BAB II URAIAN TEORITIS
2.1. Cukai 1. Pengertian Cukai Cukai adalah pungutan Negara yang dikenakan terhadap barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik yang ditetapkan dalam Undangundang Nomor 39 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 11 tentang Cukai yang merupakan penerimaan Negara guna mewujudkan kesejahteraan, keadilan dan keseimbangan. Yang dimaksud dalam Undang-undang tersebut tentang barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik sebagai berikut :
Konsumsinya perlu dikendalikan;
Peredarannya perlu diawasi;
Pemakaiannya dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat atau lingkungan hidup;
Pemakaiannya perlu pembebanan pungutan Negara demi keadilan dan keseimbangan.
Barang-barang sebagaimana dimaksud diatas dinyatakan sebagai barang kena cukai.
2. Barang Kena Cukai Pengenaan cukai perlu dipertegas batasannya sehingga dapat memberikan landasan kepastian hukum dalam upaya menambah atau memperluas obyek cukai
10
Universitas Sumatera Utara
dengan tetap memperhatikan aspirasi dan kemampuan masyarakat. Dalam Undang-undang Nomor 39 Tahun 2007 yang termasuk dalam barang kena cukai adalah : a. Etil Alkohol (Etanol), yaitu barang cair, jernih dan tidak berwarna, merupakan senyawa organic dengan rumus kimia C2H5OH, yang diperoleh baik secara peragian dan/atau penyulingan maupun secara sintesa kimiawi. b. Minuman yang Mengandung Etil Alkohol (MMEA), yaitu semua barang cair yang lazim disebut minuman mengandung etil alkohol yang dihasilkan dengan cara peragian, penyulingan atau cara lainnya, yang antara lain : bir, shandy, anggur, gin, whisky dan yang sejenisnya. Yang dimaksud dengan “konsentrat yang mengandung etil alcohol” adalah bahan yang mengandung etil alcohol yang digunakan sebagai bahan baku atau bahan penolong dalam pembuatan minuman mengandung etil alcohol. c. Sigaret adalah hasil tembakau yang dibuat dari tembakau rajangan yang di balut dengan kertas dengan cara dilinting untuk dipakai tanpa mengindahkan bahan pengganti atau bahan pembantu yang digunakan dalam pembuatannya. Sigaret terdiri dari : a. Sigaret Kretek adalah sigaret yang dalam pembuatannya dicampur dengan cengkih atau bagiannya, baik asli maupun tiruan tanpa memperhatikan jumlahnya. b. Sigaret Putih adalah sigaret yang dalam pembuatannya tanpa dicampuri dengan cengkih, kelembak atau kemenyan. Sigaret Kretek dan Sigaret Putih terdiri dari sigaret yang dibuat dengan mesin atau dibuat dengan cara lain.
11
Universitas Sumatera Utara
Sigaret Kretek dan Sigaret Putih yang dibuat dengan mesin adalah sigaret yang dalam pembuatannya mulai dari pelintingan, pemasangan filter, pengemasannya dalam kemasan untuk penjualan eceran sampai dengan pelekatan pita cukai, seluruhnya atau sebagian menggunakan mesin.
Sigaret Kretek dan Sigaret Putih yang dibuat dengan cara lain dari pada mesin adalah sigaret yang dalam proses pembuatannya mulai dari pelintingan, pemasangan filter, pengemasannya dalam kemasan untuk penjualan eceran sampai dengan pelekatan pita cukai tanpa menggunakan mesin.
Sigaret Kelembak Kemenyan adalah sigaret yang dalam pembuatannya dicampur dengan kelembak/atau kemenyan asli maupun tiruan tanpa memperhatikan jumlahnya.
Cerutu adalah hasil tembakau yang dibuat dari lembaran-lembaran daun tembakau diiris atau tidak, dengan cara digulung demikian rupa dengan daun tembakau untuk dipakai tanpa mengindahkan bahan pengganti atau bahan pembantu yang digunakan dalam pembuatannya.
Rokok daun adalah hasil tembaku yang dibuat dengan daun nipah, daun jagung (klobot) atau sejenisnya dengan cara dilinting untuk dipakai tanpa mengindahkan bahan pengganti atau bahan pembantu yang digunakan dalam pembuatannya.
Tembakau Iris adalah hasil tembakau yang dibuat dari daun tembakau yang dirajang, untuk dipakai tanpa mengindahkan bahan pengganti atau bahan pembantu yang digunakan dalam pembuatannya.
12
Universitas Sumatera Utara
Hasil pengolahan tembakau lainnya adalah hasil tembakau yang dibuat dari daun tembakau selain yang disebut di atas yang dibuat secara lain sesuai dengan perkembangan teknologi dan selera konsumen, tanpa mengindahkan bahan pengganti atau bahan pembantu yang digunakan dalam pembuatannya.
2.2. Harga Jual Eceran dan Tarif Cukai Jumlah cukai yang dihitung berdasarkan system tariff advalorum adalah sebesar perkalian antara presentase tarif cukai dikalikan dengan harga dasar. Harga dasar yang digunakan untuk penghitungan cukai hasil tembakau adalah harga jual eceran (HJE). Besarnya tarif cukai dan HJE minimum untuk masing-masing golongan dan jenis hasil tembakau sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan nomor 43/PMK.04/2005. Sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan nomor 118/PMK.04/2006 adalah sebagai berikut : TABEL 2.1 Nilai Tarif Cukai dan Batasan Harga Jual Eceran Hasil Tembakau Buatan Dalam Negeri
No.
Jenis Hasil
Golongan
HJE Minimum
Tarif
Tembakau
Penguasaha
Per Batang/Gram
Cukai
I
Rp 550
40 %
II
Rp 450
36 %
III
Rp 440
26 %
I
Rp 345
40 %
Pabrik a
b
SKM
SPM
13
Universitas Sumatera Utara
No.
Jenis Hasil
Golongan
HJE Minimum
Tarif
Tembakau
Penguasaha
Per Batang/Gram
Cukai
II
Rp 265
36 %
III
Rp 255
26 %
I
Rp 475
22 %
II
Rp 395
16 %
III/A
Rp 380
8%
III/B
Rp 275
4%
I
Rp 215
8%
II
Rp 180
4%
I
Rp 50
20 %
II
Rp 50
16 %
III/A
Rp 50
8%
III/B
Rp 40
4%
Pabrik
c
d
SKT
KLM, KLB Atau SPT
e.
TIS
f.
CRT
Tanpa Golongan
Rp 275
20 %
g.
HPTL
Tanpa Golongan
Rp 275
20 %
Sumber : Lampiran 1 Peraturan Menteri Keuangan nomor : 118/PMK.04/2006
1. Tarif Cukai Spesifik Sesuai Peraturan Menteri Keuangan nomor 43/PMK.04/2005 sebagaimana telah
diubah
terakhir
dengan
Peraturan
Menteri
Keuangan
nomor
118/PMK.04/2006, terhitung mulai tanggal 1 juli 2007, terhadap hasil tembakau jenis SKM, SPM, dan SKT. Ditambah dengan pengenaan cukai untuk setiap
14
Universitas Sumatera Utara
batang hasil tembakau masing-masing sebesar Rp 7 untuk golongan 1, Rp 5 untuk golongan II, dan Rp 3 untuk golongan III.
TABEL 2.2. Tarif Cukai Spesifik per Batang Hasil Tembakau Buatan Dalam Negeri No.
Jenis Hasil
Golongan
Tarif Cukai Spesifik
Tembakau
Penguasaha Pabrik
Per Batang
I
Rp 7
II
Rp 5
III
Rp 3
I
Rp 7
II
Rp 5
III
Rp 3
I
Rp 7
II
Rp 5
III/A
Rp 3
a SKM
b SPM
c SKT
Sumber : Lampiran 1 Peraturan Menteri Keuangan nomor : 118/PMK.04/2006
2. Tata Cara Penetapan Harga Jual Eceran Sebelum memproduksi hasil tembakau dengan merek baru atau mengubah desain atau tampilan kemasan penjualan eceran atas merek yang sudah ada penetapan HJE-nya, pengusaha pabrik hasil tembakau wajib mengajukan permohonan penetapan HJE kepada kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai
15
Universitas Sumatera Utara
dengan menggunakan formulir yang telah ditentukan. Permohonan penetapan HJE dilampirkan dengan : a. Dokumen Kalkulasi HJE hasil tembakau buatan dalam negeri (formulir CK-1A) b. Contoh kemasan penjualan eceran hasil tembakau yang akan diproduksi c. Daftar HJE untuk merek-merek hasil tembakau yang msih berlaku (untuk pabrik baru diisi nihil) d. Surat Pernyataan di atas materai yang cukup bahwa merek/desain kemasan yang dimohon penetapan HJE-nya tidak dimiliki kasamaan pada pokoknya atau pada keseluruhannya dengan merek/desain kemasan yang telah dimiliki atau dipergunakan oleh pengusaha pabrik lain. Berdasarkan permohonan tersebut, Petugas Bea Cukai akan segera melakukan penelitian. Dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal permohonan yang diterima secara lengkap dan benar, Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai wajib memberikan keputusan. Keputusan penetapan HJE dibuat dalam rangkap 4 lebar asli untuk pengusaha pabrik, lembar tembusan untuk Direktur Cukai, Kepala Kantor Wilayah, dan arsip Kantor Pelayanan setempat. Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai dapat membatalkan keputusan Penentapan HJE suatu merek hasil tembakau dalam hal: 1. Merek/desain kemasan yang bersangkutan memiliki kesamaan nama, baik tulisan maupun pengucapannya atau kemiripan dengan merek/desain kemasan milik pengusaha pabrik atau importir lainnya sehingga tidak mudah untuk membedakannya, yang telah terlebih dahulu dimiliki oleh pengusaha pabrik
16
Universitas Sumatera Utara
atau importir lainnya dan tercatat pada administrasi Direktorat Jendral Bea dan Cukai ataui, 2. Atas permohonan/gugatan pengusaha pabrik atau importir lainnya, yang berdasarkan keputusan Pengadilan yang telah mempunyai ijin diselenggrakan merupakan hak merek pemohon. Hal lain yang perlu diketahui terkait dengan permohonan penetapan HJE adalah persyaratan kemasan eceran hasil tembakau dan ketentuan tentang isi/jumlah batang/gram yang diperbolehkan dalam satu kemasan penjualan eceran hasil tembakau. Sesuai Keputusan Direktur Jendral Bea dan Cukai nomor Kep79/BC/2002 tentang Kemasan Penjualan Eceran Hasil Tembakau. Pada kemasan penjualan eceran hasil tembakau untuk pemasaran di dalam negeri wajib dicantumkan secara jelas dan mudah terbaca dengan menggunakan cetakan permanent : a. Merek dan jenis hasil tembakau yang dikemas; b. Nama lengkap dan lokasi pabrik atau perusahaan. Bila nama pabrik lebih dari 2 (dua) kata dapat digunakan singkatan; c. Kalimat peringatan kesehatan tentang bahaya merokok; dan d. Ketentuan-ketentuan lainnya yang disyaratkan oleh instansi terkait. Isi kemasan penjualan eceran hasil tembakau untuk masing-masing jenis hasil tembakau dan golongan Pengusaha Pabrik Hasil Tembakau yang ditujukan untuk pemasaran di dalam negeri adalah :
17
Universitas Sumatera Utara
TABEL 2.3 Jumlah Isi Kemasan Untuk Masing-masing Jenis Hasil Tembakau dan Golongan Pengusaha Pabrik Hasil Tembakau Untuk Pemasaran Dalam Negeri Jenis Hasil No.
Jumlah Isi Kemasan Golongan
Tembakau
a
b
c
SKM
SPM
(batang/gram) I
12, 16, 20 dan 50 batang
II
10, 12, 16, 20 dan 50 batang
III
12, 16, 20, dan 50 batang
I
20 batang
II
20 batang
III
20 batang
I
10, 12, 16, 20 dan 50 batang
II
10, 12, 16, 20 dan 50 batang
IIIA
10, 12, 16, 20 dan 50 batang
IIIB
10, 12, dan 16 batang
SKT
d
KLB,KLM dan SPT
Semua Gol
6, 10, 12, dan 16 batang
e
TIS
Semua Gol
Maksimum 2.500 gram
CRT
Tanpa Gol
Maksimum 100 batang
HPTL
Tanpa Gol
Maksimum 100 gram
Sumber Keputusan Direktur Jendral Bea dan Cukai Nomor : KEP-79/BC/2002
18
Universitas Sumatera Utara
2.3. Pita Cukai 1.
Pengertian Pita Cukai Pita cukai adalah suatu alat yang digunakan untuk pelunasan cukai yang
terutang atas barang kena cukai. Pita cukai berupa kepingan kertas dengan ukuran dan desain tertentu yang ditetapkan. Pita cukai digunakan oleh wajib cukai (pengusaha pabrik yang telah mempunyai NPPBKC) sebagai tanda pelunasan cukai yang terutang. Pita cukai diperoleh oleh wajib cukai di Kantor Pelayanan Bea dan Cukai. Pada dasarnya pelunasan cukai atas barang kena cukai merupakan pemenuhan persyaratan dalam rangka mengamankan hak-hak Negara yang melekat pada barang kena cukai, dalam hal ini berupa hasil tembakau (rokok), sehingga hasil tembakau tersebut dapat dikeluarkan dari pabrik. Pelunasan cukai dengan cara pelekatan pita cukai dilakukan dengan cara melekatkan pita cukai yang seharusnya. Hasil tembakau dianggap telah dilunasi cukainya, setelah hasil tembakau tersebut telah dilekati pita cukai sesuai ketentuan yang berlaku. Untuk hasil tembakau yang dibuat di Indonesia, pelekatan pita cukai harus dilakukan sebelum hasil tembakau dikeluarkan dari pabrik. Ketentuan tentang cara pelekatan pita cukai diatur dalam Pasal 3 ayat (4) Keputusan Menteri Keuangan nomor 240/KMK.05/1996 tentang Pelunasan Cukai sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan nomor 105/KMK.05/1997. 1.
Pita cukai yang dilekatkan harus sesuai dengan tariff cukai dan harga dasar barang kena cukai yang ada didalam pengemas;
2.
Pita cukai yang dilekatkan harus pita cukai yang belum pernah dipakai;
19
Universitas Sumatera Utara
3.
Pita cukai yang dilekatkan harus utuh dan tidak lebih dari satu keping;
4.
Pita cukai harus dilekatkan pada kemasan barang kena cukai yang tertutup dan menutup tempat pembuka yang tersedia;
2.
Desain dan Warna Pita Cukai Hasil Tembakau Unsur utama yang terdapat pada pita cukai hasil tembakau adalah kertas,
hologram, dan cetakan. Pada masing-masing unsur tersebut ditanamkan kelengkapan pengaman (security feature), agar pita cukai sulit dipalsukan. Pada pita cukai tercetak besarnya tarif cukai dan harga jual eceran sebagai harga dasar pengenaan cukai. Selain besar tarif dan harga jual eceran, pada pita cukai juga tercetak tahun anggaran. Tujuan dari pencetakan tahun anggaran pada pita cukai adalah agar pada saat pengembalian pita cukai dan pemusnahan barang kena cukai, pita cukai dapat diketahui tahun pemesanannya, sehingga ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan nomor P-26/PMK.4/2006 tentang Pengembalian Cukai dapat dilaksanakan. Sesuai Peraturan Menteri Keuangan nomor 610/PMK.04/2004 tentang Penyediaan dan Desain Pita Cukai Hasil Tembakau, pita cukai hasil tembakau disediakan dalam tiga seri, yaitu pita cukai seri I, pita cukai seri II, dan pita cukai seri III. Sesuai Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai nomor P-24/BC/2004 tentang Desain dan Warna Pita Cukai Hasil Tembakau. 1. Pita cukai seri I berjumlah 120 keping pita cukai setiap lembar dengan ukuran 0,8 cm x 11,4 cm per keping. 2. Pita cukai seri II berjumlah 56 keping pita cukai setiap lembar dengan ukuran 1,3 cm x 17,5 cm per keping
20
Universitas Sumatera Utara
3. Pita cukai seri III berjumlah 150 keping pita cukai setiap lembar dengan ukuran 1,9 cm x 4,5 cm Untuk memudahkan administrasi, penyimpanan dan pendistribusian pita cukai serta memudahkan pengawasan, pita cukai hasil tembakau disediakan dalam beberapa warna. Sesuai Peraturan Menteri Direktur Jenderal Bea dan Cukai nomor P-24/BC/2004 tentang Desain dan Warna Pita Cukai Hasil Tambakau, warna pita cukai hasil tembakau adalah: 1. Warna biru dominan dikombinasikan dengan warna hijau, digunakan untuk hasil tembakau jenis SKM, SPM, SKT, TIS yang diproduksi oleh pengusaha pabrik golongan I; 2. Warna coklat dominan dikombinasikan dengan warna hijau, digunakan untuk hasil tembakau jenis SKM, SPM, SKT, TIS yang diproduksi oleh pengusaha pabrik golongan II; 3. Warna hijau dominan dikombinasikan dengan warna coklat, digunakan untuk hasil tembakau jenis; a.
SKM dan SPM yang diproduksi oleh pengusaha pabrik golongan III; dan
b.
SKT dan TIS yang diproduksi oleh pengusaha pabrik golongan III/A;dan
c.
KLM, KLB dan SPT yang diproduksi oleh pengusaha pabrik golongan II;
4. Warna jingga dominan dikombinasikan dengan warna hijau, digunakan untuk hasil tembakau jenis; a.
SKT dan TIS yang diproduksi oleh pengusaha pabrik golongan III/B;dan
b.
KLM, KLB dan SPT yangf diproduksi oleh penguasaha pabrik golongan II;
21
Universitas Sumatera Utara
5. Warna merah dominan dikombinasikan dengan warna coklat, digunakan untuk hasil tembakau jenis Cerutu dan Hasil Pengolahan Tembakau Lainnya; 6. Warna ungu dominan dikombinasikan dengan warna coklat, digunakan untuk hasil tembakau buatan luar negeri.
3. Tata Cara Pemesanan Pita Cukai Hasil Tembakau Sesuai Pasal 7 ayat (4) Undang-Undang nomor 11 tahun 1995 tentang Cukai, pita cukai disediakan oleh Menteri Keuangan. Arti kata “disediakan” dalam Pasal 7 ayat (4), adalah suatu norma yang menyatakan bahwa Menteri Keuangan mempunyai kewajiban untuk menyediakan pita cukai di Kantor Bea dan Cukai, pengusaha pabrik dapat mengambil pita cukai yang dibutuhkan untuk pelunasan cukai, di kantor Bea dan Cukai. Penyediaan pita cukai hasil tembakai berbeda dengan penyedian materai, pada materai, wajib bayar meterai memperoleh materai dengan membeli dari pasar secara bebas, sedangkan pita cukai hanya dapat diperoleh di Kantor Bea dan Cukai. Sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai nomor P22/BC/2005 tentang Penyediaan dan Tata Cara Pemesanan Pita Cukai Hasil Tembakau sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai nomor P-04/BC/2006, tata cara untuk memperoleh pita cukai adalah sebagai berikut: 1.
Pengusaha pabrik mengajukan permohonan penyediaan pita cukai (P3C) untuk rencana pemakaian/kebutuhan selama tiga bulan ke depan ke Kantor Pelayanan Bea dan Cukai.
22
Universitas Sumatera Utara
2.
Berdasarkan permohonan tersebut, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai melakukan proses penyediaan pita cukai dengan membuat order pencetakan ke Peruri.
3.
Setelah pita cukai tersedia, pengusaha pabrik mengajukan permohonan pemesanan pita cukai dengan mempergunakan formulir pemesanan pita cukai, sesuai dengan jenis dan merek rokok yang akan ditempel pita cukai.
4.
Petugas Bea dan Cukai melakukan penelitian dan penomoran CK-1
5.
Setelah CK-1 diteliti dan dinomori oleh petugas Bea dan Cukai, pengusaha pabrik melakukan pembayaran cukai dan PPN hasil tembakau ke BANK
6.
Bukti Pembayaran dan CK-1 diserahkan ke petugas Bea dan Cukai untuk mendapatkan pita cukai.
7.
Petugas Bea dan Cukai menyerahkan pita cukai ke pengusaha pabrik.
2.4.
Produksi
1.
Pengertian dan Tujuan Produksi Ada beberapa pengertian Produksi sebagaimana tersebut dibawah ini : a. Dalam pengertian sederhana, produksi berarti menghasilkan barang/jasa. b. Menurut
Ilmu
Ekonomi,
pengertian
produksi
adalah
kegiatan
menghasilkan barang maupun jasa atau kegiatan menambah nilai kegunaan/manfaat suatu barang. c. Produksi dapat diartikan sebagai usaha untuk menciptakan atau menambah faedah ekonomi suatu benda dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia.
23
Universitas Sumatera Utara
Dari pengertian tersebut jelas bahwa kegiatan produksi mempunyai tujuan yang meliputi: a. Menghasilkan barang atau jasa. b. Meningkatkan nilai guna barang atau jasa. c. Meningkatkan kemakmuran masyarakat. d. Meningkatkan keuntungan. e. Memperluas lapangan usaha. f. Menjaga kesinambungan usaha perusahaan. 2.
Faktor-faktor Produksi. Kegiatan produksi tentunya memerlukan unsur-unsur yang dapat digunakan
dalam proses produksi yang disebut faktor produksi. Faktor produksi yang bisa digunakan dalam proses produksi terdiri atas Sumber Daya Alam, tenaga kerja mansuia, modal dan kewirausahaan.
a. Sumber Daya Alam (SDA) Sumber Daya Alam (SDA) adalah segala sesuatu yang disediakan oleh alam yang dapat dimanfaatkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Sumber Daya Alam di sini meliputi segala sesuatu yang ada di dalam bumi, seperti: - Tanah, tumbuhan, hewan. - Udara, sinar matahari, hujan. - Bahan tambang, dan lain sebagainya. Faktor produksi Sumber Daya Alam merupakan faktor produksi asli karena telah tersedia di alam langsung.
24
Universitas Sumatera Utara
b. Sumber Daya Manusia (Tenaga Kerja Manusia). Tenaga kerja manusia adalah segala kegiatan manusia baik jasmani maupun rohani yang dicurahkan dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa maupun faedah suatu barang. Tenaga kerja manusia dapat diklasifikasikan menurut tingkatannya (kualitasnya) yang terbagi atas : 1. Tenaga kerja terdidik (skilled labour), adalah tenaga kerja yang memperoleh pendidikan baik formal maupun non formal. Contoh : guru, dokter, pengacara, akuntan, psikologi, peneliti. 2. Tenaga kerja terlatih (trained labour), adalah tenaga kerja yang memperoleh keahlian berdasarkan latihan dan pengalaman. Contoh: montir, tukang kayu, tukang ukir, sopir, teknisi. 3. Tenaga kerja tak terdidik dan tak terlatih (unskilled and untrained labour), adalah tenaga kerja yang mengandalkan kekuatan jasmani daripada rohani. Contoh : tenaga kuli pikul, tukang sapu, pemulung, buruh tani.
c. Modal Modal menurut pengertian ekonomi adalah barang atau hasil produksi yang digunakan untuk menghasilkan produk lebih lanjut. Misalkan orang membuat jala untuk mencari ikan. Dalam hal ini jala merupakan barang modal, karena jala merupakan hasil produksi yang digunakan untuk menghasilkan produk lain (ikan). Di dalam proses produksi, modal dapat berupa peralatan-peralatan dan bahanbahan.
25
Universitas Sumatera Utara
Modal dapat dibedakan menurut: 1. Kegunaan dalam proses produksi. a.
Modal tetap adalah barang-barang modal yang dapat digunakan berkalikali dalam proses produksi. Contoh: gedung, mesin-mesin pabrik.
b.
Modal lancar adalah barang-barang modal yang habis sekali pakai dalam proses produksi. Contoh: bahan baku, bahan pembantu.
2. Bentuk Modal a.
Modal konkret (nyata) adalah modal yang dapat dilihat secara nyata dalam proses produksi. Contoh: mesin, bahan baku, gedung pabrik.
b.
Modal abstrak (tidak nyata) adalah modal yang tidak dapat dilihat tetapi mempunyai nilai dalam perusahaan. Contoh: nama baik perusahaan dan merek produk.
d. Sumber Daya Pengusaha Sumberdaya ini disebut juga kewirausahaan. Pengusaha berperan mengatur
dan
mengkombinasikan
faktor-faktor
produksi
dalam
rangka
meningkatkan kegunaan barang atau jasa secara efektif dan efisien. Pengusaha berkaitan dengan manajemen. Sebagai pemicu proses produksi, pengusaha perlu memiliki
kemampuan
mengkombinasikan
yang
dapat
faktor-faktor
diandalkan.
produksi,
Untuk
pengusaha
mengatur
harus
dan
mempunyai
kemampuan merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan dan mengendalikan usaha. Pengusaha yang dibawah pengawasan Kantor Pelayanan Bea dan Cukai Medan terdiri dari pengusaha Kawasan Berikat dan Pengusaha Dalam Kawasan
26
Universitas Sumatera Utara
Berikat, Perusahaan Penerbangan, Toko Bebas Bea, Pengusaha Pengguna Jasa Kepabeanan dan Pengusaha Barang Kena Cukai. Dikota Medan terdapat 3 (tiga) perusahaan yang termasuk sebagai Pengusaha Barang Kena Cukai karena memproduksi rokok berupa Sigaret Putih buatan Mesin (SPM) dan Sigaret Kretek buatan Mesin (SKM), yaitu :
PT. Pagi Tobacco yang berada di Jl. Let. Jend. S. Parman Medan.
PT. Sumatra Tobacco Trading Company (STTC) yang berada di Jl. Raya Km. 18 No. 36 Tanjung Morawa.
PT. Putra Stabat Industri yang berada di Jl. KL. Yos Sudarso Km. 6,8 Medan.
27
Universitas Sumatera Utara