BAB II TINJAUAN UMUM YAYASAN KARYA MURNI
2.1 Sejarah Yayasan Karya Murni 2.1.1 Latar Belakang Berdirinya Yayasan Karya Murni Awal pendirian SLB/A Karya Murni diinspirasikan oleh kisah kedatangan seorang gadis kecil yang tak dapat melihat, bernama Ponikem. Gadis kecil berusia 13 tahun ini ditemukan oleh serdadu Belanda di sebuah jalan kota Martapura Kabupaten Langkat. Oleh belas-kasihan, serdadu ini membawa Ponikem ke Susteran Santo Yoseph Jl. Hayamwuruk Medan, untuk diasuh dan dirawat. Kedatangan mereka diterima oleh seorang suster yang sangat baik, yaitu Suster Ildefonsa yang berhati emas. Ponikem kemudian tinggal dan diasuh oleh Suster-suster Santo Yosef yang tinggal di Hayamwuruk. Ini terjadi di tahun 1950. Tetapi lama kelamaan ada suatu pemikiran di benak Suster Ildefonsa ini. Ponikem bisa diasuh dan tumbuh berkembang, namun apa jadinya dia kelak kalau harus dituntun dan dipapah? Tak bisa membaca ataupun menulis. Suster Ildefonsa ingin agar Ponikem juga bisa berarti dan punya nilai, tidak tergantung seumur hidupnya pada orang lain. Dia harus mendapatkan pendidikan sebagai tunanetra, begitulah niat suster Ildefonsa. Kebetulan pada tahun 1950 ia mengambil cuti ke Nederland. Kesempatan itu ia pergunakan pergi ke Grave, sebuah institut anak tunanetra “De Wijnberg” untuk mempelajari huruf Braille dan metode pengajarannya. Iapun berulang-ulang pergi ke sana untuk belajar. Pada suatu hari ia bertemu dengan seorang gadis Tionghoa yang juga tunanetra. Ia berasal dari Bangka-Indonesia yang telah enam belas tahun tinggal di institut itu. Trees Kim Lan Bong itulah nama lengkapnya. Suster Ildefonsa akhirnya
Universitas Sumatera Utara
mengutarakan niatnya pada kongregasi di Belanda dan pada Trees Kim Lan Bong ini untuk membuka sekolah Luar Biasa di Indonesia tepatnya di Jl.Hayamwuruk No.11 Medan. Kongregasi sangat menyetujui niat baik ini dan akhirnya diputuskan SLB/A akan didirikan. Trees Bong yang memang telah lama ingin pulang dengan senang hati ikut suster Ildefonsa ke Indonesia untuk mengajar tulisan Braille. Merekapun tiba di pelabuhan Belawan pada 15 Agustus 1950. Dapat dibayangkan seluruh penghuni di susteran Hayamwuruk menyambut mereka dengan sangat gembira. Trees Bong awalnya cukup sulit untuk beradaptasi dalam hal bahasa maupun budaya yang ada di komunitas, namun semua itu dapat diikutinya dengan perjuangan keras demi mengemban tugas yang mulia ini. Ia pun mulai mengajari gadis Ponikem tulisan Braille. Orang buta mengajari orang buta. Unik, namun disitulah komunikasi dalam kontak batin terbangun. Tidak berapa lama datanglah dua orang anak, Agustina Wilhelmina Halatu 7 tahun pada tahun 1950 dan Cicilia Pardede (21 tahun) pada tahun 1951. Begitulah pendidikan anak tunanetra itu mulai berjalan dan berkembang walaupun belum secara resmi. Sosialisasi mengenai telah dibukanya pendidikan anak-anak tunanetra ini juga semakin digencarkan. Para pastor maupun suster yang sedang bertugas ke daerah-daerah selalu menyempatkan diri menyampaikan berita gembira ini, agar bila ada keluarga mereka yang tunanetra dapat dididik dan dibina di sekolah baru ini. Hal ini memang bukan soal gampang, sebab banyak keluarga-keluarga yang mempunyai anak tunanetra tidak rela anaknya dibawa untuk tinggal di asrama. Ada semacam kekhawatiran bahwa mereka tidak akan berjumpa lagi kelak. Namun usaha tetap dijalankan meyakinkan mereka bahwa sekolah ini adalah yang terbaik untuk pembinaan anak-anak mereka. Mereka harus dididik untuk bisa mandiri demi masa depan mereka sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Penyakit Pokken memang suatu penyakit yang menakutkan karena pada waktu itu belum ditemukan vaksinnya dan penyakit inilah yang ternyata salah satu penyebab kebutaan ini. Mayoritas anak-anak tunanetra yang masuk Karya Murni adalah sebagai akibat pokken ini dan juga sebagai akibat kekurangan gizi. Pada tahun 1953 datang pula Leo Siregar, kemudian Saulina Oda Sijabat, dan Samaun Su’ut. Rasanya sudah perlu didirikan suatu badan yang mengelola pendidikan ini. Maka pada tanggal 26 Agustus 1953 dibentuklah Badan Santa Oda Stichting. Murid-murid terus bertambah. Satu demi satu mereka berdatangan hingga di tahun 1960 murid sekolah ini sudah 13 orang. Pada tahun 1964 dibuka pula sekolah untuk anak-anak tunarungu atau bisu tuli. Dengan dibukanya sekolah ini, Santa Oda Stichting yang selama ini mengelola sekolah tunanetra ini diganti menjadi Yayasan Karya Murni. Dan sekaligus mengelola kedua sekolah ini. 2.1.2 Perkembangan Yayasan Karya Murni Lokasi Hayam Wuruk dirasakan telah menjadi sangat sempit untuk menampung dua sekolah SLB/A dan SLB/B. Maka di tahun 1969 SLB/B ini pindah ke jalan HM. Joni Pasar Merah sebagai lokasi pertapakan dua setengah hektar, sedangkan SLB/A tetap di Hayam Wuruk. Sampai tahun 1970 sudah ada pertambahan murid sebanyak 14 orang, sehingga jumlah murid sekolah ada 20 orang. Begitulah sekolah ini dari waktu ke waktu makin banyak peminatnya, sementara lokasi tidak mengalami perkembangan. Maka pada tahun 1978, gedung dibangun di daerah Medan Johor kompleks Karya Wisata untuk sekolah SLB-A. Karena semangat pengabdian memanusiakan orang-orang kecil dan menderita menjadi setara dengan manusia pada umumnya, tetap bergelora di hati para Suster-suster Santu Yosef ini, pada tahun 1985, sayap telah dikepakkan, karya murni membuka sekolah yang sama di Ruteng-Flores. Di sana ternyata banyak saudara yang butuh pertolongan.
Universitas Sumatera Utara
Seiring dengan jumlah murid yang semakin bertambah, penghuni asrama pun secara otomatis bertambah. Usia mereka bervariasi antara 2 sampai 21 tahun. Melihat perkembangan anak-anak yang diasuh di asrama, terutama anak yang usianya dua sampai lima tahun, ternyata perkembangannya tidak sesuai dengan usianya. Hal ini mungkin karena mereka bergaul dengan orang-orang yang usianya lebih tua. Dari itu timbullah pemikiran untuk mengadakan pengelompokan anak-anak sesuai dengan tingkat usia masing-masing. Yakni supaya anak-anak mengalami perkembangan yang wajar, sesuai dengan perkembangan usianya sekaligus mengalami kasih di mana antara anak dengan anak serta antara anak dengan pengasuhnya tercipta suasana kekeluargaan dan persaudaraan yang dalam, sekaligus juga untuk lebih memandirikan anak. Maka pada tahun 1997 dibangunlah lima unit gedung asrama tunanetra Karya Murni. Masing-masing unit terdiri dari kamar tidur lengkap dengan kamar mandi masing-masing, ruang makan, ruang rekreasi serta dapur. Setiap unit dihuni10 sampai 12 orang, dengan seorang suster dan seorang karyawan wanita. Dibangun juga sebuah aula yang cukup luas sebagai sarana bagi mereka untuk berkreasi baik dalam pengembangan musik maupun olah raga, serta untuk perayaan ataupun ibadat lainnya. 2.2 Visi, Misi dan Motto Yayasan Karya Murni Yayasan Karya Murni mempunyai visi dan misi yang sungguh mulia. 2.2.1 Visi dan Misi 2.2.1.1. Visi Terwujudnya penghargaan dan pemberdayaan agar mereka yang dilayani mengalami kasih, dapat mandiri dan menemukan makna hidup sebagai citra Allah yang bermartabat.
Universitas Sumatera Utara
2.2.1.2. Misi
1. Memelihara kehidupan 2. Menjadikan asrama sebagai komunitas persaudaraan yang saling peduli dan saling mengasihi 3. Mengembangkan bakat dan potensi anak panti 4. Meningkatkan kehidupan rohani anak panti 5. Melatih anak panti untuk Mandiri 6. Mampu menemukan makna hidup 7. Mengembangkan profesionalisme pembina 8. Menjalin relasi yang baik dengan pemerintah, donatur, masyarakat dan berbagai instansi lain.
2.2.2. Motto Venerate Vitam atau hormatilah hidup adalah motto Karya Murni. Sebagai lembaga yang bergerak dalam bidang kemanusiaan, Karya murni memegang teguh prinsip bahwa hidup mesti dihormati. Menghormati hidup atau Venerare Vitam adalah prinsip dasar Karya Murni. Karya Murni lebih menekankan hormat terhadap hidup itu entah bagaimanapun kwalitasnya menurut pandangan umum. Di Karya Murni semua manusia diperlakukan dan dihormati sama tanpa memandang asal usul atau keadaan fisik warga secara lahiriah dengan menyandang cacat atau tanpa cacat fisik. Sebagai lembaga sosial kemanusiaan, karya Murni memberi perhatian khusus kepada para penyandang cacat seperti tunanetra, tunarungu, tunawicara, serta anak-anak yatim piatu dan ekonomi sangat lemah. Di Karya Murni Anak-anak Tuhan yang terlahir
Universitas Sumatera Utara
dalam keadaan yang demikian, dididik, dibesarkan, diberdayakan, dan dimungkinkan untuk menjadi mandiri dan dan menemukan jati diri mereka. Mereka dibesarkan, diasuh, dididik, dan diberdayakan bukan karena mereka dipandang hina sebagai orang yang mesti dikasihani. Karya Murni mempunyai keyakinan dasar bahwa sebagai ciptaan, mereka adalah citra atau gambaran Tuhan Allah yang sederajat dengan orang lain. Mereka mempunyai hak untuk mewujudkn jatidiri mereka tapi proses itu dilakukan mesti dengan menghormati kemungkinan yang ada dalam diri mereka. Mereka sendiri mesti ikut serta menentukan proses pemberdayaan yang dapat mereka jalani sesuai dengan kemungkinan-kemungkinan yang ada dalam diri mereka. Sesungguhnya itulah yang dimuat dalam motto atau filosofi dasar Karya Murni yakni Venerate Vitam atau Hormatilah hidup. Hidup pertama-tama mesti dihormati entah bagaimanapun wujudnya dalam diri anak-anak Tuhan.Setiap manusia entah bagaimanapun keadaannya mestilah dihormati dan berdasarkan keadaan itulah mereka ditolong untuk memberdayakan diri. Oleh karena itu Karya Murni pertama-tama sangat menghormati warga yang datang untuk diberdayakan di dalamnya. Karya murni yakin hanya dengan pertama-tama menghormati hidup itu, maka proses pemberdayaan dapat dilakukan dengan benar dan berbuah. Prinsip itulah yang diterapkan dalam Panti Asuhan Karya Murni. Di Karya Murni semua warga, pengasuh dan pembina menyadari
bahwa setiap orang mempunyai
keistimewaan masing-masing. Keistimewaan itu adalah kekayaan yang saling melengkapi untuk bisa mempercepat proses pemberdayaan. Prinsip
menghormati
hidup
itulah
yang
menyanggupkan para
tenaga
kependidikan di Sekolah Luar Biasa (SLB) A dan B dalam menjalankan tugas mereka. Itulah yang dengan sadar dipegang dan sekaligus menjadi filosofi dasar bagi para guru atau pendidik
Universitas Sumatera Utara
Karya Murni yakin bahwa tidak ada pekerjaan yang tidak bisa dilaksanakan. Karya Murni juga yakin bahwa pekerjaan apapun yang hendak dilakukan dalam pemberdayaan semua anak bangsa prinsip pertama dan utama adalah Venerate Vitam atau Hormatilah Hidup.
2.3 Keadaan Panti Asuhan Karya Murni Panti Asuhan Karya Murni adalah panti asuhan milik Yayasan Karya Murni. Panti Asuhan Karya Murni menerima antara lain anak tunanetra, anak yatim piatu, dan anak yang lemah ekonomi. Anak dengan tiga karakteristik ini dibina secara bersama di asrama sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Panti asuhan Karya Murni terdiri dari 6 unit dan 1 aula. Unit-1, adalah tempat pembinaan dasar. Yang menempati unit-1 adalah anak anak tunanetra yang masih kecil, yakni anak-anak yang baru datang dan anak yang belum trampil mengurus diri sendiri. Unit-2 dan 5, adalah unit yang ditempati oleh anak laki-laki, yang sudah mampu mengurus diri sendiri (mencuci baju, menyetrika, menyapu, dll). Unit-3 dan 4, adalah unit yang ditempati oleh anak tunanetra perempuan yang sudah mampu mengurus diri sendiri. Unit-6 adalah unit yang ditempati oleh anak awas, yakni anak-anak yang lemah ekonomi dan anak yatim piatu. Pada setiap unit diberi pendamping, yakni seorang suster dan seorang kakak pegawai, yang menjadi penanggung jawab pembinaan anak-anak tiap unit. Untuk membina rasa persaudaraan di antara anak panti, diadakan kegiatan-kegiatan bersama baik kegiatan per unit maupun kegiatan bersama seluruh anggota panti. Kegiatan tersebut misalnya, wajib makan bersama tiga kali sehari. Tiga kali dalam seminggu doa bersama seluruh anggota panti di aula, dan doa bersama di unit masing-masing sebelum tidur. Kebersihan secara bersama-sama baik per unit maupun bersama semua anggota panti.
Universitas Sumatera Utara
2.3.1 Asal usul Warga Panti Panti Asuhan Karya Murni, yang secara geografis berada di kota Medan, Provinsi Sumatera Utara ini, jika ditelusuri dari aspek daerah, berada di kawasan suku batak. Yang antara lain batak toba, Karo, Simalungun, Nias, Pakpak, dll. Sesuai dengan letak tempat tinggal ini maka pada umumnya anak-anak Panti Asuhan Karya Murni berasal dari daerah daerah - tersebut di atas. Namun demikian ada juga suku lain di luar batak, seperti halnya suku Jawa, dan China. Panti Asuhan Karya Murni menerima siapa saja anak tunanetra yang diantar dengan tujuan untuk menerima pembinaan dan pendidikan. Tidak membatasi penerimaan baik dari segi ekonomi, bahasa, daerah, suku, agama, dan lainnya. Panti Asuhan Karya Murni terbuka untuk semua orang yang datang dan tinggal di panti dengan kategori anak tersebut memiliki cacat netra. Hingga saat ini warga panti asuhan Karya Murni berasal dari berbagai daerah dan suku. Melihat buku induk registrasi anak-anak panti ini, mereka berasal dari beberapa daerah dan suku, yang di antaranya adalah batak toba, karo, Simalungun, Nias, Pakpak China dan Jawa.dari seluruh anak panti ini.
2.3.2 Bahasa Warga Panti Sehubungan dengan keterangan di atas yang menyatakan bahwa anak-anak panti berasal dari daerah yang berbeda-beda, maka sudah tentu bahasa bawaan mereka beraneka ragam sesuai dengan bahasa ibu di daerah asal masing-masing. Walaupun mereka datang dengan bahasa masing masing, namun setelah berada di panti, mereka diajari untuk mampu berbahasa Indonesia yang benar. Maka bahasa persatuan di panti asuhan Karya Murni adalah Bahasa Idonesia sebagai bahasa negara kita, Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
2.3.3 Sumber Dana Panti asuhan Karya Murni yang dikelola oleh Suster-suster Kongregasi Sustersuster Santo Yosef ini merupakan yayasan sosial. Karya Murni sesuai namanya memang sebuah karya yang betul-betul murni menolong mereka yang miskin dan menderita. Anak-anak di panti ini sebagian besar berasal dari keluarga-keluarga miskin di desa-desa di pelosok-pelosok Sumatera Utara ini, bahkan banyak diantaranya berasal dari pulau Nias. Tak heran kalau hampir sepanjang usia mereka ini, tak satupun keluarga yang datang untuk menjenguk ataupun menanyakan kabar tentang keadaan anak-anak ini. Semua seakan tak peduli lagi. Bagaimana mungkin membebankan biaya anak anak ini pada mereka sedangkan untuk bisa datang melepas rindu saja tidak? Maka mau tak mau dan memang itu sudah menjadi bagian pengabdian dari suster-suster Santu Yoseph ini untuk berusaha sendiri menanggulangi semua kebutuhankebutuhan mereka. Atas dasar itulah mereka harus rela bersakit-sakit, pontang panting kesana kemari untuk mencari dana, mengetuk rumah para dermawan yang berbaik hati memberikan bantuan, bahkan tak segan-segan ikut bersama anak-anak tunanetra memikul sapu dan keset kaki serta keranjang-keranjang bunga menjajakan untuk dibeli orang yang berbelas kasih. Masuk toko keluar toko, ikut pameran, dan lain-lain. Begitulah perjuangan mereka di awal-awal berdirinya SLB-A ini. Memasuki era tahun 1975, angin segar sudah dapat dirasakan, usaha dan pendekatan yang telah dibangun selama ini mulai menampakkan hasil. Para donatur mulai melirik. Badan-badan sosial baik dalam maupun luar negeri mulai mengulurkan tangan dan memberi bantuan. Karya Murni boleh bernafas lega, cita-cita untuk lebih berkembang mulai diwujudkan tanpa harus pontang-panting lagi. Hingga saat ini Karya Murni dapat bertahan berkat dana dari para donatur, dan masih berharap pada perhatian dan bantuan dari para donatur untuk pengembangan lebih lanjut ini.
Universitas Sumatera Utara
2.3.4 Tata Harian Panti Asuhan Karya Murni merupakan panti asuhan yang dikelola oleh sekelompok biarawati. Dengan demikian, panti asuhan ini dibina dan dibimbing dengan aturan-aturan yang mengarahkan anak-anak kepada pribadi yang ber Tuhan sesuai dengan keyakinan dan kepercayaan bawaan masing-masing (sesuai dengan agamanya), tanpa menguba h keyakinannya. Untuk membina iman mereka, anak-anak diajari dan dibiasakan dengan hidup doa. Dan disadarkan akan pentingnya hidup doa dalam hidup manusia. Maka sebelum mereka mengawali segala aktivitas mereka dipagi hari mereka selalu berkumpul bersama dan berdoa bersama didampingi oleh suster yang ada di panti masing-masing. Demikian juga setelah melewati segala kegiatan harian dan hendak istirahat malam, mereka berdoa bersama. Disamping itu dua kali dalam seminggu mereka rutin mengikuti perayaan Ekaristi di kapel panti Asuhan Karya Murni, yang menjadi sumber kekuatan iman mereka. Mereka juga dilatih untuk mampu bersyukur atas semua orang yang berbuat baik kepada mereka, dan mendoakan semua orang yang berbuat baik kepada mereka. Mengingat bahwa manusia adalah makhluk sosial, dan sebagai makhluk sosial menuntut terjadinya hubungan antara seorang dengan orang yang lain. maka manusia perlu bersosialisasi dan menjalin relasi dengan orang lain. Karena menjalin relasi dengan orang lain merupakan langkah setiap orang dalam upaya mempertahankan hidupnya, karena tanpa orang lain manusia tidak akan dapat mempertahankan hidupnya. Maka untuk dapat diterima di tengah pergaulan masyarakat, manusia harus mampu bergaul sesuai dengan norma/ketentuan yang berlaku di tengah masyarakat umum. Untuk mempersiapkan diri anak dalam memasuki dunia masyarakat yang lebih luas nantinya, mereka dibekali dengan memberikan pembinaan moral dan tatakrama bergaul.
Universitas Sumatera Utara
Di panti Asuhan Karya Murni, anak-anak juga dilatih untuk dapat hidup mandiri. Sebagai dasar untuk mengawali kemandirian anak, pihak panti membuat program untuk memberi pelatihan ADL (activity Daily Living). ADL (aktivitas kehidupan sehari-hari) yang dilatih antara lain membersihkan dan merawat tubuh sendiri, berpenampilan rapi, menyisir rambut, menggunakan bedak, berpakaian yang rapi dan menyesuaikan warna yang tepat. Anak juga dilatih mencuci, menjemur, menyetrika dan melipat baju sendiri serta merapikannya di lemari, membersihkan rumah dan lingkungan rumah dengan menyapu, mengepel, mencabut rumput, dll. Tujuannya adalah untuk memandirikan anak, agar tidak terlalu menggantungkan diri dan segala kebutuhannya kepada orang lain yang awas. Karena pada dasarnya, biarpun mereka tunanetra, sesungguhnya mereka bisa. Hanya saja butuh latihan yang lebih lama. Menyadari bahwa anak tunanetra juga mempunyai bakat-bakat dan potensi untuk mengembangkan diri dan bakatnya, di panti asuhan karya murni, anak didukung untuk menemukan dan mengembangkan bakatnya. Anak tunanetra pada umumnya memiliki suara yang bagus. Maka, untuk mengembangkan potensi di dunia tarik suara, mereka mengikuti latihan olah vokal sebanyak dua kali seminggu. Selain itu, mereka juga mengembangkan bakatnya di dunia musik, dengan memberikan fasilitas dan waktu untuk mengembangkan bakat musiknya. Secara lebih detail, di bawah ini dijabarkan rangkaian kegiatan harian anak-anak Panti Asuhan Karya Murni. Pukul 04.30 WIB
: Bangun Tidur, doa pagi, kebersihan seputar panti, mandi, serapan pagi, persiapan ke sekolah.
Pukul 07.00 WIB
: berangkat ke sekolah
Pukul 13.00 WIB
: Makan siang + mencuci pakaian sendiri
Universitas Sumatera Utara
Pukul 14.00 WIB
: Istirahat Siang
Pukul 15.30 WIB
: Bangun tidur + kegiatan sore*
Pukul 16.30 WIB
: Mandi
Pukul 17.30 WIB
: Makan malam
Pukul 18.30 WIB
: belajar
Pukul 20.30 WIB
: rekreasi
Pukul 21.30 WIB
: Doa malam + tidur
*Kegiatan-kegiatan sore: Senin
: olah vokal
Selasa
: kerja bakti, les bahasa Ingris, perayaan Ekaristi
Rabu
: kebersihan yakni menyikat selokan seputar panti
Kamis
: Kebersihan kamar-kamar
Jumat
: olah vokal
Sabtu
: kegiatan pramuka (kegiatan Sekolah)
Minggu
: Olah raga
2.4 Sistem Pendidikan Di Karya Murni Yayasan
Karya
Murni
menyelenggarakan
dua
bentuk
wadah
pendidikan/pembinaan bagi anak-anak tunanetra. Kedua wadah pendidikan tersebut
Universitas Sumatera Utara
adalah pendidikan formal yakni pendidikan di sekolah, dan pendidikan non formal yakni asrama/panti.
2.4.1 Pendidikan Formal Pendidikan formal, yakni sekolah. Sekolah yang dikelola oleh Yayasan Karya Murni dikenal dengan SLB.A Karya Murni (Sekolah Luar Biasa Bagian A (Tunanetra) Karya Murni), dimulai sejak tahun 1962 SLB.A Karya Murni memiliki tiga jenjang pendidikan, yakni TKLB.A, SDLB.A, SMPLB.A. Lulusan dari SMPLB.A ini disalurkan ke SMA Cahaya dan yang lain, bergabung dengan siswa-siswa yang awas. Dan kemudian melanjut ke perguruan tinggi. SLB.A Karya Murni menerima siswa tunanetra yang dari luar panti, misalnya yang tinggal di rumah keluarga, ataupun yang Kost.
2.4.3
Pendidikan Non Formal
Pendidikan non formal, yakni pendidikan yang diadakan di panti. Program pendidikan di panti ini antara lain seperti yang telah dijabarkan di atas tadi, antara lain pembinaan kemandirian anak, pengembangan bakat-bakat dan kreativitas anak, pembinaan diri dan pribadi, yang menyangkut keterampilan bergaul, tatakrama, dan kehidupan religiu
Universitas Sumatera Utara