BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahaan 1. PT. Sentul City Tbk a. Sejarah singkat perusahaan PT. Sentul City Tbk merupakan peusahaan dibidang properti yang didirikan tanggal 16 april 1993, perseroan ini memiliki 2 (dua) jenis kantor, yaitu kantor pusat dan kantor oprasional. Kantor pusat beralamat di Gedung Menara Sudirman, Lantai 25, 27 Jl. Jend. Sudirman Kav. 60 Jakarta 12190, Indonesia. kantor pusat dari persoraan tersebut dapat di hubungi melalui Phone: +62215526877, Fax: +62215226818. Adapun kantor operasional beralamat di Sentul City Building Jl. MH. Thamrin Kav. 8, Sentul City, Bogor 16810, Indonesia. kantor oprasional dari
perseroaan
tersebut
+622187926555,
dapat
Fax:
[email protected],
dihubungi
+622187926555,
Website:
"http://www.Sentulcity.co.id"
melalui
Phone: Email:
HYPERLINK
www.Sentulcity.co.id . Perseroan
pertama kali didirikan dengan nama PT. Sentragriya Kharisma, berdasarkan Akta no. 311 tanggal 16 April 1993. Pada tanggal 9 agustus 1993, perseroan melakukan perubahan nama dari PT. Sentragriya Kharisma menjadi PT. Royal Sentul Highlands, 1
2
sebagaimana dinyatakan dalam akta No. 27 tanggal 9 agustus 1993. Dalam rangka penawaran umum, sekaligus penyesuaian dengan undang – undang perseroan terbatas, anggaran dasar perseroan telah diubah seluruhnya dengan akta no.42 tanggal 7 mei 1997. Selanjutnya pada tanggal 11 desember 1997 sebagaimana dinyatakan dalam akta no. 26 nama perseroan diubah menjadi PT. Bukit Sentul Tbk, kemudian pada tanggal 19 juli 2006 perusahaan melakukan perubahan nama sekali lagi menjadi PT. Sentul City, Tbk. Sebagaimana dinyatakan dalam akta No. 26. Perseroan telah menyesuaikan anggaran dasarnya dengan undang – undang perseroan terbatas berdasarkan akta tertanggal 15 januari 2009. (anual report,2014) Pada tanggal 8 september 2009, rapat umum pemegang saham
luar
biasa
menyetujui
adanya
peningkatan
modal
ditempatkan, dan modal disetor perseroan tanpa hak memesan efek terlebih dahulu menjadi Rp.1.981.250.859.800, yang tercatat pada akta berita acara rapat umum pemegang saham luar biasa PT. Sentul City Tbk, Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Sentul City tbk, antara lain: PT. Citra Kharisma Komunika (pengendali) (34,33%), EFG Bank AG Singapore Branch. A/c Client TS (6,53%), PT Sakti Generasi Perdana (6,49%) dan Bnym S/A Mackenzie Cundill Recovery (6,46%). Adapun pengendali
3
utama BKSL adalah Dutch Growth Invesment Ptr. Ltd, suatu perusahaan yang bekedudukan di singapura. Berdasarkan anggaran dasar perusahaan, ruang lingkup kegiatan BKSL meliputi: 1) Bidang
Pembangunan
yang
terdiri
dari
perencanaan,
pelaksanaan, konstruksi beserta fasilitas – fasilitasnya. 2) Bidang Pemborong
yang meliputi pembangunan kawasan
perumahan, rumah susun, gedung, perkantoran, apartemen / kondominium,
kawasan
belanja,
rumah
sakit,
gedung
pertemuan, rumah ibadah, waterpark, rumah toko, sekolah dan bangunan komersial. 3) Bidang Pemasangan instalasi – isntalasi listrik, gas, air minum, perangkat telekomunikasi, plumbing, atau limbah;p pengadaan (penjualan atau penyewaan dan pembelian properti) 4) Serta pada bidang jasa ( jasa penyewaan dan pengelolaan properti, kawasan insustri, gedung perkantoran, taman hiburan / rekreasi, pengelolaan parkir dan keamanan atau satpam). Pada
Saat
ini
,
BKSL
sedang
melakukan
kegiatan
pengembangkan atas konsep kota mandiri pada
kawasan
Sentul City. Pada tanggal 30 juni 1997, BKSL memperoleh pernyataan efektif dari BAPEPAM – LK untuk melakukan penawaran umum perdana saham BKSL (IPO) kepada masyarakat sebanyak
4
400.000.000 dengan nilai seri A, dengan nominal Rp. 500,persaham dan dengan harga penawaran Rp. 500,- per saham. Kemudian Saham – saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 28 Juli 1997. (anual report,2014)
b. Visi dari perseroan diatas ialah Menjadi
perusahaan
properti
pilihan
pertama
bagi
pelanggan dan pihak yang berkepentingan lainnya karena kami meningkatkan kualitas hidup.
c. Misi yang digunakan untuk menjalankan Visi diatas adalah 1) Mengembangkan sentul city dengan perumahan bermutu dan inovatif yang selaras dengan lingkungan alam. 2) Menyediakan fasilitas pendidikan terbaik dan layanan kesehatan bertaraf internasional. 3) Memadukan perencanaan dan pembangunan fasilitas komersial, hiburan dan wisata. 4) Memperkarya pertumbuhan sentul city dengan fasilitas seni dan budaya.
5
d. Kegiatan usaha perseroan tersebut meliputi Maksud dan tujuan perseroan
ialah
berusaha
dalam
bidang,
pembangunan,
perdagangan dan jasa. Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut diatas, perseroaan dapat melaksanakan kegiatan usaha sebagai berikut: 1) Menjalankan usaha – usaha dibidang pembangunan: a) Bertindak sebagai pengembang: yaitu meliputi perencanaan, pelaksanaan, konstruksi beserta fasilitas – fasilitasnya termasuk perencanaan pembangunan,
mengerjakan
pembebasan,
pembukaan, pengurugan, dan pemerataan. b) Pemborongan contractor).
pada Yaitu
umumnya
(general
pembangunan
kawasan
perumahan (real estate), rumah susun, gedung, perkantoran, dan apartemen, kondominium, kawasan
belanja,
rumah
sakit,
gedung
pertemuan, rumah ibadah, water oark, rumah toko, sekolah, komersial pada umumnya. c) Pemasangan instalasi – instalasi listrik, gas, air minum, perangkat, telekomunikasi, plumbing atau limbah. 2) Bidang perdagangan yang berhubungan dengan usaha real estate dan properti yaitu penjualan dan pembelian
6
bangunan – bangunan rumah, gedung pertokoan, unit – unit ruangan apartemen, ruangan kantor, ruangan pertokoan. 3) Bidang jasa meliputi : a) Penyewaan dan pengelolaan properti meliputi manajemen
pengelolaan
dAn
penyewaan,
fasilitas penunjang lainnya untuk apartemen, kondominium, flat dan rumah susun serta kegiatan usaha terkait. b) Jasa penyewaan dan pengelolaan kawasan industri meliputi pengelolaan dan penyewaan, pemeliharaan,
perawatan,
serta
penyediaan
fasilitas penunjang lainnya, seperti pabrik, gudang dan kegiatan lainnya. c) Jasa
pengelolaan
perkantoran,
dan
taman
penyewaan hiburan
/
gedung rekreasi,
pengelolaan parkir dan keamanan (satpam) serta bidang terkait.
7
e. Adapun Struktur Organisasi PT. Sentul City Tbk adalah seperti berikut. 1. Struktur organisasi PT. Sentul City Tbk pada tahun 2011
Gambar 3.1.1 Sumber: Anual Report PT. Sentul City Tbk. Tahun 2011
8
2. Struktur Organisasi PT. Sentul City Tbk. Pada tahun 2012
Gambar 3.1.2 Sumber: Anual Report PT. Sentul City Tbk. Tahun 2012
9
3. Struktur Organisasi PT. Sentul City Tbk. Tahun 2013
Gambar 3.1.3 Sumber: Anual Report PT. Sentul City Tbk tahun 2013
10
4. Struktur Organisasi PT. Sentul City Tbk. Tahun 2014
Gambar 3.1.4 Sumber: Anual Report PT. Sentul City Tbk. Tahun 2014
11
2. PT. Agung Podomoro Land Tbk a. Sejarah singkat perusahaan PT.
Agung
Podomoro
Land
Tbk
(“APLN”
“Perseroan”) yang berkantor pusat di APL Tower
atau
QUOTE
Floor, Podomoro City, Jl. Let. Jend. S. Parman. Kav. 28 Jakarta 11470 Indonesia. Phone: +622129034567, Fax: +622129034556, HYPERLINK
"http://www.agungpodomoroland.com"
www.agungpodomoroland.com . Merupakan perseroan terbatas yang bergerak di bidang properti. Didirikan dengan nama PT. Tiara Mertopolitan Jaya berdasarkan akta no.29 tanggal 30 juli 2004,dan telah memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan No. C-21538. HT.01.01.TH.2004 pada tanggal 26 Agustus 2004. Rapat umum pemegang saham luar biasa tahun 2010 memutuskan untuk mengganti nama PT. Tiara Mertopolitan Jaya Menjadi PT. Agung Podomoro Land- Tbk. Pergantian nama tersebut diaktakan dalam akta No.1 tanggal 2 agustus 2010. Setelah perseroan melakukan restrukturisasi perusahaan dengan memindahkan empat anak perusahaan Agung Podomoro Grup (APG) yaitu PT Arah Sejahtera Abadi, PT Brilliant Sakti Persada, PT Intersatria Budi Karya Pratama dan
PT Kencana Unggul Sukses, serta dua
perusahaan asosiasi APG, yaitu PT Manggala Gelora Perkasa, dan PT Citra Gemilang Nusantara kedalam pengawasan perseroan dan
12
kemudian melakukan pengawasan perseroan dan kemudian melakukan
penawaran
umum
perdana
saham,
dengan
mengeluarkan saham baru dari portepel perseroan sebanyak 6.150.000.000 saham dari saham yang belum diterbitkan oleh perseroan dan dengan
14.350.000.000 saham milik pendiri
menjadi total saham yang telah ditempatkan dan disetor penuh pada saat itu berjumlah 20.500.000.000 dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 11 November 2010. Visi dan Misi serta nilai – nilai perseroan merupakan landasan bagi APLN dalam Usahannya untuk menjadi pengembang terpadu dalam bisnis propeti yang berkomitmen penuh untuk memberikan nilai yang optimal bagi pelanggan, rekan usahan, pemegang saham, dan masyarakat. Perseroan mengatasi persaingan di industri properti dengan menawarkan gaya yang lebih modern dan unik dalam sistem pengelolaan bidang ritel, komersial, dan pemukiman. Perseroan tidak berfokus pada persediaan lahan yang luas, namun lebih pada perputaran model yang cepat dengan konsep “fast churn”, yang menjadikan perseroan sebagai pengembang unik dibanding pengembang pesaing. Perseroan menerapkan modelbisnis
yang
terintegrasi,
dengan
kemampuan
dalam
pengembangan dan pengelolaan properti terpadu, dimulai dari pengadaan lahan, desain, perencanaan pembangunan, manajemen proyek, pemasaran, penyewaan hingga pengelolaan operasional dai
13
properti ritel, perkantoran, hotel dan hunian, dengan selalu mempertimbangkan nilai – nilai harmoni, tangguh, berkualitas tinggi dan ramah lingkungan. Hal – hal tersebut membuat perseroan mendapatkan kepercayaan tinggi dari masyarakat sebagai pemimpin dan pelopor di industri properti. Pada akhir Desember 2014, APLN telah memiliki 36 anak usaha, 10 entitas dengan kepemilikan tidak langsung melalui anak usaha, serta 2 entitas asosiasi di bidang properti di Jakarta, Karawang, Bandung, Bali, Balikpapan, Batam, Makasar, dan Medan. Produk jasa yang dihasilkan perseroan berupa kawasan properti terpadu yang meliputi apartemen, perkantoran, pertokoan, pusat perbelanjaan, perhotelan, perumahan dan pusat rekreasi, beserta fasilitasnya. b. Visi Terus bertumbuh menjadi pengembang terpadu dalam bisnis properti dan berkomitmen penuh untuk memberikan nilai yang optimal bagi pelanggan, rekan usaha, pemegang saham, dan masyarakat.
c. Misi 1) Memenuhi kebutuhan masyarakat akan perumahan dan area komersial yang berkualitas.
14
2) Mengoptimalkan pengembalian investasi dari rekan usaha dan pemegang saham. 3) Menjadi perusahaan pengembang yang mampu memberikan nilai lebih bagi para karyawan. 4) Berperan aktif untuk mendukung program pemerintah dalam rangka mendorong pembangunan perkotaan dan dakam meningkatkan indeks pengembangan manusia. d. Kegiatan usaha utama perseroan menurut anggaran dasar adalah sebagai berikut : 1) Pembangunan meliputi antara lain: a) pemborongan / kontraktor, termasuk perencanaan, pelaksanaan dan pengawas pemborong bangunan gedung – gedung, perumahan, pusat perbelanjaan, jalan – jalan, jembatan – jembatan serta pemasangan instalasi listrik, air, telepon dna pekerjaan umum lainnya, b) real
estate
dan
developer
termasuk
melakukan
pembebasan / pembelian, pengolahan, pematangan, penimbunan tanah, dan penggalian tanah, membangun sarana dan prasarana/
infrastruktur, merencanakan,
membangun, menyewakan, menjual dan mengusahakan real estate. 2) Melakukan investasi baik secara langsung maupun melalui penyertaan (investasi) ataupun pelepasan (diinvestasi) modal
15
sehubungan dengan kegiatan usaha utama perseroan, dalam perusahaan lain. 3) Melakukan penyertaan pada perusahaan lain yang memiliki kegiatan usaha yang berhubungan dengan kegiatan usaha perseroan. 4) Usaha – usaha dalam bidang jasa termasuk antara lain jasa pengelolaan atau pengoperasian yang menunjang kegiatan usaha utama perseroan, kecuali jasa dalam bidang hukum dan pajak. 5) Produk dan jasa yang dihasilkan Produk dan jasa yang dihasilkan perusahaan berupa kawasan properti terpadu yang meliputi apartemen, perkantoran, pertokoan, pusat perbelanjaan, perhotelan, perumahan, dan pusat rekreasi, beserta fasilitasnya.
16
e. Adapun Struktur Organisasi PT. Agung Podomoro Land adalah sebagai berikut. 1) Strusktur Organisasi PT. Agung Podomoro Land Tbk Tahun 2012 Sumber: Anual Report 2012
Gambar 3.2.1 Sumber: anual report PT. Agung Podomoro Land Tbk. Tahun 2012
17
2) Struktur organisasi PT. Agung Podomoro Land tahun 2013
Gambar 3.2.2 Sumber : anual Report PT. Agung Podomoro Land Tbk 2013
18
3) Struktur organisasi PT. Agung Podomoro Land Tbk Tahun 2014
Gambar 3.2.3 Sumber: Anual Report PT. Agung Podomoro Land Tbk. Tahun 2014
19
B. Analisis dan pembahasan 1.
Analisis Perbandingan Rasio Keuangan PT. Sentul City Tbk, dan PT. Agung
Podomoro
Land
Tbk,
berdasarkan
rasio
likuiditas,
profitabilitas , solvabilitas dan aktivitas pada laporan keuangan periode 2011 – 2014. Rasio likuiditas
digunakan untuk melihat
tingkat likuiditas perusahaan terhadap hutang jangka pendek perusahaan. Sekilas memang hanya menghitung tentang kemampuan pembayaran hutang jangka pendek namun jika dalam rasio in perusahan selalu jelek maka dapat mempengaruhi Rasio Solvabilitas perusahaan. Rasio likuiditas terdiri dari : Rasio Lancar , Rasio Cepat, dan Rasio Kas. a. Rasio Likuiditas 1) Analisis Rasio Likuiditas
pada Laporan Keuangan PT.
Sentul City Tbk a) Rasio Lancar Rasio Lancar digunakan untuk melihat bagaimana aktiva lancar yang dimiliki dapat menutup hutang lancar yang dimiliki oleh perusahaan, namun juga bisa saja menjadi jebakan karena rasio lancar yang tinggi juga dapat disebabkan adanya piutang tag tertagih yang cukup tinggi dan adanya persediaan yang tak terjual yang tidak dapat digunakan untuk membayar kewajiban jangka pendek perusahan.
20
Tabel 3.1.1 hasil Perhitungan Rasio Lancar PT. Sentul City Tbk KETERANGA
2011
2012
2013
2014
2015
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
1.668.109.036.6
2.083.499.351.647
6.662.604.199.638
6.978.438.957.132
4.191.414.243.140
N Aset Lancar
14 Kewajiban
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Lancar
525.096.191.338
654.273.848.640
1.457.383.800.772
2.326.646.387.344
3.227.924.826.605
3,16
3,18
4,57
3,00
1,30
Total
Rasio
Lancar
Sumber: Data sekunder PT. Sentul City Tbk. yang telah diolah Grafik 3.1.1 Trend Rasio Lancar PT. Sentul City Tbk.
21
Berdasarkan perhitungan tabel diatas Tingkat Rasio Lancar PT. Sentul City Tbk dari tahun ke tahun mengalami penurunan dan peningkatan yang cukup signifikan bisa dilihat pada tahun 2014 terjadi peningkatan yang cukup tinggi mencapai angka Rp.4, peningkatan ini dikarenakan peningkatan aset tetap yang cukup signifikan berupa persediaan barang usaha yaitu lahan siap bangun senilai
Rp.4.929.694.993.873
dan
rumah
hunian
dalam
penyelesaian sebesar 35% dari tahun sebelumnya serta adanya pembangunan apartemen baru ditahun 2013. Selain itu penyebab tingginya tingkat rasio lancar ini diakibatkan adanya penurunan kewajiban jangka panjang perusahaan yang berarti perusahaan sudah mampu mengurangi kewajiban jangka panjangnya dalam 1 periode. Selain itu pada tahun 2015 terjadi penurunan rasio lancar PT. Sentul City Tbk, hingga mencapai angka Rp. 1, penurunan ini diakibatkan adanya penurunan total aset lancar yaitu persediaan berupa lahan siap bangun dan rumah hunian dan ruko dalam penyelesiaan yang sudah dijual ada yang secara cash dan juga ada yang menjadi piutang usaha sehingga menambah akun kas dan setara kas, serta adanya peningkatan kewajiban jangka pendek perusahaan
yang
digunakan
untuk
mengembangkan
usaha
perseroan, kenaikan itu terjadi pada pinjaman bank jangka pendek, liabilitas keuangan jangka pendek lainnya, serta pada uang muka pelanggan. Sehingga pihak managemen atau pun investor tidak
22
perlu khawatir akan adanya penurunan tersebut karena perusahaan masih dalam batas wajar penurunan rasio lancarnya. b) Rasio Cepat Digunakan untuk mendapatkan kepastian yang lebih jelas tetang kemampuan suatu perusahaan dalam membayar hutang lancarnya dengan membayar hutang lancarnya dengan menggunakan aktiva lancar tanpa memperhitungkan persediaan.
TABEL 3.1.2 hasil PERHITUNGAN RASIO CEPAT PT. SENTUL CITY TBK KETERANGAN
2011
2012
2013
2014
2015
KAS
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
JANGKA PENDEK +
531.083.428.64
805.166.683.13
1.507.886.438.522
1.529.927.323.39
1.873.546.791.117
PIUTANG
5
3
KEWAJIBAN LANCAR
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
525.096.191.33
654.273.848.64
1.457.383.800.772
2.326.646.387.34
3.227.924.826.605
8
0
1,01
1,23
+
TOTAL
SEKURITAS
RASIO
4
4 1,03
0,66
SANGAT LANCAR
Sumber: Data sekunder PT. Sentul City Tbk. yang telah diolah
`
0,58
23
GRAFIK 3.1.2 Trend RASIO CEPAT PT SENTUL CITY TBK Berdasarkan rasio ceoat dapat dilihat bahwa Pt. Sentul City Tbk pada tahun 2012 mengalami peningkatan yang cukup signifikan, Kenaikan ini terjadi karena adanya peningkatan di aset tetap berupa pertambahan piutang usaha dan adanya pertamabhan nominal di total aset keuangan lainnya. kenaikan ini bukanlah hasil yang baik karena dengan adanya pertambahan nominal piutang usaha itu berarti berkurang nilai kas dan setara kas serta, maka akan ada kemungkinan untuk piutang yang tak tertagih yang cukup besar pada tahun 2012. Sedangkan dari tahun 2013 ke tahun 2015 mengalami penurunan di setiap tahunnya yang berarti setiap Rp. 1 kewajiban lancar hanya dapat di biayai Rp. 1,0 dari aset lancar, penurunan di setiap tahunnya, hal ini disebabkan karena adanya peningkatan yang cukup signifikan pada hutang jangka pendek perusahaan berupa pinjaman bank jangka pendek, liabilitas keuangan jangka pendek lainnya, serta pada uang muka pelanggan. Adanya kenaikan ini karena perusahaan membutuhkan tambahan dana atau kas yang digunakan untuk mengembangkan perusahaannya.
24
c) Rasio Kas Rasio Kas digunakan untuk membandingkan total kas dengan setara kas dan investasi jangka pendek dengan total hutang lancar.
TABEL 3.1.3 HASIL PERHITUNGAN RASIO KAS PT. SENTUL CITY TBK KETERANGA
2011
2012
2013
2014
2015
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
SETARA KAS
89.552.454.394
76.910.552.193
493.413.277.207
296.967.468.749
569.154.714.921
KEWAJIBAN
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
LANCAR
525.096.191.338
654.273.848.640
1.457.383.800.77
2.326.646.387.34
3.227.924.826.60
2
4
5
0,34
0,13
0,18
N KAS
DAN
TOTAL
0,17
0,12
RASIO KAS
Sumber: Data sekunder PT. Sentul City Tbk. Yang telah diolah
25
GRAFIK 3.1.3 Tren RASIO KAS PT. SENTUL CITY Tbk. Berdasarkan perhitungan rasio kas diatas kondisi kas dan setara kas PT. Sentul City Tbk mengalami tngkat kenaikan dan penurunan yang cukup signifikan, puncak kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2013 dikarenakan aset lancar berupa kas dan setara kas yang diperoleh perusahaan mengalami peningkatan yang cukup signifikan hingga mencapai 200% dari tahun sebelumnya. Kas dan setara kas PT. Sentul City Tbk terdiri dari saldo kas dan bank, serta deposito berjangka dengan jangka waktu jatuh tempo tiga bulan atau kurang sejak tanggal penempatannya dan tidak digunakan sebagai jaminan atas utang atau pinjaman serta tidak dibatasi penggunaannya. Pada tahun 2014 terjadi penurunan yang cukup signifikan yang diakibatkan adanya penurunan saldo kas dan setara kas perusahaan, karena belum adanya peningkatan penjualan perusahaan dan masih banyaknya persediaan perusahaan yang belum terjual.
26
2) Rasio Likuiditas PT. Agung Podomoro Land Tbk a) Rasio Lancar Rasio Lancar digunakan untuk melihat bagaimana aktiva lancar yang dimiliki dapat menutup hutang lancar yang dimiliki oleh perusahaan, namun juga bisa saja menjadi jebakan karna rasio lancar yang tinggi juga dapat disebabkan adanya piutang tak tertagih yang cukup tinggi dan adanya persediaan yang tak terjual yang tidak dapat digunakan untuk membayar kewajiban jangka pendek perusahan.
Tabel 3.1.4 HASIL PERHITUNGAN RASIO LANCAR PT. AGUNG PODOMORO LAND Tbk. KETERANG
2011
2012
2013
2014
2015
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
4.686.331.283
6.727.059.278
8.747.046.806
10.918.551.266
9.781.716.400
Kewajiban
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Lancar
2.562.062.584
4.298.842.662
5.208.638.817
5.958.969.206
7.041.359.652
1,83
1,56
1,68
1,83
1,39
AN Aset Lancar
Total
Rasio
Lancar
Sumber: Data sekunder PT. Agung Podomoro Land Tbk. Yang telah diolah
27
GRAFIK 3.1.4 Trend RASIO LANCAR PT. AGUNG PODOMORO LAND TBK
Berdasarkan rasio lancar dapat dilihat bahwa aset lancar PT. Agung podomoro land Tbk terhadap kewajiban lancarnya mengalami kenaikan dan penurunan yang masih berada batas stabil suatu perusahaan. Ini berarti dalam 5 (lima) tahun terakhir Rp. 1 dari kewajiban lancar perusahaan dapat dibiayai oleh
Rp. 1,5 dari aset lancar. Jika dilihat dari
total aset lancar yang diperoleh peusahaan setiap tahunnya mengalami peningkatan yang cukup kuat. Tetapi hal itu juga diikuti oleh peningkatan kewajiban lancar yang cukup besar juga. Kewajiban lancar ini dikarenakan adanya peningkatan utang obligasi perusahaan.yang jatuh tempo dalam 1 tahun, serta adanya peningkatan uang muka penjualan dan pendapatan. Hasil dari kewajiban lancar tersebut akan digunakan untuk melakukan pengembangan
perusahaan
melalui
akuisisi
beberapa
perusahaan
perusahaan yang berupa apartemen, perhotelan, perkantoran, pertokoan, pusat perbelanjaan, pusat rekreasi dan/ atau perumahan.
28
b) Rasio Cepat Digunakan untuk mendapatkan kepastian yang lebih jelas tetang kemampuan suatu perusahaan dalam membayar hutang lancarnya dengan membayar hutang lancarnya dengan menggunakan aktiva lancar tanpa memperhitungkan persediaan.
TABEL 3.1.5 HASIL PERHITUNGAN RASIO CEPAT PT. AGUNG PODOMORO LAND TBK KETERANGAN
2011
2012
2013
2014
2015
KAS + SEKURITAS JANGKA PENDEK
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
+ PIUTANG
4.516.817.050
4.730.017.649
5.407.354.620
6.344.975.310
4.798.188.132
KEWAJIBAN LANCAR
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
2.562.062.584
4.298.842.662
5.208.638.817
5.958.969.206
7.041.359.652
1,76
1,10
1,04
1,06
0,68
TOTAL RASIO SANGAT LANCAR
Sumber: Data sekunder PT. Agung Podomoro Land Tbk. Yang telah diolah
29
GRAFIK 3.1.5 Trend RASIO CEPAT PT. AGUNG PODOMORO LAND TBK
Berdasarkan perhitungan rasio cepat PT. Agung Podomoro Land Tbk dapat dilihat bahwa PT. Agung Podomoro Land Tbk mengalami penurunan yang cukup signifikan dilihat dari tahun 2015 bahwa kewajiban lacar PT Agung Podomoro Land Tbk
Rp. 1 hanya dibiayai oleh Rp. 0,68
dari Aset lancar perusahaan tersebut. Penurunan yang berkelanjutan ini disebabkan adanya peningkatan kewajiban lancar yang setiap tahunnya mengalami peningkatan hampir 99% dari tahun ke tahun, serta adanya penurunan aset lancar yang cukup signifikan pada tahun 2015 dikarenakan kas dan setara kas yang menurun 200% dari tahun lalu, penurunan ini diakibatkan
meningkatnya
jumlah
penjualan
kredit.
Sedangkan
peningkatan kewajiban lancar diakibatkan karena meningkatnya jumlah utang obligasi dan uang muka penjualan dan pendapatan.
30
c) Rasio Kas Rasio Kas digunakan untuk membandingkan total kas dengan setara kas dan investasi jangka pendek dengan total hutang lancar.
TABEL 3.1.6 HASIL PERHITUNGAN RASIO KAS PT. AGUNG PODOMORO LAND TBK KETERANGAN
2011
2012
2013
2014
2015
KAS DAN SETARA
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
KAS
1.834.227.199
2.225.099.936
3.177.138.834
4.336.362.908
2.894.283.235
KEWAJIBAN
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
LANCAR
2.562.062.584
4.298.842.662
5.208.638.817
5.958.969.206
7.041.359.652
0,72
0,52
0,61
0,73
0,41
TOTAL
RASIO
KAS
Sumber: data sekunder PT. Agung Podomoro Land Tbk. Yang telah diolah
GRAFIK 3.1.6 Trend RASIO KAS PT. AGUNG PODOMORO LAND TBK
31
Berdasarkan perhitungan rasio di atas diketahui bahwa kas dan setara kas PT. Agung podomoro Land Tbk terhadap Kewajiban Lancar perusahaan tersebut mengalami peningkatan dan penurunan yang masih stabil. Yang berarti pada 5 (lima) tahun terakhir ini perusahaan mampu menghasilkan perputaran aset lancar ke kewajiban lancar yang cukup baik, yang artinya Rp. 1 dari kewajiban lancar perusahaan mampu di biayai oleh Rp. 0,70 dari aset tetap. Peningkatan kewajiban lancar yang cukup singnifikan mencapai 100%
pada tahun 2015 peningkatan kewajiban
lancar ini diakibatkan adanya peningkatan utang obligasi yang digunakan untuk pengembangan perusahaan. b. Rasio Profitabilitas 1) Analisis Rasio Profitabilitas pada Laporan Keuangan PT. Sentul City Tbk a) Rasio Return On Assets Rasio
ini
dapat
memperlihatkan
kemampuan
perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan total aset yang dimiliki oleh perusahaan. Nilai rasio yang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen aset yang baik, sedangkan
nilai
rasio
yang rendah menunjukkan
manajemen aset yang kurang baik. Rasio Return On Assets dapat dihitung dengan rumus:
32
Tabel 3.1.7 Hasil Perhitungan Rasio Return On Assets PT. Sentul City Tbk Keterangan
2011
2012
2013
2014
2015
Laba (rugi)
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
bersih
136.450.036.260
220.979.887.692
605.150.753.450
40.788.335.885
66.937.116.420
Total Assets
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
5290382916872
6154231305371
10.665.713.316.698
9.796.065.262.250
11.145.896.809.593
2,58
3,59
5,67
0,42
0,60
Total rasio
Sumber: Data sekunder PT. Sentul City Tbk. yang telah diolah
Grafik 3.1.7 Trend Rasio Return On Asset PT. Sentul City. Tbk Berdasarkan perhitungan rasio Return On Assets PT. Sentul City Tbk, dapat dilihat bahwa kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2013, yang berarti bahwa tingkat pengembalian laba bersih perusahaan terhadap total
Aset perusahaan cukup tinggi. Hal ini disebabkan
karena kontribusi laba bersih lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya, kontribusi laba bersih ini dipengaruhi dengan adanya
33
peningkatan pendapatan usaha perseroan pada tahun 2013. Selanjutnya pada tahun 2014 merupakan tahun terendah tingkat pengembalian laba bersih terhadap perusahaan. Penurunan yang cukup signifikan ini diakibatkan adanya penurunan pendapatan perusahaan, adanya peningkatan beban pokok pendapatan perusahaan berupa lahan siap bangun, rumah hunian, ruko dan apartemen, dan beban pokok pendapatan lain – lain.
b) Analisis Rasio Return On Equity PT. Sentul City Tbk Rasio
ini
mengukur
kemampuan
perusahaan
menghasilkan laba berdasarkan modal saham yang dimiliki. Meskipun rasio ini mengukur laba dari sudut pandang pemegang saham, rasio ini tidak mempehitungkan dividen maupun capital gain untuk pemegang saham, karena dividen merupakan laba atas saham yang ditanamkan. Rasio Return On Equity dapat dihitung melalui rumus sebagai berikut :
34
Tabel 3.1.8 hasil perhitungan Rasio Return On Equity PT. Sentul City Tbk Keterangan
2011
2012
2013
2014
2015
Laba (rugi)
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
bersih
136.450.036.260
220.979.887.692
605.150.753.450
40.788.335.885
66.937.116.420
Total
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
ekuitas
4.594.536.235.454
4.816.407.946.397
6.879.842.825.190
6.210.827.586.227
6.549.719.346.013
Total rasio
2,97
4,59
8,80
0,66
1,02
Sumber: Data sekunder PT. Sentul City Tbk. yang telah diolah
Grafik 3.1.8 trend Rasio Return On Equity PT. Sentul City Tbk Berdasarkan rasio Return On Equity PT. Sentul City Tbk. Terlihat bahwa pada tahun 2013 merupakan tahun tertinggi rasio pengembalian laba bersih terhadap total ekuitas dibandingkan dengan tahun – tahun sebelumnya. Kenaikan ini disebabkan karena perusahaan mampu meningkatkan laba bersih perusahaan, serta mampu mengurangi beban pokok penjualan. Pada tahun 2014 merupakan tahun dimana rasio Return On Equity PT. Sentul City mengalami penurunan yang sangat drastis. Hal
35
ini disebabkan karena adanya menurunnya pendapatan usaha dan meningkatnya beban pokok pendapatan usaha perseroan tersebut.
c) Analisis Rasio Profit Margin Rasio ini digunakan untuk mengukur sejauh mana perusahaan dalam menghasilkan laba melalui penjualan yang dihasilkan. Rasio ini juga akan memperlihatkan sejauh mana pihak manajemen perusahaan dapat memperlihatkan
sejauh
mana
pihak
manajemen
perusahaan dapat meminimalisir biaya pokok penjualan yang merupakan beban utama penjualan maksimal dan mendongkrak perolehan laba perusahaan. Profit margin yang tinggi menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Profit margin yang rendah menandakan penjualan yang terlalu rendah pada tingkat biaya tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan tertentu, atau kombinasi antar kedua hal tersebut. Rasio Profit Margin dibagi menjadi 3 rasio yaitu: Rasio Margin Laba Kotor, Rasio Margin Laba Operasional, Rasio Margin Laba Bersih. i.
Rasio Margin Laba Kotor dapat dihitung dengan rumus:
36
Tabel 3.1.9 Hasil perhitungan Rasio Gross Profit Margin PT. Sentul City Tbk. Keterangan
2011
2012
2013
2014
2015
Laba kotor
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
236.374.318.855
343.704.450.036
597.063.921.193
324.192.787.667
229.959.266.336
Penjualan
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Bersih
457.832.705.535
622.705.425.776
961.988.029.182
712.
559.801.139.534
462.394.627 Total Rasio
51,63
55,20
62,07
45,50
41,08
Sumber: Data sekunder PT. Sentul City Tbk. yang telah diolah
Grafik 3.1.9 Trend Rasio Gross Profit Margin PT. Sentul City Tbk Berdasarkan Perhitungan Rasio Gross Profit Margin PT. Sentul City Tbk. Dapat dilihat bahwa PT. Sentul City Tbk mengalami penurunan yang cukup signifikan dari tahun 2013 hingga tahun 2015. Penurunan ini terjadi karena menurunya tingkat pendapatan serta tingginya beban pokok penjualan yang semakin meningkat di setiap
37
tahunnya. Beban pokok penjulaan bisa berupa beban iklan, beban promosi, bahan baku dan lain – lain. ii.
Rasio Operating Profit Margin dapat dihitung dengan rumus :
Tabel 3.1.10 Hasil perhitungan Rasio Operating Profit Margin PT. Sentul City Tbk Keterangan
2011
2012
2013
2014
2015
Laba
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
operasional
125.867.844.740
233.741.225.608
68.818.558.874
180.984.643.056
229.959.266.336
Penjualan
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
bersih
457.832.705.353
622.705.425.776
961.988.029.182
712.472.394.627
559.801.139.534
Total Rasio
27,49
37,54
7,15
25,40
88,95
Sumber: Data sekunder PT. Sentul City Tbk. yang telah diolah
38
Grafik 3.1.10 trend Rasio Operating Profit Margin PT. Sentul City Tbk Berdasarkan rasio Operating Profit Margin PT. Sentul City Tbk. Dapat dilihat bahwa rasio Operating Profit Margin diatas bahwa pada tahun 2015 pengaruh
kemampuan laba bersih penjualan perusahaan
terhadap penjualan bersih sangat besar, itu berarti tingkat beban operasional perusahaan sangatlah tinggi.
sedangkan pada tahun 2013
terjadi penuruna yang cukup drastis dari tahun sebelumnya yang menandakan bahwa beban operasional perusahaan jauh lebih rendah dibandingkan dengan pendaptan perusahaan. Serta diikuti dengan adanya peningkatan pendapatan perusahaan serta berkurangnya beban pokok perusahaan. iii.
Analisis Rasio Net Profit Margin dapat dihitung dengan rumus:
39
Tabel 3.1.11 Hasil Perhitungan Rasio Net Profit Margin PT. Sentul City Tbk
Keterangan
2011
2012
2013
2014
2015
Laba Bersih
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
136.450.036.260
220.979.887.692
605.150.753.450
40.788.335.885
66.937.116.420
Penjualan
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Bersih
457.832.705.353
622.705.425.776
961.988.029.182
712.472.394627
559.801.139.534
Total Rasio
29,80
35,49
62,91
5,72
11,96
Sumber: Data sekunder PT. Sentul City Tbk. yang telah diolah
Grafik 3.1.11trend Rasio Net Profit Margin PT. Sentul City Tbk. Berdasarkan rasio diatas dapat dilihat bahwa tingkat pengaruh laba bersih terhadap penjualan bersih tertinggi terdapat pada tahun 2013.
Yang
berarti
bahwa
perusahaan
dapat
meningkatkan
penjualannya dan mampu meminimalisir beban beban penjualan dan operasional perusahaan. Sedangkan pada tahun 2014 dan 2015 terjadi
40
penurunan yang cukup signifikan yang diakibatkan berkurangnya jumlah pendapatan yang di peroleh perusahaan, serta adanya peningkatan beban pokok penjualan, beban operasional penjulaan, dll. Sehingga mengakibatkan berkurangnya jumlah laba bersih perusahaan.. 2) Analisis Rasio Profitabilitas pada Laporan Keuangan PT. Agung Podomoro Land Tbk a) Rasio Return On Assets Rasio ini dapat memperlihatkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan total aset yang dimiliki oleh perusahaan. Nilai rasio yang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen aset yang baik, sedangkan nilai rasio yang rendah menunjukkan manajemen aset yang kurang baik. Rasio Return On Assets dapat dihitung dengan rumus:
Tabel 3.1.12 Hasil Perhitungan Rasio Return On Assets PT. Agung Podomoro Land Tbk. keterangan
2011
2012
2013
2014
2015
Laba bersih
Rp. 684.920.756
Rp. 841.290.753
Rp. 930.240.497
Rp. 983.875.368
Rp. 1.118.073.171
Total Aset
Total rasio
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
10.787.265.542
15.195.642.352
19.679.908.990
23.686.158.211
24.559.174.988
6,35
5,54
4,73
4,15
4,55
Sumber: Data sekunder PT. Agung podomoro land Tbk. yang telah diolah
41
Grafik 3.1.12 Trend Rasio Return On Asset PT. Agung Podomoro Land Tbk. Berdasarkan rasio Return On Aset di atas dapat dilihat bahawa dari tahun 2011 ke tahun 2014 perputaran total laba bersih terhdap perputaran total aset cenderung menurun, hal ini diakibatkan karena kontribusi total laba bersih terhadap total aset lebih sedikit. Hal ini diakibatkan selama tahun 2011 – 2014 perushaan mengalami penurunan pendapatan laba beersih yang dikarenakan adanya peningkatan beban – beban usaha dan beban pokok penjualan lainnya hal ini juga diakibatkan pesanan atas properti
pada
perseroan
diatas
mengalami
penurunan.
Sehingga
pendapatan atas laba bersih perusahaan mengalami penurunan , sedangka pada tahun 2015 terjadi peningkatan rasio Return On Asets yang di karenaka kontribusi laba bersih lebih besar kepada total aset, hal ini dikarenakan pada tahun 2015 perusahaan mampu meningkatkan penjualan atau pendaptannya serta mampu menurunkan beban – beban pokok
42
penjualan serta beban – beban usaha lainnya, hal itu terjadi karena perusahaan mampu meningkatkan produksi serta mampu memenangkan tender – tender properti dari perusahaan – perusahaan lain, maka dari itu terjadi peningkatan laba bersih perusahaan. b) Analisis Rasio Return On Equity Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham yang dimiliki. Meskipun rasio ini mengukur laba dari sudut pandang pemegang saham, rasio ini tidak mempehitungkan dividen maupun capital gain untuk pemegang saham, karena dividen merupakan laba atas saham yang ditanamkan. Rasio Return On Equity dapat dihitung melalui
rumus
sebagai
berikut
:
Tabel 3.1.13 Hasil Perhitungan Rasio Return On Equity PT. Agung Podomoro Land Tbk Keterangan
2011
2012
2013
2014
2015
Laba bersih
Rp. 684.920.756
Rp. 841.290.753
Rp. 930.240.497
Rp. 983.875.368
Rp. 1.118.073.171
Total ekuitas
Rp.
Rp. 6.38.903.770
5.028.730.867 Total rasio
13,62
13,25
Rp.
Rp.
Rp.
7.212.683.391
8.462.884.365
9.072.668.928
12,90
11,63
12,32
Sumber: Data sekunder PT. Agung Podomoro Land Tbk. yang telah diolah
43
Grafik 3.1.13 Trend Rasio Return On Equity PT. Agung Podomoro Land Tbk Berdasarkan perhitungan rasio Return On Equity PT. Agung Podomoro Land. Tbk dapat dilihat bahwa dari tahun 2011 ke tahun 2014 terjadi penurunan yang cukup signifikan atas kontribusi laba bersih terhadap total ekuitas lebih rendah, hal ini dikarenakan penurunan total laba bersih yang diakibatkan penurunan pendapatan perusahaan, serta tingginya beban – beban usaha dan beban pokok penjualan, serta adanya penurunan tingkat pemesanan properti di perseroan tersebut, maka dari itu perusahaan mengalami penurunan atas laba bersihnya, serta karena adanya peningkatan total ekuitas dari tahun ke tahun, yang berarti bahwa perusahaan masih mendapatkan kepercayaan dari pihak eksternal atau pihak luar yang melalukan penyetoran modal di perseroan tersebut.
44
c) Analisis Rasio Profit Margin Rasio ini digunakan untuk mengukur sejauh mana perusahaan dalam menghasilkan laba melalui penjualan yang dihasilkan. Rasio ini juga akan memperlihatkan sejauh mana pihak manajemen perusahaan dapat memperlihatkan sejauh mana pihak manajemen perusahaan dapat meminimalisir biaya pokok penjualan yang merupakan beban utama penjualan maksimal dan mendongkrak perolehan laba perusahaan. Profit margin yang tinggi menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Profit margin yang rendah menandakan penjualan yang terlalu rendah pada tingkat biaya tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan tertentu, atau kombinasi antar kedua hal tersebut. Rasio Profit Margin dibagi menjadi 3 rasio yaitu: Rasio Margin Laba Kotor, Rasio Margin Laba Operasional, Rasio Margin Laba Bersih. i. Rasio Margin Laba Kotor dapat dihitung dengan rumus:
45
Tabel 3.1.14 Hasil Perhitungan Rasio Gross Profit Margin PT. Agung Podomoro Land Tbk. keterangan
2011
2012
2013
2014
2015
Laba Kotor
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
1.407.920.743
2.084.486.601
2.354.870.722
2.654.830.687
3.090.896.482
Penjualan
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Bersih
3.824.009.116
4.689.429.510
4.901.191.373
5.296.565.860
5971.581.977
Total Rasio
36,82
44,45
48,05
50,12
51,76
Sumber: Data sekunder PT. Agung Podomoro Land Tbk. yang telah diolah
Grafik 3.1.14 Trend Rasio Gross Profit Margin PT. Agung Podomoro Land Tbk. Berdasarkan perhitungan rasio diatas dapat dilihat bahwa perputaran rasio Gross Profit Margin pada perseroan tersebut megalami tingkat kenaikan yang cukup signifikan setiap tahunnya, yang berarti bahwa kontribusi laba kotor terhadap penjualan bersih cukup besar. Yang berarti bahwa perusahaan mampu meningkatkan penjualan dan mampu menurunkan beban pokok penjualan. Dengan demikian terjadi tingkat
46
kemajuan kinerja manajemen perusahaan dalam memasarkan produk, serta dalam menghasilkan laba bagi perusahaan, maka penting bagi para managemen untuk mengatur kenaikan penjualan atau mengurangi beban – beban langsung penjualan agar tingkat kenaikan rasio Gross Profit Margin dapat stabil setiap tahunnya. ii. Rasio Operating Profit Margin dapat dihitung dengan rumus:
Tabel 3.1.15 Hasil Perhitungan Rasio Operating Profit Margin PT. Agung Podomoro Land Tbk. Keterangan
2011
2012
2013
2014
2015
Laba Operasional
Rp. 888.224.228
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
1.097.546.731
1.177.175.519
1.229.697.293
1.138.920.945
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
3.824.009.116
4.689.429.510
4.901.191.373
5.296.565.860
5971.581.977
23,23
23,40
24,02
23,22
19,07
Penjualan bersih
Total Rasio
Sumber: Data sekunder PT. Agung Podomoro Land Tbk yang telah diolah
47
Grafik 3.1.15 Trend Rasio Operating Profit Margin PT. Agung Podomoro Land Tbk. Berdasarkan perhitungan rasio diatas dapat dilihat bahwa tingkat rasio Operating Profit Margin Pada PT. Agung Podomoro Land Tbk. Dari tahun 2011 ke tahun 2013 mengalami
kenaikan rasio Operating Profit
margin yang berarti laba operasional lebih tinggi kontribusinya terhadap penjualan bersih. Hal ini disebabkan adanya
peningkatan pendapatan
berseih perusahaan serta adanya penurunan biaya operasional perusahaan, ini berarti Rp. 1 pnjualan bersih perusahaan dipengaruhi oleh Rp. 23,02 laba operasional perusahaan. Sedangkan pada tahun 2014 ke tahun 2015 mengalami penurunan 1% dari tahun sebelumnya, yang berarti kontribusi dari laba operasional terhadap penjualan bersih menurun, hal ini diakibatkan oleh adanya biaya operasional yang meningkat dari tahun 2014 hingga tahun 2015. Seperti beban penjualan, bisa berupa biaya iklan, dll.
48
iii. Analisis Rasio Net Profit Margin dapat dihitung dengan rumus:
Tabel 3.1.16 Hasil Perhitungan Rasio Net Profit Margin PT. Agung Podomoro Land Tbk. Keterangan
2011
2012
2013
2014
2015
Laba bersih
Rp. 684.920.756
Rp. 841.290.753
Rp. 930.240.497
Rp. 983.875.368
Rp. 1.118.073.171
Penjualan
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
bersih
3.824.009.116
4.689.429.510
4.901.191.373
5.296.565.860
5971.581.977
Total rasio
17,91
17,94
18,98
18,58
18,72
Sumber: Data sekunder PT. Agung Podomoro Land Tbk. yang telah diolah
Grafik 3.1.16 Trend Rasio Net Profit Margin PT. Agung Podomoro Land Tbk .
49
Berdasarkan rasio diatas dapat dilihat bahwa pada tahun 2013 perusahaan mengalami peningkatan Rasio Net Profit Margin Pt. Agung Podomoro Land Tbk. Yang berarti bahwa total laba bersih pada tahun 2013 lebih besar terhadap penjualan bersih perusahaan. Hal ini diakibatkan karna beban pokok penjualan dan beban operasional mengalami penurunan atau dapat disimpulkan bahwa perusahaan (pihak managemen) mampu meminimalkan beban beban yang mempengaruhi penjualan perusahaan, sehingga dapat meningkatkan penjualan dan laba bersih perusahaan. Sedangkan pada tahun 2014 mengalami penurana 10% dari tahun sebelumnya hal ini dikarenakan adanya peningkatan biaya – biaya yang mempengaruhi penjualan perusahaan. Sedangkan pada tahun 2015 perusahaan mampu meningkatkan total laba bersih perusahaan. Atau singkatnya perusahaan mampu meminimalikan pengeluaran / beban pokok penjualan, beban operasional perusahaan pada tahun 2015, sehingga pada tahun 2015 perusahaan mampu meningkatkan kembali rasio Net Profit Margin Tbk.
50
c.
Rasio Solvabilitas 1) Rasio Solvabilitas PT. Sentul City Tbk. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajibankewajiban jangka panjangnya. Rasio solvabilitas menunjukkan besarnya aktiva perusahaan yang didanai dengan kewajiban panjang perusahaan. Perusahaan yang tidak solvable adalah perusahaan yang total hutangnya lebih besar dibandingkan total asetnya (Hanafi dan Halim, 2003: 81). Rasio solvabilitas dapat dihitung dengan berbagai cara, yaitu: a) Rasio Hutang Terhadap Aset Rasio utang terhadap aset merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aset. Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar aset perusahaan dibiayai oleh hutang, Rumus yang digunakan:
Tabel 3.1.17 Hasil Perhitungan Rasio Utang Terhadap Aset PT. Sentul City Tbk. keterangan Utang
Aset
Total Rasio
2011
2012
2013
2014
2015
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
695.846.681.418
1.337.823.358.974
3.785.870.536.508
3.585.237.676.023
4.596.117.463.580
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
5.290.382.916.872
6.156.231.305.371
10.665.713.361.698
9.796.065.262.250
11.145.896.809.593
0,13
0,22
0,35
0,37
0,41
51
Sumber: Data sekunder PT. Sentul City Tbk. yang telah diolah
Grafik 3.1.17 Trend Rasio Perhitungan Rasio Hutang Terhadap Aset PT. Sentul City Tbk. Berdasarkan perhitungan rasio diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat rasio utang terhadap Aset PT. Sentul City Tbk, dari tahun 2011 hingga tahun 2015 mengalami kenaikan yag cukup signifikan setiap tahunnya. Hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan total aset perusahaan yang meningkat. Hal ini berarti bahwa perusahaan mampu membiayai total hutangnya. Hal ini juga bisa disebabkan oleh pengurangan jumlah pinjaman yang di ambil oleh perusahaan pada bank. Atau perusahaan mampu memutarkan dana yang di berikan oleh bank untuk membeli aset yang nilai jualnya lebih tinggi, melakukan penambahan persediaan, dll. sehingga total aset yang ada bisa menutup total hutang perusahaan.
52
b) Rasio Utang Terhadap Equitas Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya proprsi utang terhadap modal. Rasio ini dihitung sebagai hasil bagi antara total utang dengan Modal, Rumus yang digunakan :
Tabel 3.1.18 Hasil Perhitungan Rasio Utang Terhadap Modal PT. Sentul City Tbk. Keterangan
2011
2012
2013
2014
2015
Utang
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
695.846.681.418
1.337.823.358.974
3.785.870.536.508
3.585.237.676.023
4.596.177.463.580
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
4.594.536.235.454
4.816.407.946.397
6.879.842.825.190
6.210.827.586.227
6.549.719.346.013
0,15
0,28
0,55
0,58
0,70
Modal
Total Rasio
Sumber: Data sekunder PT. Sentul city Tbk. yang telah diolah
Grafik 3.1.18 Trend Rasio Utang Terhadap Modal PT. Sentul City Tbk.
53
Berdasarkan perhitungan Rasio Utang Terhadap Modal PT. Sentul City Tbk. Dapat dilihat bahwa dari tahun 2011 hingga tahun 2015 perusahaan mengalami kenaikan yang cukup signifikan setiap tahunnya. Hal ini berarti bahwa Rp. 1 dari Utang atau Pinjaman perusahaan dijamin oleh Rp. 0,70 dari modal perusahaan. Hal ini disebabkan adanya peningkatan jumlah utang perusahaan. Tetapi peningkatan hutang perusahaan mampu dibiayai oleh pendapatan modal atau modal perusahaan yang diperoleh dari pihak ketiga. Kondisi ini cukup menyulitkan perusahaan karena jika semakin tinggi Rasio Utang Terhadap Modal, maka semakin banyak pula modal yang dikeluarkan perusahaan untuk menjamin utang perusahaan. Sedangkan perusahaan memerlukan utang dan modal perusahaan untuk mengembangkan perusahaan. Maka dari itu perusahaan harus lebih giat untuk melakukan penjualan atau untuk mendapatkan keuntungan guna membantu pembayaran utang perusahaan. c) Rasio hutang jangka panjang terhadap modal Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya proporsi utang jangka panjang terhadap modal. Rumus yang digunakan :
54
Tabel 3.1.19 Hasil Perhitungan Rasio Utang Jangka Panjang terhadap Modal PT. Sentul City Tbk. Keterangan
2011
2012
2013
2014
2015
Utang
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Jangka
170.750.490.080
683.549.510.334
2.328.486.735.736
1.258.591.288.679
1.368.252.636.975
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
4.594.536.235.454
4.816.407.946.397
6.879.842.825.190
6.210.827.586.227
6.549.719.346.013
0,04
0,14
0,34
0,20
0,21
Panjang
Modal
Total Rasio
Sumber: Data sekunder PT. Sentul City Tbk. yang telah diolah
Grafik 3.1.19 Trend Rasio Utang Jangka Panjang Terhadap Modal PT. Sentul City Tbk. Berdasarkan perhitungan Rasio Utang Jangka Panjang Terhadap Modal PT. Sentul City Tbk. Dapat dilihat bahwa dari tahun 2011 hingga tahun 2013 mengalami kenaikan rasio Utang Jangka Panjang Terhadap Modal,
hal ini diakibatkan adanya peningkatan utang Jangka panjang
Perusahaan pada tahun 2013. Peningkatan utang jangka panjang ini digunakan oleh perusahaan guna mengembangkan usaha propertinya, bisa
55
dalam hal membeli bahan – bahan bangunan yang digunakan dalam membuat Real Estate. Sedangkan pada tahun 2014 dan tahun 2015 terjadi penurunan dalam tingkat Rasio Utang jangka Panjang terhadap Modal Perusahaan. Hal ini dikarenakan perusahaan lebih mengutamakan menggunakan modal usahanya untuk mengembangkan usahanya dibanding mengajukan pinjaman ke bank lain. Hal ini mengakibatkan penurunan jumlah hutang jangka panjang perusahaan.
d) Rasio kelipatan bunga Merupakan rasio yang menunjukan sejauh mana atau berapa kali kemampuan perusahaan dalam membayar bunga, kemampuan perusahaan disini diukur dari jumlah laba sebelum bunga dan pajak. Rumus rasio kelipatan bunga :
Tabel 3.1.20 Hasil Perhitungan Rasio Kelipatan Bunga yang dihasilkan PT. Sentul City Tbk. keterangan
2011
2012
2013
2014
2015
Laba
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
156.853.638.596
248.345.307.082
640.129.649.223
68.506.952.993
62.046.220.824
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
59.802.838.157
74.283.835.933
13.903.347.063
67.498.318.947
20.602.203.114
2,62
3,34
46,04
1,01
3,01
sebelum
bunga
dan
pajak Beban Bunga
Total Rasio
Sumber: Data sekunder PT. Sentul City Tbk. yang telah diolah
56
Grafik 3.1.20 Trend Rasio Kelipatan Bunga yang Dihasilkan PT. Sentul City Tbk. Berdasarkan perhitungan Rasio Kelipatan Bunga yang Dihasilkan PT. Sentul City Tbk dapat dilihat bahwa tahun 2013 merupaka tahun tertinggi dari total Rasio Kelipatan Bunga yang dihasilkan, hal ini berarti bahwa perusahaan memiliki kemampuan dari laba sebelum bunga dan pajak perusahaan untuk membayar beban bunga pada tahun 2013 sebanyak 46,04 %. Hal ini disebabkan karena perusahaan mampu menekan biaya operasional perusahaan dan meningkatkan harga jual perusahaan, serta adanya penurunan tingkat beban bunga perusahaan pada tahun 2013, sehingga perusahaan dapat meningkatkan laba sebelum bunga dan pajak perusahaan. Maka dari itu perusahaan mampu membayar beban bunga pada tahun 2013. Sedangkan pada tahun 2014 hingga tahun 2015 perusahaan mengalami penurunan tingkat Rasio Kelipatan Bunga yang Dihasilkan hal ini berarti bahwa Laba yang dihasilkan perusahaan pada
57
tahun tersebut hanya mampu membayar biaya bunga sebesar 3,01% dari beban bunga perusahaan. Hal ini bisa disebabkan oleh adanya peningkatan biaya operasional perusahaan, serta rendahnya harga properti pada tahun tersebut sehingga perusahaan tidak dapat meningkatkan jumlah laba sebelum bunga dan pajaknya. e) Rasio laba operasional terhadap kewajiban `Merupakan
rasio
yang
menunjukkan
kemampuan
perusahaan dalam melunasi seluruh kewajiban. Kemampuan perusahaan disini diukur dari jumlah laba operasional.
Tabel 3.1.21 Hasil Perhitungan Rasio Laba Operasional Terhadap Kewajiban PT. Sentul City tbk. keterangan
2011
2012
2013
2014
2015
Laba
Rp.
Rp. 233.741.225.608
Rp. 68.818.558.874
Rp. 180.984.643.056
Rp. 204.547.112.322
Operasional
125.853.638.596
Kewajiban
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
695.846.681.418
1.337.823.358.974
3.785.870.536.508
3.585.237.676.023
4.596.177.463.580
0,18
0,17
0,02
0,05
0,04
Total Rasio
Sumber: Data sekunder PT. Sentul City Tbk. yang telah diolah
58
Grafik 3.1.21 Trend Rasio Laba Operasional Terhadap Kewajiban PT. Sentul City Tbk. Berdasarkan perhitungan Rasio Laba Operasional Terhadap Kewajiban PT. Sentul City Tbk dapat dilihat bahwa dari tahun 2011 hingga tahun 2013 mengalami tingkat penurunan yang cukup signifikan, hal ini diakibatkan adanya penurunan Laba operasional perusahaan yang diakibatkan oleh meningkatnya beban operasional perusahaan, serta adanya peningkatan kewajiban perusahaan perusahaan yang cukup signifikan. Meningkatnya kewajiban perusahaan, hal ini sebaiknya tidak membuat para investor menjadi khawatir untuk memberikan pinjaman dana pada perusahaannya. Karena semakin banyak kewajiban perusahaan makan semakin banyak pula kepercayaan memberikan
pinjaman
kepada
perusahaan
investor untuk
yang sudah melakukan
pengembangan perusahaan. Namun hal ini juga perlu menjadi perhatian perusahaan untuk meningkatkan pendapatan perusahaan karena demi
59
menjaga kepercayaan pihak ketiga dalam pembiayaan kewajiban perusahaan. Sedangkan pada tahun 2014 dari tahun 2013 perusahaan sudah mampu meningkatan kembali laba operasional perusahaan sehingga perusahaan
mampu
sedikit
demi
sedikit
mengurangi
kewajiban
perusahaan. Namun pada tahun 2015 kembali terjadi penurunan walaupun tidak signifikan, hal ini disebabkan karena perusahaan membutuhkan tambahan dana untuk melakukan penyelesaian atas proyek yang diterima perusahaan. 2) Rasio solvabilitas PT. Agung Podomoro Land Tbk. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Rasio solvabilitas menunjukkan besarnya aktiva perusahaan yang didanai dengan kewajiban panjang perusahaan. Perusahaan yang tidak solvable adalah
perusahaan
yang
total
hutangnya
lebih
besar
dibandingkan total asetnya, (Hanafi dan Halim, 2003: 81). Rasio solvabilitas dapat dihitung dengan berbagai cara, yaitu: a) Rasio utang Terhadap Aset Rasio utang terhadap aset merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aset. Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar aset perusahaan dibiayai oleh utang, Rumus yang digunakan:
60
Tabel 3.1.22 Hasil Perhitungan Rasio Utang Terhadap Aset PT. Agung Podomoro Land Tbk. keterangan
2011
2012
2013
2014
2015
Utang
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
5.758.534.675
9.095.791.840
12.467.225.579
15.223.273.846
15.486.506.033
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
10.787.265.542
15.195.642.352
19.679.908.990
23.686.158.211
24.559.174.988
Aset
Total Rasio
0,53
0,60
0,63
0,64
0,63
Sumber: Data sekunder PT. Agung Podomoro Land Tbk. yang telah diolah
Grafik 3.1.22 Trend Rasio Utang Terhadap Aset PT. Agung Podomoro Land Tbk. Berdasarkan perhitungan rasio Utang Terhadap Aset PT. Agung Podomoro Land Tbk. Dapat dilihat bahwa dari tahun 2011 hingga tahun 2015 terjadi kenaikan Rasio Utang Terhadap Aset perusahaan. Kenaikan ini cukup signifikan kenaikannya, hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan total hutang perusahaan. Peningkatan total hutang usaha tersebut juga diikuti oleh peningkatan total aset. Dengan demikian berarti bahwa adanya peningkatan hutang perusahaan tersebut digunakan untuk mengembangkan
usahanya,
dan
untuk
meningkatan
persediaan
perusahaan. yang berarti bahwa Rp. 1 dari total hutang perusahaan mampu dikembalikan dengan Rp. 0,60 dari total aset perusahaannya. Hal ini juga berarti bahwa perusahaan masih mendapatkan kepercayaan dari setiap kreditornya untuk mengambil pinjaman guna mengembangkan usahanya, serta jika suatu saat perusahaan ingin melakukan likuidasi maka total aset
61
perusahaan yang ada mampu untuk mengembalikan semua total hutang perusahaan. b) Rasio Utang Terhadap Equitas. Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya proprsi utang terhadap modal. Rasio ini dihitung sebagai hasil bagi antara total utang dengan Modal, Rumus yang digunakan :
Tabel 3.1.23 Hasil Perhitungan Rasio Utang Terhadap Modal PT. Agung Podomoro Land Tbk. Keterangan
2011
2012
2013
2014
2015
Utang
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
5.758.534.675
9.095.791.840
12.467.225.579
15.223.273.846
15.486.506.033
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
5.028.730.867
6.348.903.770
7.212.683.391
8.462.884.365
9.072.668.928
Modal
Total Rasio
1,15
1,43
1,73
1,80
1,71
Sumber: Data Sekunder PT. Agung Podomoro Land Tbk yang telah diolah
Grafik 3.1.23 Trend Rasio Utang Terhadap Modal PT. Agung Podomoro Land Tbk
62
Berdasarkan perhitungan Rasio Utang Terhadap Modal PT. Agung Podomoro Land Tbk. Dapat dilihat bahwa pada tahun 2011 hingga tahun 2014 mengalami peningkatan rasio Utang Terhadap Modal Perseroaan tersebut. Hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan hutang perusahaan dibandingkan modal yang di peroleh perusahaan. Hal ini dikarenakan perusahaan membutuhkan suntikan dana
yang
cukup
besar
untuk
melakukan
pengenmbangan
terhadap
perusahaannya, atau bisa juga karena perusahaan memerlukan dana guna menyelesaikan proyeknya. Jadi, dari perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pembiayaan perusahaan berasal dari pinjaman ( Hutang ). Keadaan ini berarti bahwa perusahaan masih memperoleh kepercayaan yang cukup besar dari pihak kreditor untuk mengambil pinjaman.
c) Rasio utang jangka panjang Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya proporsi utang jangka panjang terhadap modal. Rumus yang digunakan :
Tabel 3.1.24 Hasil Perhitungan Rasio Utang Jangka Panjang Terhadap Modal PT. Agung Podomoro Land Tbk.
63
keterangan
2011
2012
2013
2014
2015
Utang
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Panjang
4.913.723.332
4.547.895.920
7.258.586.782
9.264.304.640
8.445.146.408
Modal
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
5.028.730.867
6.348.903.770
7.212.683.391
8.462.884.365
9.072.668.928
Jangka
Total Rasio
0,98
0,72
1,01
1,09
0,93
Sumber: Data sekunder PT. Agung Podomoro Land Tbk yang telah diolah
Grafik 3.1.24 Trend Rasio Utang Jangka Panjang Terhadap Modal PT. Agung Podomoro Land Tbk. Berdasarkan perhitungan Rasio Utang Jangka Panjang Terhadap Modal PT. Agung Podomoro Land Tbk dapat dilihat bahwa perusahaan mengalami tingkat kenaikan dan penurunan yang cukup signifikian setiap tahunnya, hal ini dapat dilihat pada tahun 2012 merupakan tahun terendah dari Rasio Utang Jangka Panjang Terhadap Modal Perusahaan, hal ini disebabkan karena adanya penurunan tingkat hutang Jangka Panjang perusahaan, yang berarti bahwa perusahaan Mampu mengurangi hutang jangka panjangnya dari
tahun
sebelumnya. Yang berarti pada tahun 2012 pembiayaan hutang jangka panjang
64
perusahaan di bantu oleh jumlah modal perusahaan. Sedangkan pada tahun 2014 mengalami peningkatan Rasio Utang Jangka Panjang Terhadap Modal Perusahaan, adanya peningkatan hutang Jangka Panjang Perusahaan, peningkatan ini dikarenakan perusahaan membutuhkan dana untuk melakukan pengembangan usahanya, karena jika perusahaan hanya bergantung pada perputaran dari dana Penjualan maka perusahaan akan kewalahan dalam menyelesaikan semua proyek – proyek yang sedang di tanganinya. Maka dari itu, perusahaan memerlukan dana sampingan untuk menutup kekurangan dananya. Salah satunya dari dana pinjaman jangka panjang.
d) Rasio kelipatan bunga Merupakan rasio yang menunjukan sejauh mana atau berapa kali kemampuan perusahaan dalam membayar bunga, kemampuan perusahaan disini diukur dari jumlah laba sebelum bunga dan pajak. Rumus rasio kelipatan bunga :
Tabel 3.1.25 Hasil Perhitungan Rasio Kelipatan Bunga Yang Dihasilkan PT. Agung Podomoro Land Tbk.
65
Keterangan
2011
2012
2013
2014
2015
Laba Sebelum
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
bunga dan pajak
888.224.228
1.097.546.731
1.177.175.519
1.229.697.293
1.138.920.945
Beban Bunga
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
123.237.957
378.462.634
476.950.569
613.844.904
683.405.853
7,21
2,90
2,47
2,00
1,67
Total Rasio
Sumber: Data sekunder PT. Agung Podomoro Land Tbk. yang telah diolah
Grafik 3.1.25 Trend Rasio Kelipatan Bunga Yang Dihasilkan PT. Agung Podomoro Land Tbk Berdasarkan hasil Perhitungan Rasio Kelipatan Bunga yang Dihasilkan PT. Agung Podomoro Land Tbk dapat dilihat bahwa dari tahun 2011 hinga tahun 2015 perusahaan mengalami penurunan yang cukup signifikan pada rasio ini hal ini diakibatkan adanya peningakatan beban bunga dari usaha tersebut. Walau demikian, perusahaan masih mampu membayar beban bunga perusahaan dari total laba sebelum bunga dan pajak perusahaan.
66
Tingginya beban bunga yang dihasilkan oleh perusahaan disebabkan adanya peningkatan pajak pembangunan, pembuatan ijin mendirikan bangunan, serta beban bunga yang timbul dari adanya pinjaman jangka pendek dan jangka panjangnya. Semakin tinggi pinjaman perusahaan maka semakin besar pula beban bunga yang akan dihasilkan oelh perusahaan. Untuk menghindari
adanya
peningkatan
perusahaan,
perusahaan
harus
mengalihkan pinjaman berupa hutang menjadi pinjaman modal. Agar tingkat beban bunga perusahaan mangalami penurunan.
e) Rasio laba operasional terhadap kewajiban Merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam melunasi seluruh kewajiban. Kemampuan perusahaan disini diukur dari jumlah laba operasional.
Tabel 3.1.26 Hasil Perhitungan Rasio Laba Operasional Terhadap Kewajiban PT. Agung Podomoro Land Tbk. Keterangan
2011
2012
2013
2014
2015
Laba Operasional
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
830.515.842
1.260.160.168
1.275.609.126
1.429.581.653
1.688.236.522
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
5.758.534.675
9.095.791.840
12.467.225.579
15.223.273.846
15.486.506.033
Kewajiban
Total Rasio
0,14
0,14
0,10
0,09
Sumber: Data sekunder PT. Agung Podomoro Land Tbk. yang telah diolah
0,11
67
Grafik 3.1.26 Trend Rasio Laba Operasional Terhadap Kewajiban PT. Agung Podomoro Land Tbk. Berdasarkan hasil Perhitungan Rasio Laba Operasional Terhadap Kewajiban PT. Agung Podomoro Land Tbk dapat dilihat bahwa dari tahun 2011 hingga tahun 2014 mengalami tingkat penurunan yang cukup signifikan yang berarti bahwa kontri busi laba operasional perusahaan terhadap kewajiban perusahaan mengalami penurunan. Penurunan tingkat laba operasional perusahaan dikarenakan adanya peningkatan beban – beban operasional perusahaan, serta semakin meningginya kewajiban perusahaan. Peningkatan kewajiban perusahaan digunakan untuk mengembangkan kegiatan usaha perusahaan. Sedangkan pada tahun 2015 mengalami sedikit peningkatan yang berarti laba operasional perusahaan pada tahun itu meningkat.
68
d. Rasio Aktivitas 1) Rasio Aktivitas PT. Sentul City Tbk Rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur sejauh mana efektivitas penggunaan aset dengan melihat tingkat efektivitas aset Rasio ini melihat pada beberapa aset kemudian menentukan berapa tingkat aktivitas aktivaaktiva tersebut pada kegiatan tertentu. Aktivitas yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam pada aktiva-aktiva tersebut. Dana kelebihan tersebut akan ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif. Rasio menunjukkan
keefektifan
sebuah
perusahaan
dalam
menggunakan aktiva yang dimilikinya. Rasio aktivitas terdiri dari : a) Rasio Perputaran Piutang Rata-rata umur piutang melihat berapa lama yang diperlukan untuk melunasi piutang .Semakin lama rata-rata piutang berarti semakin besar dana yang tertanam pada piutang. Semakin tinggi tingkat perputaran piutang berarti semakin cepat dana yang diinvestasikan pada piutang dagang dapat ditagih menjadi uang tunai atau menunjukkan modal kerja yang ditanam dalam piutang rendah. Sebaliknya jika
69
tingkat perputaran piutang rendah berarti piutang dagang membutuhkan waktu yang lebih lama untuk dpat ditagih dalam bentuk uang tunai atau menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang dalam piutang besar.Rumus dari rasio perputaran piutang : Perputaran piutang =
Penjualan Piutang
Rata-rata umur piutang =
365 Perputaran piutang
Tabel 3.1.27 Hasil Perhitungan Rasio Perputaran Piutang Usaha PT. Sentul City Tbk. keterangan
2011
2012
2013
2014
2015
Penjualan
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
kredit
320.476.593.747
435.893.798.043
673.391.620.427
498.730.676.239
391.860.797.674
Rata – Rata
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Piutang
205.611.886.897
371.532.557.296
544.476.745.078
605.306.975.636
569.082.596.802
Lamanya
234
311
295
443
530
Total
1,56
1,17
1,24
0,82
0,69
(70%)
Usaha
Sumber: Data sekunder PT. Sentul City Tbk. yang telah diolah
70
Grafik 3.1.27 Trend Rasio Perputaran Piutang Usaha PT. Sentul City Tbk. Berdasarkan hasil perhitungan Rasio Perputaran Piutang Usaha PT. Sentul City Tbk dapat dilihat bahwa pada tahun 2011 hingga tahun 2015 mengalami penurunan tingkat rasio yang cukup signifikan walaupun pada tahun 2013 mengalami sedikit peningkatan Perputaran Piutang Usaha, hal ini disebabkan karena adanya peningkatan penjualan kredit perusahaan dan peningkatan rata – rata total Piutang usaha. Yang berarti bahwa perusahaan baru bisa merealisasikan piutangnya selama kurang lebih 400 kali, hal ini cukup menyulitkan bagi perusahaan, karena pihak manajemen belum bisa efektif dalam melakukan penagihan piutangnya. Namun, pada tahun 2013 mengalami peningkatan tingkat perputaran rasio Perputaran Piutang Usaha. Hal ini dikarenakan penurunan penjualan kredit dan penurunan rata – rata Piutang usaha maka dari itu perusahaan mampu merealisasikan piutang usahanya dalam 200 kali, pada tahun 2013 ini sistem penagihan piutang
71
usaha perseroan dirasa cukup mampu untuk melakukan realisasi penagihan piutang usaha. b) Rasio Perputaran Persediaan Perputaran persediaan
menunjukkan berapa
kali
persediaan barang berputar selama satu periode tertentu, tingkat perputaran persediaan ini dihitung dengan membagi harga pokok penjualan dengan persediaan rata-rata. Perputaran persediaan yang tinggi menandakan semakin tingginya persediaan berputar dalam satu tahun dan ini menandakan efektivitas menajemen persediaan. Sebalinya ,perputaran persediaan yang rendah mengindikasikan mismanajemen seperti kurangnya pengendalian persediaan yang efektif. Rumus rasio perputaran persediaan sebagai berikut : Perputaran persediaan=
Harga produk penjualan Persediaan
Rata-rata umur persediaan =
365 Perputaran persediaan
72
Tabel 3.1.28 Hasil Perhitungan Rasio Perputaran Persediaan PT. Sentul City Tbk. keterangan
2011
2012
2013
2014
2015
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
457.832.705.353
622.705.425.776
961.988.029.182
712.472.394.627
559.801.139.534
Rata – Rata
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Persediaan
1.173.770.344.965
1.189.191.293.800
3.161.603.702.214
5.224.181.850.112
3.580.341.330.528
Lamanya
936
697
1200
2676
2334
Total
0,39
0,52
0,30
0,14
0,16
Penjualan
Sumber: Data sekunder PT. Sentul City Tbk. yang telah diolah
Garfik 3.1.28 Trend Rasio Perputaran Persediaan PT. Sentul City Tbk Berdasarkan perhitungan Rasio Perputaran Persediaan PT. Sentul City Tbk. Dapat dilihat bahwa pada tahun 2011 menuju tahun 2012 mengalami kenaikan tingkat Rasio Perputaran Persediaan hal ini diakibatkan adanya peningkatan tingkat penjualan, sehingga tingkat persediaan yang menurun persediaan yang tercatat dalam akun neraca perusahaan berupa persediaan lahan siap huni, perumahan, serta apartemen dan hotel yang masih dalam proses pembangunan, serta didalam
73
persediaan hotel tercatat stok makanan serta minuman. Penurunan ini berarti bahwa perusahaan mampu melakukan perputaran persediaan perusahaan. Sedangkan pada tahun 2013 hingga tahun 2014 mengalami tingkat penurunan Rasio Perputaran Persediaan perusahaan. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan jumlah persediaan perusahaan namun tidak diimbangi dengan adanya peningkatan penjualan. Sehingga tingkat perputaran persediaan perusahaan mengalami penurunan. c) Perpuatan Modal Kerja Merupakan rasio yang mengukur aktivitas perusahaan terhadap kelebihan aktiva lancar atas kewajiban lancar serta menunjukkan banyaknya penjualan (dalam Rupiah) yang dapat diperoleh
perusahaan
untuk
tiap
rupiah
modal
kerja,
(Sawir,2009:16)
Perputaran Modal Kerja = Tabel 3.1.29 Hasil Perhitungan Rasio Perputaran Modal Kerja PT. Sentul City Tbk Keterangan
2011
2012
2013
2014
2015
Penjualan
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
457.832.705.353
622.705.425.776
961.988.029.182
712.472.394.627
559.801.139.534
Rata – Rata
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Aset Lancar
1.644.680.259.261
1.852.375.416.778
4.373.051.775.643
6.820.521.578.385
5.584.926.600.136
Total Rasio
0,28
0,34
0,22
Sumber: Data sekunder PT. Sentul City Tbk. yang telah diolah
0,10
0,10
74
Grafik 3.1.29 Trend Rasio Perputaran Modal Kerja PT. Sentul City Tbk. Berdasarkan perhitungan rasio Perputaran Modal Kerja PT. Sentul City Tbk. Mengalami tingkat penurunan dan peningktatan yang cukup signifikan pertahunnya. dapat dilihat pada tahun 2012 merupakan tahun yang mengalami tingkat rasio Perputaran Modal Kerja Perusahaan, peningkatan ini terjadi karena peningkatan penjualan yang diikuti oleh peningkatan total aset lancar perusahaan. Sedangkan pada tahun 2013 hingga tahun 2015 mengalami tingkat penurunan rasio Perputaran Modal Kerja
perusahaan
yang
dikarenakan
menurunnya
penjualan
dan
meningkatnya penjualan adanya penurunan ini diakrenakan perusahaan masih berfokus pada proyek – proyek yang belum terselesaikan maka dari itu perusahaan belum mampu meningkatkan total penjualan perusahaan.
75
d) Perputaran Total Aktiva Sama seperti haknya rasio perputaran aktiva tetap ,rasio ini menghitung efektivitas penggunaan total aktiva Rasio yang tinggi biasanya menunjukkan manajemen yang baik, sebaliknya rasio yang rendah harus membuat manajemen mengevaluasi strategi pemasarannya, dan pengeluaran modalnya/investasi. Perputaran Total Aktiva=
Penjualan Rata-rata total asset
Tabel 3.1.30 Hasil Perhitungan Rasio Perputaran Total Aktiva PT. Sentul City Tbk Keterangan
2011
2012
2013
2014
2015
Penjualan
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
457.832.705.353
622.705.425.776
961.988.029.182
712.472.394.627
559.801.139.534
Rata – rata
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
total Aset
5.052.349.035.303
5.722.307.111.122
8.650.064.057.482
10.470.981.035.922
10.230.889.311.974
Total Rasio
0,09
0,11
0,11
0,07
Sumber: Data Sekunder PT. Sentul City Tbk. yang telah diolah
Grafik 3.1.30 Trend Rasio Perputaran Total Aset PT. Sentul city Tbk.
0,05
76
Berdasrkan perhitungan Rasio Perputaran Total Aset PT. Sentul City Tbk. Mengalami tingkat penurunan dan penigkatan yang cukup signifikan dalam setiap tahunnya. Dapat dilihat pada tahun 2011 hingga tahun 2013 mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Peningkaatan ini dikarenakan kontribusi penjualan terhadap total aset perusahaan lebih besar atau dalam kata lain perusahaan mampu mendapatkan kas dan setara kas yang mempengaruhi total aset sebesar 0,11 dari total aset. Sedangkan pada tahun 2014 hingga 2015 mengalami penurunan yang cukup signifikan dikarenakan kontribusi penjualan terhadap total aset perusahaan mengalami penurunan, atau dalam kata lain perusahaan mengalami penurunan penjualan, serta meningkatnya persediaan dan piutang usaha perusahaan pada total aset perusahaan. Untuk meningkatkan tingkat Rasio Perputaran Aset perusahaan seharusnya menghindari adanya penjualan secara kredit, serta menggunakan persediaan – persedian yang masih ada di perusahaan tanpa harus membeli persediaan baru. Melakukan promosi – promosi guna memberikan daya tarik pada konsumen untuk membeli produk – produk perusahaan. Dengan adanya kegiatan diatas dirasa bisa meningkatkan kontribusi penjualan terhadap total aset perusahaan. e) Rasio Perputaran Aktiva Tetap Rasio ini mengatur sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Rasio ini memperlihatkan sejauh mana efektivitas perusahaan menggunakan aktiva tetapnya. Semakin tinggi rasio
77
ini berarti semakin efektif penggunaan aktiva tetap tersebut. Rumus dari rasio perputaran aktiva tetap adalah : Perputaran Aktiva Tetap :
Penjualan Rata-rata aset tetap
Tabel 3.1.31 Hasil Perhitungan Rasio Perputaran Aktiva Tetap Kerja PT. Sentul City Tbk Keterangan
2011
2012
2013
2014
2015
Penjualan
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
457.832.705.353
622.705.425.776
961.988.029.182
712.472.394.627
559.801.139.534
Rata – rata
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Aset tetap
3.403.168.776.042
3.846.502.916.991
4.036.920.557.892
3.410.367.733.589
4.886.054.435.786
0,13
0,16
0,24
Total Rasio
0,21
0,11
Sumber: Data sekunder PT. Sentul City Tbk yang telah diolah
Grafik 3.1.31 Trend Rasio Perputaran Aktiva Tetap PT. Sentul City Tbk. Berdasarkan hasil perhitungan Rasio Perputaran Aktiva Tetap PT. Sentul City Tbk. Perusahaan mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada tahun 2013 hal ini berarti bahwa kontribusi penjualan
78
terhadap aktiva tetap cukup tinggi. Karena dengan tingginya tingkat penjualan maka perusahaan harus menambah aset tetapnya berupa lahan untuk pengembangan, mesin – mesin pembangunan, dll. Sedangkan pada tahun 2014 hingga 2015 mengalami penurunan yang cukup signifikan hal ini berarti bahwa kontribusi penjualan terhadap perputaran aktiva tetap mengalami penurunan. Penurunan ini dikarenakan kurangnya penjualan maka perusahaan mengurangi aset tetap berupa pembelian tanah, serta aset tetap yang digunakan untuk pengembangan usahanya. Untuk menghindari adanya penurunan tingkat Rasio Perputaran Aktiva perusahaan harus melakukan peningkatan penjualan dengan cara mengelola aset tetap berupa lahan siap jual. Atau dengan cara mengurangi aset tetap perusahaan yang tidak berfungsi secara optimal. Jadi, bisa mengurangi beban akumulasi penyusutan aset tetap yang tidak berfungsi secara optimal, dan meningkatkan aset lancar perusahaan berupa kas dan setara kas. 2) Rasio Aktivitas PT. Agung Podomoro Land Tbk. Rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur sejauh mana efektivitas penggunaan aset dengan melihat tingkat efektivitas aset Rasio ini melihat pada beberapa aset kemudian menentukan berapa tingkat aktivitas aktiva-aktiva tersebut pada kegiatan tertentu. Aktivitas yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam pada aktiva-aktiva tersebut. Dana kelebihan tersebut akan ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif. Rasio
79
menunjukkan keefektifan sebuah perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Rasio aktivitas terdiri dari : a) Rasio Perputaran Piutang Rata-rata umur piutang melihat berapa lama yang diperlukan untuk melunasi piutang .Semakin lama rata-rata piutang berarti semkin besar dana yang tertanam pada piutang. Semakin tinggi tingkat perputaran piutang berarti semakin cepat dana yang diinvestasikan pada piutang dagang dapat ditagih menjadi uang tunai atau menunjukkan modal
kerja
yang
ditanam dalam piutang
rendah.
Sebaliknya jika tingkat perputaran piutang rendah berarti piutang dagang membutuhkan waktu yang lebih lama untuk dpat ditagih dalam bentuk uang tunai atau menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang dalam piutang besar. Rumus dari rasio perputaran piutang : Perputaran piutang =
Penjualan Piutang
Rata-rata umur piutang =
365 Perputaran piutang
80
Tabel 3.1.32 Hasil Perhitungan Rasio Perputaran Piutang Usaha PT. Agung Podomoro Land Tbk. keterangan
2011
2012
2013
2014
2015
Penjualan
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Kredit (70%)
2.676.869.381
3.282.600.657
3.430.833.961
3.707.596.102
4.180.107.384
Rata – rata
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Piutang
1.366.573.939
2.031.109.891
2.504.429.353
2.384.871.619
1.884.898.039
Lamanya
186
226
266
235
165
Total Rasio
1,96
1,62
1,37
1,55
2,22
Sumber: Data sekunder PT. Agung Podomoro Land Tbk. yang telah diolah
Grafik 3.1.32 Trend Rasio Perputaran Piutang Usaha PT. Agung Podomoro Land Tbk. Berdasarkan perhitungan Rasio Perputaran Piutang Usaha PT. Agung Podomoro Land Tbk. Perusahaan mengalami tingkat kenaikan dan penurunan yang cukup signifkan. Dapat dilihat pada tahun 2015 merupakan tahun tertinggi dari Rasio Perputran Piutang usaha. Yang berarti perusahaan mampu merealisasikan piutang usahanya dalam wakti 165 kali, hal ini dirasa baik untuk sistem manajemen dalam merealisasikan
81
sistem penagihan. Sedangkan pada tahun 2013 merupakan tahun penurunan terendah dari Rasio Perputaran Piutang Usaha perusahaan yang berarti tingkat penjualan kredit perusahaan mengalami peningkatan. Dan perusahaan belum bisa mengoptimalkan sistem penagihan piutang usaha dan pengurangan penjualan kredit. Karena pada tahun 2013 perusahaan perlu melakukan evaluasi sistem kinerja manajemen dalam melakukan penagihan piutang usaha maka dari itu pada tahun 2014 dan 2015 perusahan melakukan evaluasi sehingga perusahan dapat meningkatakan penagihan piutang dan mengurangi piutang usaha perusahaan. b) Rasio Perputaran Persediaan Perputaran persediaan menunjukkan berapa kali persediaan barang berputar selama satu periode tertentu, tingkat perputaran persediaan ini dihitung dengan membagi harga pokok penjualan dengan persediaan rata-rata. Perputaran persediaan yang tinggi menandakan semakin tingginya persediaan berputar dalam satu tahun dan ini menandakan efektivitas menajemen persediaan. Sebaliknya, perputaran persediaan yang rendah mengindikasikan mismanajemen seperti kurangnya pengendalian persediaan yang efektif. Rumus rasio perputaran persediaan sebagai berikut : Perputaran persediaan=
Harga produk penjualan Persediaan
Rata-rata umur persediaan =
365 Perputaran persediaan
82
Tabel 3.1.2.4.2 Hasil Perhitungan Rasio Perputaran Persediaan PT. Agung Podomoro Land Tbk. keterangan
2011
2012
2013
2014
2015
Penjualan
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
3.824.099.116
4.689.429.510
4.901.191.373
5.296.565.860
5.971.581.977
Rata – rata
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Persediaan
3.444.332.235
2.930.267.294
3.227.652.815
5.031.084.463
6.329.941.445
Lamanya
329
228
240
347
387
Total Rasio
1,11
1,60
1,05
0,94
1,52
Sumber: Data sekunder PT. Agung Podomoro Land Tbk. yang telah diolah
Grafik 3.1.33 Trend Rasio Perputaran Persediaan PT. Agung Podomoro Land Tbk Berdasarkan perhitungan Rasio Perputaran Persediaan PT. Agung Podomoro Land Tbk. Perusahaan mengalami peningkatan dan penurunan yang cukup signifikan. Dapat dilihat pada tahun 2012 merupakan hasil tertinggi dari Rasio Perputaran Persediaan perusahaan. Yang berarti perusahaan mampu melakukan perputaran stok persediaan perusahaan
83
dalam waktu 228 kali, dengan adanya perputaran persediaan yang cukup cepat maka dari itu penjualan perusahaan mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Sedangkan pada tahun 2013 hingga tahun 2015 mengalami penurunan yang cukup signifikan hal ini dikarenakan perusahaan mengalami peningkatan penjualan dan peningkatan persediaan. Namun, persediaan yang dimiliki perusahaan lebih besar dibandingkan dengan penjualan perusahaan. Maka dari itu butuh wakti 387 kali penjualan untuk melakukan perrputaran persediaan. Sebaiknya untuk meningkatkan rasio Perputaran Persediaan ini perusahaan atau pihak manajemen malakukan penyetokan persediaan produk – produk yang mudah dijual atau yang paling sering diminati. Misalkan jika perusahan membangun perumahan elit dengan harga jual yang cukup mahal mungkin perputarannya akan sedikit lama dibandingkan dengan perumahan kelas menengah atas dengan harga jual yang lebih murah dan banyak diminati oleh konsumen – konsumen. c) Rasio Perputaran Aktiva Tetap Rasio ini mengatur sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan penuala berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Rasio ini memperlihatkan sejauh mana efektivitas perusahaan menggunakan aktiva tetapnya. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin efektif penggunaan aktiva tetap tersebut.
84
Rumus dari rasio perputaran aktiva tetap adalah :
Tabel 3.1.34 Hasil Perhitungan Rasio Perputaran Aktiva Tetap PT. Agung Podomoro Land Tbk. Keterangan
2011
2012
2013
2014
2015
Penjualan
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
3.824.099.116
4.689.429.510
4.901.191.373
5.296.565.860
5.971.581.977
Rata – Rata Aset
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Tetap
6.355.862.178
11.544.827.931
15.167.153.721
17.316.665.657
20.156.336.239
Total Rasio
0,60
0,41
0,32
0,31
0,30
Sumber: Data Sekunder PT. Agung Podomoro Land Tbk. yang telah diolah
Grafik 3.1.34 Trend Rasio Perputaran Aset Tetap PT. Agung Podomoro Land Tbk. Berdasarkan hasil Perhitungan Rasio Perputaran Aset Tetap perusahaan dapat dilihat dalam lima tahun terakhir perusahaan mengalami penurunan yang cukup signifikan hal ini dikarenakan adanya peningkatan aset tetap perusahaan sehingga kontribusi penjualan terhadap aset tetap perusahaan mengalami penurunan. Peningkatan Aset tetap perusahaan ini terjadi karena adanya pencatatan persediaan Aset Real Estat serta adanya persediaan properti investasi yang tidak berfungsi secara optimal tetapi perusahaan selalu menambahkan persediaannya sehingga total Aset Tetap Perusahaan mengalami peningkatan. Untuk mengurangi adanya penurunan Rasio Perputaran Aset Tetap perusahaan, maka pihak manajemen harus
85
mampu mengelola aset tetap perusahaan. Agar dapat menghasilkan atau meningkatkan pendapatan perusahaan. atau pengurangan terhadap aset tetap perusahaan yang tidak berfungsi secara optimal. d) Perputaran Total Aktiva Sama seperti haknya rasio perputaran aktiva tetap, rasio ini menghitung efektivitas penggunaan total aktiva Rasio yang tinggi biasanya
menunjukkan manajemen
yang
baik,
sebaliknya rasio yang rendah harus membuat manajemen mengevaluasi
strategi
pemasarannya,
dan
pengeluaran
modalnya/investasi . Perputaran Total Aktiva=
Penjualan Rata-rata total asset
Tabel 3.1.35 Hasil Perhitungan Rasio Perputaran Total Aktiva PT. Agung Podomoro Land Tbk. Keterangan
2011
2012
2013
2014
2015
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
3.824.099.116
4.689.429.510
4.901.191.373
5.296.565.860
5.971.581.977
Rata – Rata
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Total Aset
13.147.089.570
115.470.476.718
25.035.596.847
31.522.988.096
35.965.745.705
Total
0,29
0,04
0,20
0,17
0,17
Penjualan
Sumber: Data sekunder PT. Agung Podomoro Land Tbk. yang telah diolah
86
Grafik 3.1.35 Trend Rasio Perputaran Total Aktiva PT. Agung Podomoro Land Tbk. Berdasarkan perhitungan Rasio Perputaran Total Aktiva PT. Agung Podomoro Land Tbk. Mangalami peningkatan dan penurunan yang cukup signifikan. Hal ini dapat dilihat pada tahun 2011 merupakan tahun tertinggi Rasio Perputaran Total Aktiva yang berarti kontribusi penjualan terhadap total aktiva perusahaan mengalami peningkatan, atau dalam kata lain perusahaan mampu melakukan penjualan terhadap persediaan perusahaan sehingga jumlah aset perusahaan berkurang di persedian dan mengalami peningkatan di penjualan. Sedangkan tahun 2012 merupakan tahun terendah atas Rasio Perputaran Total Aktiva yang berarti kontribusi penjualan perusahaan mengalami penurunan. Penurunan ini bisa dikarenakan penjualan perusahaan yang sedang melambat dan juga bisa dikarenakan jumlah aset perusahan yang mengalami peningkatan. Peningkatan aset tetap ini dikarenakan perusahaan melakukan pembelian
87
persedian perusahaan dan adanya peningkatan piutang usaha perusahaan. Namun, perusahaan mampu meningkatkan kembali penjualan perusahaan pada tahun 2013 hingga tahun 2015 sehingga kontribusi penjualan hterhadap aktiva perusahaan mengalami peningkatan. e)
Perputaran Modal Kerja Merupakan rasio yang mengukur aktivitas perusahaan terhadap kelebihan aktiva lancar atas kewajiban lancar serta menunjukkan banyaknya penjualan (dalam rupiah) yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiaj modal kerja (Sawir,2009:16)
Perputaran Modal Kerja = Tabel 3.1.36 Hasil Perhitungan Rasio Perputaran Modal Kerja PT. Agung Podomoro Land Tbk. Keterangan
2011
2012
2013
2014
2015
Penjualan
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
3.824.099.116
4.689.429.510
4.901.191.373
5.296.565.860
5.971.581.977
Rata – Rata Aset
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Lancar
6.819.536.610
8.049.860.922
11.100.582.681
14.206.322.439
15.809.409.466
Total Rasio
0,56
0,58
0,44
0,37
Sumber: Data sekunder PT. Agung Podomoro Land Tbk. yang telah diolah
0,38
88
Grafik 3.1.36 Trend Rasio Perputaran Modal Kerja PT. Agung Podomoro Land Tbk. Berdasarkan Perhitungan Rasio Perputaran Modal Kerja PT. Agung Podomoro Land Tbk. mengalami peningkatan dan penurunan yang cukup signifikan. Peningkatan Rasio Perputaran Modal Kerja Perusahaan terjadi pada tahun 2012 hal ini dikarenakan kontribusi penjualan terhadap aset Lancar Perusahaan mengalmi peningkatan dengan kata lain perputaran aktiva lancar perusahaan berupa persedian berlangsung dengan cepat. Namun pada tahun 2013 hingga tahun 2015 mengalami penurunan yang cukup signifikan hal ini dikarenakan adanya peningkatan aktiva tetap, sebenarnya peningkatan aktiva tetap juga diikuti oleh peningkatan penjualan tapi penjualan perusahaan belum mampu memberikan kontribusi yang banyak terhadap Aktiva Lancar perusahaan. Perusahaan harus mampu
melakukan
perputaran
aktiva
lancar
perusahaan
seperti
89
meningkatkan perputaran persediaan dan perputaran piutang usaha perusahaan agar peningkatan penjulan perusahaan meningkat dan bisa digunakan untuk mengembangkan atau melakukan persedian bahan lainnya. 2. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PROFORMA PT. Sentul City Tbk. Dan PT. Agung Podomoro Land Tbk. beserta proyeksi tahun 2016 dan 2017 Pengertian Laporan Keuangan Performa adalah sebagai berikut: Laporan Keuangan Proforma adalah estimasi atau perkiraan susunan laporan keuangan pada waktu yang akan datang berdasarkan rasio – rasio pada tahun – tahun sebelumnya. Penyusunan laporan keuangan proforma cukup penting bagi perusahaan dan investor pada umumnya, terutama dari segi perencanaan keuangan perusahaan tersebut. Objek analisis laporan keuangan adalah laporan keuangan historis perusahaan selama beberapa periode. Analisis Laporan keuangan Proforma dapat digunakan untuk menganalisis data masa lampau, dan kemudian dapat di gunakan untuk proyeksikan di masa mendatang. Tujuan dari analisis Laporan Keuangan Proforma adalah a) untuk menganalisis kondisi keuangan perusahaan di masa lalu dan masa sekarang. b) Memproyeksi kondisi keuangan (presentasi dan posisi keuangan) perusahaan pada masa – masa mendatang.
90
a. Analisis Performa PT. Sentul City Tbk. Adalah sebagai berikut: 1) ANALISIS PERFORMA NERACA PT. Sentul City Tbk. a) Analisis Performa Neraca Pada Kenaikan dan Penurunan Aset Lancar Perusahaan.
Grafik 3.2.1.trend Keniakan dan Penurunan Total Aset Lancar Pada tahun 2011 hingga tahun 2015 dapat dilihat bahwa perusahaan mengalami kenaikan dan penurunan yang cukup signifikan. Kenaikan tertinggi terdapat pada tahun 2013 hal ini dikarenakan adanya peningkataan persediaaan sebesar 50% dari tahun sebelumnya. Yang berarti bahwa jumlah bangunan siap untuk dijual dan disewa pada perusahaan mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Serta pada tahun 2013 perusahaan juga mengalami peningkatan aset lancar lainnya berupa kas dan piutang usaha perusahaan, yang berarti bahwa perusahaan
91
mampu meningkatkan penjualannya baik penjualan kredit maupun penjualan tunai. Namum, perusahaan harus berhati – hati dengan adanya peningkatan piutang usaha karena semakin tinggi tingkat piutang usaha perusahaan maka semakin tinggi pula cadangan kerugian piutang yang harus perusahaan siap kan untuk mengantisipasi adanya kemungkinan – kemungkinan adanya piutang tak tertagih. Sedangkan pada tahun 2015 merupakan tahun terendah penurunan aset perusahaan hal ini dikarena kan adanya penurunan persediaan perusahaan hingga -40% dari tahun sebelumnya. Penurunan ini diimbangi dengan adanya peningkatan penjualan perusahaan yang berarti bahwa perusahaan mampu menjuala persediaan yang meningkat pada tahun lalu. Atau dalam singkatnya perusahaan mampu melakukan perputaran persediaan yang cukup cepat dalam 2 tahun. b) Analisis Performa Neraca Pada Kenaikan dan Penurunan Aset Tetap Perusahaan.
Grafik 3.2.2 Trend Kenaikan Dan Penurunan Total Aset Tetap
92
Dapat dilihat pada grafik diatas pada tahun 2011 hingga tahun 2015 perusahaan mengalami peningkatan dan penurunan yang cukup signifikan. Peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2015 hal ini dikarenakan peningkatan aset tetap perusahaan berupa tanah untuk pengembangan.
Peningkatan ini
terjadi karena perusahaan
ingin
melakukan peningkatan peningkatan terhadap usaha yang dijalaninya sehingga perusahaan melakukan pembelian tanah untuk dikembangkan. Serta adanya perkembangan Aset Tetap Lainnya, Aset tetap lainnya ini berupa kendaraan perusahaan serta mesin – mesin yang digunakan untuk melakukan
pembangunan
properti
yang
akan
dijual
perusahaan.
Sedangkan pada tahun 2014 mengalami penurunan yang cukup signifikan dikarenakan
adanya
penurunan
penyertaan
pada
entitas
asosiasi
perusahaan serta adanya penurunan uang muka penyertaan saham perusahaan. Sehingga posisi aset tetap perusahaan pada tahun 2014 mengalami penurunan.
93
c) Analisis Laporan Keuangan Proforma pada kenaikan dan penurunan Total Liabilitas jangka pendek
Grafik 3.2.3 Trend Kenaikan Dan Penurunan Total Liabilitas Jangka Pendek Dapat dilihat dari hasil grafik diatas bahwa pada tahun 2011 hingga tahun 2015 perusahaan mengalami kenaikan dan penuruan total liabilitas jangka pendek yang cukup signifikan. Hal ini dapat dilihat pada tahun 2014 merupakan tahun peningkatan total liabilitas jangka pendek perusahaan yang cukup signifikan. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan Uang Muka Pelanggan yang berarti bahwa penjualan perusahaan masih dalam proses uang muka, dan belum dilunasi oleh kedua pihak. Dalam arti perusahaan belum memberikan produknya kepada konsumen dan konsumen juga belum melunasi pembeliannya, serta adanya peningkatan utang murabahah. Utang murabahah merupakan utang yang timbul dari transaksi jual beli yang dilakukan atas dasar akad murabahah. Yang digunakan untuk memperoleh aktiva murabahah perusahaan.
94
Sedangkan pada tahun 2015 terjadi penurunan total liabilitas jangka pendek perusahaan hal ini terjadi karena adanya penurunan total pajak penghasilan perusahaan. Serta adanya penurunana sewa pembiayaan perusahaan sehingga kewajiban jangka pendek perusahaan pada tahun 2015 mengalami penurunan yang cukup signifikan.
d) Analsisi Laporan Keuangan Proforma Pada kenaikan dan penurunan total Liabilitas Jangka Panjang
Grafik 3.2.4 Trend Kenaikan dan Penurunan Total Liabilitas Jangka Panjang. Dapat dilihat dari grafik diatas bahwa perusahaan mengalami kenaikan dan penurunan yang cukup signifikan pada lima tahun terakhir yaitu pada tahun 2011 hingga tahun 2015. Dapat dilihat pada tahun 2013 merupakan tahun tertinggi peningkatan total Liabilitas Jangka Panjang perusahaan. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan pinjaman perusahaan
95
pada bank yang digunakan untuk mengembangkan perusahaan. Serta adanya peningkatan biaya sewa pendapatan perusahaan. Biaya sewa berupa pembiayaan sewa atas gedung kantor dll. Sedangkan pada tahun 2014 merupakan tahun terendah dari total Liabilitas Jangka panjang perusahaan. Penurunan ini terjadi karena adanya pengurangan utang pada bank dan tidak adanya biaya sewa perusahaan, serta adanya pengurangan uang muka penjualan. Yang berarti bahwa perusahaan mampu membiayai hutang jangka panjang di bank sebelum jatuh tempo. Sedangkan pada tahun 2015 sudah mengalami peningkatan kembali total liabilitas jangka panjang perusahaan.
96
e) Analisis Laporan Keuangan Proforma Pada Kenaikan dan Penurunan Total Ekuitas
Grafik 3.2.5 Trend Kenaikan dan Penurunan Total Ekuitas Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa pada tahun 2011 hingga tahun 2015 perusahaan mengalami peningkatan dan penurunan yang cukup signifikan. Dapat dilihat pada tahun 2013 merupakan tahun tertinggi peningkatan total ekuitas perusahaan. Peingkatan
tersebut
disebabkan
oleh
adanya
peningkatan
kepentingan non – pengendalian serta adanya peningkatan saldo laba yang belum ditentukan penggunaanya. Dengan adanya peningkatan tersebut maka perusahaan harus lebih giat dalam peningkatan kinerja perusahaan karena semakin banyak modal yang tertanam di perusahaan maka semakin banyak juga kompensasi yang harus diberikan kepada penyetor modal.
97
2) Analisis Proforma Pada Laba Rugi PT. Sentul City Tbk. a)
Analsisi Laporan Keuangan Proforma pada kenaikan dan penurunan Total Pendapatan bersih perusahaan.
Grafik 3.2.6 Trend Kenaikan dan Penurunan Total Pendapatan bersih Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa dari tahun 2011 hingga tahun 2015 mengalami tingkat kenaikan dan penurunan yang cukup signifikan, hal ini dapat dilihat pada tahun 2013 merupakan tingkat tertinggi kenaikan pendapatan bersih perusahaan dikarenakan adanya peningkatan penjualan tanah siap bangun, rumah hunian, ruko dan apartemen yang meningkat sebesar 54% dari tahun sebelumnya, serta adanya peningkatan penjualan properti pengelolaan kota sebesar 46,88% dari tahun sebelumnya. Hal ini berarti
98
perusahaan mampu meningkatkan penjualannya atau dalam arti perusahan mampu meningkatkan kinerja manajemen perusahaan dalam meningkatkan penjualannya. Sedangkan tahun 2014 terjadi penurunan yang cukup signifikan pada penjualan lahan siap bangun, rumah hunian, ruko dan apartemen serta pada penjualan restoran, taman hiburan dan lain – lain. Hal ini bisa dikarenakan melemahnya perekonomian pada tahun tersebut serta adanya inflasi pada mata uang rupiah yang cukup signifikan. b) Analisis Laporan Keuangan Proforma Pada kenaikan dan penurunan Total Laba Usaha
Grafik 3.2.7 Trend Kenaikan dan Penurunan total Laba Usaha Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa pada tahun 2011 hingga tahun 2015 terjadi kenaikan dan penurunan yang cukup signifikan. Peningkatan terjadi pada tahun 2014. Hal ini disebabkan karena adanya penurunan beban penjualan dan beban operasional lainnya. Sedangkan pada tahun 2012 dan 2013
99
merupakan tahun yang mengalami penurunan terendah total laba usaha. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan beban penjualan dan beban operasional lainnya. hal ini bisa dikarenakan biaya promosi untuk mengembangkan usaha perusahaan mengalami peningkatan yang cukup signifikan sehingga mengurangi laba usaha perusahaan. c) Analisis Laporan Keuangan Proforma Pada kenaikan dan penurunan total laba sebelum beban pajak perusahaan
Grafik 3.2.8 Trend Kenaikan dan Penurunan Total Laba Sebelum Beban Pajak Perusahaan. Berdasarkan hasil dari grafik diatas dapat dilihat bahwa pada tahun 2011 hingga tahun 2015 perusahaan mengalami tingkat penurunan yang cukup signifikan terhadap total laba sebelum beban pajak. Dapat dilihat pada tahun 2012 hingga tahun 2014 dikarenakan adanya penurunan jumlah laba atas kepemilikan investasi pada entitas asosiasi, bagian laba bersih entitas asosiasi,
100
dan pendapatan keuangan. Namun pada tahun 2015 pereusahaan sudah sedikit mamu meningkatkan total laba sebelum beban pajak penghasilan b. Analisis performa PT. Agung Podomoro Land Tbk. Adalah sebagai berikut: 1) ANALISIS PERFORMA NERACA a) Analisis Laporan Keuangan Proforma pada kenaikan dan penurunan total Aset Lancar
Grafik 3.2.9 Trend Kenaikan dan Penurunan Total Aset Lancar. Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa dari tahun 2011 hingga tahun 2015 terjadi kenaikan dan penurunan yang cukup signifikan, hal ini dapat dilihat pada tahun 2012 yang mengalami kenaikan yang cukuo signifikan hingga 44% dari tahun sebelumnya. Kenaikan ini disebabkan oleh adanya kenaikan piutang usaha – pihak ketiga perusahaan sebesar 49,22% dan piutang usaha lain – lain, adanya peningkatan ini
101
berarti perusahaan mampu meningkatkan penjualan kredit perusahaan, Namun, peningkatkan ini juga meningkatkan resiko adanya piutang tak tertagih, maka dari itu dengan adanya peningkatan piutang usaha perusahaan. Perusahaan harus meningkatkan cadangan kerugian piutang untuk mengantisipasi adanya piutang tak tertagih. Atau pihak managemen mengadakan peningkatan sistem penagihan piutang. Selain itu faktor yang memperngaruhi kenaikan total aset lancar pada tahun 2012 ini adalah adanya peningkatan total persediaan real estate perusahaan dan jumlah aset lancar yang tersedia untuk dijual. Sedangkan pada tahun 2015 terjadi penurunan yang cukup signifikan dikarenakan adanya penurunan piutang usaha lain – lain. Penurunan ini bisa berarti bahwa perusahaan mampu melakukan penagihan terhadap piutang usahanya. Namun, juga bisa berarti bahwa perusahaan mengalami penurunan penjualan kreditnya. Untuk mengantisipasi
adanya
penurunan
ini
perusahaan
harus
mampu
meningkatkan mutu penjualanya atau mengidentifikasi faktor apa yang mempengaruhi penurunan tersebut.
102
b) Analisis Laporan Keuangan Proforma pada kenaikan dan penurunan total Aset Tetap
Grafik 3.2.10 Trend Kenaikan dan Penurunan Total Aset Tetap.
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa pada tahun 2011 hingga tahun 2014 mengalami penurunan yang cukup signifikan hal ini terjadi karena adanya penurunan uang muka investasi saham, investasi saham pada entitas asosiasi. Penurunan ini bisa dikarenakan kinerja manajemen yang menurun sehingga para investor enggan melakukan investasi pada saham baru perusahaan ini. Namun pada tahun 2015 perusahaan sudah mampu meningkatkan total aset tetap perusahaan dikarenakan adanya peningkatan total aset tetap perusahaan berupa kendaraan dan mesin – mesin untuk membangun properti yang dijual
103
perusahaan, serta adanya peningkatan total persediaan perusahaan berupa Aset Real Estat. c) Analisis Laporan Keuangan Proforma pada kenaikan dan penurunan total Liabilitas Jangka Pendek
Grafik 3.2.11 Trend Kenaikan dan Penurunan Total Liabilitas Jangka Pendek. Berdasarkan hasil Grafik diatas dapat dilihat bahwa perusahaan mengalami penurunan yang cukup signifikan pada tahun 2011 hingga tahun 2014. Penurunan ini terjadi karena adanya penurunan total hutang jangka pendek perusahan terhadap bank, dan pihak ketiga. Penurunan ini dapat diartikan bahwa perusahaan mampu membiayai semua pinjaman jangka pendek perusahaan. Selain itu, juga perusahaan mampu meningkatkan kepercayaan pihak ketiga dan bank untuk memberikan pinjaman dengan cara membiayai hutang jangka pendeknya tepat waktu. Namun, pada tahun 2015 terjadi sedikit peningkatan terhadap total
104
liabilitas jangka pendek perusahaan dikarenakan perusahan membutuhkan dana untuk menyelesaikan proyek atau tender yang dimenangkannya. d) Analisis Laporan Keuangan Proforma pada kenaikan dan penurunan total Liabilitas Jangka Panjang
Grafik 3.2.12 Trend Kenaikan dan Penurunan Total Liabilitas jangka panjang Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa dari tahun 2011 hingga tahun 2015 mengalami kenaikan dan penurunan yang cukup signifikan hal ini dapat dilihat pada tahun 2013 mengalami kenaikan 60% dibandingkan dengan tahun sebelumnya, peningkatan ini terjadi karena adanya peningkatan uang muka penjualan dan pendapatan perusahaan yang meningkat hingga 50% dari tahun sebelumnya serta meningkatnya hutang obligasi perusahaan sebesar 36% dari tahun sebelumnya. Adanya peningkatan uang muka pendapatan dan penjualan ini dikarenakan perusahaan mampu meningkatkan penjualan dan pendapatan yang
105
dilakukan secara kredit. Karena adanya peningkatan uang muka pendapatan dan penjualan maka perusahaan memiliki kewajiban untuk memberikan produk perusahaan yang telah dipesan oleh konsumen, untuk memberikan produk tersebut perusahaan memerlukan dana tambahan untuk mewujudkan produk tersebut. Maka dari itu pada tahun 2013 juga mengalami peningkatan hutang jangka panjang perusahaan yang digunakan untuk mengembakan perusahaannya. Sedangkan pada tahun 2015 mengalami penurunan yang cukup signifikan di karenakan perusahaan mampu mengurangi hutang jangka panjang perusahaan berupa utang Lembaga Keuangan Lainnya,dan Utang Pembelian Aset Tetap perusahaan. e) Analisis Laporan Keuangan Proforma pada kenaikan dan penurunan total Ekuitas
Grafik 3.2.13 Trend kenaikan dan Penurunan Total Ekuitas
106
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa pada tahun 2011 hingga tahun 2015 mengalami penurunan dan kenaikan total ekuitas yang cukup signifikan. Dapat dilihat pada tahun 2012 merupakan tahun tertinggi terjadinya kenaikan total ekuitas, hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya. Serta adanya peningkatan atas tambahan modal disetor oleh pihak investor kepada perusahaan. Yang berarti bahwa perusahaan masih mendapatkan kepercayaan yang cukup baik dari investor dalam mengembangkan usahannya. Sedangkan pada tahun 2015 mengalami penurunnan yang cukup signifikan hal ini dikarenakan adanya penurunan opsi saham perusahaan. Sebenarnya pada tahun 2015 terjaid kenaikan saldo laba yang belum ditentukan penggunaanya, namun kenaikan ini hanya sebesar 7% dari tahun sebelumnya, dan pada tahun 2015 juga terjadi peningkatan biaya perolehan saham kembali sebesar 50%. Maka dari itu grafik diatas menunjukkan penurunan yang cukup sinifikan.
107
2) ANALISIS PERFORMA LABA – RUGI a) Analisis Laporan Keuangan Proforma Pada kenaikan dan penurunan total Pendapatan dan Penjualan Bersih.
Grafik 3.2.14 Trend Kenaikan dan Penurunan total pendapatan dan penjualan bersih. Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa pada lima tahun terakhir yaitu tahun 2011 hingga tahun 2013 mengalami penurunan yang cukup signifikan, namun pada tahun 2014 hingga tahun 2015 perusahaan mampu meningkatkan kembali total pendapatan dan penjualan bersih perusahaan. Peningkatan yang terjadi pada tahun 2015 dikarenakan adanya proyek baru yang ditangani oleh perusahaan berupa penjualan ballroom dan tanah. Serta adanya peningkatan penjualan dari properti perkantoran dan rumah tinggal serta adanya
peningkatan pendapatan sewa dan
pendapatan hotel yang dikelola oleh perusahaan. Sedangkan pada tahun 2013 yang mengalami penurunan dikarenakan adanya penurunan
108
penjulana properti perkantoran penurunan pendapatan ini juga bisa dikarenakan adanya penurunan nilai pertumbuhan ekonomi dan adanya inflasi terhadap rupiah. Untuk menghindari adanya penurunan tersebut perusahaan harus mampu menyiapkan strategi untuk mensiasati adanya penurunan nilai pertumbuhan ekonomi dan inflasi terhadap rupiah. b) Analisis Laporan Keuangan Proforma pada kenaikan dan penurunan Total Laba Kotor.
Grafik 3.2.15 Trend Kenaikan dan Penurunan Total Laba Kotor perusahaan Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa pada tahun 2011 hingga tahun 2013 terjadi penurunan yang cukup signifikan, namun pada tahun 2014 hingga tahun 2015 perusahaan mampu meningkatkan total laba kotor perusahaan. Peningkatan ini terjadi karena adanya peningkatan total penjualan dan pendaptatan bersih perusahaan, dan adanya penurunan beban pokok penjualan perkantoran dan rumah toko. Sedangkan penurunan yang terjadi pada tahun 2013 dikarenakan adanya adanya
109
penurunan pendatan dan penjualan bersih serta terjadi peningkatan beban pokok penjualan berupa beban pokok penjualan apartemen, dan rumah hunian, serta adanya peningakatan beban langsung pada penyusutan dan hotel. Untuk menghindari peningkatan beban pokok pendapatan sebaiknya perusahaan melakukan evaluasi terhadap belanja bahan bangunan untuk properti perusahaan. Perusahaan bisa mengutamakan bahan bangunan dari dalam negeri sehingga bisa sedikit mengurangi beban pokok penjualan. c) Analisis Laporan Keuangan Proforma pada kenaikan dan penurunan Total Laba Sebelum Beban Pajak.
Grafik 3.2.16 Trend Kenaikan dan Penurunan Laba Sebelum Beban Pajak.
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa pada tahun 2011 hingga tahun 2015 perusahaan mengalami kenaikan dan penurunan yang cukup signifikan, hal ini dapat dilihat pada tahun 2014 mengalami penurunan yang cukup signifikan terhadap Total Laba Sebelum Pajak
110
Perusahaan. Penurunan itu terjadi dikarenakan adanya peningkatan beban bunga dan keuangan, dan beban umum dan administrasi perusahaan yang cukup meningkat. Penurunan ini juga dikarenakan penjualan dan pendapatan perusahaan yang menurun. Namun pada tahun 2015 perusahaan kembali mampu meningkatkan total Laba Sebelum Pajak Perusahaan. Hal ini dipengaruhi oleh adanya penurunan beban penjualan, serta adanya peningkatan pendapatan perusahaan sehingga perusahaan mampu meningkatkan Laba Sebelum Beban Pajak Perusahaan. Setelah diperolehnya data proyeksi tahun 2016 dan tahun 2017 maka akan di ketahui tentang analisis laporan keuangan PT. Sentul City Tbk. dan PT. Agug Podomoro Land Tbk. seperti berikut: 1) Rasio lancar PT. Sentul City Tbk. Tabel 3.2.1 hasil perhitungan Rasio Lancar PT. Sentul City Tbk. Keterangan Aset Lancar Kewajiban Lancar Total
2015 Rp 4.191.414.243.140 Rp 3.227.924.826.605 1,30
2016 Rp 6.468.409.263.660 Rp 2.947.580.464.906 2,19
Sumber: Data sekunder yang telah diolah
2017 Rp 7.285.684.501.872 Rp 3.500.338.966.425 2,08
111
Grafik 3.2.1 Trend perhitungan Rasio Lancar PT. Sentul City Tbk. Berdasarkan garfik diatas dapat dilihat bahwa tingkat rasio lancar perusahaan mengalami peningkatan yang signifikan hal ini dikarenakan adanya peningkatan total aset keungan lainnya dan pningkatan total piutang usaha perusahaan, hal ini mengartikan bahw
aperusahaan
mampu
membiayai
kewajiban
lancar
perusahaan sebelum jatuh tempo. Namun, pada tahun 2017 mengalami
sedikit
penurunan
yang
dikarenakan
adanya
peningkatan total keajiban lancar perusahaan. Hal itu tidak terlalu berpengaruh
terhadap
pembiayaan
perusahaan
terhadap
kewajibannya, karena perusahaan tetap mampu melakukan pelunasan terhadap kewajiban lancarnya.
112
2) Rasio Lancar PT. Agung Podomoro Land Tbk Tabel 3.2.2Hasil Perhitungan Rasio Lancar PT. Agung Podomoro Land Tbk. Keterangan
2015
2016
2017
Rp.
Rp.
Rp.
9.781.716.400.000
11.525.495.190.265
13.771.850.909.602
Kewajiban
Rp.
Rp.
Rp.
Lancar
7.041.359.652.000
8.141.731.444.868
10.788.928.728.793
Aset Lancar
Total
1,39
1,42
1,28
Sumber: data sekunder yang telah diolah
Grafik 3.2.18 Trend Rasio Lancar PT. Agung Podomoro Land Tbk Berdasarkan perhitungan diatas dapat dilihat bahwa perusaaan di tahun 2016 akan mengalami peningkatan rasio lancar perusahaan hal ini dikarenakan adanya peningkatan total aset lancar yang dimiliki perusahaan. Serta adanya penurunan kewajiban jangka pendek perusahaan. Hal ini berarti bahwa perusahaan
mampu
membiayai
kewajiban
jangka
pendek
113
perusahaan sebelum jatuh tempo. Namun, pada tahun 2017 perusahaan mengalami penurunan Rasio Lancar dikarenakan adanya peningkatan kewajiban jangka pendek perusahaan, namun penurunan ini hanya berdampak 0,20% dari tahun sebelumnya, sehingga masih bisa diatasi oleh total aset lancar perusahaan.
3) Rasio Cepat PT. Sentul City Tbk. Tabel 3.2.4 Hasil Perhitungan Rasio Cepat PT. Sentul City Tbk. Keterangan
2015
2016
2017
Kas +
Rp.
Rp.
Rp.
Sekuritas
1.873.546.791.117
2.017.708.421.061
2.512.024.463.642
Kewajiban
Rp.
Rp.
Rp.
Lancar
3.227.924.826.605
2.947.580.464.906
3.500.338.966.425
0,58
0,68
0,72
Jangka Panjang + Piutang
Total
Sumber: data sekunder yang telah diolah.
114
Grafik 3.2.19 Trend Rasio Cepat PT. Sentul City Tbk. Berdasarkan perhitungan rasio diatas dapat dilihat bahwa PT. Sentul City Tbk. pada tahun 2006 dan 2007 mengalami peningkatan rasio cepat hal ini dikarenakan adanya penurunan kewajiban perusahaan dan adanya peningkatan aset lancar keuangan lainnya yang tersedia untuk dijual. Yang berarti bahwa perusahaan
menangalami
peningkatan
dalam
pembiayaan
kewajiban lancarnya tanpa menghitung banyaknya persediaan yang dimiliki perusahaan. Hal ini menguntungkan bagi perusahaan karena perusahaan akan melunasi kewajibannya sebelum jatuh tempo dan mendapatkan kepercayaan dari kreditor.
115
4) Rasio Cepat PT. Agung Podomoro Land Tbk. Tabel 3.2.4 Hasil Perhitungan Rasio Cepat PT. Agung Podomoro Land Tbk. Keterangan
2015
2016
2017
Kas +
Rp.
Rp.
Rp.
Sekuritas
4.798.188.132.000
5.525.957.150.968
6.363.907.897.302
Kewajiban
Rp.
Rp.
Rp.
Lancar
7.041.359.652.000
8.141.731.444.868
10.788.928.728.793
0,68
0,68
0,59
Jangka Pendek + Piutang
Total
Sumber: data sekunder yang telah diolah
Grafik 3.2.20 Trend Rasio Cepat PT. Agung Podomoro Land Tbk. Berdasarkan perhitungan diatas dapat dilihat bahwa PT. Agung Podomoro Land Tbk. pada tahun 2016 dan 2017 akan mengalami penurunan atas rasio Cepat PT. Agung Podomoro hal ini dikarenakan adanya penuruan total aset lancar perusahaan serta
116
adanya kewajiban lancar yang meningkat, adanya peningkatan ini dikarenakan perusahaan memerlukan dana guna mengembangkan perusahaannya. Namun, penurunan ini juga masih dalam kendali perusahaan
sehingga
kewajiban
lancarnya,
perusahaan tetapi
tetap
untuk
mampu
membiayai
mengantisiapsi
adanya
penurunan lagi perusahaan sebaiknya menjual aset aset yang sudah tidak berfungsi secara optimal agar perusahaan memiliki cadangan untuk membiayai kewajiban lancarnya.
5) Rasio Kas PT. Sentul City Tbk. Tabel 3.2.5 Hasil Perhitungan Rasio Kas PT. Sentul City Tbk. Keterangan
2015
2016
2107
Kas dan
Rp.
Rp.
Rp.
Setara Kas
569.154.714.921
463.107.954.635
483.091.331.067
Kewajiban
Rp.
Rp.
Rp.
Lancar
3.227.924.826.605
2.947.580.464.906
3.500.338.966.425
0,18
0,16
0,14
Total
Sumber: data sekunder yang telah diolah
117
Grafik 3.2.21 Trend Rasio Kas PT. Sentul City Tbk. Berdasarkan perhitungan Rasio Kas PT. Sentul City Tbk. dapat dilihat bahwa pada tahun 2016 hingga tahun 2017 mengalami penurunan hal ini terjadi karena adanya penurunan penjualan tunai. Maka dari itu kas dan setara kas perusahaan hanya mampu menjamin kewajiban lancar perusahaan pada angka 0,14. Untuk mengantisipasi penurunan yang berkelanjutan perusahaan harus menyiapkan strategi penjualan yang baik. Serta mengurangi stok persediaan yang berlebih. 6) Rasio kas PT. Agung Podomoro Land Tbk. Tabel 3.2.6 Hasil perhitungan Rasio Kas PT. Agung Podomoro Land Tbk. Keterangan Kas dan Setara Kas Kewajiban Lancar Total
2015 Rp. 2.894.283.235.000 Rp. 7.041.359.652.000 0,41
2016 Rp. 3.271.308.561.131 Rp. 8.141.731.444.868 0,40
Sumber: data sekunder yang telah diolah
2017 Rp. 3.697.447.289.443 Rp. 10.788.928.728.793 0,34
118
Grafik 3.2.22 Trend Rasio Kas PT. Agung Podomoro Land Tbk. Berdasarkan perhitungan diatas dapat diketahui bahwa kas dan setara kas PT. Agung Podomoro Land Tbk mengalami penurunan yang cukup signifikan yang berarti bahwa dua tahun terakhir jumlah kas dan setara kas hanya mampu membiayai kewajiban lancar dengan Rp. 0,34 dari kas perusahaan. Penurunan ini dikarena kan adanya peningkatan kewajiban lancar perusahaan berupa utang obligasi perusahaan. 7) Rasio Retrun On Assets PT. Sentul City Tbk. Tabel 3.2.7Hasil Perhitungan Rasio Retrun On Assets PT. Sentul City Tbk. Keterangan Laba (Rugi) Bersih Total Assets Total
2015 Rp. 66.937.116.420
2016 Rp. (6.981.968.024)
Rp. 11.145.896.809.593 0,60
Rp. 10.028.158.991416 -0,07
Sumber: data sekunde yang telah diolah
2017 Rp. (36.895.460.740) Rp. 11.430.399.905.586 -0,32
119
Grafik 3.2.23 Trend Rasio Retruns On Assets PT. Sentul City Tbk. Berdasarkan perhitungan rasio Retun On Asets PT. Sentul City Tbk. pada tahun 2016 dan tahun 2017 mengalami penurunan yang cukup signifikan dikarenakan kontribusi laba bersih perusahaan mengalami penurunan, penurunan ini diakibatkan adanya
penurunan
pendapatan
perusahaan,
serta
adanya
peningkatan beban pokok perusahaan berupa lahan siap bangun, rumah hunian, ruko dan apartemen, dan beban pokok pendapatan lain – lain. 8) Rasio Return On Assets PT. Agung Podomoro Land Tbk. Tabel 3.2.8 Hasil Perhitungan Rasio Return On Assets PT. Agung Podomoro Land Tbk. Keterangan Laba (Rugi) Bersih Total assets Total
2015 Rp. 1.118.073.171.000 Rp. 24.559.174.988.000 4,55
2016 Rp. 689.074.473.475 Rp. 31.012.114.241.198 2,22
Seumber: data sekunder yang telah diolah
2017 Rp. 627.785.219.953 Rp. 39.541.762.869.972 1,59
120
Grafik 3.2.24 Trend Rasio Return On Assets PT. Agung Podomoro Land Tbk Berdasarkan perhitungan diatas dapat dilihat bahwa PT. Agung Podomoro Land Tbk. pada tahun 2016 dan 2017 mengalami penurunan yang cukup signifikan. Penurunan ini terjadi karena kontribusi laba bersih terhadap aset perusahaan mengalami penurunan. Penurunan total laba bersih perusahaan dikarenakan adanya peningkatan beban – beban pokok perusahaan, pendapatan perusahaan juga mengalami penurunan dan hal itu berpengaruh pada pendapatan laba bersih perusahaan.
121
Grafik 3.2.25 Trend Rasio Return On aset PT. Agung Podomoro Land Tbk. setelah terjadinya kasus Reklamasi. Pada tahun 2016 perusahaan mengalami kasus yang cukup besar dan memperngaruhi pendapatan perusahaan. Dengan adanya kasus ini pada tahun 2016 dan 2017 perusahaan mengalami penurunan Rasio Return On Asset dikarenakan laba bersih perusahaan mengalami penurunan. Penurunan ini terjadi karena pendapatan perusahaan mengalami penurunan dan perusahaan memerlukan biaya – biaya yang cukup besar untuk menyelesaikan kasus tersebut. Maka dari itu, kontribusi laba bersih terhadap aset perusahaan mengalami penurunan hingga Rp. -2,78.
122
9) Rasio Return On Equity PT. Sentul city Tbk. Tabel 3.2.10 Hasil perhitungan Rasio Return On Equity Pt. Sentul City Tbk. Keterangan
2015
2016
2017
Laba (Rugi) Bersih
Rp. 66.937.116.420
Rp. (6.981.986.024)
Rp. (36.895.460.740)
Total Ekuitas
Rp.
Rp.
Rp.
6.549.719.346.013
6.909.908.413.993
7.316.280.323.772
Total
1,02
-0,10
-0,50
Sumber: data Sekunder yang telah diolah
Grafik 3.2.26 Trend Rasio Return On Equity PT. Sentul City Tbk. Berdasarkan perhitungan Rasio Return On Equity PT. Sentul City Tbk. pada tahun 2016 dan 2017 mengalami penurunan yang cukup signifikan hal ini dikarenakan adanya penurunan pendapatan perusahaan, yang mengakibatkan pengembalian total laba bersih perusahaan terhadap total ekuitas perusahaan mengalami penurunan. Penurunan ini juga dikarenakan peningkatan beban pokok perusahaan
123
dan beban operasional sehingga laba yang dihasilkan perusahaan mengalami penurunan 10) Rasio Return On Equity PT. Agung Podomoro Land Tbk. Tabel 3.2.9 Hasil Perhitungan Rasio Return On Equity PT. Agung Podomoro Land Tbk. Keteragan
2015
2016
2017
Laba (rugi) bersih
Rp.
Rp. 689.074.473.475
Rp. 627.785.219.953
Rp.
Rp.
Rp.
9.072.668.928.000
19.871.504.633.022
23.993.660.737.068
12,32
3,47
2,62
1.118.073.171.000 Total Ekuitas
Total
Sumber: data sekunder yang telah diolah
Grafik 3.2.27 Trend Rasio Return On Equity PT. Agung Podomoro Land Tbk. Berdasarkan perhitungan Rasio Return On Equity PT. Agung Podomoro Land Tbk. dapat dilihat bahwa dari tahun 2015 hingga tahun 2017 mengalami penurunan yang cukup signifikan atas kontribusi laba bersih terhadap total equitas lebih rendah, hal ini
124
dikarenakan penurunan total laba bersih yang diakibatkan dari penurunan pendapatan perusahaan, serta tingginya beban – beban usaha dan beban pokok penjualan, serta adanya penurunan tingkat pemesanan properti diperseroan tersebut, maka dari itu perusahaan mengalami penurunan atas laba bersihnya. Penurunan rasio ini juga di sebabkan karena adanya peningkatan jumlah ekuitas perusahaan. Yang berarti bahwa perusahaan mendapatkan kepercayaan yang tinggi dari pihak investor untuk mengelola jumlah modal yang diberikan.
Grafik 3.2.28 Trend Rasio Return On Equity PT. Agung Podomoro Land Tbk. setelah terjadinya kasus Reklamasi. Pada Trend Rasio Return On Equity PT. Agung podomoro Land Tbk. adalah perhitungan sebelum terjadinya kasus reklamasi. Sebelum terjadi kasus reklamasi terjadi penurunan atas kontribusi laba bersih perusahaan terhadap total ekuitas, tetapi masih dalam kondisi wajar. Namun, setelah terjadinya kasus penurunan atas kontribusi laba
125
bersih perusahaan. Penurunan laba tersebut dikarenakan penurunan pendapatan dan adanya peningkatan beban pokok penjualan dan beban usaha. Beban usaha perusahaan mengalami peningkatan 50% yang digunakan untuk menyelesaikan kasus tersebut.
11) Rasio Net Profit Margin PT. Sentul City Tbk. Tabel 3.2.11 Hasil Perhitungan Rasio Net Profit Margin PT. Sentul City Tbk. Keterangan Laba (rugi) Bersih
2015 Rp. 66.937.116.420
2016 Rp. (6.947.333.873)
2017 Rp. (36.966.787.024)
Penjualan Bersih Total
Rp. 559.801.139.534
Rp. 597.982.899.553
Rp. 635.932.745.425
11,96
-1,16
-5,81
Sumber: data sekunder yang telah diolah
Grafik 3.2.29 Trend Rasio Net Profit Margin PT. Sentul City Tbk. Berdasarkan Rasio diatas dapat dilihat bahwa tingkat pengaruh laba bersih terhadap penjualan perusahaan pada tahun 2015 hingga tahun
126
2017 mengalami penurunan yang cukup signifikan. Yang berarti bahwa perusahaan mengalami penurunan penjualan dan perusahaan belum mampu meminimalisir beban – beban penjualan dan operasional perusahaan.
12) Rasio Net Profit Margin PT. Agung Podomoro Land Tbk. Tabel 3.2.12 Hasil perhitungan Rasio Net Profit Margin PT. Agung Podomoro Land Tbk Keterangan
2015
2016
2017
Laba (Rugi) Bersih
Rp. 1.118.073.171.000
Rp. 689.074.473.475
Rp. 627.785.219.953
Pendapatan Bersih
Rp. 5.971.581.977.000
Rp. 6.592.518.763.202
Rp. 7.882.782.303902
Total
18,72
10,45
7,96
Sumber: data sekunder yang telah diolah
Grafik 3.2.30 Trend Rasio Net Profit Margin PT. Agung Podomoro Land Tbk. Berdasarkan perhitungan Rasio Net Profit Margin PT. Agung Podomoro Land Tbk. dapat dilihat bahwa pada tahun 2015
127
hingga tahun 2017 mengalami penurunan yang cukup signifikan hal ini diakibatkan adanya peningkatan biaya – biaya yang mempengaruhi penjualan perusahaan. Serta adanya penurunan penjualan. Hal ini berarti perusahaan belum mampu meningkatkan penjualannya serta belum mampu untuk meminimalisir beban pokok penjualan dan beban usaha lainnya. jika perusahaan sudah mampu meminimalisir beban – beban perusahaan maka akan meningkatkan pendapatan laba bersih perusahaan.
Grafik 3.2.31 Trend Rasio Net Profit Margin PT. Agung Podomoro Land Tbk. setelah terjadinya kasus Reklamasi. Pada perhitungan Rasio Net Pofit Margin pada grafik 3.2.30 adalah perhitungan rasio sebelum terjadinya kasus reklamasi. Namun setelah terjadinya kasus reklamasi Penurunan atas laba bersih terhadap penjualan semakin meningkat. Penurunan ini terjadi karena adanya penurunan penjualan yang diakibatkan adanya produk yang harus di
128
hentikan penjualannya. Maka dari itu penjualan perusahaan menurun. Serta adanya peningkatan beban perusahaan. Dikarenakan perusahaan membutuhkan biaya untuk menyelesaikan kasus reklamasi yang dihadapinya. Maka dari itu perusahaan mengalami penurunan atas kontribusi laba bersih terhadap penjualan perusahaan yang cukup signifikan.
13) Rasio Utang Terhadap Modal PT. Sentul City Tbk. Tabel 3.2.13 Hasil Perhitungan Rasio Utang Terhadap Modal PT. Sentul City Tbk. Keterangan
2015
2016
2017
Utang
Rp. 4.596.177.463.580
Rp. 4.650.826.204.788
Rp. 5.600.419.246.933
Modal
Rp. 6.549.729.346.013
Rp. 6.909.908.413.993
Rp. 7.316.280.323.772
Total
0,70
0,67
0,77
Sumber: data Sekunder yang telah diolah
Grafik 3.2.32 Trend Rasio Utang Terhadap Modal PT. Sentul City Tbk. Berdasarkan perhitungan Rasio Utang Terhadap Modal PT. Sentul City pada tahun 2015 hingga tahun 2017 mengalami penurunan
129
dan peningkatan yang cukup signifikan. Dapat dilihat pada tahun 2016 mengalami penurunan, yang dikarenakan adanya penurunan utang perusahaan mengalami penurunan, yang berarti bahwa perusahaan mampu membiayai kewajiban jangka panjang dan jangka pendeknya. Serta adanya peningkatan modal perusahaan atau dalam arti bahwa utang perusahaan dijamin oleh Rp. 0,67 dari modal perusahaan. Namun 2017 mengalami peningkatan hutang perusahaan, namum peningkatan hutang perusahaan mampu dibiayai oleh modal perusahaan atau modal yang diperoleh dari pihak ketiga. Kondisi ini cukup menyulitkan bagi perusahaan. Karena jika semakin tinggi hutang perusahaan yang dibiayai oleh modal perusahaan maka, akan semakin banyak modal perusahaan yang dikeluarkan. Sedangkan perusahaan memerlukan modal dan utang untuk mengembangkan perusahaannya. Maka dari itu untuk mengantisipasi hal ini perusahaan harus lebih giat untuk melakukan penjualannya atau untuk mendapatkan
keuntungan
guna
membantu
pembiayaan
utang
perusahaan. 14) Rasio Utang Terhadap Modal PT. Agung Podomoro Land Tbk . Tabel 3.2.13 Hasil perhitungan Rasio Utang Terhadap Modal PT. Agung Podomoro Land Tbk. Keterangan
2015
2016
2017
Utang
Rp. 15.486.506.033
Rp. 18.096.885.312.445
Rp. 22.673.367.873.554
Modal
Rp. 9.072.668.928
Rp. 19.871.504.633.022
Rp. 23.993.660.737.068
Total
1,71
0,91
0,94
Sumber: data sekunder yang telah diolah
130
Grafik 3.2.33 Trend Rasio Utang Terhadap Modal PT. Agung Podomoro Land Tbk. Berdasarkan perhitungan Rasio Utang Terhadap Modal PT. Agung Podomoro Land Tbk. pada tahun 2015 hingga tahun 2017 mengalami penurunan yang cukup signifikan. Penurunan ini dikarenakan adanya penurunan hutang perusahaan dibandingkan modal yang diperoleh perusahaan. Yang berarti bahwa sebagian besar pembiayaan perusahaan berasal dari modal perusahaan. Keadaan ini berarti bahwa perusahaan memperoleh kepercayaan yang cukup besar dari pihak investor untuk mengelola modal yang diinvestasikan. 15) Rasio Perputaran Piutang Usaha PT. Sentul City Tbk. Tabel 3.2.15 Hasil Perhitungan Rasio Perputaran Piutang Usaha PT. Sentul City Tbk. Keterangan Penjualan Kredit (70%) Rata – Rata Piutang Usaha Lamanya Total
2015 Rp 391.860.797.674 Rp 569.082.596.802
2016 Rp 418.588.029.687 Rp 606.191.814.998
530 0,69
Sumber: data sekunder yang telah diolah
529 0,69
2017 Rp 445.152.921.797 Rp 726.835.239.066 596 0,61
131
Grafik 3.2.34 Trend Rasio Perputran Piutang Usaha PT. Sentul City Tbk. Berdasarkan perhitungan Rasio Perputaran Piutang Usaha PT. Sentul City Tbk dapat dilihat bahwa pada tahun 2015 hingga tahun 2017 mengalami penuruna dan peningkatan yang cukup signifikan. Pada tahun 2017 merupakan rasio tertinggi perputaran piutang usaha. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan penjualan kredit perusahaan. Yang berarti bahwa perusahaan baru bisa merealisasikan piutangnya selama kurang lebih 500 kali penagihan, kondisi ini cukup menyulitkan bagi perusahaan, karena pihak manajemen perusahaan belum bisa efektif dalam melakukan penagihan piutangnya. 16) Rasio Perputaran Piutang Usaha PT. Agung Podomoro Land Tbk. Tabel 3.2.16 Hasil Perhitungan Rasio Perputaran Piutang Usaha PT. Agung Podomoro Land Tbk. Keterangan Penjualan Kredit (70%) Rata – Rata Piutang Usaha Lamanya Total
2015 Rp. 4.180.107.383.900 Rp. 1.884.898.038.500 165 2,22
2016 Rp. 4.614.763.134.241 Rp. 1.194.613.057.005 94 3,86
Sumber: data sekunder yang telah diolah
2017 Rp. 5.517.947.612.731 Rp. 1.350.123.787.984 89 4,09
132
Grafik 3.2.35 Trend Rasio Perputaran Piutang Usaha PT. Agung Podomoro Land Tbk. Berdasarkan perhitungan rasio perputaran piutang usaha PT. Agung Podomoro Land Tbk. perusahaan mengalami penurunan perputaran Piutang usaha yang cukup signifikan. Yang berarti tingkat penjualan kredit perusahaan mengalami penurunan penjualan, sehingga pihak manajemen mampu mengoptimalkan sistem penagihan piutang usaha dan pengurangan penjualan kredit. Sehingga perputaran piutang usaha perusahaan dapat terealisasi dalam jangka waktu kurang lebih 80 kali penagihan saja. Hal ini cukup menguntungkan karena perusahaan
mampu
melakukan
menghasilkan kas tunai perusahaan.
perputaran
piutangnya
guna
133
Garfik 3.2.36 Trend Rasio Perputaran Piutang Usaha PT. Agung Podomoro Land Tbk. Setelah Terjadinya Kasus. Pada perhitungan yang tergambar pada 3.2.34 adalah perhitungan sebelum terjadinya kasus Reklamasi, namun telah terjadinya kasus reklamasi penurunan perputran piutang usaha perusahan tidak sesignifikan pada saat sebelum terjadinya kasus. Yang berarti bahwa adanya peningkatan piutang usaha atau peningkatan penjualan
kredit
perusahaan.
Sehingga
mengakibatkan
lama
perputaran piutang perusahaan. Kejadian ini bisa diminimalisir jika pihak manajemen mampu melakukan penagihan dengan kurun waktu yang cepat. Atau perusahaan akan tetap merealisasikan perputran piutangnya dalam 120 kali penagihan. Hal ini masih dalam kuartal aman
bagi
perusahaan,
sehingga
manajemen
mengkhawatirkan akan adanya piutang tak tertagih.
tidak
terlalu
134
17) Rasio Perputaran Persediaan PT. Sentul City Tbk. Tabel 3.2.17 Hasil Perhitungan Rasio Perputaran Persediaan PT. Sentul City Tbk. PERPUTARAN PERSEDIAN 2016 2017 KETERANGAN 2015 Rp. 559.801.139.534
Rp. 597.982.899.553
Rp. 635.932.745.425
RATA – RATA Rp. 3.580.341.330.52 PERSEDIAAN 8
Rp. 4.173.460.475.23 7
Rp. 4.461.783.147.25 0
PENJUALAN
2334 2547 LAMANNYA 0,16 0,14 TOTAL Sumber: data sekunder yang telah diolah
2561 0,14
Grafik 3.2.37 Trend Rasio Perputaran Persediaan PT. Sentul City Tbk. Berdsarkan perhitungan Rasio Perputran Persedian Pt. Sentul City Tbk. dari tahun 2015 hingga tahun 2017 mengalami peningkatan yang cukup signifikan hal ini diakibtkan adanya peningkatan peersediaan barang perusahaan. Serta menurunnya penjualan perusahaan sehingga perputaran persediaan perusahaan
135
akan mengalami peningkatan hingga kurang lebih 2200 kali penjualan. Hal ini bisa diantisipasi dengan mengurangi pembelian atas persediaan perusahaan yang berlebih, serta mengoptimalkan penjualan perusahaan. 18) Rasio Perputaran Persediaan PT. Agung Podomoro Land Tbk. Tabel 3.2.18 Hasil Perhitungan Rasio Perputaran Persediaan PT. Agung Podomoro Land Tbk. PERPUTARAN PERSEDIAN (INVENTORY TURN OVER) KETERANGAN 2015 2016 2017 PENJUALAN Rp 5.971.581.977.000 Rp 6.592.518.763.202 Rp 7.882.782.303.902 RATA - RATA PERSEDIAAN Rp 6.329.941.444.500 Rp 4.971.232.786.263 Rp 6.137.011.784.813 LAMANYA 387 275 284 TOTAL 0,94 1,33 1,28
Sumber: data sekunder yang telah diolah
Grafik 3.2.38 Trend Rasio Perputaran Persediaan PT. Agung Podomoro Land Tbk. Berdasarkan perhitungan rasio perputaran persediaan PT. Agung Pomoro Land Tbk. dapat dilihat bahwa pada tahun 2015 hingga tahun 2017 mengalami penurunan perputaran persediaan perusahaan. Hal ini terjadi karena perusahaan memiliki stok opnam persediaan yang cukup banyak dibandingkan dengan perputrana penjualan. Maka dari itu, butuh waktu kurang lebih 300 kali penjualan
136
untuk melakukan perputaran persediaan, untuk mengantisipasi hal itu Sebaiknya pihak manajemen melakukan penyetokan persediaan produk – produk yang mudah dijual atau yang paling sering diminati. Misalkan jika perusahaan membangun perumahan elit dengan harga jual yang cukup mahal mungkin perputarannya akan sedikit lama dibandingkan dengan perumahan kelas menengah atas dengan harga jual yang lebih murah dan banyak diminati oleh konsumen – konsumen.
Grafik 3.2.39 Trend Rasio Perputaran Persediaan PT. Agung Podomoro Land Tbk. setelah terjadinya kasus Reklamasi. Pada
perhitungan
3.2.37
adalah
perhitungan
sebelum
terjadinya kasus reklamasi. Setelah terjadinya kasus reklamasi pada tahun 2015 mengakibatkan perputaran persediaan perusahaan mengalami penurunan yang cukup signifikan hal ini dikarenakan penurunan penjualan yang cukup signifikan sehingga mengakibatkan menumpuknya
persediaan
perusahaan.
Sehingga
perusahaan
137
memerlukan waktu 350 kali penjualan untuk melakukan perputaran persediaan. Untuk mangantisipasi menumpuknya persediaan selama adanya kasus reklamasi, perusahaan sebaiknya menghentikan pembelian dan pembuatan terhadap stok – stok persediaan yang tidak sering terjual.
19) Rasio Earning Per Share PT. Sentul City Tbk. Tabel 3.2.19 Hasil Perhitungan Earning Pershare Ratio PT. Sentul City. Tbk earning per share ratio earning per share ratio
2015
2016
2017
Rp (6.981.968.025)
Rp (36.895.460.740)
laba bersih
Rp 12.579.356.361
saham beredar JUMLAH
31.396.905.010 31.396.905.010 31.396.905.010 0,40 -0,22 -1,18
Sumber: data sekunder yang telah diolah
Grafik 3.2.40 Trend Earning Per Share Ratio PT. Sentul city Tbk.
138
Berdasarkan perhitungan rasio Earning Per Share PT. Sentul City Tbk. dapat dilihat bahwa pergerakan mengalami penurunan yang cukup signifikan, hal ini dikarenakan ketertarikan investror terhadap perusahaan menurun dikarenakan perputaran kinerja perusahaan juga menurun. Untuk mengantisipasi adanya menurunnya EPS. Perusahaan sebaiknya meningkatkan pendapatan laba perusahaan. Atau menekan biaya – biaya perusahaan agar menghasilkan laba bersih yang meningkat. 20) Rasio Earning Per Share PT. Agung Podomoro Land Tbk. Tabel 3.2.20 Hasil Perhitungan Earning Pershare Ratio PT. Agung Podomoro Land Tbk.
earning per share ratio laba bersih saham beredar JUMLAH
Rp
earning per share ratio 2015 2016 713.294.386.250 Rp 689.074.473.475 Rp 20.500.900.000 20.500.900.000 34,79 33,61
2017 627.785.219.953 20.500.900.000 30,62
Sumber: data sekunder yang telah diolah
Grafik 3.2.41 Trend Rasio Earning Per Share PT. Agung Podomoro Land Tbk.
139
Berdasarkan hasil Perhitungan Rasio Earning Per Share PT. Agung Podomoro Land Tbk. pada tahun 2015 hingga tahun 2017 mengalami penurunan yang cukup signifikan, penurunan ini terjadi karena adanya penurunan laba bersih perusahaan, sehingga harga jual saham perusahaan mengalami penurunan yang cukup signifikan. Untuk mengantisipasi adanya penurunan hal tersebut perusahaan harus meningkatkan lagi pendapatan atas laba perusahaan. Kondisi penurunan ini masih dalam lingkup kewajaran perusahaan. Namun perusahaan harus tetap meningkatkan pendapatannya agar harga saham atau EPS perusahaan tidak semakin menurun.
Grafik 3.2.42 Trend Rasio Earning Per Share PT. Agung Podomoro Land Tbk. setelah terjadinya kasus Reklamasi. Pada grafik 3.2.39 merupakan hasil perhitungan sebelum terjadinya Kasus Reklamasi, namun setelah terjadinya kasus reklamasi kondisi Eps Perusahaan mengalami penurunan yang sangat signifikan,
140
hingga mencapai -42,08. Hal itu diluar batas EPS perusahaan. Hal ini terjadi karena perusahaan mengalami penurunan yang cukup signifikan pendapatan perusahaan mengalami penurunan yang sangat signifikan, dan adanya peningkatan beban perusahaan yang meningkat untuk menyelesaikan kasus tersebut.
141
c. Analisis what if PT. Sentul City Tbk. Dan PT. Agung Podomoro Land Tbk. a) Analisis what if PT. Sentul City Tbk. Tabel 3.3.1. data keuangan perusahaan berdasarkan proyeksi 2016 Pendapatan bersih Rp. 597.982.899.553 Beban Pokok Pendapatan
Rp. (357.126.890.642)
Laba Bruto
Rp. 240.856.008.911
Beban Usaha
Rp. (11.484.756.202)
Laba Usaha
Rp. 229.371.252.709
Laba Sebelum Beban Pajak
Rp. 14.937.389.032
Sumber: data sekunder PT. Sentul City Tbk yang telah diolah Berdasarkan data tabel diatas yang diperoleh dari hasil proyeksi PT. Sentul City Tbk. dapat dilihat bahwa kondisi keuangan perusahaan pada tahun 2016 atau pada tahun yang akan datang. Namun, kondisi keuangan perusahaan tersebut dipengaruhi oleh faktor – faktor yang mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan. Faktor – faktor yang dirasa mendorong kinerja perusahaan adalah: i. Pertumbuhan Ekonomi (PE) ii. Jumlah Pegawai (JP) iii. Ekstimasi Pasar / Pangsa Pasar (EP) iv. Jumlah Entitas Anak (JEA) v. Tingkat Nilai Tukar Rupiah (NTR)
142
Pada saat ini kondisi faktor – faktor penunjang kinerja keuangan perusahaan berada pada posisi: Tabel 3.3.2 Faktor – faktor pendukung kinerja keuangan PE
JP
EP
JEA
NTR
5,4
344
108
12
13.297
Sumber: anual report PT. Sentul City Tbk. Jika berdasarkan perkembangan data dari faktor – faktor penunjang kinerja keuangan perusahaan tersebut perusahaan akan memperoleh kinerja keuangan seperti yang tertera pada tabel 3.3.1.1.1 diatas. Namun bagaimana jika pada tahun 2016 nanti akan ada perubahan kenaikan dan peurunan seperti:
total fakktor penunjang kinerja keuangan
143
Tabel 3.3.3 estimasi kenaikan dan penurunan faktor – faktor penunjang kinerja keuangan. PE 5,51 5,45 5,4 5,35 5,29
JP 344 344 344 344 344
perhitungan EKS PASAR EA 108 12 108 12 108 12 108 12 108 12
NILAI TUKAR 13.297 13.297 13.297 13.297 13.297
PE 1,02 1,01 1,00 0,99 0,98
Hasil JP EKS PASAR 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
EA NILAI TUKAR 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
Sumber: data sekunder PT. Sentul City Tbk. yang telah diolah Tabel 3.3.4 estimasi kenaikan dan penurunan faktor – faktor penunjang kinerja keuangan PE 5,4 5,4 5,4 5,4 5,4
JP 351 347 344 341 337
perhitungan EKS PASAR EA 108 12 108 12 108 12 108 12 108 12
NILAI TUKAR 13.297 13.297 13.297 13.297 13.297
PE 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
JP 1,02 1,01 1,00 0,99 0,98
Hasil EKS PASAR 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
EA NILAI TUKAR 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
Sumber: data sekunder PT. Sentul City Tbk. yang telah diolah Tabel 3.3.5 estimasi kenaikan dan penurunan faktor – faktor penunjang kinerja keuangan PE 5,4 5,4 5,4 5,4 5,4
JP 344 344 344 344 344
perhitungan EKS PASAR EA 110 12 109 12 108 12 107 12 106 12
NILAI TUKAR 13.297 13.297 13.297 13.297 13.297
PE 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
Hasil JP EKS PASAR 1,00 1,02 1,00 1,01 1,00 1,00 1,00 0,99 1,00 0,98
Sumber: data sekunder PT. Sentul City Tbk. yang telah diolah
EA NILAI TUKAR 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
144
Tabel 3.3.6 estimasi kenaikan dan penurunan faktor – faktor penunjang kinerja keuangan PE 5,4 5,4 5,4 5,4 5,4
JP 344 344 344 344 344
perhitungan EKS PASAR 108 108 108 108 108
EA 12,24 12,12 12 11,88 11,76
NILAI TUKAR 13.297 13.297 13.297 13.297 13.297
PE 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
Hasil JP EKS PASAR 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
EA NILAI TUKAR 1,02 1,00 1,01 1,00 1,00 1,00 0,99 1,00 0,98 1,00
Sumber: data sekunder PT. Sentul City Tbk. yang telah diolah
Tabel 3.3.7 estimasi kenaikan dan penurunan faktor – faktor penunjang kinerja keuangan PE 5,4 5,4 5,4 5,4 5,4
JP 344 344 344 344 344
perhitungan EKS PASAR EA 108 12 108 12 108 12 108 12 108 12
NILAI TUKAR 13.563 13.430 13.297 13.164 13.031
PE 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
Hasil JP EKS PASAR 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
Sumber: data sekunder PT. Sentul City Tbk yang telah diolah
EA NILAI TUKAR 1,00 1,02 1,00 1,01 1,00 1,00 1,00 0,99 1,00 0,98
187
Jika salah satu dari faktor – faktor penunjang kinerja keuangan dari PT. Sentul City mengalami kenaikan maka kinerja keuangan perusahaa akan menjadi seperti: Tabel 3.3.8 laporan laba rugi hasil dari estimasi kenaikan dan penurunan faktor – faktor pendukung kinerja keuangan. Pendapatan bersih
Rp. 603.519.778.253
Beban Pokok Pendapatan
Rp. (360.433.621.111)
Laba Bruto
Rp. 243.086.157.142
Beban Usaha
Rp. (11.591.096.537)
Laba Usaha
Rp. 231.495.060.604
Laba Sebelum Beban Pajak
Rp. 15.075.698.190
Sumber: data sekunder PT. Sentul City Tbk. Yang telah diolah Berdasarkan hasil diatas dapat dilihat bahwa dengan adanya peningkatan Laporan Laba rugi diatas dipengaruhi oleh adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi sebesar 1% mengakibatkan adanya peningkatan pendapatan perusahaan karena dengan adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi maka semakin banyak pula perusahaa ataupun perkantoran yang memerlukan properti untuk mengembangkan usahanya, maka dari itu properti yang dijual oleh perusahaan akan lebih meningkat.
188
Namun jika pada tahun 2016 nanti faktor – faktor penunjang kinerja keuangan perusahaan mengalami penurunan 1% dari data tahun sebelumnya maka hasil yang akan diperoleh perusahaan adalah sebagai berikut: Tabel 3.3.9 laporan laba rugi hasil dari estimasi kenaikan dan penurunan faktor – faktor pendukung kinerja keuangan. Pendapatan Bersih Rp. 592.767.932.406 Rp. (354.012.411.945) Beban Pokok Pendapatan Rp. 238.755.520.461 Laba Bruto Rp. (11.384.598.445) Beban Usaha Rp. 227.370.922.017 Laba Usaha Rp. 14.807.121.105 Laba sebelum beban pajak Sumber: data sekunder PT. Sentul City Tbk. Yang telah diolah Berdasarkan hasil diatas dapat dilihat bahwa dengan adanya penurunan Laporan Laba rugi diatas dipengaruhi oleh adanya penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar 1% mengakibatkan adanya penurunan pendapatan perusahaan karena dengan adanya penurunan pertumbuhan ekonomi maka semakin menurun pula perusahaa ataupun perkantoran yang memerlukan properti untuk mengembangkan usahanya, maka dari itu properti yang dijual oleh perusahaan akan mengalami penurunan. Tabel 3.3.10 Faktor – Faktor pendukung Peningkatan Pendapatan perusahaan PE
JP
Eks Pasar
EA
Nilai Tukar
5,45
347
109
12,12
Rp. 13.430
Sumber: data sekunder perusahaan yang telah diolah.
189
Jika faktor – faktor penunjang kinerja keuangan PT. Sentul City Tbk. mengalami peningkatan 1% pada semua faktor, Maka kondisi perusahaan akan ada pada posisi seperti berikut: Tabel 3.3.11 laporan laba rugi hasil dari estimasi kenaikan dan penurunan faktor – faktor pendukung kinerja keuangan. Pendapatan Bersih Rp. 626.771.152.377 Rp. (374.319.789.011) Beban Pokok Pendapatan Rp. 252.451.363.366 Laba Bruto Rp. (12.037.658.410) Beban Usaha Rp. 240.413.704.957 Laba Usaha Rp. 15.656.508.813 Laba sebelum beban pajak Sumber: data sekunder yang telah diolah Berdasarkan hasil diatas dapat dilihat bahwa dengan adanya peningkatan Laporan Laba rugi diatas dipengaruhi oleh adanya peningkatan faktor – faktor penunjang kinerja keuangan, seperti: a) Dengan adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi sebesar 1% mengakibatkan adanya peningkatan pendapatan perusahaan
karena
dengan
adanya
peningkatan
pertumbuhan ekonomi maka semakin banyak pula perusahaa ataupun perkantoran yang memerlukan properti untuk mengembangkan usahanya, maka dari itu properti yang dijual oleh perusahaan akan lebih meningkat. b) Dengan
adanya peningkatan
mempengaruhi
peningktatan
jumlah
pegawai dapat
pendapatan
perusahaan
dikarenakan dengan adanya peningkatan jumlah pegawai
190
maka semakin banyak pula produk yang bisa diselesaikan dengan waktu yang lebih singkat, maka dari itu banyak produk yang bisa dijual, sehingga perusahaan dapat menghasilkan pendapatan yang tinggi. c) Adanya
peningkatan
ekspetasi
mangsa
pasar
mempengaruhi peningkatan pendapatan, karena dengan semakin luasnya sekmen pasar makan semakin luas pula kemungkinan
perusahaaan
untuk
meningkatkan
pendapatannya dengan cara meningkatkan produk – produknya untuk dipasarkan sesuai dengan adanya peluang mangsa pasar. d) Adanya peningkatan entitas anak akan mempengaruhi tingkat pendapatan karena dengan begitu perusahaan memiliki banyak anak cabang yang bisa menyelesaikan banyak tender sehingga akan menghasilkan peningkatan laba perusahaan. e) Dengan adanya peningkatan nilai tukar rupiah ini berdampak ganda yaitu negatif dan positif, positifnya jika perusahaan menjual propertinya kepada pihak luar negri maka perusahaan akan mendapatkan keuntungan dari penjualan tersebut. Negatifnya jika perusahaan membeli bahan baku dari luar negri maka akan semakin tinggi beban pokok penjualan yang dihasilkan perusahaan.
191
Sedangkan jika terjadi penurunan 1% pada semua faktor – faktor pendukung kinerja keuangan, maka kondisi keuangan perusahaan akan berada pada posisi Tabel 3.3.12 faktor – faktor pendukung peningkatan dan penurunan pendapatan perusahaan PE
JP
EKS PASAR 341 107 5,35 Sumber: data sekunder yang telah diolah
EA 11,88
NILAI TUKAR 13.164
Maka kondisi perusahaan akan ada pada posisi seperti berikut: Tabel 3.3.13 laporan laba rugi hasil dari estimasi kenaikan dan penurunan faktor – faktor pendukung kinerja keuangan. Pendapatan Bersih Rp. 570.261.621.957 Rp. (340.571.210.405) Beban Pokok Pendapatan Rp. 229.690.411.552 Laba Bruto Rp. (10.952.346.136) Beban Usaha Rp. 218.738.065.416 Laba Usaha Rp. 14.244.921.893 Laba sebelum beban pajak Sumber: Data sekunder yang telah diolah Berdasarkan hasil diatas dapat dilihat bahwa dengan adanya penurunan Laporan Laba rugi diatas dipengaruhi oleh adanya penurunan faktor faktor penunjang kinerja keuangan, seperti: a) Dengan adanya penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar 1% mengakibatkan adanya penurunan
pendapatan perusahaan
karena dengan adanya penurunan pertumbuhan ekonomi maka semakin menurun pula perusahaa ataupun perkantoran yang memerlukan properti untuk mengembangkan usahanya, maka
192
dari itu properti yang dijual oleh perusahaan akan mengalami penurunan. b) Dengan
adanya
mempengaruhi
penurunan peningktatan
jumlah
pegawai
pendapatan
dapat
perusahaan
dikarenakan dengan adanya penurunan jumlah pegawai maka semakin sedikit pula produk yang bisa diselesaikan dalam waktu yang lebih singkat, maka dari itu tidak banyak produk yang bisa dijual, sehingga perusahaan dapat mengalami penurunan pendapatan. c) Adanya
penurunan
ekspetasi
mangsa
pasar
tidak
mempengaruhi penurunan pendapatan hanya saja pendapatan yang dihasilkan tidak setinggi jika segmen pasar perusahaan berada di angka d) Adanya penurunan entitas anak akan mempengaruhi tingkat pendapatan karena dengan begitu perusahaan tidak memiliki banyak anak cabang yang bisa menyelesaikan banyak tender sehingga akan mengurangi tingkatan laba perusahaan. e) Dengan adanya penurunan nilai tukar rupiah ini berdampak ganda yaitu negatif, jika perusahaan menjual propertinya kepada pihak luar negri maka perusahaan akan mendapatkan sedikit keuntungan dari penjualan tersebut. Dan
jika
perusahaan membeli bahan baku dari luar negri maka akan
193
semakin tinggi beban pokok penjualan yang dihasilkan perusahaan.
b) Analisis What If PT. Agung Podomoro Land Tbk. Tabel 3.3.14 data keuangan perusahaan berdasarkan proyeksi 2016 Pendapatan bersih
Rp. 6.592.518.763.202
Beban Pokok Pendapatan
Rp. (3.179.825.491.314)
Laba Bruto
Rp. 3.412.693.271.888
Beban Usaha
Rp. (2.523.251.265.835)
Laba usaha
Rp. 889.442.006.053
Laba Sebelum Beban Pajak
Rp. 889.442.006.053
Sumber: data Sekunder PT. Agung Podomoro Land Tbk. Yang telah diolah Berdasarkan data tabel diatas yang diperoleh dari hasil proyeksi PT. Agung Podomoro Land Tbk. dapat dilihat bahwa kondisi keuangan perusahaan pada tahun 2016 atau pada tahun yang akan datang. Namun kondisi keuangan perusahaan tersebut dipengaruhi oleh faktor – faktor yang mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan. Faktor – faktor yang dirasa mendorong kinerja perusahaan adalah: 1. Pertumbuhan Ekonomi (PE) 2. Jumlah Pegawai (JP) 3. Ekstimasi Pasar / Pangsa Pasar (EP)
194
4. Jumlah Entitas Anak (JEA) 5. Tingkat Nilai Tukar Rupiah (NTR) Pada saat ini kondisi faktor – faktor penunjang kinerja keuangan perusahaan berada pada posisi: Tabel 3.3.15 Faktor – faktor pendukung kinerja keuangan PE
JP
EP
JEA
NTR
5,4
2470
108
46
13.297
Sumber: data sekunder PT. Agung Podomoro Land Tbk. Yang telah diolah. Jika berdasarkan perkembangan data dari faktor – faktor penunjang kinerja keuangan perusahaan tersebut perusahaan akan memperoleh kinerja keuangan seperti yang tertera pada tabel 3.3.2.1.1 diatas. Namun jika pada tahun 2016 nanti akan ada perubahan kenaikan dan peurunan 1% pada jumlah faktor - faktor penunjang kinerja keuangan, seperti:
196
Tabel 3.3.16 estimasi kenaikan dan penurunan faktor – faktor penunjang kinerja keuangan. PE 5,51 5,45 5,4 5,35 5,29
JP 2470 2470 2470 2470 2470
PERHITUNGAN EKS PASAR 108 108 108 108 108
EA 46 46 46 46 46
NILAI TUKAR Rp 13.297 Rp 13.297 Rp 13.297 Rp 13.297 Rp 13.297
PE 1,02 1,01 1 0,99 0,98
JP 1 1 1 1 1
HASIL EKS PASAR 1 1 1 1 1
EA 1 1 1 1 1
NILAI TUKAR 1 1 1 1 1
Sumber: data sekunder PT. Agung Podomoro Land Tbk. Yang telah diolah.
Tabel 3.3.17 estimasi kenaikan dan penurunan faktor – faktor penunjang kinerja keuangan. PE 5,4 5,4 5,4 5,4 5,4
JP 2519 2495 2470 2445 2421
PERHITUNGAN EKS PASAR 108 108 108 108 108
EA 46 46 46 46 46
NILAI TUKAR Rp 13.297 Rp 13.297 Rp 13.297 Rp 13.297 Rp 13.297
PE 1 1 1 1 1
JP 1,02 1,01 1 0,99 0,98
HASIL EKS PASAR 1 1 1 1 1
EA 1 1 1 1 1
NILAI TUKAR 1 1 1 1 1
Sumber: data sekunder PT. Agung Podomoro Land Tbk. Yang telah diolah.
Tabel 3.3.18 estimasi kenaikan dan penurunan faktor – faktor penunjang kinerja keuangan. PE 5,4 5,4 5,4 5,4 5,4
JP 2470 2470 2470 2470 2470
PERHITUNGAN EKS PASAR 110,16 109,08 108 106,92 105,84
EA 46 46 46 46 46
NILAI TUKAR Rp 13.297 Rp 13.297 Rp 13.297 Rp 13.297 Rp 13.297
PE 1 1 1 1 1
JP 1 1 1 1 1
HASIL EKS PASAR 1,02 1,01 1 0,99 0,98
Sumber: data sekunder PT. Agung Podomoro Land Tbk. Yang telah diolah.
EA 1 1 1 1 1
NILAI TUKAR 1 1 1 1 1
197
Tabel 3.3.19 estimasi kenaikan dan penurunan faktor – faktor penunjang kinerja keuangan. PE 5,4 5,4 5,4 5,4 5,4
JP 2470 2470 2470 2470 2470
PERHITUNGAN EKS PASAR EA 108 46,92 108 46,46 108 46 108 45,54 108 45,08
NILAI TUKAR Rp 13.297 Rp 13.297 Rp 13.297 Rp 13.297 Rp 13.297
PE 1 1 1 1 1
JP 1 1 1 1 1
HASIL EKS PASAR 1 1 1 1 1
EA 1,02 1,01 1 0,99 0,98
NILAI TUKAR 1 1 1 1 1
Sumber: data sekunder PT. Agung Podomoro Land Tbk. Yang telah diolah.
Tabel 3.3.20 estimasi kenaikan dan penurunan faktor – faktor penunjang kinerja keuangan. PE 5,4 5,4 5,4 5,4 5,4
JP 2470 2470 2470 2470 2470
PERHITUNGAN EKS PASAR 108 108 108 108 108
EA 46 46 46 46 46
NILAI TUKAR Rp 13.563 Rp 13.430 Rp 13.297 Rp 13.164 Rp 13.031
PE 1 1 1 1 1
JP 1 1 1 1 1
HASIL EKS PASAR 1 1 1 1 1
EA 1 1 1 1 1
Sumber: data sekunder PT. Agung Podomoro Land Tbk. Yang telah diolah.
NILAI TUKAR 1,02 1,01 1 0,99 0,98
198
Maka kinerja keuangan pun akan mengalami kenaikan dan psesuai dengan adanya peningkatan yang disebab kan faktor – faktor diatas, seperti: Tabel 3.3.21 Laporan Keuangan PT. Agung Podomoro Land Tbk. setelah terjadi peningkatan 1% Pendapatan bersih
Rp. 6.659.244.661.614
Beban Pokok Pendapatan
Rp. (3.212.009.959.849)
Laba Bruto
Rp. 3.447.234.701.765
Beban Usaha
Rp. (2.548.790.246.258)
Laba Usaha
Rp. 898.444.455.507
Laba Sebelum Beban Pajak
Rp. 898.444.455.507
Sumber: data sekunder PT. Agung Podomoro Land Tbk. Yang telah diolah Berdasarkan hasil diatas dapat dilihat bahwa dengan adanya peningkatan Laporan Laba rugi diatas dipengaruhi oleh adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi sebesar 1% mengakibatkan adanya peningkatan pendapatan perusahaan karena dengan adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi maka semakin banyak pula perusahaa ataupun perkantoran yang memerlukan properti untuk mengembangkan usahanya, maka dari itu properti yang dijual oleh perusahaan akan lebih meningkat. Namun jika pada tahun 2016 nanti salah satu faktor – faktor penunjang kinerja keuangan perusahaan mengalami penurunan 1% dari data tahun sebelumnya maka hasil yang akan diperoleh perusahaan adalah sebagai berikut:
199
Tabel 3.3.22 laporan laba rugi hasil dari estimasi kenaikan dan penurunan faktor – faktor pendukung kinerja keuangan. Pendapatan Bersih Rp. 6.531.476.922.801 Rp. (3.150.382.662.691) Beban Pokok Pendapatan Rp. 3.381.094.260.111 Laba Bruto Rp. (2.499.887.828.188) Beban Usaha Rp. 881.206.431.923 Laba Usaha Rp. 881.206.431.923 Laba sebelum beban pajak Sumber: data sekunder PT. Sentul City Tbk. Yang telah diolah Berdasarkan hasil diatas dapat dilihat bahwa dengan adanya penurunan Laporan Laba rugi diatas dipengaruhi oleh adanya penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar 1% mengakibatkan adanya penurunan pendapatan perusahaan karena dengan adanya penurunan pertumbuhan ekonomi maka semakin menurun pula perusahaa ataupun perkantoran yang memerlukan properti untuk mengembangkan usahanya, maka dari itu properti yang dijual oleh perusahaan akan mengalami penurunan. Jika faktor – faktor penunjang kinerja keuangan PT. Sentul City Tbk. mengalami peningkatan 1% pada semua faktor Tabel 3.3.23 Faktor – Faktor pendukung Peningkatan Pendapatan perusahaan PE
JP
Eks Pasar
EA
Nilai Tukar
5,45
2495
109,08
46,46
Rp. 13.430
Sumber: data sekunder perusahaan yang telah diolah. Maka kondisi perusahaan akan ada pada posisi seperti berikut:
200
Tabel 3.3.24 laporan laba rugi hasil dari estimasi kenaikan dan penurunan faktor – faktor pendukung kinerja keuangan. Pendapatan Bersih Rp. Rp. Beban Pokok Pendapatan Rp. Laba Bruto Rp. Beban Usaha Rp. Laba Usaha Rp. Laba sebelum beban pajak Sumber: data sekunder yang telah diolah
6.924.569.924.782 (3.339.986.544.462) 3.584.583.380.320 (2.650.342.070.409) 934.241.309.912 934.241.309.912
Berdasarkan hasil diatas dapat dilihat bahwa dengan adanya peningkatan Laporan Laba rugi diatas dipengaruhi oleh adanya peningkatan faktor – faktor penunjang kinerja keuangan, seperti: 1) Dengan
adanya
peningkatan
pertumbuhan
ekonomi
sebesar
1%
mengakibatkan adanya peningkatan pendapatan perusahaan karena dengan adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi maka semakin banyak pula perusahaa
ataupun
perkantoran
yang
memerlukan
properti
untuk
mengembangkan usahanya, maka dari itu properti yang dijual oleh perusahaan akan lebih meningkat. 2) Dengan adanya peningkatan jumlah pegawai dapat mempengaruhi peningktatan
pendapatan
perusahaan
dikarenakan
dengan
adanya
peningkatan jumlah pegawai maka semakin banyak pula produk yang bisa diselesaikan dengan waktu yang lebih singkat, maka dari itu banyak produk yang bisa dijual, sehingga perusahaan dapat menghasilkan pendapatan yang tinggi. 3) Adanya peningkatan ekspetasi mangsa pasar mempengaruhi peningkatan pendapatan, karena dengan semakin luasnya sekmen pasar makan semakin luas pula kemungkinan perusahaaan untuk meningkatkan pendapatannya
201
dengan cara meningkatkan produk – produknya untuk dipasarkan sesuai dengan adanya peluang mangsa pasar. 4) Adanya peningkatan entitas anak akan mempengaruhi tingkat pendapatan karena dengan begitu perusahaan memiliki banyak anak cabang yang bisa menyelesaikan banyak tender sehingga akan menghasilkan peningkatan laba perusahaan. 5) Dengan adanya peningkatan nilai tukar rupiah ini berdampak ganda yaitu negatif dan positif, positifnya jika perusahaan menjual propertinya kepada pihak luar negri maka perusahaan akan mendapatkan keuntungan dari penjualan tersebut. Negatifnya jika perusahaan membeli bahan baku dari luar negri maka akan semakin tinggi beban pokok penjualan yang dihasilkan perusahaan. Sedangkan jika terjadi penurunan 1% pada semua faktor – faktor pendukung kinerja keuangan, maka kondisi keuangan perusahaan akan berada pada posisi Tabel 3.3.25 faktor – faktor pendukung peningkatan dan penurunan pendapatan perusahaan PE
JP
EKS PASAR 2445 107 5,35 Sumber: data sekunder yang telah diolah
EA 45,54
NILAI TUKAR 13.164
Maka kondisi perusahaan akan ada pada posisi seperti berikut: Tabel 3.3.26 laporan laba rugi hasil dari estimasi kenaikan dan penurunan faktor – faktor pendukung kinerja keuangan. Pendapatan Bersih Rp. 570.261.621.957 Rp. (340.571.210.405) Beban Pokok Pendapatan Rp. 229.690.411.552 Laba Bruto Rp. (10.952.346.136) Beban Usaha Rp. 218.738.065.416 Laba Usaha Rp. 14.244.921.893 Laba sebelum beban pajak Sumber: Data sekunder yang telah diolah
202
Berdasarkan hasil diatas dapat dilihat bahwa dengan adanya penurunan Laporan Laba rugi diatas dipengaruhi oleh adanya penurunan -faktor faktor penunjang kinerja keuangan, seperti: 1) Dengan adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi sebesar 1% mengakibatkan adanya peningkatan pendapatan perusahaan karena dengan adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi maka semakin banyak pula perusahaa ataupun perkantoran yang memerlukan properti untuk mengembangkan usahanya, maka dari itu properti yang dijual oleh perusahaan akan lebih meningkat. 2) Dengan adanya penurunan jumlah pegawai dapat mempengaruhi peningktatan pendapatan perusahaan dikarenakan dengan adanya penurunan jumlah pegawai maka semakin sedikit pula produk yang bisa diselesaikan dalam waktu yang lebih singkat, maka dari itu tidak banyak produk yang bisa dijual, sehingga perusahaan dapat mengalami penurunan pendapatan. 3) Adanya penurunan ekspetasi mangsa pasar tidak mempengaruhi penurunan pendapatan hanya saja pendapatan yang dihasilkan tidak setinggi jika segmen pasar perusahaan berada di angka 4) Adanya penurunan entitas anak akan mempengaruhi tingkat pendapatan karena dengan begitu perusahaan tidak memiliki banyak anak cabang yang bisa menyelesaikan banyak tender sehingga akan mengurangi tingkatan laba perusahaan. 5) Dengan adanya penurunan nilai tukar rupiah ini berdampak ganda yaitu negatif, jika perusahaan menjual propertinya kepada pihak luar negri maka perusahaan akan mendapatkan sedikit keuntungan
203
dari penjualan tersebut. Dan jika perusahaan membeli bahan baku dari luar negri maka akan semakin tinggi beban pokok penjualan yang dihasilkan perusahaan.