BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Pengertian Sumber Daya Manusia Managemen sumber daya manusia adalah pemanfaatan sejumlah individu untuk mencapai tujuan organisasi.Para individu yang berurusan dengan masalah sumber daya manusia menghadapi sejumlah tantangan, mulai dari tenaga kerja yang berubah secara terus menerus sehingga peraturan pemerintah yang selalu ada, revolusi tinggi. Lebih jauh persaingan global memaksa perusahaan besar maupun kecil untuk lebih sadar akan biaya-biaya dan produktivitas (Mondy dan Wayne, 2008:4). Ada beberapa definisi mengenai manajemen sumber daya manusia, salah
satunya
menurut
Mathis
dan
Jackson
(2009:6)
yang
mendefinisikan berhubungan dengan system rancangan formal suatu organisasi untuk menentukan elektilitas dan efisiensi di lihat dari bakat seseorang untuk mewujudkan sasaran suatu organisasi. Menurut Mathis dan Jackson (2008:11) focus utama dari manajemn sumber daya manusia adalah memberi kontribusi pada suksesnya organisasi. Kunci untuk meningkatkan kinerja organisasi adalah dengan memastikan sumber daya manusia mendukung usaha organisasi yang berfokus pada : 1. Kualitas-kualitas suatu barang maupun jasa akan sangat mempengaruhi kesuksesan jangka panjang organisasi. Jika
suatu organisasi mempunyai reputasi penyediaan barang maupun jasa yang buruk kualitas, hal ini akan mengurangi perkembangan dan kinerja organisasi tersebut. 2. Produktivitas diukur dari jumlah output per tenaga kerja, peningkatan tanpa henti pada produktivitas telah menjadi kompetisi global. Produktivitas tenaga kerja di sebuah organisasi sangat dipengaruhi oleh usaham program, dan system managamen 3. Pelayanan sumber daya manusia sering kali terlibat dalam proses produksi maupun barang maupun jasa, sumber daya manusia harus diikut sertakan pada saat merancang proses operasi.
Pemecahan
masalah
harus
melibatkab
semua
karyawan, tidak hanya manajer, dimna proses tersebut sering kali membutuhkan perubahan pada budaya perusahaan, gaya kepemimpinan, dan kebijakan serta praktik sember daya manusia. B. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri merupakan salah satu aktifitas manusia yang memberikan banyak maanfaat untuk keseluruhan manusia yang produktif dan kebutuhan suatu perusahaan, namun di sisi lain proses produksi yang di jalankan dengan teknologi dan bahan kimia dapat membahayakan manusia itu sendiri apabila tidak di kelola dengan baik.
Aditama dan Hastuti (2002:11) mengartikan K3 merupakan suatu upaya untuk menekan atau mengurangi risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang hakikatnya tidak dapat dipisahkan antara keselamatan dan kesehatan. Sedangkan Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Menurut
Edwin (1995:25) adalah pendektaan yang menentukan
standar yang menyeluruh dan bersifat (spesifik), penentuan kebijakan pemerintah atas praktek-praktek perusahaan di tempat-tempat kerja dan pelaksanaan melalui surat panggilan, denda dan hukuman-hukuman lain. Secara filosofi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) bisa di definisikan sebagai upaya dan pemikiran untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohaniah diri manusia pada umumnya dan tenaga kerja pada khususnya beserta hasil karyanya dalam rangka menuju
masyarakat
yang
adil,makmur
dan
sejahtera.
Secara
keilmuan,Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) didefinisikan sebagai Ilmu dan penerapannya secara teknis dan teknologis untuk melakukan pencegaham terhadap munculnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dari setiap pekerjan yang dilakukan.Dan dari sudut pandang ilmu hukum, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) didefinisikan sebagai suatu upaya perlindungan agar setiap tenaga kerja dan orang lain yang memasuki tempat kerja senantiasa dalam keadaan yang sehat dan selamat serta sumber-sumber proses produksi dapat dijalankan secara aman, efisien dan produktif (Tarwaka,2008:2).
Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) menurut keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I No.KEP.463/MEN/1993 adalah upaya perlindungan yang dtunjukan agar tenaga kerja dan oarang lainnya di tempat kerja / perusahaan selalu dalam keadan selamat dan sehat, serta agar setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien. Sedangkan Keselamatan dan Kesehatan kerja menurut (UU No.13 tahun 2003) merupakan upaya untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan pada pekerja atau buruh dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akitab kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi. 1. Keselamatan Kerja Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga kerja melalui penerapan teknologi pengendalian segala
aspek
yang
berpotensi
membahayakan
para
pekerja.Pengendalian juga ditujukan pada sumber yang berpotensi menimbulkan penyakit akibat jenis pekerjaan tersebut, upaya pencegahan kecelakaan, penyerasian peralatan kerja/mesin/instrumen, dan karakteristik manusia yang menjalankan pekerjaan tersebut ataupun
orang-orang
yang
berada
di
sekelilingnya.
Dengan
menerapkan teknologi pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja, diharapkan tenaga kerja akan mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi. Disamping itu, keselamatan dan
kesehatan kerja diharapkan dapat menciptakan kenyamanan kerja dan keselamatan kerja yang tinggi (Sholihah Qomariyatus, 2011:30). Mathias dan Jckson ( 2002:245) menyatakan bahwa keselamatan adalah merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental, dan stabilitas emosi secara umum. Meskipun ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja telah diatur sedemikian rupa, tetapi di dalam praktiknya tidak seperti yang diharapkan.Begitu banyak laktor dilapangan yang mempengaruhi kesehatan
dan
keselamatan
kerja
seperti
factor
manusia,
lingkungandan psikologis. Masih banyak perusahaan yang tidak memenuhi standar keselamatn dan kesehatan kerja (Triwibowo, 2013:23) 1) Tujuan Keselamatan Kerja Sebagai Berikut : Menurut Triwibowo (2013:35) tujuan dari Keselamatan kerja adalah sebagai berikut ini : a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, social, dan psikologis b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya selekif mungkin c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya
d. Agar
adanya
jaminan
atas
pemeliharaan
dan
peningkatan kesehatan gizi pegawai e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerj, dan partisipasi kerja f. Agar
terhindar
dari
gangguan
kesehatan
yang
disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja
2) Indikator Penyebab Keselamatan Kerja Menurut
Triwibowo
(2013:35)
indicator
penyebab
Keselamatan kerja adalah sebagai berikut ini : a. Keadaan tempatlingkungan kerja, yang meliputi : a) Penyusunan dan penyimpitan barang-barang yang berbahaya
yang
kurang
diperhitungkan
keamanannya b) Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak c) Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya b. Pemakaian peralatn kerja, yang meliputi : a) Pengamanan peralatan kerja yang sudah using atau rusak
b) Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman yang baim Penagturan penerangan. 2. Kesehatan Kerja 1) Pengertian Kesehatan Kerja Program kesehatan kerja merupakan kegiatan dan upaya kesehatan dalam masyarakat pekerja guna mewujudkan kondisi pekerja yang sehat,efektif,efisien dan produktif sesuai dengan jenis pekerjaannya (Tarwaka, 2008:21). Menurut prabu Mangkunegara (2001)pengertian kesehatan kerja adalah suatu kondisi yang bebas dari gangguan fisik,mental,emosi atau rasa sakit yang disebabkan lingkungan kerja. Kesehatan kerja (occupational health) merupakan bagian dari kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan dengan faktor potensial yang mempengaruhi kesehatan pekerja. Bahaya pekerjaan,seperti halnya masalah kesehatan lingkungan lain,bersifat akut atau kronis dan efeknya dapat segera terjadi atau memerlukan waktu yang lama (Qomariyatus,2011:29). 2) Tujuan Kesehatan Kerja Efek terhadap kesehatan dapat bersifat langsung maupun tidak langsung.Kesehatan masyarakat kerja perlu diperhatikan karena selain dapat menganggu tingkat produktifitas, kesehatan masyarakat kerja dapat timbul akibat pekerjaannya.Sasaran
kesehatan kerja khususnya adalah para pekerja dan peralatan kerja. Tujuan kesehatan kerja adalah(Qomariyatus,2011:29) : a. Memelihara dan meningkatkan setinggi-tingginya derajat kesehatan masyarakat pekerja disemua lapangan pekerjaan,baik kesehatan fisik,mental maupun sosial b. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang disebabkan oleh tindakan atau kondisi lingkungan kerjanya c. Memberikan
perlindungan
bagi
pekerja
dari
kemungkinan bahaya yan disebabkan oleh faktorfaktor
yang
membahayakan
kesehatan
alam
pekerjaannya d. Menempatkan dan memelihara pekerja disuatu lingkungan
pekerjaan
yang
sesuai
dengan
kemampuan fisik dan psikis mereka. 3) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Kerja Ada beberapa factor yang mempengaruhi lingkungan kerja, seperti yang dikemukaan Sedarmayanti (2001:24) yaitu : a. Suhu Udara Lingkungan kerja dapat dirasakan nyaman manakala ditunjang oleh beberapa factor, salah satu faktornya yaitu suhu udara.Suhu udara dalam ruangan kerja
merupakan salah satu factor yang harus diperhatikan oleh manajemen perusahaan agar karyawan dapat bekerja dengan menggunakan seluruh kemampuan sehingga menciptakan hasil yang optimal.Selain suhu udara, sirkulasi udara di tempat kerja perlu diperhatikan juga. Sirkulasi udara baik maka udara kotor yang ada dalam ruangan bias diganti dengan udara yang bersih yang berasal dari luar ruangan. Berbicara tentang kondisi udara maka ada tiga hal yang menjadi focus perhatian yaitu kelembaban, sudu udara dan sirkulasi udara. Ketiga hal tersebut sangat berpengaruh terhadap aktivitas
para
pekerja.
Bagaimana
seorang
staf
administrasi dapat bekerja secara optimal bila keadaan udaranya sangat panas, Hal tersebut akhirnya dapat menurunkan semangat kerja karena dipengaruhi oleh turunnya konsentrasi dan tingkat stress karyawan. b. Penggunaan Warna Warna ruangan mempunyai pengaruh terhadap gairah kerja
dan
semangat
para
karyawan.Warna
ini
berpengaruh terhadap kemampuan mata melihat objek dan member efek psikologis kepada para karyawan karena warna mempunyai pengaruh besar terhadap perasaan seseorang, Sifat dan pengaruh warna kadang-
kadang menimbulkan rasa senang, ceria atau malas dan lain-lain. Berdasarkan hal
yang dikemukakan
di
atas
maka
perusahaan harus memperhatikan penggunaan warna agar dapat mempengaruhi semangat dan gairahpara karyawan.Untuk ruang kerja hendaknya dipilih warna-warna yang dingin datau lembut.Misalnya coklat, krem, putih, hijau muda dan sebagainya.Sebagai
contoh
adalah
warna
putih,
dapat
memberikan kesan ruangan yang sempit menjadi tampak leluasa dan bersih.Sebenarnya bukan sekedar warna saja yang dapat
mempengaruhi
namun
kompisisinya
juga
harus
diperhatikan.Hal ini disebabkan komposisi warna yang salah dapat mengganggu pemadangan sehingga menimnulkan rasa kurang menyenangkan atau bosan bagi yang melihat. 3. Kecelakan Kerja 1) Pengertian Kecelakaan Kerja Kecelakaan menurut M. Sulaksmono (1997)
adalah suatu
kejadian tak diduga dan tidak di kehendaki yang mengacaukan proses suatu aktivitas yang telah diatur (Anizar, 2009:2). Tarwaka (2008:5) berpendapat bahwa kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan sering kali tidak terduga semua yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta
benda atau properti maupun korban jiwa yang terjadi didalam suatu proses kerja industri atau yang berkaitan dengannya. Dengan demikian kecelakaan kerja mengandung unsur-unsur sebagai berikut : a. Tidak diduga semula, oleh karena dibelakang peristiwa kecelakaan tidak terdapat unsur kesengajaan dan perencanaan b. Tidak diinginkan atau diharapkan, karena setiap peristiwa kecelakaan akan selalu disertai kerugian baik fisik maupun mental c. Selalu menimbulkan kerugian dan kerusakan, yang sekurangkurangnya menyebabkan gangguan proses kerja. Tarwaka
(2005:9)
mengemukakan
bahwa
setiap
proses
produksi,peralatan atau mesin dan tempat kerja yang digunakan untuk menghasilkan suatu produk,selalu mengandung potensi bahaya tertentu yang bila tidak mendapat perhatian secara khusus akan dapat menimbulkan
kecelakaan
kerja.
Potensi
bahaya
yang
dapat
menyebabkan kecelakaan kerja dapat berasal dari berbagai kegiatan atau aktivitas dalam pelaksanaan operasi atau juga berasal dari luar proses kerja. Identifikasi potensi bahaya di tempat kerja yang beresiko menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh berbagai faktor : 1) Kegagalan komponen, antara lain sebagai berikut :
a. Rancangan komponen pabrik termasuk peralatan atau mesin dan tugas-tugas yang tidak sesuai dengan kebutuhan pemakai b. Kegagalan yang bersifat mekanis c. Kegagalan sistem pengendalian d. Kegagalan sistem pengamanan yang disediakan e. Kegagalan operasional peralatan kerja yang digunakan 2) Kondisi yang menyimpang dari suatu pekerjaan, yang bias terjadi akibat: a. Kegagalan pengawasan atau monitoring b. Kegagalan manual suplai dari bahan baku c. Kegagalan pemakai dari bahan baku d. Kegagalan dalam prosedur shut-down dan start-up e. Terjadinya pembentukan bahan antara,bahan sisa dan sampah yang berbahaya 3) Keselahan manusia dan organisasi, seperti: a. Kesalahan operator atau manusia b. Kesalahan sistem pengamanan c. Kesalahan dalam mencampur bahan produksi berbahaya d. Kesalahan komunikasi e. Kesalahan atau kekurangan dalam upaya perbaikan dan perawatan alat
f. Melakukan pekerjaan-pekerjaan yang tidak sah atau tidak sesuai prosedur kerja aman 4) Pengaruh Kecelakaan dari luar, yaitu terjadinya kecelakaan dalam suatu industri akibat kecelakaan lain yang terjadi di luar pabrik, seperti : a. Kecelakaan pada waktu pengangkutan produk b. Kecelakaan pada stasiun pengisian bahan c. Kecelakaan pada pabrik disekitarnya 5) Kecelakaan akibat adanya sabotase, yang bisa dilakukan oleh orang luar ataupun dari dalam pabrik, biasanya hal ini akan sulit untuk diatasi atau dicegah, namun faktor ini frekuensinya sangat kecil dibandingkan dengan faktor penyebab lainnya.
2) Klarifikasi Kecelakaan Kerja Tarwaka
(2008:11)
mengemukakan
bahwa
klasifikasii
kecelakaan kerja di industri secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan a. Terjatuh Ini merupakan salah satu penyebab terjadinya kecelakaan kerja yang berdampak pada cidera serius dan bahkan
kematian, misalnya jatuh ketika mengoperasikan mesin atau jatuh dari atas bangunan. b. Tertimpa atau kejatuhan benda atau objek kerja Kecelakaan kerja ini sering sekali terjadi dikarenakan melakukan proses kerja di bawah barang yang di tempatkan di atas atau bahkan ketika melakukan bongkar-muat d truck. c. Tersandung
benda
atau
objek,
berbentuk
kepada
benda,terjepit antara dua benda Ini kecelakaan kerja yang misalnya terjadi ketika sedang proses kerja dengan mesin sheet yang mana tangan bisa terjepit di antara mesin cetak. d. Gerakan-gerakan paksa atau peregangan otot berlebihanini bisa saja terjadi ketika mengangkut barang yang berlebihan atau memaksakan mengangkut ketika badan tidak kuat. e. Terpapar kepada atau kontak dengan benda panas atau suhu tinggi misalnya bisa tejadi ketika sedang proses mengolah bahan kimia f. Terpapar kepada atau bahan-bahan berbahaya atau radiasi Misalnya bisa terjadi ketika sedang membenahi sakelar listrik yang bertegangan tinggi.Kecelakaan yang tercover menurut Tarwaka pada saat melakukan pekerjaan misalnya 2. Klasifikasi menurut agen penyebabnya
a. Mesin-mesin b. Sarana alat angkat dan angkut c. Peralatan-peralatan lain d. Bahan-bahan berbahaya dan radiasi e. Lingkungan kerja 3. Klasifikasi menurut jenis luka dan cederanya a. Patah tulang b. Keseleo atau terkilir c. Kenyerian otot dan kejang d. Gagar otak dan luka bagian dalam lainnya e. Amputasi dan enukleasi f. Luka tergores atau luka luar lainnya g. Memar dan retak h. Luka bakar i. Keracunan akut j. Apixia atau sesak nafas k. Efek terkena arus listrik l. Efek terkena paparan radiasi m. Luka pada banyak tempat di bagian tubuh 4. Klasifikasi menurut lokasi bagian tubuh yang terluka a. Kepala,leher,badan,lengan,kaki,berbagai bagian tubuh b. Luka umum 3) Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja
Menurut Menurut Tarwaka (2008:13) kerugian akibat kecelakaan kerja di bagi menjadi 2 yaitu : a. Kerugiaan / Biaya Langsung Suatu kerugian yang dapat dihitung secara langsung mulai peristiwa sampai dengan tahap rehabilitas. b. Kerugian / Biaya Tidak Langsung atau terselubung Kerugian berupa biaya yang dikeluarkan yang meliputi suatu yang tidak terlihat pada waktu atau beberapa waktu setelah terjadinya kecelakaan. (Tarwaka,2008:13) 4) Keselamatan Sistem Kerja Keselamatan sistem kerja merupakan dasar pencegahan kecelakaan dan harus secara penuh mendokumentasikan potensi bahaya,tindakan pencegahan dan metode kerja yang aman termasuk training pekerjaan. Secara lebih detail dapat dijelaskan bahwa analisis keselamatan pekerjaan adalah suatu metode untuk meninjau ulang suatu pekerjaan melalui : 1. Identifikasi potensi bahaya yang dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan yang terkait dengan masing-masing tahapan pekerjaan. 2. Pengembangan
langkah-langkah
meniadakan,mengendalikan
atau
yang
selamat
untuk
mencegah
potensi
bahaya
terjadinya kecelakaan. (Tarwaka,2008:60). Sementara itu, konsep dasar pemikiran perlunya dilakukan suatu analisis keselamatan kerja adalah :
1. Setiap peristiwa kecelakaan atau musibah selalu ada penyebabnya 2. Setiap jenis pekerjaan atau tugas-tugas dapatlah diuraikan kedalam suatu urutan tahapan proses kerja yang lebih sederhana 3. Setiap tahapan proses kerja akan dapat dikenali potensi bahayanya 4. Setiap potensi bahaya yang beresiko sebagai penyebab terjadinya kecelakaan atau kerugian pada setiap tahapan proses kerja akan dapat dicegah dan dikendalikan. (Tarwaka,2008:61). 5) Faktor-faktor Keselamatan Sistem Kerja Tarwaka (2008:61) mengungkapkan bahwa setiap keselamatan sistem kerja digunakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dari suatu tahapan proses kerja, maka perlu dipikirkan dan dipertimbangkan berbagai faktor yang berkaitan dengan : 1. Keselamatan perancangan atau desain 2. Keselamatan instalasi 3. Keselamatan pabrik dan lingkungan 4. Keselamatan peralatan dan perlengkapan kerja 5. Pengoprasian pabrik,penggunaan peralatan dan perlengkapan kerja secara benar melalui training dan pengawasan 6. Perencanaan perawatan yang efektif tentang pabrik dan peralatan kerja 7. Lingkungan kerja yang nyaman melalui penyediaan penerangan dan ventilasi yang sesuai 8. Tenaga kerja yang kompeten dan terlatih
9. Ketersediaan pengawasan reliabel dan kapabel 10. Penegakan peraturan dan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja 11. Ketersediaan sarana pelindung diri yang tepat bagi tenaga kerja 12. Penekanan secara terus menerus terhadap dilaksanakannya metode kerja yang aman oleh seluruh tenaga kerja pada seluruh tingkatan 13. Tinjauan ulang secara reguler tentang seluruh sistem kerja untuk menjamin agar : a.
Sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku
b.
Sistem masih dapat dilaksanakan
c.
Modifikasi pabrik selalu diperhitungkan
d.
Penggantian
material
diperbolehkan
sesuai
ketentuan yang aman e. Metode kerja baru dapat terpadu ke dalam satu sistem yang sudah ada f. Penggunaan teknologi baru harus mendukung sistem kerja yang dilaksanakan g. Tindakan pencegahan yang tepat harus diambil meskipun pada kecelakaan ringan atau kejadian hampir celaka
h. Keterlibatan dan kesadaran secara terus menerus dari semua pihak untuk kepentingan di dalam keselamatan sistem kerja 14. Umpan balik secara reguler mengenai setiap perubahan keselamatan sistem kerja yang telah ada 6) Jalur Penyelamatan Pada Perusahaan Kecap Cap Bawang di Ngawi yang bergerak di bidang percetakan dan penerbitan beresiko tinggi terhadap terjadinya kebakaran yang berdampak menyebabkan kerugian bagi perusahaan dan juga tenaga kerja.Tarwaka (2008:40) menjelaskan bahwa rencana keadaan darurat yang harus disiapkan antara lain : 1. Identifikasi potensial kecelakaan dan kejadian darurat 2. Identifikasi personil yang melakukan penanggulangan selama kejadian darurat 3. Kewajiban semua personil selama kejadian darurat 4. Tanggung jawab dan tugas-tugas personel dengan bertanggung jawab khusus selama kejadian darurat (seperti pemadam kebakaran,P3K,dan sebagainya) 5. Prosedur evakuasi, termasuk denah evkuasi 6. Identifikasi dan lokasi material berbahaya,dan tindakan darurat yang dipersyaratkan
7. Hubungan dengan jasa pihak eksternal terkait dengan kejadian darurat. 8. Komunikasi dengan badan pemerintah 9. Komunikasi dengan publik 10. Proteksi rekaman dan peralatan penting 11. Informasi yang dibutuhkan selama kejadian darurat seperti gambar denah lokasi perusahaan,data material berbahaya,prosedur,intruksi kerja dan nomor telepon penting 7) Alat Pelindung Diri (APD) Alat
pelindung
diri
merupakan
seperangkat
alat
keselamatan yang digunakan oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya dari kemungkinan adanya pemaparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja.Secara teknis alat pelindung diri tidaklah dapat melindungi tubuh secara sempurna terhadap paparan potensi bahaya. Namun demikian alat pelindung diri akan dapat mengurangi tingkat keparahan dari suatu kemungkinan terjadinya kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Dengan demikian,dapat ditegaskan bahwa meskipun telah menggunakan alat pelindung diri,tetapi upaya pencegahan dan pengendalian resiko kecelakaan secara teknis teknologis merupakan langkah yang utama dan terus
harus selalu diupayakan sampai tingkat resiko dapat ditekan sekecil mungkin dalam batas yang diperkenankan (Tarwaka, 2008:178). Berdasarkan pasal 14 huruf c UU NO.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, pengusaha / pengurus perusahaan wajib menyediakan APD secara gratis terhadap tenaga kerja dan orang lain yang memasuki tempat kerja. Apabila kewajiban pengusaha / pengurus perusahaan tersebut tidak dipenuhi merupakan suatu pelanggaran undang-undang.Berdasarkan Pasal 12 huruf b, tenaga kerja diwajibkan memakai APD yang telah disediakan. (Anizar, 2009: 89). 5. Masalah-masalah dalam Kesehatan dan Keselamatan Kerja Menurut Robert L. Mathis (2002) menulis bahwa Logika dan alasan menyatakan bahwa baik desian kerja maupun perilaku kerja manusia juga memberikan kontribusi kepada keselamatan kerja, akan tetapi beberpaa pendekatan untuk mengurangi kecelakaan kerja hanya terfokus pada salah satu aspek secara terpisah. Kedua pendekatan ini sangat berguna sebagai bagian dari usaha keselamatan kerja yang terkelola dengan baik. Sehingga kedua hal ini akan semakin efektif jika di perhatikan secara bersamaan. Berikut ini masalah masalah dalam kesehatan dan keselamatan kerja : 1) Keselamatan Kerja dan Ergonomi
Ergonomi
merupakan
desain
yang
tept
untuk
lingkungan kerja akan sesaui dengan tuntutan fisik yang di alami oleh manusia. 2) Syndrom Penyakit Gedung Bertingkat Situasi dimana para penghuni gedung mengalami ganggaun kesehatan akut dan rasa tidak nyaman yang tampak berhubungan dengan jumlah waktu yang dihabiskan dalam gedung itu 3) Trauma Kumulatif dan Stress Berulang-ulang Cidera karena stres yag berulang-ulang, cidera karena gerakan yang bersifat repetitif, kelainan, trauma, kumulatif, ergonomis,
syndrom, seluruhnya
carpaltannel, merupakan
bahaya-bahaya permasalahan
terdengar serius pada banyak tempat kerja. Trauma kumulatif ketika seorang pekerja secara berulang-ulang menggunakan otot yang sama dan mengerjakan tugasnya, yang menyebabkan cidera otot dan persediaan