BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Pengertian Narkotika Narkotika tidak terlepas dengan istilah NAPZA. NAPZA adalah singkatan
dari narkotika, alkohol, psikotropika dan zat adiktif lain. Narkotika menurut farmakologi adalah zat yang dapat menghilangkan rasa nyeri dan membius (opiat). Narkotika menurut UU RI no. 22 tahun 1997 adalah opiat, ganja dan kokain. Zat adiktif adalah zat yang bila digunakan secara teratur, sering, dalam jumlah yang cukup banyak, dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi). Adiksi adalah suatu keadaan ketika seseorang yang bila mengurangi atau menghentikan penggunaan NAPZA tertentu secara teratur, sering dan cukup banyak, ia akan mengalami sejumlah gejala fisik maupu mental, sesuai dengan jenis NAPZA yang biasa dugunakannya. Sekarang, pengertian adiksi hanya dimaksudkan sebagai ketergantungan fisik saja (Sumiati, 2009). Menurut smith kline dan french clinical staff (1968) membuat defenisi narkotika adalah zat-zat (obat) yang dapat mengakibatkan ketidaksadaran atau pembiusan dikarenakan zat-zat tersebut bekerja mempengaruhi susunan syaraf sentral ( Sasangka, 2003). Sedangakan defenisi dari biro bea dan cukai amerika serikat antara lain: Narkotika ialah candu, ganja, cocain, zat-zat bahan mentahnya diambil dari benda-benda tersebut yakni morphine, heroin, codein, hashish, cocaine. Dan termasuk juga narkotika sintesis yang menghasilkan zat-zat, obat0obat yang tergolong dalam hallucinogen, depressant dan stimulant ( Sasangka, 2003).
Dari kedua defenisi tersebut, M.RIDHA MA’ROEF menyimpulkan: a. Bahwa narkotika ada dua macam, yaitu narkotika alami dan sintesis. Yang termasuk narkotika alami adalah berbagai jenis candu, morphine, heroin, ganja, hashish, codein dan cocain. Narkotika alam ini termasuk dalam pengertian narkotika sempit. Sedang narkotika sintesis adalah termasuk dalam pengertian narkotika secara luas. Narkotika sintesis yang termasuk didalamnya zat-zat (obat) yang tergolong dalam tiga jenis obat yaitu: hallucinogen, depressant dan stimulant. b. Bahwa narkotika itu bekerja mempengaruhi sususan syaraf sentral yang akibatnya dapat menimbulkan ketidaksadaran atau pembiusan. Berbahaya apabila disalahgunakan. c. Bahwa narkotika dalam pengertian di sini adalah mencakup obat-obat bius dan obat-obat berbahaya atau narcotic and dangerous drugs ( Sasangka, 2003). Narkotika menurut Undang-undang RI no. 2 Tahun 1997 adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan takanan baik sintesis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan (Sumiati, 2009). Ketergantungan dibagi menjadi 2, yaitu : a. Ketergantungan fisik adalah keadaan bila sesworang mengurangi atau menghentikan penggunaan NAPZA tertentu yang biasa ia gunakan, ia akan
mengalami gejala putus zat (NAPZA). Selain ditandaia dengan gejala putus zat (NAPZA), ketergantungan fisik juga dapat ditandai dengan toleransi. b. Ketergantungan psikologis adalah suatu keadaan bila berhenti menggunakan NAPZA tertentu, seseorang akan mengalami kerinduan yang sangat kuat untuk menggunakan NAPZA tersebut walaupun ia tidak mengalami gejala fisik (Sumiati, 2009). Psikotropika menurut Undang-undang RI no. 5 Tahun 1997 adalah zat atau obbat baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku (Sumiati, 2009). Zat adiktif lainnya adalah bahan atau zat yang berpengaruh psikoaktif diluar yang disebut narkotika dan psikotropika, yang meliputi : alkohol, inhalansia, tembakau, dan kafein (Sumiati, 2009). 2.2
Penggolongan Narkotika dan Psikotropika Penggolongan narkotika dan psikotropika dapat di lihat menurut UU RI No.
5/1997 dan 22/1997, yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 2.1 Klasifikasi zat narkotika dan psikotropika menurut UU RI no. 5/1997 dan 22/1997
Narkotika
Golongan
Karakteristik
I
Narkotika
yang
Contoh hanya
dapat Heroin,
digunakan untuk tujuan pengemba kokain, dan ngan ilmu pengetahuan dan tidak ganja
digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan ketergantungan II
Narkotika yang berkhasiat peng-
Morfin, petidin
obatan, digunakan sebagai pilihan
,
terakhir dan dapat digunakan
turunannya
serta
Dalam terapi dan/ atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan, serta mempunyai potensi tinggi menimbulkan ketergantungan. III
Narkotika yang berkhasiat peng-
Kodein, dan
obatan dan banyak digunakan garam-garam
Psikotropika
I
dalam terapi dan/ atau tujuan
narkotika
pengembangan ilmu pengetahuan,
dalam
serta mempunyai potensi tinggi
golongan
menimbulkan ketergantungan.
tertentu
Psikotopika yang hanya dapat MDMA, digunakan
untuk
tujuan
ilmu Ekstasi, LSD,
pengetahuan dan tidak digunakan STP dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat menimbulkan sindroma ketergantungan.
II
Psikotropika
yang
berkhasiat Amfetamin,
pengobatan dan dapat digunakan fensiklidin, dalam terapi dan/ atau untuk sekorbarbital, tujuan ilmu pengetahuan, serta metakualon,
III
mempunyai potensi kuat mengaki
metil-
batkan sindroma ketergantungan.
(ritalin).
Psikotropika
yang
fenidat
berkhasiat Fenobarbital,
pengobatan dan banyak digunakan Flunitrazepam dalam terapi dan/ atau untuk tujuan ilmu pengetahuan, serta mempunyai
potensi
sedang
mengakibatkan sindroma ketergan tungan. IV
Psikotropika pengobatan
yang dan
berkhasiat Diazepam, sangat
luas klobazam,
digunakan dalam terapi dan/ atau bromazepam, untuk tujuan ilmu pengetahuan, klonazepam, serta mempunyai potensi ringan Klordiazepoksi menimbulkan sindroma ketergan-
da, nitrazepam,
tungan.
(BK, DUM, MG) ( Tjokronegoro dan Hendra utama, 2002)
2.3. Jenis Narkotika dan Psikotropika yang Sering Disalahgunakan Jenis-jenis Narkotika dan psikotropika antara lain ialah : 2.3.1 Opioida Opioida dihasilkan dari getah opium poppy yang diolah menjadi morfin, kemudian dengan proses tertentu menghasilkan putau, dimana putau mempunyai kekuatan 10 kali melebihi morfin. Opioid sintetik mempunyai kekuatan 400 kali lebih kuat dari morfin. Opioida atau opiate biasanya digunakan dokter sebagai analgetika kuat berupa peptidin, methadone, talwin, codein, dan lain-lain (Sumiati, 2009). Opiate disalahgunakan dengan cara disuntik atau dihisap, dengan nama jalananya adalah putau, ptw, black heroin, brown sugar. Opiate dibagi dalam 3 golongan besar, yaitu : 1. Opiate alamiah : morfin, opium, codein 2. Piate semi sintetik : heroin/ putau, hidromorfin 3. Piate sintetik : meperidin, propoksipen, metadon. (Sumiati, 2009). Masalah kesehatan yang ditimbulkan akibat penyalahgunaan opiate dapat berupa jangka pendek ataupun jangka panjang, seperti gagal nafas, koma, kematian, trauma, atau kecelakaan pada saat mencari zat, AIDS, dan hepatitis, infeksi lokal dan sistemik, serta konvulsi (Sumiati, 2009). 2.3.2 Kanabis (Ganja) Kanabis (ganja) mengandung delta-9 tetra-hidrokanabinol (THC). Ganja yang dibentuk seperti rokok merupakan tanaman yang sudah dikeringkan dan
sudah dirajang. Kemudian dilinting seperti tembakau. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah sindrom amotivasional, yaitu sekumpulan gejala yang timbul karena penggunaan ganja dalam jangka waktu yang lama dan dalam jumlah yang banyak sehingga mengakibatkan kemampuan bicara, baca, hitung akan menurun, kemampuan dan keterampilan sosial terhambat, menghindari persoalan bukan menyelesaikannya, gerak anggota badan lambat, perhatian terhadap lingkungan sekitar berkurang sampai tidak bereaksi sama sekali ketika dipanggil, mudah percaya mistik, kurang bersemangat dalam bersaing, dan kurang memikirkan masa depan. Perubahan fisik juga terjadi seperti mulut kering, sakit tenggorokan, peningkatan denyut jantung, hipotensi ortostatik, bronhitis, immunosupresi, penurunan testosterone dan sperma, gangguan menstruasi dan ovulasi, cemas, paranoid dan panik, kesulitan pengambilan keputusan, gangguan tidur, halusinasi dan delusi (Sumiati, 2009).
Gambar 2.1 : Daun Ganja
2.3.3 Amfetamin Nama generik amfetamin adalah D-pseudo efinefrine, yang digunakan sebagai dekongestan. Amfetamin terdiri dari 2 jenis yaitu MDMA ( Methilene dioxy methamphetamine)/ ekstasi dan metamfetamin (sabu-sabu). Penggunaanya melalui oral dan dalam bentuk pil, kristal yang dibakar dengan menggunakan kertas alumunium foil dan asapnya dihisap atau dibakar dengan menggunakan botol kaca yang dirancang khusus (bong) atau kristal yang dilarutkan disuntikkan melalui intravena. Komplikasi kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah meningkatkan denyut jantung dan pernapasan, detak jantung irregular, penurunan fisik, demam tinggi gangguan kardiovaskular dan cardiac arrest, psikosis (Sumiati, 2009).
Gambar 2.2 : Alat-alat yang dibutuhkan untuk menghirup shabu-sabu
2.4. Tanda- Tanda dan Gejala Pengunaan Narkotika dan Psikotropika Tanda- tanda dan gejala pengunaan narkotika dan psikotropika terdiri atas 2 bagian yaitu :
2.4.1 Tanda-Tanda dan Gejala Fisik Tanda-tanda dan gejala ini dapat berupa : 1.
Gangguan kesadaran
2.
Batuk-batuk
3.
Batuk darah
4.
Demam/ menggigil
5.
Sakit dada
6.
Sesak napas ( Tjokronegoro dan Hendra utama, 2002)
2.4.2 Tanda-Tanda dan Gejala Non-Fisik Tanda-tanda dan gejala non-fisik dapat dibagi 2 tempat yaitu : 2.4.2.1 Tanda-Tanda dan Gejala Non-Fisik yang Biasa Ditampakkan di Rumah Tanda-tanda dan gejala ini dapat berupa : 1.
Membangkang terhadap teguran orang tua.
2.
Malas mengurus diri.
3.
Sering tersinggung dan mudah marah.
4.
Sering berbohong.
5.
Pola tidur berubah : pagi susah dibangunkan dan malam suka bergadang.
6.
Sering mencuri uang dan barang-barang yang berharga dirumah, dan ini sering tidak ketahuan. (Sumiati, 2009)
2.4.2.2 Tanda-Tanda dan Gejala Non-Fisik yang Biasa Ditampakkan di Sekolah Tanda-tanda dan gejala ini dapat berupa : 1. Prestasi disekolah tiba-tiba menurun. 2. Membolos sekolah, dan tidak disiplin. 3. Sering berbohong. 4. Mudah tersinggung dan cepat marah. 5. Sekali-kali di jumpai dalam keadaan mabuk. bicara pelo (cadel) dan jalan sempoyongan. 6. Mulai bergaul sama anak-anak yang tidak beres disekolah. (Sumiati, 2009) 2.5.
Mekanisme Penggunaan Narkotika Dalam Tubuh Seseorang dapat mengonsumsi zat dengan berbagai cara, misalnya dengan
cara meminumnya, menelan, menghirup, menghisap dan menyuntikkan satu atau lebih zat, sehingga zat tersebut akan masuk ke dalam peredaran darah dan menggangu sinyal penghantar syaraf (neorotransmitter) sel-sel syaraf pusat (otak). Mekanisme kerja obat dalam tubuh merupakan suatu keadaan dimana obat tersebut merangsang susunan saraf pusat untuk bekerja sesuai dengan karakteristik zat yang digunakan. Zat yang masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi sinyal penghantar saraf yang dapat menggangu fungsi-fungsi antara lain kognitif (pikiran, memori), afektif (alam sadar), dan psikomotor perilaku (Sumiati, 2009).
2.6
Faktor-Faktor Penyebab Penyalahgunaan NAPZA
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penyalahgunaan NAPZA pada seseorang. Berdasarkan pendekatan kesehatan masyarakat, faktor-faktor penyebab timbulnya penyalahgunaan NAPZA terdiri dari : 1. Faktor Zat Tidak semua zay yang digunakan akan memberi pengaruh yang sama bagi pemakai. Dalam hal ini hanya obat dengan pengaruh farmakologi tertentu yang akan menimbulkan gangguan panyalahgunaan NAPZA, baik yang menimbulkan ketergantungan dan yang tidak menimbulkan ketergantungan. 2. Faktor Individu Tiap individu memiliki perbedaan tingkat resiko untuk menyalahgunakan NAPZA. Faktor yang mempengaruhi individu terdiri dari faktor kepribadian dan faktor konstitusi. Di bawah ini merupakan beberapa alasan yang berasa dari diri sendiri. a. Keingintahuan yang besar untuk mencoba, tanpa sadar atau berpikir panjang mengenai akibatnya b. Keinginan untuk bersenang-senang c. Keinginan untuk mengikiti trend dan gaya d. Keinginan untuk diterima oleh lingkungan atau kelompok
e. Tidak mampu menghadapi tekanan dari lingkungan atau kelompok pergaulan untuk menggunakan NAPZA 3. Faktor Lingkungan Sosial Faktor lingkungan sosial adalah faktor dimana individu melakukan interaksi dengan orang-orang yang ada disekitarnya. Faktor ini mencakup faktor keluarga dan faktor sosial lainnya, misalnya pada keluarga yang kurang harmonis, lingkungan pergaulan individu, komunikasi orang tua dan anak yang kurang baik, orang tua yang bercerai atau kawin lagi, orang tua yang terlalu sibuk, orang tua yang acuh dan otoriter, kurangnya orang yang menjadi teladan dalam hidupnya dan kurangnya kehidupan beragama (Sumiati, 2009). Dari sekian sebab-sebab penggunaan narkotik secara tidak legal yang dilakukan oleh para remaja dapat dikelompokkan dalam tiga keinginan, yaitu: 1. Mereka yang ingin mengalami ( the experience seekers) yaitu yang ingin memperoleh pengalaman baru dan sensasi dari akibat pemakaian narkotik. 2. Mereka yang bermaksud menjauhi atau mengelakkan realita hidup (the oblivion seekers) yaitu mereka yang menganggap keadaan terbius sebagai tempat pelarian terindah dan ternyaman. 3. Mereka yang ingin merubah kepribadiaanya (personality change) yaitu mereka yang beranggapan menggunaka narkotika dapat merubah kepribadian, seperti untuk menjadi berani, untuk menghilangkan rasa malu, menjadi tidak kaku dalam pergaulan dan lain-lain (Sasangka, 2003).
Dikalangan orang-orang dewasa dan yang telah lanjut usia menggunakan narkotika dengan sebab-sebab antara lain sebagai berikut: 1.
Menghilangakan rasa sakit dan penyakit kronis seperti asma, TBC dan lainlain.
2.
Menjadi kebiasaan (akibat penyembuhan da menghilangkan rasa sakit tersebut)
3.
Pelariaan dan frustasi
4.
Meningkatkan kesanggupan untuk berprestasi (biasanya zat perangsang) (Sasangka, 2003).
2.7
Pengertian Urine Urinalisa adalah suatu metoda analisa untuk mendapatkan bahan - bahan
atau zat - zat yang dimungkinkan terkandung di dalam urine, dan juga untuk melihat adanya kelainan pada urine (Simanjuntak, 1997). Urine atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinalisasi. Eksreksi urine diperlukan untuk membuang molekul - molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Dalam mempertahankan homeostasis tubuh peranan urin sangat penting, karena sebagian pembuangan cairan oleh tubuh adalah melalui sekresi urin (Simanjuntak, 1997). Urine Sewaktu adalah urine yang dikeluarkan pada satu waktu yang tidak ditentukan dengan khusus. Urine sewaktu ini cukup baik untuk pemeriksaan rutin yang menyertai pemeriksaan badan tanpa pendapat khusus (Simanjuntak, 1997).
2.8
Komposisi Urine Komposisi zat - zat dalam urine bervariasi tergantung jenis makanan serta
air yang diminumnya. Urine normal berwarna jernih transparan, sedang warna urine kuning muda urine berasal dari zat warna empedu (bilirubin dan biliverdin). Urin normal pada manusia terdiri dari air, urea, asam urat, amoniak, kreatinin, asam laktat, asam fosfat, asam sulfat, klorida, garam - garam terutama garam dapur, dan zat - zat yang berlebihan di dalam darah misalnya vitamin C dan obat obatan. Semua cairan dan materi pembentuk urine tersebut berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urine berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa (Simanjuntak, 1997). 2.9
Tes Urine Tes urine biasanya digunakan perusahaan bagi para karyawan baru untuk menjalani prosedur penerimaan karyawan baru.Pada umumnya, tes urine meliputi deteksi keberadaan zat - zat yang seharusnya tidak terdapat dalam urine, misalnya,protein zat gula, bakteri, kristal - kristal tertentudalam jumlah yang besar. Tes urine juga digunakan untuk mendeteksi kehamilan serta zat zat narkoba (Simanjuntak, 1997).
2.10 Penyakit Yang Dapat Dideteksi Oleh Tes Urine Penyakit yang dapat dideteksi melalui tes urine cukup banya, antara lain penyakit ginjal,diabetes (kencing manis), gangguan hati (lever), eklampsia (pada wanita hamil), dan beberapa lagi lainnya. Pada penyakit - penyakit tersebut, tes urine tetap harus didampingi dengan pemeriksaan fisik. Sebab, tes urine hanyalah
pelengkap atau penguat dugaan adanya penyakit dalam tubuh (Simanjuntak, 1997). 2.11 Mekanisme Pemeriksaan Urine Urine berasal dari darah yang dibawa arteri renalis masuk ke dalam ginjal dengan melalui glomerulus berfungsi sebagai ultrafiltrasi pada simpai Bowman, berfungsi untuk menampung hasil filtrasi dari glomerulus. Pada tubulus ginjal akan terjadi penyerapan kembali Zat - zat yang sudah disaring pada glomerulus, sisa cairan akan diteruskan ke piala ginjal terus berlanjut ke ureter (Simanjuntak, 1997). 2.12 Perumusan Pidana dan Jenis Sanksi Pidana dalam UU No. 35/2009. Perumusan pidana dan jenis pidana saat mengkonsumsi narkotika diatur oleh UU No. 35/ 2009, yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 2.2 Perumusan Pidana dan Jenis Sanksi Pidana dalam UU No.35/2009
Perbuatan Melwan Hukum
KATAGORI I
KATAGORI II
KATAGORI III
KATAGORI IV
Narkotika Gol.
4-12 tahun
4-12 tahun
5-15 tahun
5-15 tahun
I
5-20 tahun
5-20 tahun
5-20 tahun
5-20 tahun
3-10 tahun
4-12 tahun
4-12 tahun
5-15 tahun
5-20 tahun
5-15 tahun
2-7 tahun
3-10 tahun
3-10 tahun
5-20 tahun
5-15 tahun
5-15 tahun
Jenis Pidana Pidana Penjara
Narkotika Gol.
II Narkotika Gol. III
PenjaraSeumur Hidup/ Mati Narkotika Gol.
Berat lebih 1
Berat
Mengakibatkan
Mengakibatkan
I
Kg/lebih
melebihi
orang lain mati/
orang lain mati/
5 btg pohon
5 gram
cacat permanen
cacat permanen
Narkotika Gol.
II Narkotika Gol.
Berat melebihi
5 gram
III Pidana Denda Narkotika Gol. I
Denda 800 JT – 8 M
Denda
Denda 1-10 M
Denda 1-10 M
800JT - 8 M
Denda
Denda
Denda
max + 1/3
max + 1/3
max +1/3 Narkotika Gol.
Denda
Denda
Denda
II
600 JT - 5 M
800 JT - 8 M
800 JT - 6 M
Denda
Denda
Max + 1/3
Max + 1/3
Narkotika Gol.
Denda
Denda
Denda
III
400 JT - 3 M
600 JT - 5 M
600 JT - 5 M
Denda
Denda
Denda
Max + 1/3
Max + 1/3
Max + 1/3
Keterangan : Jenis-jenis perbuatan tanpa hak dan melawan hukum yang diatur dalam tindak pidana narkotika, dibedakan dalam 4 (empat) katagori, yaitu : Katagori I :
menanam, memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan.
Katagori II : memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan. Katagori III : menawarkan
untuk
dijual,
membeli,
menerima, menjadi
perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan. Katagori IV : menggunakan, memberikan untuk digunakan orang lain. (Siswanto, 2012). Tabel 2.3 Ancaman Pidana bagi Orang Tua/Wali dari Pencandu Narkotika yang Belum Cukup Umur Pasal
Pasal 128
Perbuatan Melawan Hukum Orang tua/ wali dari
Ayat 1
pecandu
narkotika
yang belum cukup
Kaitan Pasal
Ancaman Pidana
Ancaman Denda
Pasal 55
Pidana
Ayat (1)
Kurungan paling paling lama 6 bulan
Pidana denda
banyak
umur yang sengaja
1 (satu) juta
tidak melapor
rupiah
Ayat 2
Pasal 55
Pecandu
Ayat (1)
narkotika belum
Ayat 3
Pecandu narkotika yang telah cukup Pasal 55 umur Ayat (1)
yang cukup
umur dan telah dilaporkan oleh orang tua atau walinya
tidak
dituntut pidana
Ayat 4
Rumah
sakit
atau
rehabilitasi
medis
dan/
sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) harus memenuhi standar
kesehatan
yang
ditetapkan
Menteri (Siswanto, 2012).