BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP KEJAHATAN NARKOTIKA A.
Pengertian
Narkotika
dan
Akibat
penyalahgunaan
pemakaian
narkotika 1. Pengertian Narkotika Masyarakat mengenal istilah narkotika yang kini telah
menjadi
fenomena berbahaya yang populer di tengah masyarakat kita. Ada pula istilah lain yang kadang di gunakan adalah Narkoba( narkotika dan obat obatan berbahaya). Selain in ada pula istilah yang di gunakan adalah NAPZA yaitu merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika, dan zat adiktif lainnya. Semua istilah diatas mengacu pada kelompok pada sekelompok zat yang mempunyai resiko kecanduan atau adiksi. Narkotika dan Psikotropika itulah yang secara umum yang biasa di kenal dengan Narkoba atau NAPZA. a. Defenisi Narkotika. Secara umum yang di maksud dengan narkotika adalah suatu kelompok zat yang bila di masukkan dalam tubuh akan mengakibatkan membawa pengaruh terhadap tubuh pemakai yang bersifat : 1) Menenangkan. 2) Merangsang. 3) Menimbulkan khayalan. Secara Etimilogi narkotika berasal dari kata “Narkoties” yang sama artinya dengan kata “Narcotics” yang berarti membius.12 Sifat dari zat
12
Muhammad Taufik Makarao,Tindak Pidana Narkotika, Ghalia Indonesia, Jakarta,2003,
h.21
18
Universitas Sumatera Utara
tersebut terutama berpengaruh terhadap otak sehingga mengakibatkan perubahan terhadap perilaku, perasaan, pikiran, presepsi, kesadaran, dan halusinasi di samping dapat di gunakan dalam pembiusan. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman ataupun bukan tanaman, baik sintetis
maupun semisintetis, yang dapat
menyebabkan penurunan atau peruban kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang di bedakan dalam golongan-golongan sebagai mana terlampir dalam undang-undang ini.13 Defenis dari Biro Bea dan Cukai Amerika Serikat mengatakan bahwa : yang di maksud dengan narkotika ialah candu, ganja, cocaine, zat-zat, obat-obat yang bahan mentahnya di ambil dari benda-benda tersebut yakni morphine, heroin, codein, hashich, cocine. Dan termasuk juga narkotika sintetis yang menghasilkan zat-zat, obat-obat yang tergolong Hallucinogen, Depressant dan stimulant. Berikit ini adalah pandangan dari ahli hukum yang mengenai pengertian dari narkotika : 1.
Menurut Smith Klise dan French Clinical Staff mengatakan bahwa : “ narcotics are drugs wich produce insebility stupot duo to their depressant effect on the control nervous system. Included in yhid definition are opium derivates (morophine, codein, heroin), and synthetics opiates,(meperedine, methadone).14 Yang artinya lebih kurang sebagai berikut:
13
Undang –undang nomor 35 tahun 2009 Tentang Narkotika Hari sasangka, Narkotika dan zpsikotropikadalam Hukum Pidana, Mandar Maju, Bandung,2003,h.33 14
Universitas Sumatera Utara
Narkotika adalah zat-zat (obat) yang dapat mengakibatkan ketidaksamaan atau pembiusan dikarenakan zat-zat tersebut bekerja mempengaruhi susunan saraf sentral. Dalam defenisi Narkotika ini sudah termasuk jenis candu dan turunan turunan candu ( morphine, codein, heroin) candu sintetis ( meperidine, methadone). 2.
Sudarto dalam buku Djoko Prakoso mengatakan bahwa: Perkataan Narkotika berasal dari bahasa Yunani “Narke” yang berarti terbius sehingga tidak merasakan apa-apa. Dalam Encyclopedia Amerikana dapat di jumpai pengertian “ Narcotic” sebagai “ a drug that dulls the senses, relieves pain induces sleep and can produce addiction and
veryingdegress”
“Chemical
agen
that
sedangkan is
used
“drug”
diartikan
therapeuthically
sebagai to
trea
disaese/Morebrodly, adrug maybedelined as any chemical agen attecis living protolasm” jadi narkotika merupakan suatu bahan yang menumbuhkan rasa yang menghilangka rasa nyeri dan sebagainya.15 3.
Narkotika merupakan zat yang bisa menimbulkan pengaruhpengaruh tertentu bagi mereka yang menggunakannya dengan memasukkannya kedalam tubuh. Pengaruh tubuh tersebut berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat dan halusinasi atau khayalan-khayalan. Sifat tersebut diketauhi dan ditemui dalam dunia medis bertujuan untuk dimanfaatkan bagi
15
Djoko Prakoso, Bambang Riyadi Lany dan Mukhsin, Kejahatan-Kejahatan yang Merugikan dam Membahayakan Negara, Bina Aksara, Jakarta, 1987,h.480
Universitas Sumatera Utara
pengobatan dan kepentingan manusia, seperti dibidang pembedahan untuk menghilangkan rasa sakit.16 b.
Jenis-jenis Narkotika:17 a) Narkotika golongan I: Narkotika
yang
hanya
dapat
digunakan
untuk
tujuan
pengembangan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengkibatkan ketergantungan. Antara lain sebagai berikut : 1.
Tanaman papaver somniferum L dan bagian bagiannya termasuk buah dan jeraminya, kucuali bijinya.
2.
Opium mentah, yaitu getah yang membeku sendiri, diperoleh dari buah tanaman papaver somniferum L yang hanya mengalami pengolahan sekedar untuk pembungkus dan pengangkutan tanpa memperhatikan kadar morfinnya.
3.
Opium masak terdiri dari : 1) Candu, hasil yang di peroleh dari opium mentah melalui suatu rentanan pengolahan khusunya dengan pelarutan, pemanasan dan peragian dengan atau tanpa penambahan bahan bahan lain, dengan maksud mengubahnya menjadi suatu ekstrak yang cocok untuk pemadatan.
16
Soedjono D, Hukum Narkotika Indonesia, Penerbit Alumni, Bandung,1987, h.3
17
Undang undang nomor 35 tahun 2009 Tentang Narkotika, pasal 6 ayat (1)
Universitas Sumatera Utara
2) Jicing, sisa-sisa dan candu setelah di hisap, tanpa memperhatikan candu itu campur dengan daun atau bahan lain. 3) Jicingko, hasil yang di peroleh dari pengolahan jicing. 4.
Tanaman koka, tanaman dari semua genus Erythroxylyon dari keluarga Erythorxylacae termasuk buah dan bijinya.
5.
Daun koka, daun yang belum atau sudah dikeringkan atau dalam
bentuk
serbuk
Erythroxylyondari menghasilkan
dari
keluarga
kokain
secara
semua
tanaman
Erythroxylacae langsung
atau
genus yang melalui
perubahan kimia. 6.
Kokain mentah, semua hasil-hasil yang diperoleh dari daun koka yang dapat di olah secara langsung untuk mendapat kokain.
7.
Kokaina, metil ester-1-bensoil ekgonina.
8.
Tanaman ganja, semua tanaman genus-genus cannabis dan semua bagian dari tanaman termasuk biji, buah, jerami, hasil olahan tanaman ganja atau bagian tanaman ganja termasuk damar ganja dan hasis.
b)
Narkotika golongan II: Narkotika yang berhasiat pengobatan, digunakan sebagai pilihan terkahir dan dapat digunakan dalam terapi dan atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan serta mepunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Antara lain seperti:
Universitas Sumatera Utara
1.
Alfasetilmetadol.
2.
Alfameprodina.
3.
Alfametadol.
4.
Alfaprodina.
5.
Alfentanil.
6.
Allilprodina.
7.
Anileredina.
8.
Asetilmetadol.
9.
Benzetidin.
10. Benzilmorfina. 11. Morfina -N- okside. 12. Morfin
metrobomida
dan
turunan
morfina
nitrogen
pentafalent lainnya termasuk bagian turun morfina-Noksida, salah satunya kodeina-N-oksida oksida, dan lainlain. c) Narkotika golongan III: Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan alam terpai dan atau untuk tujuan pengembengan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Antara lain seperti: 1.
Asetildihidrokodeina.
2.
Dekstroprokpoksifena : a-(+)-4-dimetilamino-1,2-difenil3metil-2butanolpropionat.
Universitas Sumatera Utara
3.
Dihidrokodeina.
4.
Etilmorfina: 3-etil morfina.
5.
Kodeina : 3-etil morfina.
6.
Nikodikodina : 6- nikotinilkodeina.
7.
Nikokodina : 6- nikotinilkodeina.
8.
Norkodeina : N-demetilkodeina.
9.
Polkodina : Morfoliniletilmorfina.
10. Propiram:N-(1-metil-2-piperidinoetil)-N-2piridilpropionamida. 11. Bruprenorfina :
21-siklopropil-7-a-[(S)-1-hidroksi-1,2,2-
trimetilpropil]-6,14-endo-etano-6,7,8,14tetrahidrooripavina. 12. Garam-garam dari Narkotika dalam golongan tersebut di atas. 13. Campuran atau sediaan difenoksin dengan bahan lain bukan narkotika. 2. Penyalahgunaan pemakaian narkotika. Penyalahgunaan narkotika adalah merupakan suatu tindak kejahatan dan pelanggaran yang mengancam keselamatan, baik fisik maupun jiwa si pemakai dan juga terhadap masyarakat di sekitar secara sosial. Yang bersifat pribadi di bedakan menjadi dua sifat, yaitu secara umum dan secara khusus.
Universitas Sumatera Utara
Secara umum, pemyalahan gunaan narkotika dapat menimbulkan gejala gejala sebagai berikut :18 1. Euphoria ; suatu rangsangan kegembiraan yang tidak sesuai dengan kenyataan dan kondisi badan si pemakai ( biasanya efek ini masih dalam penggunaan narkotika dalam dosis yang tidak begitu banyak. 2. Dellirium ; suatu keadaan dimana pemakai narkotika mengalami menurunnya kesadaran dan timbulnya kegelisahan yang dapat menimbulkan gangguan terhadap gerakan anggota tubuh si pemakai (biasanya pemakai dosis lebih banyak daripada euphoria). 3. Halusinasi ; suatu keadaan dimana si pemakai narkotika mengalami khayalan seperti melihat, mendengar yang tidak ada pada kenyataan. 4. Weaknes ; kelemahan yang di alami fisik atau psychis atau keduaduanya. 5. Drowsiness ; kesadaran merosot seperti orang mabok, kacau ingatan, mengantuk. 6. Coma ; keadaan si pemakai narkotika sampai pada puncak kemerosotan yang akhirnya dapat membawa kematian. Dalam kehidupan sehari-hari, beberapa jenis narkotika yang sering di salahgunakan adalah: 1.
Candu. Candu atau opium merupakan sumber utama dari narkotika alam. Berbagai narkotika berasal dari alkoloida candu, misalnya morphine, heroine. Berasal dari tanaman Papaver Somniferum L dan dari keluarga 18
Moh . Taufik Makaro, dkk, Tindak Pidana Narkotika ,Penerbit Ghalia indonesia, Jakarta, 2005, h.49
Universitas Sumatera Utara
Papaveraceae. Nama Papaver Somniferum merupakan sebutan yang diberikan oleh Linnaeus pada tahun 1753. Selain disebut Papaver somniferum juga disebut dengan Papaver Nigrum dan Pavot Somnifere.19 Tanaman candu berasal dari Timur Tengah, Yunani, Romawi Kuno. Orang Mesir, Yunani dan Eropa mengenal candu untuk bersenangsenang dan sebagai obat penghilang nyeri. Selain itu, candu juga termasuk jenis depresants yang mempunyai pengaruh hypnotics dan tranglizers. Depresants yaitu merangsan sistem parasimpatis, dalam dunia kedokteran dipakai sebagai pembunuh rasa sakit yang kuat. Bagian yang dapat di pergunakan dari tanaman ini adalah getahnya yang di ambil dari buahnya. Ciri-ciri dan tumbuhan Papaver Somniverum ini antara lain: a.
Termasuk golongan tumbuhan semak (perdu).
b.
Warna daun hijau tua (keperak-perakan).
c.
Lebar daun 5-10 cm dan panjang 10-25 cm.
d.
Permukaan daun tidak rata melainkan berlekuk-lekuk.
e.
Buahnya berbentuk tabuh gong.
f.
Pada tiap tangkai hanya terdapat 1 (satu) buah saja yang berbentuk buah polong bulat sebesar buah jeruk, pada ujungnya mendatar dan terdapat gerigi-gerigi. Jenis jenis candu
Candu dapat di bedakan atas: a.
Candu mentah (raw opium).
19
Hari Sasangka, Narkotika dan Psikotropika dalam Hukum Pidana, Penerbit CV. Mandar Maju ,Bandung, 2003, h. 35
Universitas Sumatera Utara
b.
Candu masak (crude opium), yaitu candu mentah yang belum selesai di masak.
c.
Candu yang khusus untuk di rokok ( smoking opium).
Dalam perdagangan gelap, candu biasanya dipasarkan dalam bentuk:20 a.
Candu mentah (raw opium).
b.
Candu masak ( processed opium ).
c.
Basis morphine ( morphine base).
d.
Garam morphine (morphine salt).
e.
Heroin mentah (crude heroin).
f.
Heroin nomer 3 (purple heroin).
g.
Heroin nomer 4 (white heroin).
2. Morphine Morphine adalah nama yang diberikan oleh Sertuner (tahun 1803) berasal dari kata morpheus yang merupakan dewa mimpi dalam masyarakat Yunani. Morphine terdapat pada candu mentah, diperoleh dengan jalan mengolah secara kimia. Dalam penjualan farmasi bahan morphine di campur dengan bahan lain, misalnya tepung gula, tepung kina, dan tablet APC yang di haluskan. Khasiat morphine adalah analgetik (penghilang rasa sakit ) yang sangat kuat, menurunkan rasa kesadaran, menghambat pernafasan, menghulngkan refleks batuk
menimbulkan rasa nyaman, yang
20
Ibid, hal.38
Universitas Sumatera Utara
kesemuanya berdasarkan penekanan Susunan Syarat Pusat, misalnya pada oprasi bedah atau pengobatan luka bakar. Penyalah gunaan morphine dilakukan dengan:21 a.
Dicampur dengan tembakau, kemudian dihisap seperti rokok.
b.
Dengan jalan diminum.
c.
Disuntikan pada lengan bagian bawah sebelah dalam, atau pada vena penis bagi pemakai laki-laki. Digosokkan pada goresan silet pada bagian bawah lengan bagian dalam.
d.
Pemakaian morphine akan mempengaruhi aktifitas pada: a.
Otak dan susunan syaraf pusat.
b.
Jalannya darah (urat nadi) dan jantung.
Bahaya –bahaya yang timbul setelah penyalahgunaan morphine tehadap si pemakai:22 a. Otak dan syarat bekerja keras karena diforsir secara tidak wajar. b. Pengotoran pada darah dan akan memaksakan jantung bekerja keras. c. Pernapasan dan denyut jantung bertambah cepat. d. Penggunaan dengan over dosis atau karena morphine palsu dapat mengakibatkan pingsan dan kematian. e. Timbulnya ketergantungan secara jasmani dan rohani. f. Timbulnya kecanduan dan ketagihan. g. Timbulnya keadan yang serius karena putus obat.
21
Ibid , h.42 Dikutip dari, M. Ridha Ma‟roef, Narkotika Masalah Dan Bahayanya, CV Marga Djaja, 1976, h. 36 22
Universitas Sumatera Utara
3.
Heroin Heroin atau diasetilmorfin atau sering juga disebut putau adalah obat resmi sintetik yang dihasilkan dari reaksi kimia antar morphine dengan asetal anhidrat. Berasal dari tumbuhan Papaver somniverum. Rumus kimianya C12 H23 N5 . Nama Hero dari bahasa Jerman “heroic” yang artinya pahlawan. Pertama kali ditemukan dicoba untuk penekanan dan melegakan batuk (antitusif), dan penghilang rasa sakit (analgesik), menekan aktifitas depresi sistem saraf, melegakan nafas dan jantung. Heroin juga membesarkan pembuluh darah dan memberikan kehatan serta melancarkan pencernaan.23 Penyalah gunaan heroin dapat menimbulkan ketergantungan dan mempunyai efek lebih kuat serta halusinasinya lebih tinggi dari pada morfin. Heroin digunakan dengan cara dilarutkan dengan air, disaring dengan kapas dan di suntikkan ke intervena (lewat pembuluh darah) atau subkutan (lewat bawah kulit). Cara lain adalah dengan dihisap atau di sedot, atau dengan shassing (serbuk diletakkan dalam aluminium foil dan di panaskan bagian bawahnya, uapnya dialirkan lewat sebuah lubang dari kertas rol atau pipa dan di hirup lewat hidung kemudian lewat paru-paru). Cara ini juga disebut mengejar naga. Kelebihan dosis yang digunakan dalam chassing dapat menimbulkan abses paru-paru. Akibat pemakaian heroin selain ketergantungan fisik dan psikis seperti narkotik pada umumnya dapat menyebabkan euforia, badan terasa
23
Hari Sasangka, Op.cit, h.45
Universitas Sumatera Utara
sakit, mual dan muntah, mosisi dan mengantuk, konstipasi, kejang saluran empudu, sukar buang air kecil, kegagalan pernapasan bila kelebihan dosis menimbulkan kematian. Karena sifatnya lebih lipofil daripada morphine, maka heroin lebih cepat menembus syaraf dibanding morphine. Oleh karena itu sebenarnya akibat-akibat yang di derita oleh pecandu heroin sama dengan pecandu morphine. Dalam tubuh sebenarnya heroin akan diubah menjadi morphine. Dalam jangka panjang mereka juga menjadi kehilangan dorongan nafsu seksual sampai impoten atau ada gangguan haid dan kesuburan bagi wanita. Setelah itu pemakaian akan mengakibatkan sulit konsentrasi. 4. Ganja. Ganja berasal dari tanaman cannabis yang mempunyai variates cannbis sativa, cannbis indica dan cannabis Americana. Tanaman tersebut termasuk keluarga Urticaceae atau keluarga moraceae. Ganja terbagi atas dua jenis, yaitu : a.
Ganja jenis jantan, dimana ganja jenis ini kurang bermanfat, yang di ambil hanya seratnya saja untuk pembuatan tali.
b.
Ganja jenis betina, jenis ini dapat berbunga dan berbuah, biasanya digunakan untuk pembuata rookok ganja.
Selain itu, terdapat bebrapa variasi tentang ganja, yaitu : a.
Minyak ganja.
b.
Damar atau getah ganja yang disebut dengan hashis yang diperoleh dengan melalui proses penyulingan.
Universitas Sumatera Utara
Budha stick atau thai stick.24
c.
Sifat farmatologi dari ganja: a.
Meredakan susunan syaraf pusat (SPP), sama seperti barbital.
b.
Terhadap jantung : pada permulaan tachycardia, setelah penggunaan lama justru bradycardia dengan penurunan tekanan darah.
c.
Terhadap mata : penurunan tekanan dalam bola mata dan pelebaran pembuluh-pembuluh konjingvita.
d.
Terhadap peredaran zat : mengakibatkan nafsu makan terutama makanan-makan
manis.
Di
Aceh
daerah
yang
banyak
menghasilkan tanaman ganja, dulu ganja yang baru di petik, dipegunakan untuk campuran gulai atau sayuran serprti menggunakan
daun
salam
di
Jawa.
Hal
tersebut
akan
menyebabkan nafsu makan bertambah, susana jadi meriah diliputi rasa gembira, banyak tertawa-tawa, banyak bicara dan tidak mengantuk. Biasanya keadan ini di persiapkan jika akan bergadang. Efek positif yang lain dari penggunaan ganja adalah:
24
a.
Mengatasi mual pada penggunaan obat anti kanker.
b.
Menurunkan tekanan intra okuler pada penderita glaukoma.
c.
Melemaskan otot.
Moh. Taufik Makaro, dkk, Op.cit, h.25
Universitas Sumatera Utara
Namun efek positif tersebut harus dibayar dengan gangguan kejiwaan, yakni tergangunya aktifitas normal. Efek penggunaan ganja terhadap tubuh manusia, telah banyak ditulis oleh ahli. Efek tersebut lebih banyak buruknya daripada baiknya. Penggunaan ganja sendiri lebih banyak untuk tujuan yang salah dari pada penggunaan untuk pengobatan. Efek pengunaan ganja menurut Franz Begel meliputi efek fisik dan psikis.25 Efek pemakaian ganja secara fisik adalah : a. Timbulnya ataxia yaitu hilangnya koordinasi kerja otot dengan syaraf sentral. b. Hilang atau kurangnya kedipan mata. c. Gerak refleks tertekan. d. Menyebabkan kadar gula darah turun naik. e. Nafsu makan bertambah. f. Mata menyala dan merah. Sedangkan efek pemakaian ganja secara psikis adalah: a. Timbulnya sensasi psikis. b. Gembira, tertawa tanpa sebab. c. Lalai, malas. d. Senang dan banyak bicara. e. Terganggunya daya sensai dan presepsi, khususnya terhadap ruang dan waktu. f. Lemahnya daya pikir dan daya ingatan.
25
M. Ridha Ma‟roef, Op.cit, h.22
Universitas Sumatera Utara
g. Cemas dan sensitif. h. Bicaranya ngelantur. Menurut Nyowito Hamdani, pemakaian ganja memberi rasa: a. Euforia, perasaan senang dan nyaman, perasaan nyeri hilang. b. Perasaan fly, perasaan terasa mengambang. c. Kehilangan pengertian akan waktu dan ruang. d. Halusinasi penglihatan.26 Selain efek-efek tersebut, ada efek kejiwan yang lain, yakni: a. Menimbulkan rasa kelegaan disertai sikap melamun. b. Membawa perubahan dalam kesadaran waktu. c. Membawa perubahan dalam presepsi visual dan auditif (tak nyambung).27 Bahaya lain yaitu tidak adanaya susunan yang tetap pada bahan ini, sehingga si pemakai tidak dapat mengetahuin berapa banyak ganja yag telah diisapnya. Sementara dosis penggunaan yang berlebihan dapat menimbulkan akibat yang parah. Bahaya pemakaian ganja secara sosial ada amotivational symdrome yaitu: a. Menarik diri aktifitas sosial. b. Perhatian terhadap sekolah, pekerjaan dan pencapaian tujuan menurun.
26
Njowito Hamdani, Ilmu kedokteran kehakiman, PT Gramedia Pustaka, Jakarta, 1992,
h.232 27
Hari Sasangka, Op.cit, h.55
Universitas Sumatera Utara
5. Cocain Cocain bersal dari tumbuh-tumbuhan yang disebut erythroxlyon coca. Untuk memperoleh cocaine yaitu dengan memetik daun coca, lalu di keringakan dan diolah di pabrik dengan menggunakan bahan kimia. Serbuk cocaine berwarna putih, rasanya pahit dan lama-lama serbuk tadi menjadi basah. Ciri-ciri cocaine antara lain: a.
Termasuk golongan tanaman perdu atau belukar.
b.
Tumbuh sangat tinggi kira-kira 2 (dua) meter.
c.
Tidak berduri, tidak bertangkai, berhelai daun satu, tumbuh satu-satu pada cabang atau tangkai.
d.
Buahnya berbentuk lonjong berwana kuning-merah atau merah saja apabila sudah masak.
Berbeda dengan candu, morphine atau heroin yang merupakan narkotika yang bersiafat menenangkan, maka cocain merupakan narkotika yang mempunyai sifat obat perangsang seperti turunan amfetamin (golongan psikotropika). Cocain bekerja memacu jantung, meningkatkan tekanan darah dan suhu badan disamping menghambat persaan lapar seperti dalam amfetamin, cocain juga menghasilkan rasa nyaman, ketajaman mental dan menambah kekuatan fisik. Cara penyalahgunaan cocain adalah dengan:28 a.
Suntikan intervena atau subtukan (dibawah kulit).
28
Ibid ,h.58
Universitas Sumatera Utara
b.
Mebuat garis serbuk cocain dihirup dengan hidung (disebut sniff) menggunakan sebua pipa kecil. Dengan cara ini cocain bercampur dengan darah melalui membran tipis yang ada dalam hidung. Cara ini dapat mengakibatkan sekat rongga hidung berlubang.
c.
Apabila penggunaan cocain dicampur dengan heroin dan di larutkan kemudian
disuntikkan,
maka
cara
menggunakan
dengan
mengkobinasikan tersebut dengan “ Speed Ball”. Ini merupakan kebiasaan pecandu heroin. d.
Daun coca dikunyah, kemudian di telan airnya.
e.
Cocain di larutkan kemudian diminum.
f.
Bahan dasar cocain (cocain base) dipakai dengan jalan rokok. Efek pemakaian cocain yang paling penting yaitu menghambat hantaran
syaraf, bila dipakai secara lokal, yakni sebagai anaestasi/pemati rasa. Efek sistematikanya yang paling mencolok yaitu rangsangan Susunan Syaraf Pusat (SPP). a.
Efek anaestasi lokal. Efek lokal cocain yang terpenting yaitu kemampuan untuk memblokade kodisi syaraf. Atas dasar efek ini, pada suatu masa cocain pernah digunakan secara luas, untuk tindakan dibidang optalmologi (ilmu penyakit mata). Tetapi cocain ini dapat mengakibatkan terlepasnya epitel kornea. Atas dasar ini, dengan adanya kemungkinan penyalahgunaan obat maka penggunaan cocain sekarang sangat dibatasi untuk pemakai topikal. Khususnyauntuk anestesi saluran nafas atas. b. Efek terhadap susunan syaraf pusat.
Universitas Sumatera Utara
Cocaon adala perangsang selebral cortex (kulit otak) yang sangat kuat pada manusia yang menyebabkan : 1.
Banyak bicara.
2.
Gelisah.
3.
Euforia.
4.
Kekuatan mental bertambah.
5.
Kapasitas kerja otot meningkat, karena kemungkinan disebabkan berkurangnya rasa lelah.
c. Efek terhadap jantung. Efek terhadap jantung adalah sebagai berikut: 1. Cocain dalam dosis kecil memperlambat denyut jantung. 2. Cocain dalam dosis sedang membuat denyut jatung bertambah. 3. Cocain dalam dosis besar menyebabkan kematian mendadak karena payah jantung sebagai akibat efek toxis (racun) pada otot jantung. d. Efek terhadap suhu badan Cocain mempunyai daya pirogen kuat, kenaikan suhu badan disebabkan oleh tiga faktor, yaitu: 1. Penambahan aktifitas otot akan meninggikan produksi panas. 2. Vasokontruksi menyebabkan berkurangan kehilangan panas. 3. Efek langsung pada pusat pengatur suhu pada keracunan cocain dapat terjadi pireksia.29 Jadi jika disimpulkan, efek penggunaan cocain adalah:
29
Ibid, h.60
Universitas Sumatera Utara
1. Euforia. 2. Suka bercakap-cakap. 3. Aktifitas motorik meningkat. 4. Mencegah kelelahan. 5. Perilaku steriotip (berulang-ulang). 6. Bertambah cepat denyut nadi dan pernafasan. 7. Bertambahnya aktifnya kerja mental. Bilamana cocain dipakai sebagai obat perangsang secara kronis, maka timbul hal-hal sebagai berikut: 1. Halusinasi. 2. Tidak bisa tidur (insomnia). 3. Tidak bergairah untuk bekerja. 4. Bekerja dan berpikr tanpa tujuan. 5. Tidak ada nafsu makan. 6. Tidak punya ambisi, kemauan dan perhatian. Akibat keracunan cocain ada dua macam yaitu:30 1. Keracuna yang ditandai dengan pingsan (collapse). Hal ini terjadi pada orang yang mempergunakan cocain dalam dosis kecil secara ceroboh atau serampangan. Kelainan yang timbul adalah muka pucat, kepala pusing, mual mau muntah, mabuk, denyut nadi bertambah dan hilang kesimbangan.
30
M. Ridha Ma‟roef, Op.cit, hal.41
Universitas Sumatera Utara
2. Keracunan pada pusat susunan syarag yang ditandai dengan: a.
Pikiran kacau, mata gelap (delirium).
b.
Gerak reflek bertambah.
c.
Kejang-kejang (convultions).
d.
Tingkah laku kasar (maniac behavior). Pemakaian cocain akan menyebab kan seorang pecandu:
1. Toleransi. 2. Ketergantungan psikis dan fisik. 3. Sindroma putus obat yang di tandai: a.
Disporia (lawan euforia).
b.
Depresi.
c.
Rasa mengantuk yang hebat.
d.
Kelelahan. Disamping berpengaruh terhadap individu (si pemakai) sendiri,
pemakaian narkotika juga berpengaruh pula bagi masyarakat luas, akibat-akibat adanya pemakaian narkoba antara lain:31 1. Meningkatnya kriminalitas atau gangguan Kamtibmas. 2. Menyebabkan timbulnya kekerasan baik terhadap perorangan atau antar kelompok. 3. Timbulnya usaha-usaha yang bersifat dalam masyarakat, misalnya pasar gelap narkotika, dan sebagainya. 4. Banyak kecelakaan lalu lintas.
31
Hari Sasangka, Op.cit, h.25
Universitas Sumatera Utara
5. Menyebarkan penyakit tertentu lewat jarum suntik yang dipakai pecandu. Misalnya Hepatitis B, Hepatitis C dan HIV/AIDS. 6. Dan lain-lain berbentuk keabnormalan.
B.
Peraturan internasioanal mengenai kejahatan narkotika. Kebijakan global terkait perlawanan terhadap kejahatan narkotika dimulai
dengan adanya Konvensi Opium di Den Haag Belanda tahun 1912. Konvensi ini dilatarbelakangi adanya perdebatan yang melibatkan Belanda dan Amerika. Pihak Amerika bersama beberapa negara Eropa lainnya menentang keras legalisasi penjualan Opium untuk pembiayaan Perang Dunia I. Sementara Belanda menganggap Opium masih diperlukan sebagai sumber pembiayaan Perang Dunia I tanpa memperhatikan aspek kesehatan. Akhirnya, pada tanggal 23 Januari 1912 digelar Konvensi Opium Internasional di Den Haag Belanda. Dalam Konvensi ini Belanda menyatakan bahwa “Jika Anda tidak bisa mengalahkan, maka bergabunglah”. Hal ini didasari atas kenyataan bahwa finansial sangat berperan penting dalam Perang Dunia I. Sejarah mencatat bahwa hasil penjualan Opium merupakan bisnis besar yang dijual pada kedua kubu yang saling bertikai selama Perang Dunia I. Konvensi ini ditanda tangani 12 Negara yang melakukan pengaturan penjualan terhadap 4 (empat) jenis narkotika, yaitu: Opium, Heroin, Morfin, dan Kokain, dan tidak melarangnya. Dalam aturan tersebut juga tidak mencantumkan pengaturan narkotika sintetis. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi kepentingan ekonomi Belanda yang bekerja sama dengan industri farmasi Jerman. Sejak adanya Konvensi ini, Amerika dan Belanda selalu saling bertentangan.
Universitas Sumatera Utara
Pelarangan mengkonsumsi narkotika dimulai sejak dikeluarkannya Single Convention Narcotics 1961. Amerika mempelopori kebijakan pelarangan tegas penyalahgunaan narkotika. Konvensi ini memaksa setiap negara anggota mengkriminalisasikan pelaku tindak penyalahgunaan narkotika. Dalam sidang PBB di New York 30 Maret 1961 dikeluarkan Single Convention Narcotic Drugs 1961 yang menghasilkan daftar narkotika yang termasuk dalam pengawasan Internasional (Schedule 1961). Setiap Negara anggota harus melaporkan penggunaan bahan-bahan narkotika tersebut secara berkala kepada International Narcotics Control Board (INCB). Dalam konvensi tersebut mengelompokkan narkotika menjadi 4 (empat) daftar golongan. Sementara tentang perawatan penyalah guna narkotika belum diatur. Sebab pada periode ini baru saja dimulai pelarangan keras terhadap penyalahgunaan narkotika yang dipelopori Amerika dan beberapa negara Eropa lainnya. Pada
tanggal
21
Februari
1971
dalam
Single
Convention
on
Psychotrophics Substance Vienna Tahun 1971 pembahasan akan arti penting rehabilitasi mulai dilakukan. Dalam konvensi tersebut mulai mempelopori kebijakan pelarangan penyalahgunaan psikotropika yang menghasilkan daftar psikotropika ke dalam 4 (empat) golongan yang masuk dalam pengawasan internasional (Schedule 1971). Dalam konvensi ini mulai muncul pengecualian hukuman terhadap penyalah guna psikotropika, yakni mengganti hukuman penjara menjadi perawatan, pendidikan, after-care maupun re-integrasi sosial. Pada tahun 1972 dilakukan amandemen terhadap The Single Convention Narcotic Drugs 1961 Geneva dengan Protokol 1972. Protokol tersebut ditandatangani pada tanggal 25 Maret 1972 yang menekankan perlunya perawatan
Universitas Sumatera Utara
dan rehabilitasi terhadap pecandu narkotika. Protokol tersebut juga menambahkan poin mengenai perawatan, pendidikan, after-care maupun re-integrasi sosial sebagai pengganti hukuman terhadap pecandu Narkotika. Pada tanggal 19 Desember 1988, pada United Nations Convention Against Illicit Traffic in Narcotic Drugs and Psychotropic Substances 1988 Vienna dibahas mengenai perlawanan keras terhadap peredaran gelap narkotika dan psikotropika. Konvensi tersebut menekankan langkah-langkah menyeluruh dalam melawan peredaran gelap narkotika yang dilakukan oleh organisasi kriminal termasuk pencucian uangnya serta pengawasan bahan prekursor. Konvensi ini juga menyediakan dasar hukum ekstradisi untuk kasus yang berkaitan dengan narkotika bagi negara yang belum memiliki perjanjian ekstradisi dan menekankan bagi negara anggota untuk saling memberikan bantuan hukum satu sama lainnya dalam memenuhi permintaan yang bertujuan untuk pencarian, penyitaan, maupun pelayanan dokumen yuridis. Konvensi tersebut juga menekankan perawatan, pendidikan, after care serta re-integrasi sosial sebagai pengganti hukuman terhadap penyalah guna dan mengelompokan prekursor ke dalam 2 (dua) daftar golongan. Pada tahun 1988, dalam sesi khusus sidang majelis umum PBB dikeluarkanlah Political Declaration On Countering The World Drug Problem 1998 mengenai asas- asas demand reduction narkotika serta langkah-langkah peningkatan
kerjasama
internasional
untuk
menanggulangi
permasalahan
peredaran gelap narkotika dunia. Pada tanggal 8-10 Juni 1998, sesi spesial Majelis Umum dalam rangka mengatasi permasalahan narkotika di dunia menghasilkan
Universitas Sumatera Utara
sebuah deklarasi politik yang menekankan mengatasi permasalahan narkotika yang terjadi secara global. Salah satu aksi yang dihasilkan dalam deklarasi ini memfokuskan pentingnya demand reduction yakni program-program pencegahan yang ditujukan kepada kelompok beresiko seperti anak-anak muda. Deklarasi ini juga menekankan kepada Pemerintah untuk menyediakan perawatan, pendidikan, after care dan re- integrasi sosial sebagai pengganti hukuman dalam rangka mendorong Penyalah guna Narkotika supaya dapat kembali normal dalam lingkungan sosialnya. Pada sidang Commission on Narcotic Drugs (CND) di Wina pada tanggal 11-12 Maret 2009 menghasilkan Political Declaration and Plan of Action of 2009 yang memuat deklarasi politik dan rencana aksi mengenai kerjasama internasional dalam rangka strategi yang seimbang dan menyeluruh untuk mengatasi permasalahan narkotika di dunia. Deklarasi politik ini mendasari adanya keseimbangan langkah demand reduction dan supply reduction. Keseimbangan langkah inilah yang dijadikan dasar oleh Negara-negara peserta sidang dalam mengatasi permasalahan narkotika dengan penekanan akan pentingnya upaya pencegahan dan perawatan terhadap penyalah guna narkotika.32
C. Peran ASEAN dalam pencegahan narkotika di kawasan Asia Tenggara Arus globalisasi dan dampak dari krisis dunia telah menyebabkan peningkatan aksi-aksi kejahatan yang melintas batas suatu negara (transnational 32
https://anangiskandar.wordpress.com/2015/02/08/kebijakan-global-melawan-kejahatannarkotika/ di akses pada tanggal 8 Februari 2015
Universitas Sumatera Utara
crime).Kawasan Asia Tenggara telah menjadi salah satu kawasan yang berpotensi dijadikan kawasan jaringan kejahatan internasional. Dibukanya pasar bebas Asia Tenggara (AFTA) tahun 2003 merupakan salah satu celah yang telah dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan transnasional untuk mengembangkan pengaruhnya.Selain itu, negara-negara dikawasan Asia Tenggara cenderung memiliki institusi dan lembaga pemerintahan yang lemah serta korup. Hal ini menjadi faktor pendorong peningkatan kejahatan transnasional. Salah satu dari kejahatan internasional adalah perdagangan narkotika ilegal. Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang tingkat kejahatan transnasionalnya relatif tinggi khususnya perdagangan narkotika. Hal ini disebabkan karena kejahatan transnasional marak terjadi di kawasan dimana negara negaranya diatur oleh pemerintahan yang korup dan lembaga pemerintahan yang lemah. Faktor tersebut merupakan latar belakang tingginya tingkat kejahatan transnasional khususnya peredaran narkotika di Asia Tenggara. Menurut WHO (1982) narkoba (narkotika dan obat atau bahan berbahaya) adalah semua zat padat, cair maupun gas yang dimasukkan kedalam tubuh dapat merubah fungsi dan struktur tubuh secara fisik maupun psikis termasuk makanan, air dan oksigen dimana dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi tubuh normal33. Contohnya seperti opioda (morfin, heroin), kokain, ganja, dan alkohol yang mana memiliki efek dapat merubah fungsi berpikir, perasaan dan perilaku orang yang memakainya namun sayang seringkali zat yang seharusnya berfungsi sebagai obat malah disalahgunakan dengan cara dipakai dalam dosis yang kecil maupun besar untuk dinikmati efeknya, penyalahgunaan ini dapat menyebabkan ketergantungan. 33
http://66.102.9.132/search?q=cache:vYHFvHrq8_UJ:www.banyumaskab.go.id/bmskita/ data%2520umum/Deskripsi%2520Narkoba.ppt+narkoba&cd=18&hl=id&ct=clnk&gl=id diakses pada 5 januari 2015
Universitas Sumatera Utara
Kejahatan
perdagangan
narkotika
memiliki
ciri-ciri:
terorganisir
(organized crime), berupa sindikat, terdapat suatu dukungan dana yang besar serta peredarannya memanfaatkan teknologi canggih. Modus peredaran gelap narkotika internasional selalu melibatkan warga negara asing dan berdampak terhadap teritorial dua negara atau lebih serta selalu didahului persiapan atau perencanaan yang dilakukan diluar batas teritorial negara tertentu. Semakin canggih teknologi telah
dimanfaatkan
oleh
pelaku
perdagangan
narkotika
ilegal
untuk
menyelundupkan narkotika illegal dari suatu negara ke negara lain seperti penggunaan kapal selam dan pesawat terbang. Adapun modus lain dari pengedar narkotika adalah menggunakan wanita sebagai kurir. Penggunaan wanita sebagai kurir narkotika dianggap sebagai cara aman dan tidak dicurigai oleh pihak keamanan suatu negara. Berkaitan dengan perdagangan narkotika ilegal ada tiga elemen penting didalamnya yaitu daerah yang menjadi pemasok, orang atau organisasi yang mendistribusikan narkotika serta pengguna atau pemakai narkotika. Dengan jumlah penduduk Asia Tenggara yang hampir 500 juta jiwa, menjadikan wilayah ini bukan saja sebagai produksi terbesar obat-obatan berbahaya, namun juga sebagai pasar yang cukup potensial bagi para produsen dan pengedar narkotika. Perdagangan narkotika ilegal tidak terlepas dari Asia Tenggara merupakan salah satu penghasil obat-obatan terlarang terbesar didunia setelah “Bulan Sabit Emas” (Afganistan, India, Pakistan) dan Colombia. Sebutan “Segitiga Emas” atau The Golden Triangle yang merupakan daerah perbatasan Thailand, Myanmar dan Laos merupakan penghasil 60 persen produksi Opium dan Heroin di dunia. Jaringan Golden Triangle yang beroperasi di Myanmar,
Universitas Sumatera Utara
Burma, Thailand, Amerika Selatan dengan pusatnya Bangkok, Thailand, memiliki keterlibatan dengan kelompok jaringan internasional Golden Crescent yang beroperasi di Iran, Pakistan dan Afghanistan dengan pusatnya di Pakistan
34
.
Perdagangan narkotika tidak lepas dari peranan kelompok sindikat perdagangan narkotika internasional yang berperan sebagai drug dealer dalam menyelundupkan narkotika ke kawasan Asia Tenggara. Munculnya berbagai masalah dan hambatan yang ditimbulkan oleh penyalahgunaan dan perdagangan narkotika ilegal ini membuat keberadaan suatu organisasi yang dapat menanggulangi masalah tersebut dirasakan sangat perlu. Kerjasama antar negara dalam pemberantasan peredaran gelap narkotika harus dikembangkan karena tidak mungkin suatu negara dapat memberantas peredaran gelap narkotika berdimensi internasional. Dalam hal ini mengenai perjalanan perdagangan narkotika Asia Tenggara dinilai cukup tinggi hal ini dibuktikan dengan adanya Golden Triangle atau segitiga emas negara pusat produksi, penyelundupan dan perdagangan narkotika terbesar di Asia Tenggara. Golden Triangle beranggotakan Thailand, Myanmar dan Laos dimana Myanmar sebagai salah satu opium terbesar di dunia sementara Laos sebagai negara penghasil opium terbesar kedua dan Thailand mendominasi produksi narkotika jenis ekstasi, sabu sabu dan narkotika cair lainnya di Asia Tenggara. Fakta inilah yang menjadi faktor utama mengapa Thailand pernah menjadi negara dengan tingkat pengguna narkotika tertinggi di dunia, sementara Phnom Penh Kamboja merupakan pusat money laundering (pencucian uang) dari hasil keuntungan penjualan narkotika dan kejahatan transnasional lainnya seperti 34
www.tempo.co.id. kelompok jaringan internasiona narkotika. Di akses pada tanggal 20
juni 2010
Universitas Sumatera Utara
penyelundupan senjata ilegal, perdagangan manusia, cyber crime, dan lain sebagainya . Myanmar merupakan poin penting dalam Golden Triangle karena Myanmar bertugas sebagai distributor opium ke seluruh dunia, Myanmar bukan lagi sebagai negara transit dari narkotika namun sebagai negara pembuat narkotika nomor satu. Selama ratusan tahun, provinsi Shan dari Myanmar yang sebelah timurnya berbatasan dengan Cina, sebelah baratnya berbatasan dengan Thailand dimana kota Maesai berada menjadi tempat ladang opium yang paling utama karena selain tanah dan iklimnya cocok, lokasinya juga strategis karena terisolir. Berbeda dengan Kolombia atau kawasan Amerika Latin lainnya yang lebih didominasi oleh peredaran dan perdagangan kokain, Asia Tenggara merupakan kawasan pusat produksi heroin, opium dan sejenisnya yang merupakan olahan dari tanaman opium poppy. Di kawasan The Golden Triangle, heroine di distribusikan ke Thailand melalui rute khusus perdagangan gelap narkoba.Narkotika lainnya masuk ke provinsi Yunnan-Cina dan tujuan akhirnya adalah Guangdong, Hongkong dan Macau. Disamping itu Ho Chi Minh City, Manila dan Phnom Penh juga menjadi komponen penting dalam hal distribusi drugs ke pasar internasional, karena tujuan distribusi yang berbeda membuat narkotika tersebut harus melewati tempat atau negara transit untuk memberika supply terhadap pasar domestik dan pasar internasional. Peredaran Narkotika tidak hanya terjadi sebatas pada negara anggota Golden Triangle saja namun di tiap tiap negara Asia Tenggara pasti menghadapi masalah
yang
sama
seperti
di
negara
Brunei
Darussalam
terdapat
methampetamine kristal, cannabis (ganja) dan ekstasi menjadi fokus pemerintahan
Universitas Sumatera Utara
karena penggunaannya yang meningkat drastis. Sementara itu di Kamboja di dominasi oleh methamphetamine pil, kristal dan juga bubuk. Di Indonesia sendiri merupakan negara penghasil ganja (cannabis/marijuana) terbesar terutama di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dimana disana banyak terbentang ladang ganja dan ditunjang dengan iklim dan kondisi tanah disana yang membuat tanaman ini tumbuh subur tanpa metode pertanian, selain ganja di Indonesia juga terdapat heroin, ekstasi dan sabu sabu. Laos sebagai anggota dari Golden Triangle memiliki empat jenis narkotika yang beredar disana antara lain adalah heroin, cannabis (ganja), opium, methampethamine pils. Malaysia jenis narkotikanya sangat variatif antara lain heroin, morfin, cannabis, opium ekstasi meskipun bervariasi jenis narkotika yang masuk tapi Malaysia berhasil melakukan penanggulangan permasalahan yang ada. Myanmar juga sebagai anggota dari Golden Triangle sudah jelas bahwa merupakan negara sebagai penghasil dan pengedar heroin terbesar karena disana terdapat ladang opium yang merupakan bahan dasar dari heroin. Di Filipina narkotika yang mendapat perhatian pemerintah adalah sabu sabu dan cannabis, di Singapura juga bervariasi jenis narkotika yang masuk tetapi karena kondisi geografis Singapura yang relatif kecil membuat pemerintah mampu mengatasi penanganan produksi dan penggunaan narkotika dengan efektif. Sementara itu di Thailand yang juga merupakan negara anggota dari Golden Triangle yang juga menjadi negara transit narkotika ke pasar internasional, jenis narkotika yang banyak disini adalah ya‟ba.Dan Vietnam juga merupakan negara yang sukses menanggulangi peredaran narkotika di negaranya dan jenis narkotika yang sempat beredar disana adalah heroin.
Universitas Sumatera Utara
Dalam menghadapi peredaran narkotika Asia Tenggara yang semakin meningkat, sebagai Asosiasi Bangsa Bangsa Asia Tenggara yang berdiri pada tanggal 8 Agustus 1967 dengan tujuan mengembangkan kawasan yang terintegrasi dalam bentuk komunitas, ASEAN melakukan penanggulangan terhadap permasalahan regional yang dihadapi oleh negara anggotanya. ASOD ( ASEAN Senior Officials on Drugs Matters ) merupakan organisasi bentukan ASEAN pada tahun 1984 yang bertugas dan bertanggung jawab dalam penanggulangan masalah narkoba melalui konsolidasi dan upaya bersama di bidang hukum, kerjasama internasional, penyusunan undang undang serta peningkatan partisipasi organisasi organisasi non pemerintahan, membuat agenda, merencanakan proyek kerjasama terkait permasalahan narkotika serta menghasilkan rekomendasi dari hasil kerja kelompok yang diwadahi oleh ASOD sendiri. Selain ASOD juga terdapat Senior Official Meeting on Transnational Crime ( SOMTC ), ASEAN and China Cooperative Operation in Response to Dangerous Drugs ( ACCORD ), dan ASEAN-EU sub Committe on Narcotics.
Universitas Sumatera Utara