BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN
3.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Ketepatan waktu dalam pelaporan keuangan diatur dalam Undang Undang No.8 Tahun 1995, dimana mewajibkan semua perusahaan yang terdaftar di Pasar Modal wajib menyampaikan laporan keuangan secara berkala kepada Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) atau sekarang dikenal Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan mengumumkannya kepada masyarakat. Hal ini menjadi sangat penting mengingat informasi yang tertuang dalam laporan keuangan yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) akan kehilangan relevansinya ketika terdapat keterlambatan dalam mempublikasi laporan keuangan auditan sebagaimana telah diatur dalam PSAK Tahun 2012 paragraf 18 mengenai Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan dimana informasi yang disajikan termasuk kebijakan akuntansi harus memenuhi relevansi, kehandalan, dapat dibandingkan (comparability) dan mudah dipahami. Laporan keuangan menjadi salah satu tools utama yang digunakan dalam pengambilan keputusan baik oleh pihak manajamen maupun pihak investor. Lamanya waktu penyelesaian audit (audit delay) dapat menimbulkan sejumlah opini (pendapat) dari kalangan stakeholders’ khususnya pemegang saham dan investor mengenai going-concern perusahaan tersebut. Dalam kaitannya dengan profitabilitas, publikasi laporan keuangan auditan yang dalam jangka waktu yang pendek dianggap perusahaan memiliki perkembangan bisnis yang baik.
53 http://digilib.mercubuana.ac.id/
54
Perkembangan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia diklasifikasikan ke dalam 9 (sembilan) sektor industri yang telah ditetapkan oleh JASICA (Jakarta Stock Exchange Industrial Classification). Hal ini menunjukkan kemajuan yang sangat pesat,
baik
dari
pertumbuhan aset maupun kepemilikan saham dan
obligasi sejak tahun 1977 sampai dengan tahun 2014. Adapun klasifikasi Emisi saham per sektor industri diklasifikasikan pada Tabel 3.1 berikut ini: Tabel 3.1 Emisi Saham per Sektor Industri Emiten Saham
Nilai (Rp Triliun)
^%
Pertanian
25
21.62
3.36
Pertambangan
22
40.12
Industri Dasar dan Kimia
71
Aneka Industri
Jenis Industri
Industri Barang dan Konsumsi Property dan Real Estate Infrastruktur, Utilitas, Transportasi Keuangan Perdagangan Jasa dan Investasi Perusahaan Publik Total:
Emiten Obligasi
Nilai (Rp Triliun
11
6.24
41.53
74
Jumlah Emiten Aktif
^%
Total Emiten
Nilai (Rp Triliun)
^%
7.01
1.82
36
28.63
2.79
18
0
2
10
2.6
24
50.12
4.88
37
0
6.46
22
11.07
2.87
93
52.59
5.12
59
0
30.66
4.77
9
3.26
0.85
83
33.92
3.3
38
0
48
17.21
2.68
12
18.14
4.71
60
35.35
3.44
36
0
58
52.84
8.22
25
20.93
5.43
83
73.77
7.18
54
0
45
38.96
6.06
19
62.56
16.24
64
101.52
9.88
43
0
117
264.89
41.21
88
232.01
60.21
205
496.9
48.34
94
0
134
133.52
20.77
34
20.33
5.28
168
253.85
14.97
95
0
9
1.36
0.21
-
-
-
9
1.36
0.13
9
0
603
642.72
100.00
222
100.00
825
1,028.29
100.00
483
0
385.30
Saham Obligasi
(Sumber: Otoritas Jasa Keuangan - Statistik Pasar Modal, Januari 2014) Berdasarkan data pada Tabel 3.1 di atas, jumlah perusahaan yang memperoleh pernyataan efektif untuk menawarkan saham kepada masyarakat umum adalah 709 emiten yang terdiri dari 483 emiten saham, 111 emiten obligasi, 111 emiten saham dan obligasi, serta 9 perusahaan publik yang tidak tercatat di
http://digilib.mercubuana.ac.id/
55
bursa dengan total nilai emisi Rp. 1.028,29 Triliun yang tersebar di berbagai sektor industri. Perusahaan manufaktur yang terdiri dari tiga (3) sektor industri yaitu: (1) sektor industri dasar dan kimia; (2) aneka industri; dan (3) industri barang dan konsumsi,menduduki peringkat teratas yang memiliki sebanyak 193 emiten saham atau setara dengan Rp. 89,40 Triliun dan emiten obligasi sebanyak 43 emiten obligasi atau setara dengan Rp. 32,47 Triliun. Berdasarkan emisi saham per sektor industri di atas menunjukkan bahwa perusahaan manufaktur merupakan salah satu perusahaan yang paling diminati oleh para investor untuk melakukan investasi saham di Indonesia. Oleh karena itu, ketepatan dalam penyampaian laporan keuangan auditan kepada publik menjadi sangat penting mengingat perusahaan harus memberikan informasi yang tersedia dalam laporan keuangan secara tepat waktu sehingga dapat menjadi pedoman dalam pengambilan keputusan bagi para stakeholders’.
3.2. Audit Delay Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014 Audit delay pada perusahaan manufaktur di Indonesia, khususnya tahun 2014 cukup beragam. Adapun rata-rata audit delay pada kategori perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan kimia terdiri dari 8 (delapan) sub sektor berikut ini:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
56
Gambar 3.1 Rata-Rata Audit Delay Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia yang Terdaftar di BEI Tahun 2014
Sektor Industri Dasar dan Kimia Hari Sub sektor Pulp dan Kertas
80,60
Sub sektor Kayu dan Pengolahannya
84
Suk sektor Pakan Ternak
71
Sub sektor Plastik dan Kemasan
77,70
Sub sektor Kimia
87,71
Sub sektor Logam dan Sejenisnya
82,80
Sub sektor Keramik, Porselen dan Kaca
70,33
Sub Sektor Semen
50
Sumber: Data Sekunder – Diolah (2015) Berdasarkan data pada Gambar 3.1 di atas, rata-rata audit delay pada perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan kimia adalah 75,52 hari sejak tanggal tutup buku 31 Desember 2014, dimana kelompok perusahaan sub sektor semen memiliki audit delay terpendek yaitu selama 50 hari dan kelompok sub sektor kimia memiliki audit delay terpanjang yaitu selama 87,71 hari. Gambar 3.2 Rata-Rata Audit Delay Perusahaan Manufaktur Sektor Aneka Industri yang Terdaftar di BEI Tahun 2014
Sektor Aneka Industri Hari Sektor Kabel
87,20
Sektor Alas Kaki
87,00
Sektor Tekstil dan Garment
87,00
Sektor Otomotif dan Komponennya Sektor Mesin dan Alat Berat
Sumber: Data Sekunder – Diolah (2015)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
78,44 72
57
Berdasarkan data pada Gambar 3.2 di atas, rata-rata audit delay pada perusahaan manufaktur sektor aneka industri adalah 82,33 hari sejak tanggal tutup buku 31 Desember 2014. Kelompok perusahaan sektor mesin dan alat berat memiliki audit delay terpendek yaitu selama 72 hari dan kelompok sub sektor kabel memiliki audit delay terpanjang yaitu selama 87,20 hari. Gambar 3.3 Rata-Rata Audit Delay Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI Tahun 2014
Sektor Industri Barang Konsumsi Hari
Industri Peralatan Rumah Tangga Industri Kosmetik Industri Farmasi Industri Rokok
Industri Makanan dan Minuman
66,25
79,75 70,20 82
82,79
Sumber: Data Sekunder – Diolah (2015) Berdasarkan data pada Gambar 3.3 di atas, rata-rata audit delay pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdiri dari 5 (lima) kategori adalah 76,20 hari sejak tanggal tutup buku 31 Desember 2014. Kelompok industri peralatan rumah tangga memiliki audit delay terpendek yaitu selama 66,25 hari dan kelompok industri makanan dan minuman memiliki audit delay terpanjang yaitu selama 82,79 hari.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
58
3.3. Total Aset pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014 Besar kecilnya ukuran perusahaan juga dipengaruhi oleh kompleksitas operasional, variabel dan intensitas transaksi perusahaan. Perusahaan besar umumnya akan cenderung lebih cepat menyelesaikan proses auditnya, karena perusahaan besar juga umumnya sudah memiliki sistem pengendalian internal yang memadai sehingga memudahkan dalam proses audit terhadap bisnis perusahaan. Menurut Romney dan Steinbart (2014), struktur proses bisnis perusahaan manufaktur merupakan struktur yang paling lengkap dibandingkan dengan perusahaan jasa dan dagang. Dengan demikian, perusahaan manufaktur memiliki jumlah aset yang banyak karena mencakup aktivitas-aktivitas dalam mengelola bahan baku dan tenaga kerja, pengalokasian biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya produksi lain ke dalam barang jadi, serta penjualan produk jadi. Nilai total aset pada perusahaan manufaktur pada tahun 2014 secara ratarata mencapai 12,15725966 yang diukur berdasarkan log natural total aset. Total aset terendah dimiliki oleh PT Taisho Pharmaceutical Indonesia, Tbk. dengan kode saham SQBB senilai Rp459.352.720.000,- dan nilai total aset tertinggi dimiliki oleh PT Astra International, Tbk. dengan kode saham ASII senilai Rp236.029.000.000.000,-.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
59
3.4. Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014 Tingkat profitabilitas perusahaan digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (laba) pada suatu tingkat penjualan, aset, modal saham tertentu. Adapun klasifikasi perusahaan manufaktur yang melaporkan laba / rugi dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut ini: Tabel 3.2
Jumlah Perusahaan Manufaktur yang Melaporkan Laba atau Rugi pada Tahun 2014
No.
Laba / Rugi
Jumlah
Persentase
1.
Perusahaan yang Melaporkan Laba
87
83,65%
2.
Perusahaan yang Melaporkan Rugi
17
16,35%
104
100%
Total Sumber: Data Sekunder – Diolah (2015)
Berdasarkan data pada Tabel 3.2 di atas, dapat diketahui bahwa 87 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI melaporkan profitabilitas dengan persentase sebesar 83,65%, hal ini menunjukkan bahwa tingkat profitabilitas perusahaan cukup tinggi karena sepanjang tahun 2014 hanya terdapat 17 perusahaan yang menderita kerugian. Nilai profitabilitas pada perusahaan manufaktur pada tahun 2014 secara rata-rata memiliki rasio sebesar 5,62% yang diukur berdasarkan return on asset (ROA). Tingkat profitabilitas terendah dimiliki oleh PT Bentoel Internasional Investama, Tbk. dengan kode saham RBMA sebesar -22,23% dan tingkat profitabilitas tertinggi dimiliki oleh PT Unilever Indonesia, Tbk. dengan kode saham UNVR sebesar 40,20%.
http://digilib.mercubuana.ac.id/