9
BAB II TINJUAN PUSTAKA
A. Demam Berdarah 1. Pengertian Demam Berdarah Dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (Soegijanto, 2004). Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) ialah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan di tularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (Hadinegoro & Satari, 2005). Penyakit
Demam
Berdarah
Dengue
(DBD)
atau
Dengue
Hemorrhagic Vever (DHF) ialah penyakit akut yang di sebabkan infeksi virus yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus betina (Danendro, 2004). Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya cenderung meningkat danm penyebaranya semakin luas dan penyakit ini merupakan penyakit menular yang terutama menyerang anak-anak (Widiyono, 2008). 2. Penyebab Penyakit infeksi virus dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue I, II, III dan IV yang ditularkan oleh nyamuk Aedes
9 Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
10
aegypti dan Aedes albocpitus. Jika nyamuk menggigit orang dengan demam berdarah, maka virus dengue masuk ke tubuh nyamuk bersama darah yang dihisapnya. Didalam tubuh nyamuk virus berkembang biak dan menyebar keseluruh tubuh bagian nyamuk, dan sebagian berada di kelenjar air liur. Selanjutnya waktu nyamuk menggigit orang lain, air liur bersama virus dengue dilepaskan terlebih dahulu agar darah yang akan dihisap tidak membeku, dan pada saat inilah virus dengue ditularkan ke orang lain. (Soegijanto, 2004). 3. Karakteristik nyamuk Aedes aegypti Menurut Richard dan Davis (1977) yang dikutip oleh Seogijanto (2006), kedudukan nyamuk Aedes aegypti dalam klasifikasi hewan adalah sebagai berikut : a. Kingdom : Animalia b. Filum : Arthropoda c. Kelas : Insecta d. Bangsa : Diptera e. Suku : Culicidae f. Marga : Aedes g. Jenis : Aedes aegypti L. 4. Tanda dan gejala Menurut Soegijanto (2006) bahwa tanda dan gejala DBD adalah sebagai berikut ini:
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
11
a. Gejala klinis 1) Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas berlangsung selama 2-7 hari 2) Terdapat Manifestasi perdarahan termasuk uji terniquet positif, peteki, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena. 3) Pembesaran hati 4) Perembesan plasma, yang ditandai secara klinis adanya acites dan efusi pleura sampai terjadinya renjatan (ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi, hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembap dan pasien tampak gelisah. b. Tanda klinis 1) Trombositopenia (kurang dari 100.000/ υL). 2) Hemokonsentrasi, dapat dilihat peningkatan hematokrit 20% atau lebih, menurut standar umur dan jenis kelamin 5. Siklus hidup nyamuk Aedes aegypti Menurut Soegijanto (2006), masa pertumbuhan dan perkembangan nyamuk Aedes aegypti dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu telur, larva, pupa, dan nyamuk dewasa, sehingga termasuk metamorfosis sempurna atau holometabola. a. Stadium Telur
Menurut Herms (2006), telur nyamuk Aedes aegypti berbentuk ellips atau oval memanjang, berwarna hitam, berukuran 0,5-0,8 mm, dan
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
12
tidak memiliki alat pelampung. Nyamuk Aedes aegypti meletakkan telur-telurnya satu per satu pada permukaan air, biasanya pada tepi air di tempat-tempat penampungan air bersih dan sedikit di atas permukaan air. Nyamuk Aedes aegypti betina dapat menghasilkan hingga 100 telur apabila telah menghisap darah manusia. Telur pada tempat kering (tanpa air) dapat bertahan sampai 6 bulan. Telur-telur ini kemudian akan menetas menjadi jentik setelah sekitar 1-2 hari terendam air. b. Stadium Larva (Jentik)
Menurut Herms (2006), larva nyamuk Aedes aegypti mempunyai ciri khas memiliki siphon yang pendek, besar dan berwarna hitam. Larva ini tubuhnya langsing, bergerak sangat lincah, bersifat fototaksis negatif dan pada waktu istirahat membentuk sudut hampir tegak lurus dengan permukaan air. Larva menuju ke permukaan air dalam waktu kira-kira setiap ½-1 menit, guna mendapatkan oksigen untuk bernapas. Larva nyamuk Aedes aegypti dapat berkembang selama 6-8 hari. Berdasarkan data dari Depkes RI (2005), ada empat tingkat (instar) jentik sesuai dengan pertumbuhan larva tersebut, yaitu: 1) Instar I : berukuran paling kecil, yaitu 1-2 mm 2) Instar II : 2,5-3,8 mm 3) Instar III : lebih besar sedikit dari larva instar II 4) Instar IV : berukuran paling besar, yaitu 5 mm (Depkes RI, 2005).
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
13
c. Stadium Pupa
Pupa nyamuk Aedes aegypti mempunyai bentuk tubuh bengkok, dengan bagian kepala dada (cephalothorax) lebih besar bila dibandingkan dengan bagian perutnya, sehingga tampak seperti tanda baca ‘koma’. Tahap pupa pada nyamuk Aedes aegypti umumnya berlangsung selama 2-4 hari. Saat nyamuk dewasa akan melengkapi perkembangannya dalam cangkang pupa, pupa akan naik ke permukaan dan berbaring sejajar dengan permukaan air untuk persiapan munculnya nyamuk dewasa (Achmadi, 2011). d. Nyamuk dewasa
Nyamuk dewasa yang baru muncul akan beristirahat untuk periode singkat di atas permukaan air agar sayap-sayap dan badan mereka kering dan menguat sebelum akhirnya dapat terbang. Nyamuk jantan dan betina muncul dengan perbandingan jumlahnya 1:1. Nyamuk jantan muncul satu hari sebelum nyamuk betina, menetap dekat tempat perkembangbiakan, makan dari sari buah tumbuhan dan kawin dengan nyamuk betina yang muncul kemudian. Setelah kemunculan pertama nyamuk betina makan sari buah tumbuhan untuk mengisi tenaga, kemudian kawin dan menghisap darah manusia. Umur nyamuk betinanya dapat mencapai 2-3 bulan (Achmadi, 2011). 6. Tahap keparahan demam berdarah dengue WHO (1999) menyebutkan ada empat derajat terjadinya Demam Berdarah Dengue:
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
14
a. Derajat I yaitu demam disertai dengan gejala konstitusional non
spesifik, satu-satunya manifestasi p erdarahan adalah tes tournikuet positif dan atau mudah memar. b. Derajat II yaitu perdarahan spontan selain manifestasi pasien pada
derajat I, biasanya pada bentuk perdarahan kulit atau perdarahan lain. c. Derajat III yaitu gagal sirkulasi dimanifestasikan dengan nadi cepat dan
lemah serta penyempitan tekanan nadi atau penurunan tekanan darah, dengan adanya kulit dingin dan lembab serta gelisah. d. Derajat IV yaitu syok hebat dengan tekanan darah atau nadi tidak
terdeteksi. 7. Fase-fase demam berdarah dengue Satari dan Meilasari (2004) membagi fase-fase munculnya penyakit Demam Berdarah Dengue adalah sebagai berikut: a. Fase Demam (2-7 hari) dapat ditangani dengan memberikan obat penurun panas dengan jenis parasetamol setiap 4-6 jam. Pemeriksaan jasmani meliputi tekanan darah, nadi, dan pernafasan. b. Fase Kritis (24-48 jam) memiliki ciri khas seperti muntah, tidak nafsu makan, perdarahan, trombosit kurang dari 50.000/mm³, penurunan glukosa, penurunan natrium, penurunan kalsium, asidosis, hematokrit menurun. c. Fase Penyembuhan (24-48 jam setelah syok) memiliki ciri khas seperti nafsu makan meningkat, tanda-tanda vital normal, hematokrit stabil
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
15
menurun sampai 30%, frekuensi denyut jantung lebih rendah dari normal. 8. Mekanisme penularan DBD Demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia endemis baik di daerah perkotaan (urban) maupun di daerah pedesaan (rural). Di daerah perkotaan vektor penular utamanya adalah nyamuk Aedes aegypti sedangkan di daerah pedesaan oleh nyamuk Aedes albopictus. Namun sering terjadi bahwa kedua spesies nyamuk tersebut terdapat bersamasama pada satu daerah, misalnya di daerah yang bersifat semi-urban (Soedarto, 2009), Penularan virus dengue melalui gigitan nyamuk lebih banyak terjadi di tempat yang padat penduduknya seperti di perkotaan dan pedesaan di pinggir kota. Oleh karena itu, penyakit demam berdarah dengue (DBD) ini lebih bermasalah di daerah sekitar perkotaan (Yatim, 2007). Menurut Soegijanto (2004), tahap-tahap replikasi dan penularan virus dengue terdiri dari: a. Virus ditularkan ke manusia melalui saliva nyamuk b. Virus bereplikasi dalam organ target c. Virus menginfeksi sel darah putih dan jaringan limfatik d. Virus dilepaskan dan bersirkulasi dalam darah e. Virus yang ada dalam darah terhisap nyamuk yang lain
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
16
f. Virus bereplikasi atau melipatgandakan diri dalam tubuh nyamuk, lalu menginfeksi kelenjar saliva g. Virus bereplikasi dalam kelenjar saliva nyamuk Aedes aegypti untuk kemudian akan ditularkan kembali ke manusia 9. Faktor penyebab terjadinya DBD Faktor penyebab terjadinya DBD dapat diterangkan dengan model segitiga epidemologi yang meliputi agen, host dan environment (Kristiawan dan Kasjono, 2008), yaitu sebagai berikut:
Host
Agent
Environment Gambar 2.1 Segitiga Epidemologi a. Agen (Penyebab) Penyebab penyakit DBD ada 4 tipe (Tipe 1, 2, 3, dan 4), termasuk dalam group B Antropod Borne Virus (Arbovirus) Dinkes Jateng (2005). Dengue tipe 3 merupakan serotip virus yang dominan yang menyebabkan kasus yang berat. Penularan penyakit demam berdarah dengue umumnya ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepty meskipun dapat juga ditularkan oleh Aedes Albopictus yang hidup dikebun. Selain itu, spesies Aedes polynesiensis dan beberapa spesies
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
17
dari kompleks Aedes scutellaris juga dapat berperan sebagai vektor yang mentransmisikan virus dengue (Djunaedi, 2006). b. Host (Penjamu) 1) Umur Kasus DBD selama tahun 1986-1973 kurang dari 95% adalah anak dibawah umur 15 tahun. Selama tahun 1993-1998 meskipun sebagian besar kasus DBD adalah anak berumur 5-14 tahun, namun nampak adanya kecenderungan peningkatan kasus berumur lebih dari 15 tahun (Djunaedi, 2006),. Dengan kata lain, DBD banyak dijumpai pada anak berumur 2-15 tahun. DBD lebih banyak menyerang anak-anak, tetapi dalam dekade terakhir ini terlihat adanya kecenderungan kenaikan proporsi penderita penyakit DBD pada orang dewasa (Dinkes Jateng, 2005). 2) Jenis Kelamin Sejauh ini tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap serangan DBD dikaitkan dengan perbedaan jenis kelamin (gender). Di Philiphines dilaporkan bahwa rasio antara jenis kelamin adalah 1:1. Demikin pula di Thailand dilaporkan tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap serangan DBD antara anak laki-laki dan perempuan (Djunaedi, 2006). 3) Faktor internal manusia (Perilaku manusia) Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktifitas yang timbul karena adaya stimulus dan respon serta dapat diamati secara
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
18
langsung maupun tidak langsung (Sunaryo, 2004). Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (2003) perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku manusia merupakan salah satu faktor yang banyak memegang peranan dalam menentukan derajat kesehatan suatu masyarakat (Noor, 2008). Bentuk perilaku dibagi menjadi: a) Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behaviour). Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan, biasanya pengetahuan seseorang diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber (Notoatmodjo, 2003). b) Sikap Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek, baik yang bersifat interen maupun eksteren sehingga manifestasi dari sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup tersebut. Tingkatan sikap adalah menerima, merespon, menghargai, dan bertanggung
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
19
jawab. Sikap seseorang sangat mempengaruhi perilaku baik sikap positif maupun negatif (Sunaryo, 2004). c) Praktik atau tindakan Menurut Notoatmodjo (2010), praktik atau tindakan adalah sesuatu yang dilakukan atau perbuatan. Tindakan terdiri dari empat tingkatan yaitu: (1) Perception (Persepsi), mengenal dan memilih berbagai object sehubungan dengan tindakan yang akan diambil (2) Guided response (Respon terpimpin), melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh. (3) Mechanism (Mekanisme), apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan. (4) Adoption (Adopsi), suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang
dengan
baik.
Tindakan
itu
sudah
dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan. c. Environment (lingkungan) 1) Lingkungan fisik yaitu keadan fisik sekitar manusia yang berpengaruh terhadap manusia baik secara langsung, maupun terhadap lingkungan biologis dan lingkungan sosial manusia (Noor, 2008). Faktor lingkungan fisik yang berpengaruh terhadap kejadian DBD antara lain: suhu udara. Nyamuk dapat bertahan pada suhu udara rendah, tetapi metabolismenya menurun atau bahkan berhenti
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
20
bila suhunya turun dibawah suhu krisis. Pada suhu yang lebih tinggi 35°C juga mengalami perubahan dalam arti lebih lambat proses-proses
fisiologis,
rata-rata
suhu
optimum
untuk
pertumbuhan nyamuk adalah 25°C – 30°C. Pertumbuhan nyamuk akan berhenti sama sekali bila suhu kurang 10°C atau lebih dari 40°C (Depkes RI, 2008). 2) Lingkungan Biologis yaitu terdiri dari makhluk hidup yang bergerak, baik yang dapat dilihat maupun tidak (manusia, hewan, kehidupan akuatik, amuba, virus, plangton). Makhluk hidup tidak bergerak (tumbuhan, karang laut, bakteri, dll). Faktor lingkungan biologis yang berpengaruh terhadap kejadian DBD antara lain, (Keberadaan jentik, kontainer, tanaman hias atau tumbuhan, indeks jentik (host indeks, container indeks, breatu indeks). 3) Lingkungan sosial yaitu bentuk lain selain fisik dan biologis. Faktor lingkungan sosial yang berpengaruh terhadap kejadian DBD adalah kepadatan penduduk dan mobilitas. Kepadatan penduduk yang tinggi akan mempermudah terjadinya infeksi virus dengue, karena daerah yang berpenduduk padat akan meningkatkan jumlah insiden kasus DBD tersebut. Mobilitas penduduk memegang peranan penting pada transmisi penularan infeksi virus dengue. Salah satu faktor yang mempengaruhi penyebaran epidemi dari Queensland ke New South Wales pada tahun 1942 adalah perpindahan personil militer dan angkatan udara, karena jalur
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
21
transportasi yang dilewati merupakan jalur penyebaran virus dengue (Sutaryo, 2005). 10. Pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD Mubarak
(2006)
menjelaskan
bahwa
pencegahan
berarti
menghindari suatu kejadian sebelum terjadi. Upaya pencegahan DBD yang paling tepat dengan 3M+, upaya pencegahan ini merupakan upaya pencegahan prevensi primer yaitu usaha sungguh-sungguh untuk menghindari suatu penyakit atau tindakan kondisi kesehatan yang merugikan
melalui
kegiatan
promosi
kesehatan
dan
tindakan
perlindungan penelitian tentang pengaruh merupakan dasar dari upaya pencegahan primer. Upaya pencegahan 3M+ itu sendiri yaitu: a. Menguras tempat penampungan air secara teratur sekurangkurangnya seminggu sekali atau menaburkan bubuk abate kedalamnya. b. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, setelah mengambil airnya, agar nyamuk tidak dapat masuk dan berkembang biak. c. Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan; seperti kaleng bekas, plastik, bambu-bambu yang terbuka, drum-drum bekas dll. Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat (Lestari, 2007), yaitu:
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
22
a. Lingkungan Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara
lain
dengan
Pemberantasan
Sarang
Nyamuk
(PSN),
pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia dan perbaikan desain rumah. Dilakukan yaitu Sebagai berikut: 1) Menguras tempat-tempat penampungan air secara teratur. Tempat penampungan air seperti bak mandi sebaiknya dikuras minimal satu minggu sekali agar jentik-jentik nyamuk Aedes aegypti tidak mampu hidup dan berkembangbiak didalamya. Pemberian bubuk abate (bubuk pembasmi nyamuk perlu diberikan setiap 3 bulan sekali guna mencegah munculnya jentik-jentik nyamuk). 2) Mengubur barang-barang bekas Mengubur merupakan salah satu kegiatan 3 M yang dapat dilakukan untuk mengurangi jumlah genangan air yang dapat digunakan sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti. Pemilihan barang-barang yang akan dikubur salah satunya adalah barang-barang yang tidak dapat dibakar seperti kaca atau pecahan kaca, botol, dan kaleng bekas yang dapat menampung air hujan. Umumnya barang-barang tersebut dikubur pada kedalaman 2,5 meter. Proses penguburan dilakukan secara tepat agar tidak timbul genangan air pada gundukan tanah. Selain itu perlu
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
23
diperhatikan jarak antara tempat mengubur sampah dengan sumber air, agar air tidak tercemar oleh sampah tersebut yaitu dengan jarak ± 10 meter. 3) Menutup rapat-rapat tempat penampungan air Tempat-tempat yang dapat menampung air perlu ditutup dengan rapat agar nyamuk Aedes aegypti tidak dapat bertelur di tempat itu. Adapun tempat-tempat yang perlu ditutup yaitu tempayan, bak penampungan air seperti ember maupun bak mandi. b. Biologis Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang) dan bakteri (Bt.H-14). c. Kimia Cara pengendalian ini antara lain dengan: 1) Pengasapan/fogging
(dengan
menggunakan
malathion
dan
fenthion), berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu. 2) Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti, gentong air, vas bunga, kolam dan lainlain B. Pendidikan Kesehatan 1. Pengertian Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
24
sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Dari batasan ini tersirat unsur- unsur pendidikan yakni ; input adalah sasaran pendidikan (individu, kelompok, masyarakat) dan pendidik (pelaku pendidikan), proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain), output (melakukan apa yang diharapkan atau perilaku) (Notoatmodjo, 2010). Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik faktor internal (dari dalam diri manusia) maupun faktor eksternal (di luar diri manusia). Faktor internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis. Faktor eksternal terdiri dari berbagai faktor antara lain ; sosial, budaya masyarakat, lingkungan
fisik,
politik,
ekonomi,
pendidikan,
dan
sebagainya
(Notoatmodjo, 2010). Sedangkan pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan di dalam bidang kesehatan. Secara operasional pendidikan kesehatan
adalah
semua
kegiatan
untuk
memberikan
dan
atau
meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktek baik individu, kelompok atau masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2010). Hasil Penelitian Kustini dan Bety (2008) menunjukan bahwa perilaku aktif pencegahan DBD sesudah pendidikan kesehatan (skor rata-rata 11,636) terlihat lebih tinggi (meningkat) daripada perilaku pencegahan DBD sebelum pendidikan kesehatan (skor rata-rata 9,242). Hasil analisis juga menunjukan bahwa pendidikan kesehatan berpengaruh positif
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
25
terhadap perilaku aktif pencegahan DBD pada ibu-ibu Minapadi Kelurahan Nusukan Kota Surakarta. Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis, dimana perubahan tersebut bukan sekedar proses transfer materi atau teori dari seseorang ke orang lain, akan tetapi perubahan tersebut terjadi karena adanya kesadaran dari dalam diri individu, atau kelompok masyarakat sendiri (Mubarak dan Chayatin, 2009). 2. Tujuan pendidikan kesehatan Tujuan utama pendidikan kesehatan adalah agar orang mampu: a. Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri. b. Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalah, dengan sumber daya yang ada pada mereka ditambah dengan dukungan dari luar. c. Memutuskan kegiatan yang paling tepat guna untuk meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat (Mubarak dan Chayatin, 2009). 3. Metode pendidikan kesehatan Menurut Notoatmodjo (2010) ada beberapa metode pendidikan kesehatan, berikut ini adalah bebrapa metode kesehatan: a. Metode Ceramah 1) Definisi metode ceramah
Ceramah ialah pidato yang disampaikan oleh seorang pembicara di depan sekelompok pengunjung. Ceramah pada hakikatnya adalah
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
26
proses transfer informasi dari pengajar kepada sasaran belajar. Dalam proses tranfer informasi ada tiga elemen penting, yaitu pengajar, materi dan sasaran belajar. Menurut Nursalam dan Efendi (2008)
bahwa
metode
ceramah
efektif
digunakan
untuk
meningkatkan pengetahuan seseorang. 2) Penggunaan metode ceramah
Ceramah digunakan pada sifat sasaran sebagai berikut, yaitu sasaran belajar mempunyai perhatian yang selektif, sasaran belajar mempunyai lingkup perhatian yang terbatas, sasaran belajar memerlukan informasi yang kategoris dan sistematis, sasaran belajar
perlu
menyimpan
informasi, sasaran
belajar
perlu
menggunakan informasi yang diterima. 3) Keunggulan metode ceramah
a) Dapat digunakan pada orang dewasa b) Penggunaan waktu yang efisien c) Dapat dipakai pada kelompok yang besar d) Tidak terlalu banyak menggunakan alat bantu pengajaran e) Dapat dipakai untuk memberi pengantar pada pelajaran atau suatu kegiatan. 4) Kekurangan metode ceramah
a) Menghambat respon dari yang belajar sehingga pembicara sulit menilai reaksinya
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
27
b) Tidak semua pengajar dapat menjadi pembicara yang baik, pembicara harus menguasai pokok pembicaraannya c) Dapat menjadi kurang menarik, sulit untuk dipakai pada anakanak d) Membatasi daya ingat dan biasanya hanya satu indera yang dipakai b. Metode Diskusi Kelompok 1) Definisi metode diskusi kelompok Diskusi kelompok adalah percakapan yang direncanakan atau dipersiapkan di antara tiga orang atau lebih tentang topik tertentu dengan seorang pemimpin. Menurut Nursalam dan Efendi (2008) bahwa pendidikan kesehatan metode diskusi merupakan salah satu metode pendidikan yang dapat digunakan untuk mengubah sikap seseorang. 2) Penggunaan metode diskusi kelompok Metode diskusi kelompok digunakan bila sasaran pendidikan kesehatan, diharapkan : a) Dapat saling mengemukakan pendapat b) Dapat mengenal dan mengolah masalah kesehatan yang dihadapi c) Mengharapkan suasana informal d) Memperluas pandangan atau wawasan e) Membantu mengembangkan kepemimpinan
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
28
3) Keunggulan metode diskusi kelompok a) Memberi kemungkinan untuk saling mengemukakan pendapat b) Merupakan pendekatan yang demokratis, mendorong rasa kesatuan c) Dapat memperluas pandangan atau wawasan d) Membantu mengembangkan rasa kepemimpinan 4) Kekurangan metode diskusi kelompok a) Tidak efektif dipakai pada kelompok yang lebih besar b) Keterbatasan informasi yang didapat oleh peserta c) Membutuhkan pemimpin diskusi yang terampil d) Kemungkinan di dominasi orang yang suka berbicara e) Biasanya sebagian besar orang menghendaki pendekatan formal c. Metode Panel 1) Definisi metode panel Panel adalah pembicaraan yang sudah direncanakan di depan pengunjung tentang sebuah topik dan diperlukan tiga panelis atau lebih, serta dibutuhkan seorang pemimpin. 2) Penggunaan metode panel Metode ini digunakan : a) Pada waktu mengemukakan pendapat yang berbeda tentang suatu topik b) Jika tersedia, panelis dan moderator yang memenuhi persyaratan
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
29
c) Jika topik pembicaraan terlalu luas untuk didiskusikan dalam kelompok d) Jika peserta tidak diharapkan memberi tanggapan secara verbal dalam diskusi 3) Keunggulan metode panel a) Dapat membangkitkan pemikiran b) Dapat mengemukakan pandangan yang berbeda-beda c) Mendorong untuk melakukan analisis d) Memberdayakan orang yang berpotensi 4) Kekurangan metode panel a) Mudah terjadi penyimpngan dalam membahas suatu topik b) Tidak memungkinkan semua peserta berpartisipasi c) Memecahkan pandangan bila mereka setuju pada pendapat tertentu d) Membutuhkan
persiapan
dan
waktu,
serta
memerlukan
moderator yang terapil. d. Metode Forum Panel 1) Definisi metode forum panel Forum panel adalah panel yang didalamnya berpartisipasi dalam diskusi. 2) Penggunaan metode forum panel Metode ini digunakan :
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
30
a) Jika ingin menggabungkan penyajian topik atau materi dengan reaksi pengunjung b) Jika anggota kelompok diharapkan memberikan reaksi pada saat diskusi c) Jika tersedia waktu yang cukup d) Jika pengunjung mengajukan pandangan yang berbeda-beda 3) Keunggulan metode forum panel a) Memungkinkan semua anggota berpartisipasi b) Memungkinkan peserta menyatakan reaksinya c) Membuat peserta mendengar dengan penuh perhatian d) Memungkinkan tanggapan terhadap pendapat panelis 4) Kekurangan metode forum panel 1) Memerlukan waktu banyak 2) Memerlukan moderator yang terampil 3) Penyajian terasa terputus-putus 4) Kemungkinan peserta bertanya kurang tepat 5) Memungkinkan penggunaan waktu yang lebih banyak e. Metode Demonstrasi 1) Definisi metode demonstrasi Metode demonstrasi adalah metode pembelajaran yang menyajikan suatu prosedur atau tugas, cara menggunakan alat dan cara berinteraksi. Demonstrasi dapat dilakukan secara langsung atau menggunakan media, seperti video dan film.
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
31
2) Penggunaan metode demonstrasi Media ini digunakan : a) Jika memerlukan contoh prosedur atau tugas dengan benar b) Apabila tersedia alat peraga c) Bila tersedia tenaga pengajar yang terampil d) Membandingkan suatu cara dengan cara yang lain e) Untuk mengetahui serta melihat kebenaran sesuatu, bila berhubungan dengan mengatur sesuat, dan proses mengerjakan atau menggunakan sesuatu 3) Keunggulan metode demonstrasi a) Dapat membuat proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan konkret b) Dapat menghindari verbalisme c) Lebih mudah memahami sesuatu d) Lebih menarik e) Peserta didik dirangsang untuk mengamati f) Menyesuaikan teori dengan kenyataan dan dapat melakukan sendiri (redemonstrasi ) 4) Kekurangan metode demonstrasi a) Memerlukan ketrampilan khusus dari penerima informasi b) Alat-alat atau biaya, dan tempat yang memadai belum tentu tersedia c) Perlu persiapan dan perencanaan yang matang
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
32
4. Ruang lingkup pendidikan kesehatan Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai dimensi, antara lain: a. Dimensi Sasaran 1) Pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu. 2) Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok. 3) Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat luas. b. Dimensi Tempat Pelaksanaan Pendidikan kesehatan dapat berlangsung di berbagai tempat, dengan sendirinya sasarannya berbeda pula, misalnya : 1) Pendidikan kesehatan di sekolah, dengan sasaran murid. 2) Pendidikan kesehatan di rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan lainnya, dengan sasaran pasien dan keluarga pasien. 3) Pendidikan kesehatan di tempat kerja dengan sasaran buruh atau karyawan. c. Dimensi Tingkat Pelayanan Kesehatan Pendidikan kesehatan dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan (five levels of prevention) menurut Leavel dan Clark, yaitu sebagai berikut : 1) Peningkatan Kesehatan (Health Promotion) Peningkatan status kesehatan masyarakat dapat dilakukan melalui beberapa kegiatan seperti pendidikan kesehatan (health education), penyuluhan
kesehatan,
pengadaan
rumah
sakit,
konsultasi
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
33
perkawinan, pendidikan seks, pengendalian lingkungan, dan lainlain. 2) Perlindungan Umum dan Khusus (General and Specific Protection) Perlindungan umum dan khusus merupakan usaha kesehatan untuk memberikan perlindungan secara khusus atau umum kepada seseorang atau masyarakat. Bentuk perlindungan tersebut seperti imunisasi dan higiene perseorangan, perlindungan diri dari kecelakaan,
kesehatan
kerja,
pengendalian
sumber-sumber
pencemaran, dan lain-lain. 3) Diagnosis Dini dan Pengobatan Segera atau Adekuat (Early diagnosis and Prompt Treatment) Pengetahuan dan kesadaran masyarakat yang rendah terhadap kesehatan mengakibatkan masyarakat mengalami kesulitan untuk mendeteksi penyakit bahkan enggan untuk memeriksakan kesehatan dirinya dan mengobatai penyakitnya. 4) Pembatasan Kecacatan (Disability Limitation) Kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan penyakit sering membuat masyarakat tidak melanjutkan pengobatannya sampai tuntas, yang akhirnya dapat mengakibatkan kecacatan atau ketidakmampuan. Oleh karena itu, pendidikan kesehatan
juga
diperlukan
pada
tahap
ini
dalam
bentuk
penyempurnaan dan intensifikasi terapi lanjutan, pencegahan
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
34
komplikasi, perbaikan fasilitas kesehatan, penurunan beban sosial penderita, dan lain-lain. 11 5) Rahabilitasi (Rehabilitation) Latihan diperlukan untuk pemulihan seseorang yang telah sembuh dari suatu penyakit atau menjadi cacat. Karena kurangnya pengetahuan dan kesadaran tentang pentingnya rehabilitasi, masyarakat tidak mau untuk melakukan latihan-latihan tersebut (Mubarak dan Chayatin, 2009). 5. Misi pendidikan kesehatan Misi pendidikan kesehatan secara umum dapat dirumuskan menjadi: a. Advokat (Advocate)
Melakukan upaya-upaya agar para pembuat keputusan atau penentu kebijakan tersebut mempercayai dan meyakini bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu didukung melalui kebijakan-kebijakan atau keputusan-keputusan politik. b. Menjembatani (Mediate)
Diperlukan kerja sama dengan lingkungan maupun sektor lain yang terkait dalam melaksanakan program-program kesehatan. c. Memampukan (Enable)
Memberikan kemampuan dan keterampilan kepada masyarakat agar mereka dapat mandiri untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka (Notoatmodjo, 2003).
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
35
C. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui
panca
indera
manusia, yaitu indera
penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan
(knowledge)
adalah
suatu
proses
dengan
menggunakan panca indra yang dilakukan seseorang terhadap objek tertentu dapat menghasilkan pengetahuan dan keterampilan (Hidayat, 2007). Pengetahuan merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak disegaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu. Perilaku yang didasar oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (misalnya perilaku karena paksaan atau adanya aturan wajib) (Mubarak, 2011). 2. Tingkatan pengetahuan Mubarak (2011) pengetahuan yang termasuk kedalam dominan mempunyai enam tingkatan yaitu : a. Tahu (know)
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
36
Tahu diartikan sebagai kemampuan mengingat kembali (recall) materi yang telah dipelajari, termasuk hal spesifik dari seluruh bahan atau rangsangan yang telah diterima. b. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikannya secara luas. c. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata. d. Analisis (analysis) Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen yang masih saling terkait dan masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut. e. Sintesis (synthesis) Sintesis diartikan sebagai kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian ke dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi diartikan sebagai ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
37
3. Cara memperoleh pengetahuan Beberapa cara memperoleh pengetahuan menurut Notoatmodjo (2010) adalah sebagai berikut: a. Cara Tradisional atau cara non ilmiah. Cara tradisional ini dipakai orang umum untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sebelum ditemukan metode penemuan secara sistematik dan logis. Cara penemuan pengetahuan pada periode ini antaralain : 1) Cara coba salah (trial and error). Cara yang paling tradisional, yang pernah digunakan oleh manusia dalam memperoleh pengetahuan adalah melalui cara coba-coba. 2) Secara kebetulan. Penemuan secara kebetulan terjadi karena tidak sengaja ditemukan oleh orang yang bersangkutan. 3) Cara kekuasaan atau otoritas. Pengetahuan diperoleh berdasarkan otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama maupunahli ilmu pengetahuan berdasarkan pengalaman pribadi melalui jalan pikiran. 4) Berdasarkan pengalaman pribadi. Pengetahuan merupakan sumber pengetahuan, dan pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. 5) Cara akal sehat (Common sense).
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
38
Akal sehat kadang dapat menemukan teori atau kebenaran. Orang tua zaman dulu memberikan hukuman fisik (mencubit atau menjewer) agar anaknya menurut atau disiplin. Metode ini sampai sekarang berkembang menjadi teori bahwa hukuman adalah merupakan metode (meskipun bukan metode yang terbaik) bagi pendidikan anak. 6) Kebenaran melalui wahyu. Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan melalui Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak. Sebab kebenaran ini diterima oleh para Nabi sebagai wahyu, bukan hasil penalaran atau penyelidikan manusia. 7) Kebenaran secara intuitif. Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali melalui proses diluar kesadaran, dan tanpa melalui proses penalaran atau berpikir. 8) Melalui jalan pikiran. Dalam
memperoleh
kebenaran
pengetahuan,
manusia
telah
menggunakan jalan pikirannya. 9) Berpikir induksi. Berpikir secara induksi dalam pembuatan kesimpulan tersebut berdasarkan pengalaman empiris yang ditangkap oleh panca indra,
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
39
kemudian disimpulkan ke dalam suatu konsep yang mungkin seseorang bisa memahami suatu gejala. 10) Berpikir deduksi. Aristoteles mengembangkan cara berpikir ini ke dalam suatu cara yang disebut silogisme. Silogisme merupakan bentuk deduksi yang memungkinkan seseorang untuk dapat mencapai kesimpulan yang lebih baik. b. Cara ilmiah. Cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih logis, sistematis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah, atau lebih popular disebut metodologi penelitian. 4.
Cara pengukuran pengetahuan. Menurut Arikunto (2006) tingkat pengetahuan dikategorikan menjadi 4, yaitu baik (76-100% jawaban benar), Cukup (56-75% jawaban benar), Kurang (40-55% jawaban benar), dan tidak baik (<40% jawaban benar). Nursalam (2003) menyatakan tingkat pengetahuan dibagi dalam 3 kategori, yaitu : a.
Baik (76% - 100%)
b.
Cukup (56% - 75%)
c.
Kurang (<56%)
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
40
5.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan a. Faktor Internal 1) Pendidikan Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk berperan serta dalam pembangunan kesehatan (Notoatmodjo, 2010). 2) Usia Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Seseorang yang mempunyai usia lebih tua cenderung mempunyai pengetahuan lebih banyak. 3) Pekerjaan Menurut Thomas (1996) dalam Nursalam (2003), pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan keluarga. b) Faktor Eksternal 1) Sosial budaya Sosial budaya yang ada di masyarakat dapat mempengaruhi cara dan sikap dalam menerima informasi (Nursalam, 2003).
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
41
2)
Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar area. Lingkungan ini sangat berpengaruh pada perkembangan dan perilaku seseorang atau kelompok (Nursalam, 2003)
D. Sikap a. Pengertian Sikap adalah perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang yang akan kurang lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya (Mubarak, 2011). Sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek (Azwar, 2011). Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau objek, baik yang bersifat intern maupun ekstern sehingga manifestasinya tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup tersebut. Sikap secara realitas menunjukan adanya kesesuaian respon terhadap stimulus tertentu (Sunaryo, 2004). b. Komponen sikap Terdapat 3 komponen yang membentuk sikap menurut Baron dan Byrnes juga Myres dan Gerengun yang dikutip oleh Wawan dan Dewi (2010) : 1.
Komponen kognitif (komponen perceptual), adalah komponen yang berikatan dengan pengetahuan, pandangan dan keyakinan.
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
42
2.
Komponen afektif (komponen emosional), adalah komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap suatu objek
3.
Komponen konatif (komponen prilaku, atau action component), adalah komponen yang berhubungn dengan kecenderungan bertindak.
c. Tingkat sikap Menurut Notoatmodjo, (2010) terdapat 4 tingkatan sikap, yaitu: 1.
Menerima (receiving), diartikan bahwa seseorang (subjek) mau memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
2.
Merespon (responding), seperti memberikan jawaban bila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut.
3.
Menghargai (valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan terhadap sesuatu masalah.
4.
Bertanggung jawab (responsible), bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang dipilihnya merupakan sikap yang paling tinggi. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapt ditanyakan bagaimana pendapat/ pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis kemudian
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
43
dinyatakan pendapat responden melalui kuesioner (Notoatmodjo, 2010). d. Cara mengukur sikap Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap dan perilaku manusia adalah masalah pengungkapan (assessment) dan pengukuran (measurement) sikap (Azwar, 2011). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner untuk mengukur sikap seseorang dengan skala likert. Menurut Risnita (2012) bahwa skala likert umumnya digunakan untuk mengukur sikap atau respons seseorang terhadap suatu objek. Pengungkapan sikap dengan menggunakan skala Likert sangat popular di kalangan para ahli psikologi sosial dan para peneliti. Hal ini dikarenakan selain praktis, skala Likert yang dirancang dengan baik pada umumnya memiliki reliabilitas yang memuaskan. Skala likert terbagi dalam lima kategori sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: 1. Langsung Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat/pernyataan responden terhadap suatu objek. 2. Tidak langsung Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis kemudian ditanyakan pendapat responden melalui kuesioner (Wawan dan Dewi, 2011).
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
44
Prosedur penskalaan dengan metode rating yang dijumlahkan didasari oleh 2 asumsi (Azwar, 2011), yaitu: a.
Setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat disepakati sebagai pernyataan yang favorable atau pernyataan yang tidak favourable.
b.
Jawaban yang diberikan oleh individu yang mempunyai sikap positif harus diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi daripada jawaban yang diberikan oleh responden yang mempunyai pernyataan negatif. Suatu cara untuk memberikan interpretasi terhadap skor individual dalam skala rating yang dijumlahkan adalah dengan membandingkan skor tersebut dengan harga rata-rata atau mean skor kelompok di mana responden itu termasuk.
e. Faktor yang mempengaruhi sikap Faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap menurut Azwar (2011) : 1.
Pengalaman pribadi Pengalaman pribadi akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan terhadap stimulus sosial. Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman terjadi dalam situasi yang melibatkan emosional.
2.
Pengaruh orang lain yang dianggap penting Seseorang yang kita anggap penting, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan pendapat kita, seseorang
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
45
yang berarti khusus bagi kita, akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita pada sesuatu. 3.
Pengaruh kebudayaan Hal ini berhubungan dengan budaya dan norma. Kebudayaan akan mewarnai sikap dalam masyarakat dan memberikan corak pengalaman individu-individu pada kelompok masyarakatnya.
4.
Madia massa Dalam penyampaian informasi, media massa membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Dengan adanya informasi baru akan memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap.
5.
Lembaga pendidikan dan lembaga agama Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai
pengaruh
dalam
pembentukan
sikap
dikarenakan
keduanya meletakan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. 6.
Pengaruh faktor emosional Selain ditentukan oleh lingkungan sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
46
E. Kerangka Teori
Faktor Eksternal - Sosial budaya - Lingkungan
Faktor Internal - Pendidikan (pencegahan DBD) - Usia - Pekerjaan - Pengalaman pribadi
Tahu Paham Aplikasi Analisis Sintesis Evaluasi
Ceramah dan Tanya Jawab
Pengetahuan Pencegahan penyakit DBD
Pengetahuan
Sikap Diskusi kelompok
Pandangan Keyakinan Emosional Kecendrungan bertindak
Responding Receiving Valuing Responsible
Sumber: Mubarak (2011), Ayuningsih (2009) dan Azwar (2011) Gambar 2.2 Kerangka Teori
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
47
F. Kerangka Konsep
Ceramah
Pengetahuan
Pencegahan DBD Sikap
Diskusi kelompok
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
G. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini yaitu: “Terdapat pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap masyarakat tentang pencegahan DBD di Puskesmas Purbalingga Kabupaten Purbalingga.
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016