimensi yang berbeda. Disamping itu agama juga perlu ditransformasikan dalam sendi – sendi kehidupan manusia. Menurut Amin Rais, seseorang yang meyakini ajaran agama (bertauhid), harus menerjemahkan keyakinan tersebut menjadi konkret dan menjadi satu budaya untuk mengembangkan amal saleh.18 Seperti dalam Al Qur’an yang menggandengkan ‘alladzina ‘amanu dengan wa ‘amilush shalihat. Manifestasi dari keimanan itu adalah amal saleh yang pada tataran pribadi, kolektif dan kepada masyarakat luas. Karena itu bisa disebut bahwa, sikap keberagamaan yang tidak melahirkan kesalehan sosial, maka akan kehilangan maknanya yang hakiki. Seperti yang dijelaskan dalam firman Allah
18
Amin Rais, Tauhid Sosial, (Bandung: Mizan, 1998), Cet. Ke 3, hlm. 41.
45
Artinya: “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan. Akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu adalah beriman kepada Allah, Hari kiamat, Malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan), dan orang yang meminta-minta dan (memerdekakan) budak, mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan orang-orang yang menepati janjinya apabila berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dalam peperangan. Mereka itulah orang yang benar (imannya) dan itulah orang-orang yang bertakwa” (QS. Al Baqarah: 177) Dalam ayat ini cukup panjang untuk menggambarkan secara utuh mengenai sifat - sifat takwa. Ada dimensi iman, amal saleh, mental yaitu sabar, ada dimensi memenuhi janji ketika berjanji, ada dimensi disiplin, etos kerja, dan lain-lain.
46
Islam adalah agama yang mempertautkan antara kedua kesalehan tersebut yaitu kesalehan yang bersifat religius individual dengan kesalehan yang bersifat sosial. Dalam Islam orang yang telah mencapai puncak kualitas keagamaan (taqwa, al-muttaqin) digambarkan sebagai, disamping memiliki kesadaran transenden (keimanan), juga memiliki komitmen sosial untuk membangun masyarakat yang saleh (good society) secara sosial, ekonomi, politik dan kulturalnya. 19 Perhatian Islam terhadap kesalehan religius - individual dan kesalehan sosial diatas juga dapat ditemukan dalam hadits20
Artinya:
ِ ْمن َكنت ي ْؤِمن ِِبهللِ والْي وِم ا )الخ ِر فَ ْليُ ْك ِرْم َج َارُه (رواه مسلم َْ َ ُ ُ َ َْ
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan tetangga (HR. Muslim: 67). Dan juga disebutkan dalam hadits
)س الْ ُم ْؤ ِم ُن الَّ ِذ ْي يَ ْشبَ ُع َو َج ُارهُ َجائِ ٌع اِلر َجْنبِ ِه (رواه البخارى َ لَْي
Artinya:
“Tidaklah
disebut
mukmin,
orang
yang
kenyang
sedangkan
tetangganya kelaparan.”(HR. al-Bukhari) Kedua riwayat diatas, menjelaskan ajaran fundamental Islam bahwa keimanan harus memberikan implikasi pada kehidupan praksis.
19
http://dkahmad.blogspot.com/2008/03/kesalehan-sosial-dalam-Islam/. (18 Maret 2008) Diakses, 15 Februari 2011. 20 Wiyadi, Membina Akidah dan Akhlak MI kelas V, (Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri), hlm. 80
47
Islam merupakan agama yang bertumpu pada hubungan erat antara manusia dengan tuhan pencipta alam semesta. Islam merupakan agama yang menuntut kita melakukan berbagai perbuatan realistis dan amal saleh yang diridhoi Allah. Islam menuntut umatnya untuk mengarahkan segala perilaku, naluri dan pola kehidupan menuju perwujudan etika dan syariat ilahiah secara nyata. Hal pokok yang menjadi landasan adalah kenyataan bahwa dunia manusia terbentuk dari ruh dan jasad yang dengan konsep yang realistis, Islam menegakkan keseimbangan antara keduanya serta antara realitas manusia yang bermasyarakat dengan tujuan syariat ilahiah yang ideal. Islam senantiasa menerjemahkan tujuan tersebut kedalam perilaku praktis yang memadukan perwujudan tuntunan alami manusia dan syariat ilahiah dalam waktu yang bersamaan. 21 Berpijak pada asumsi tersebut pendidikan Akidah Akhlak yang merupakan bagian dari integral dari pendidikan agama Islam yang menekankan pada perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik harus mengajarkan pentingnya amal saleh yang merupakan perwujudan dari iman, peserta didik harus mampu menjadi individu yang peka terhadap lingkungan, inklusif, empati terhadap sesama dan berbudi luhur atau berakhlak mulia.
21
Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah Sekolah dan Masyarakat, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), hlm. 269