BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DAN PENCEMARAN LIMBAH CAIR
A. Pengertian Lingkungan Hidup Lingkungan Manusia hidup di bumi tidak sendirian, melainkan bersama makhluk lain, yaitu tumbuhan, hewan dan jasad renik. Makhluk hidup yang lain itu bukanlah sekedar kawan hidup yang hidup bersama secara netral atau pasif terhadap manusia, melainkan hidup manusia itu terkait erat pada mereka manusia tidaklah dapat hidup. Lingkungan hidup merupakan ruang kehidupan yang terdiri beberapa komponen yang saling berinteraksi secara seimbang. Proses interaksi ini disebabkan oleh fungsi yang berbeda dari masing-masing setiap individu makhluk hidup dan berusaha menjaga dan mempertahankan eksistensi dan fungsinya. Otto Soemarwoto berpendapat bahwa : “Manusia seperti halnya dengan makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungan hidupnya. Ia mempengaruhi lingkungan hidupnya dan sebaliknya ia dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya. Manusia tidak dapat berdiri sendiri di luar lingkungan hidupnya. Membicarakan manusia harus pula membicarakan lingkungan hidupnya. Manusia tanpa lingkungan hidupnya adalah abstraksi belaka” 23)
23)
Otto Soemarwoto, Analisis Dampak Lingkungan, Gadjah mada University, Yogyakarta, 1991, hlm. 18-19.
27
28
Secara umum lingkungan hidup diartikan sebagai segala benda, kondisi keadaan dan pengaruh yang terdapat dalam ruangan yang kita tempati dan mempengaruhi hal yang hidup termasuk kehidupan manusia. Batas ruang lingkungan menurut pengertian ini bisa sangat luas, namun untuk praktisnya dibatasi oleh ruang lingkungan dengan faktor-faktor yang dapat dijangkau oleh manusia seperti faktor alam, faktor ekonomi, faktor sosial dan lain-lain. Tujuan terlaksananya
utama
pengelolaan
pembangunan
lingkungan
berwawasan
hidup
lingkungan
antara dan
lain
adalah
terkendalinya
pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana. Oleh karena itu perencanaan kegiatan sejak awal sudah harus memperkirakan perubahan rona lingkungan akibat pembentukan suatu kondisi yang merugikan akibat diselenggarakannya pembangunan. Tidak dapat dipungkiri, setiap kegiatan pembangunan, dimana pun dan kapan pun pasti akan menimbulkan dampak. Dampak disini dapat bernilai positif yang berarti memberi manfaat bagi kehidupan manusia, dan dapat berarti negatif yaitu timbulnya risiko yang merugikan masyarakat. Dampak positif pembangunan sangatlah banyak, diantaranya adalah : 1) Meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara merata, 2) Meningkatnya pertumbuhan ekonomi secara bertahap sehingga terjadi perubahan stuktur ekonomi yang lebih baik, maju, sehat dan seimbang, 3) Meningkatnya kemampuan dan penguasaan teknologi yang akan menumbuhkembangkan kemampuan dunia usaha nasional, 4) Memperluas dan meratakan kesempatan kerja dan kemampuan berusaha,
29
5) Menunjang dan memperkuat stabilitas nasional yang sehat dan dinamis dalam rangka memperkokoh ketahanan nasional. 2)
Hukum lingkungan dalam bidang ilmu hukum, merupakan salah satu bidang ilmu hukum yang paling strategis karena hukum lingkungan mempunyai banyak segi yaitu segi hukum administrasi, segi hukum pidana, dan segi hukum perdata. Dengan demikian, tentu saja hukum lingkungan memiliki aspek yang lebih kompleks. Sehingga untuk mendalami hukum lingkungan itu sangat mustahil apabila dilakukan seorang diri, karena kaitannya yang sangat erat dengan segi hukum yang lain yang mencakup pula hukum lingkungan di dalamnya.
Dalam pengertian sederhana, hukum lingkungan diartikan sebagai hukum yang mengatur tatanan lingkungan (lingkungan hidup), di mana lingkungan mencakup semua benda dan kondisi, termasuk di dalamnya manusia dan tingkah perbuatannya yang terdapat dalam ruang di mana manusia berada dan mempengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan manusia serta jasad-jasad hidup lainnya “Istilah hukum lingkungan ini merupakan terjemahan dari beberapa istilah, yaitu “Environmental Law” dalam Bahasa Inggris, “Millieeurecht” dalam Bahasa Belanda, “Lenvironnement” dalam Bahasa Prancis, “Umweltrecht” dalam Bahasa Jerman, “Hukum Alam Seputar” dalam Bahasa Malaysia, “Batas nan Kapaligiran” dalam Bahasa Tagalog “Sin-ved-lom Kwahm” dalam Bahasa Thailand, “ Qomum al-Biah” dalam Bahasa Arab”. 3) 2)
http:// taqlawyer.com/ Strict Liability dalam Hukum Lingkungan, Diakses tanggal 05 September 2010. 3) Munadjat Danusaputra, Hukum Lingkungan Buku I : Umum, Binacipta, Bandung, 1980.hlm.62.
30
Sekalipun arti lingkungan dan lingkungan hidup dapat diberikan batasan yang berbeda berdasarkan persepsi dan disiplin ilmu, dalam penelitian ini, istilah lingkungan atau lingkungan hidup diartikan sama. Pasal 1 angka (1) UndangUndang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dinyatakan bahwa: “Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain”. 4) Menurut Abdurrahman, Definisi dari lingkungan adalah: “Lingkungan adalah semua benda dan kondisi termasuk didalamnya manusia dan tingkah perbuatannya, yang terdapat dalam ruang dimana manusia berada dan mempengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan manusia dan jasad hidup lainnya”. 5)
Selanjutnya para ahli mengadakan pengelompokan lingkungan ini atas beberapa macam, secara garis besarnya lingkungan hidup manusia itu dapat digolongkan atas golongan: a) Lingkungan Fisik (Physical Environment) Lingkungan fisik adalah segala sesuatu disekitar kita yang berbentuk benda mati seperti rumah, kendaraan, gunung, udara, sinar matahari dan lain-lain yang semacamnya. b) Lingkungan Biologis (Biogical Environment) Lingkungan biologis adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia yang berupa organisme hidup lainnya 4)
Pasal 1 angka (1), Undang-Undang RI No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Fokusmedia, Bandung, 2009. hlm. 3. 5) Abdurahman. Pengantar Hukum Lingkungan Indonesia, Alumni. Bandung.1986. .hlm. 67.
31
selain dari manusia sendiri, binatang, tumbuh-tumbuhan, jasa renik (Plankton) dan lain-lain. c) Lingkungan Sosial (Social Environment) Lingkungan sosial adalah manusia-manusia lain yang berada di sekitarnya seperti tetangga, teman dan lain-lain.6)
Uraian di atas memberikan gambaran bahwa manusia alam hidupnya mempunyai hubungan secara bertimbal balik dengan lingkungannya. Manusia dalam hidup nya baik secara pribadi maupun sebagai kelompok masyarakat selalu berinteraksi dengan lingkungan dimana ia hidup dalam artian manusia dengan berbagai aktivitasnya akan mempengaruhi lingkungannya dan perubahan lingkungan akan mempengaruhi kehidupan manusia. Lingkungan hidup dapat didefinisikan sebagai daerah di mana sesuatu makhluk hidup berada, keadaan/kondisi yang melingkupi suatu makhluk hidup atau sekumpulan makhluk hidup, terutama kombinasi dari berbagai kondisi fisik di luar makhluk hidup yang mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan dan kemampuan makhluk hidup untuk bertahan hidup gabungan dari kondisi sosial dan budaya yang berpengaruh pada keadaan suatu individu makhluk hidup atau suatu perkumpulan/komunitas makhluk hidup. Istilah lingkungan dan lingkugan hidup atau lingkungan hidup manusia seringkali digunakan silih berganti dalam pengertian yang sama. Apabila lingkungan hidup itu dikaitkan dengan hukum/aturan penggolongannya maka batasan wilayah wewenang pengelolaan dalam lingkungan harus jelas. Menurut Otto Sumarwoto Lingkungan/ lingkungan
6)
Fuad Amsyari, Prinsip-Prinsip Masalah Pencemaran Lingkungan, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1977. hlm.11-12.
32
hidup manusia adalah jumlah semua benda dan kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati yang mempegaruhi kehidupan kita. Beberapa pendapat mengenai pengertian lingkungan hidup:
“Menurut I. Supardi, “Lingkungan hidup adalah jumlah semua benda hidup dan mati serta seluruh kondisi yang ada di dalam ruang yang kita tempuh. Secara garis besarnya ada 2 macam lingkungan, yaitu linkungan fisik adalah segala benda mati dan keadaan fisik di sekitar individu-individu. Lingkungan biotik adalah segala makhluk hidup yang ada di sekitar individu baik tumbuh-tumbuhan hewan, atau pun manusia “. Menurut Soejono, “Lingkungan hidup adalah lingkungan hidup fisik atau jasmani yang mencakup dan meliputi semua unsur dan faktor fisik jasmaniah yang terdapat dalam alam. Dalam pengertian ini, maka manusia, hewan dan tumbuhan dilihat dan dianggap sebagai perwujudan fisik jasmani belaka, dalam hal ini “lingkungan” diartikan mencakup lingkungan hidup manusia, hewan dan tumbuhan yang ada di dalamnya”. Menurut Emil Salim, “Lingkungan hidup adalah segala benda, kondisi, keadaan dan pengaruh yang terdapat dalam ruangan yang kita tempati dan mempengaruhi hal yang hidup termasuk kehidupan manusia, batas ruang lingkungan menurut pengertian ini bisa sangat luas, namun untuk praktisnya dibatasi ruang lingkungan dengan faktor-faktor yang dapat di jangkau oleh manusia seperti faktor alam, faktor politik, faktor ekonomi, faktor sosial dan lain-lain”. 7)
Batasan
tentang
lingkungan
bedasarkan
isinya
untuk
kepentingan
praktis/keutuhan analisis perlu dibatasi hingga dalam arti biosphere saja, yaitu permukaan bumi, air dan atmosfir, batasan lingkungan hidup dalam arti ini adalah semua benda, daya, kehidupan termasuk di dalamnya, manusia dan tingkah 7)
Fuad Amsyari, op.cit,. hlm. 24-25.
33
lakunya yang terdapat dalam suatu ruang yang mempengaruhi kelangsungan dan kesejahteraan manusia serta jasad-jasad lainnya, dari pengertian di atas, tingkah laku manusia pun merupakan bagian dari lingkungan. B. Pencemaran Lingkungan Hidup dan Penanggulangannya Menurut Pasal 1 angka (14) Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup mengatakan bahwa pengertian dari Pencemaran Lingkungan Hidup adalah: “Masuk atau dimasukkannya makhluk hidup; zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan”. 8)
Pencemaran Lingkungan adalah proses masuknya polutan kedalam suatu lingkungan sehingga dapat menurunkan kualitas lingkungan tersebut, pencemaran adalah segala perubahan yang tidak dikehendaki pada sifat-sifat udara, air,tanah, atau makanan yang dapat mempengaruhi keselamatan makhluk hidup. Zat pencemar disebut polutan, polutan adalah suatau zat atau bahan yang kadarnya melebihi ambang batas serta berada pada waktu dan tempat yang tidak tepat, sehingga merupakan bahan pencemar lingkungan, misalnya : bahan kimia, debu, panas dan suara. polutan tersebut dapat menyebabkan lingkungan menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan akhirnya malah merugikan manusia
8)
Pasal 1 angka (14), Undang-Undang RI No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Fokusmedia, Bandung, 2009. hlm. 5.
34
dan makhluk hidup lainya. Bedasarkan lingkungan yang terkena polutan (tempat terjadinya), pencemaran lingkungan dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu: 1. Pencemaran udara Adalah peristiwa masuknya, tercampurnya, polutan (unsur-unsur berbahaya) ke dalam lapisan udara (atmosfer) yang dapat mengakibatkan menurunnya kualitas udara (lingkungan). 2. Pencemaran air Adalah penambahan zat-zat yang tidak diinginkan dan dapat menurunkan kualitas air, sehingga keberadaannya membahayakan manusia, pencemaran air disebabkan oleh terdapatnya zat-zat kimia yang tidak memenuhi syarat-syarat air bersih. 3. Pencemaran tanah Adalah pencemaran disebabkan oleh limbah rumah tangga, industri, pertanian/buangan
buah-buahan
yang
tidak
dapat
diuraikan
oleh
mikroorganisme. “Menurut R. T. M.Sutamihardja, merumuskan pencemaran adalah “Penambahan bermacam-macam bahan sebagai hasil dari aktivitas manusia ke lingkungan dan biasanya memberikan pengaruh yang berbahaya terhadap lingkungan itu”. 9)
9)
Sutamihadja, RTM. Kualitas Dan Pencemaran Lingkungan, Sekolah Pasca Sarjana, IPB Bogor, 1978. Hlm. 1.
35
Munadjat Danusaputra merumuskan pencemaran lingkungan sebagai suatu usaha keadaan dalam mana suatu materi, energy dan atau informasi dan/atau secara alami dalam batas-batas dasar atau kadar tertentu, hingga mengakibatkan terjadinya gangguan kerusakan dan atau penurunan mutu lingkungan tidak dapat berfungsi sebagai mestinya, di lihat dari segala kesehatan, kesejahteraan dan keselamatan hayati. Pencemaran lingkungan menimbulkan kerugian itu dapat terjadi dalam bentuk: 1) Kerugian Ekonomi dan sosial (Economic and social injury) dan 2) Gangguan sanitair (Sanitary haazard) Sedangkan menurut golongan pencemaran itu dapat dibagi atas; a. Kronis; di mana kerusakan terjadi secara progresif tetapi lambat. b. Kejutan atau akut; kerusakan mendadak dan berat dalam hal ada radio aktif terjadi kerusakan genetis. c. Katastrofis; disini kematian organisme hidup banyak dan mungkin organisme hidup menjadi penuh. Pada tahun 1982, Undang-undang Lingkungan Hidup untuk Indonesia dipersiapkan.
Selain
itu
alasannya
adalah
untuk
mempertahankan
keseimbangan antara kelestarian lingkungan dengan pembangunan yang sedang dilaksanakan. Maksudnya ialah pengembangan industri di suatu
36
wilayah perlu memperhatikan lingkungan. Jangan sampai terjadi peningkatan kegiatan ekonomi melalui industrialisasi namun sektor pertanian atau sektor kehutanan menjadi rusak dan lingkungan pengembangan industri jangan hanya membuahkan manfaat yang temporer saja tanpa memperhatikan dampak negatif dalam jangka panjang. Sebaliknya yang diperlukan adalah manfaat yang berkelanjutan untuk kesejahteraan, sehingga pengelolaan sumberdaya alam dalam kaitannya dengan pengelolaan lingkungan tidak hanya mempertimbangkan manfaat kekayaan alam itu dalam sesaat dengan keuntungan yang sebesar-besarnya tetapi yang diperlukan adalah pengelolaan yang tepat demi kelestarian pembangunan dalam jangka panjang. Pelaksanaan industrialisasi ini tidak berarti pengembangan sektor pertanian lalu ditinggalkan, melainkan justru terus dikembangkan untuk meningkatkan produksi pangan dan bahan mentah yang cukup untuk menunjang pengembangan sektor industri. Dalam rangka peletakan landasan pembangunan yang kuat inilah dipahami adanya dua kepentingan yaitu mengusahakan pembangunan tanpa merusak lingkungan dan mengelola sumberdaya alam secara bijaksana untuk dapat menopang tahapan pembangunan jangka panjang. Dalam usaha melindungi lingkungan, Indonesia sudah memiliki Undang-undang Lingkungan Hidup yaitu tertuang dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang kemudian disempurnakan dengan Undang-undang No 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
37
Hidup dan sekarang menjadi Undang-undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pencegahan pencemaran dan merusaknya lingkungan sebagai bahaya yang senantiasa mengancam kelestarian lingkungan wajib untuk dicegah dan menanggulangi terjadinya pencemaran dan perusakan lingkungan adalah merupakan beban segala pihak, baik Pemerintah maupun orang perorangan. Untuk keperluan itu telah diciptakan sejumlah larangan yang sifatnya memagari lingkungan hidup dari tindakan pihak tertentu yang akan mencemarkan dan merusak lingkungan. Betapapun baiknya aturan larangan yang dibuat kiranya tidak sepenuhnya dapat mencegah terjadinya perusakan pencemaran lingkungan. Dalam Pasal 87 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009
tentang
Perlindungan
dan
Pengelolaan
Lingkungan
menyatakan bahwa : (1) Setiap penaggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang melakukan perbuatan melanggar hukum berupa pencemaran dan/ atau perusakan lingkungan hidup yang menimbulkan kerugian pada orang lain atau lingkungan hidup wajib membayar ganti rugi dan/atau melakukan tindakan tertentu. (2) Setiap orang yang melakukan pemindah tanganan, pengubahan sifat dan bentuk usaha, dan/atau kegiatan dari suatu badan usaha yang melanggar hukum tidak melepaskan tanggung jawab hukum dan/atau kewajiban badan usaha tertentu. (3) Pengadilan dapat menetapkan pembayaran uang paksa terhadap setiap hari keterlambatan atas pelaksanaan putusan pengadilan.
Hidup
38
(4) Besarnya uang paksa diputuskan bedasarkan peraturan perundang-undangan. 10)
Kewajiban untuk memberikan ganti kerugian adalah merupakan konsekuensi dari perinsip bahwa setiap orang berkewajiban untuk melestarikan kemampuan lingkungan guna menunjang pembangunan yang berkesinambungan. Oleh karena itu adalah wajar bilamana mereka yang melanggar kewajiban itu dibebani ganti kerugian, Barang siapa yang melanggar yang berhubungan dengan hukum lingkungan akan dikenakan sanksi Pasal 87 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 1245, 1365, dan 1865 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW). Selain membayar ganti kerugian terhadap korban pencemaran pihak industri yang melanggar, diharuskan juga mempunyai tanggung jawab mutlak hal ini sesuai dengan Pasal 88 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu : “Setiap orang yang tindakannya, usahanya, dan/atau kegiatannya menggunakan B3, menghasilkan dan/atau mengelola limbah B3, dan/atau yang menimbulkan ancaman serius terhadap lingkungan hidup bertanggung jawab mutlak atas kerugian yang terjadi tanpa perlu pembuktian unsur kesalahan”. 11)
10)
Pasal 87, Undang-Undang RI No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Fokusmedia, Bandung, 2009. hlm. 49. 11)
Pasal 88, op. cit, hlm. 50.
39
Pasal 1365 KUHPerdata menyatakan “Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menimbulkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut”. Kaitannya dengan beban pembuktian Pasal 1865 KUHPerdata mengemukakan, “Setiap orang yang mengendalikan bahwa ia mempunyai suatu hak, atau guna meneguhkan haknya sendiri maupun membantah suatu hak orang lain, menunjuk pada suatu peristiwa, diwajibkan membuktikan adanya hak atau peristiwa tersebut”. Asas yang dijumpai dalam ketentuan Pasal 1865 BW adalah : 1. Dalam proses keperdataan pengajuan bukti-bukti dilakukan oleh para pihak dan bukan oleh Hakim. 2. Pihak penggugat harus dapat membuktikan apa yang menjadi dalil-dalil gugatannya, sedangkan pihak tergugat dibebani untuk menyangkal apa yang diajukan oleh penggugat itu. Hal ini berakibat bahwa kedua belah pihak terbebani pembuktian masing-masing. Dan dengan demikian, maka beban pembuktian itu berkaitan dengan resiko pembuktian. 3. Hakim membagi beban pembuktian untuk para fihak. 4. Hakim dapat memberikan perintah pembuktian tentang peristiwa yang menjadi sengketa saja (betwiste feiten).
Di dalam Pasal 1866 KUHPerdata “alat-alat bukti terdiri dari atas, bukti tulisan, bukti dengan saksi-saksi, persangkaan-persangkaan, pengakuan, sumpah”.
40
Beban pembuktian diberikan secara seimbang kepada penderita maupun kepada pihak pencemar atau perusak lingkungan hidup. Oleh karena itu di dalam Pasal 87 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup tidak adanya hal pembuktian sedangkan di dalam Pasal 1365 KUHPerdata (BW) menyatakan bahwa: penggugat harus bisa membuktikan adanya kesalahan, karena itu perlu diciptakan suatu mekanisme yang memudahkan tuntutan ganti kerugian terutama bagi mereka yang tidak mampu dan buta hukum. Untuk itu semua diperlukan sekali penyediaan berbagai kemudahan dan fasilitas oleh Pemerintah agar supaya setiap orang benar-benar dapat melaksanakan haknya atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Ketentuan-ketentuan
tentang
pencegahan
dan
penanggulangan
pencemaran lingkungan akibat industri: 1. Umum dalam melaksanakan kegiatan industri pengusaha diwajibkan untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya ganguaan dan/atau pencemaran terhadap tata lingkungan hidup. 2. Pencegahan dan penanggulangan pencemaran akibat industri. 3. Pengaturan dan pengawasan, pengawasan pelaksanaan penanggulangan dan penelitian tentang gangguan dan pencemaran tata lingkungan hidup sebagai akibat dari usaha industri, dilakukan oleh Direktur Jendral. 4. Saksi 1) Terhadap pelanggaran ketentuan-ketentuan tersebut di atas, Direktur Jendral diwenangkan untuk menghentikan sementara sebagaian ataupun seluruh kegiatan usaha industri yang jelas-jelas
41
menimbulkan gangguan dan pencemaran tata lingkungan hidup. 2) Sebelum dilakukan penghentian sementara, sebagaimana ataupun seluruh kegiatan industri, terlebih dahulu perlu dipertimbangkan pendapat tertulis dari industri-industri dan pihak-pihak. 12)
Persyaratan untuk mendapatkan izin usaha: 1. Uraian mengenai teknologi/proses pembuatan produksinya secara cukup jelas untuk dapat dinilai teknologi yang digunakannya; 2. Daftar seluruh bahan/zat berbahaya yang digunakan dalam proses produksi yang setiap saat tersedia/tersimpan dalam lingkungan/komplek industri yang akan didirikan; 3. Daftar seluruh macam bahan/zat berbahaya serta jumlahnya yang akan buang/masuk kedalam lingkungan baik yang akan berbentuk padat, cair maupun gas; 4. Cara pembuangan ataupun proses netralisasi dari bahan/zat berbahaya yang akan dibuang masuk kedalam lingkungan tersebut di atas; 5. Kriteria maupun daftar bahan/zat yang digolongkan sebagai bahan/zat berbahaya ditentukan oleh Direktur Jendral;
12)
Surat Keputusan Menteri Perindustrian No. 12/M/SK/I/78 Tanggal 26 Januari 1987 tentang pencegahan dan penanggulangan pencemaran lingkungan sebagai akibat usaha industry. Dikutip dari Soedjono Dirdjosisworo, Upaya Teknologi Dan Penegakan Hukum Menghadapi Pencemaran Lingkungan Akibat Industri, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung. 1991, hlm.38.
42
6. Untuk menanggulangi kemungkinan terjadinya pencemaran lingkungan akibat terlepasnya suatu bahan/zat yang berbahaya, pengusaha industri yang menggunakan bahan/zat berbahaya diwajibkan untuk menyususn rencana keadaan darurat (“Emergency plant”); 7. Rencana keadaan darurat yang berisi tindakan penanggulangan untuk membatasi, membersihkan serta meniadakan pencemaran oleh badan/zat yang berbahaya itu diajukan kepada dan disetujui oleh Direktur Jendral.
C. Limbah Cair 1. Pengertian Limbah Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tepat tertentu tidak di kehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Kegiatan pembangunan bertujuan meningkatkan kesejahteraan hidup rakyat yang dilaksanakan melalui rencana pembangunan jangka panjang yang bertumpu pada pembangunan di bidang industri. Pembangunan di bidang industri tersebut di satu pihak akan menghasilkan barang yang bermanfaat bagi kesejahteraan hidup rakyat, dan di lain pihak industri itu juga akan menghasilkan limbah. Di antara limbah yang dihasilkan oleh kegiatan industri tersebut adalah limbah bahan berbahaya dan beracun atau yang lebih dikenal dengan pengertian limbah B3. Terdapat perbedaan pengertian antara limbah dan limbah B3.
43
“Limbah adalah bahan sisa pada suatu kegiatan dan atau proses produksi, yang di maksud dengan sisa suatu kegiatan dan/atau proses produksi yang antara lain dihasilkan, sedangkan limbah B3 adalah setiap limbah yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak dan/atau mencemarkan lingkungan hidup dan/atau dapat membahayakan kesehatan manusia.” 13)
Pengelompokan Berdasarkan Jenis Senyawa :
1) Limbah organik
Limbah organik memiliki defenisi berbeda yang penggunaannya dapat disesuaikan dengan tujuan penggolongannya. Berdasarkan pengertian secara kimiawi limbah organik merupakan segala limbah yang mengandung unsur karbon (C), sehingga meliputi limbah dari makhluk hidup (misalnya kotoran hewan dan manusia, sisa makanan, dan sisa-sisa tumbuhan mati), kertas, plastik, dan karet. Namun, secara teknis sebagian besar orang mendefinisikan limbah organik sebagai limbah yang hanya berasal dari makhluk hidup (alami) dan sifatnya mudah busuk. Artinya, bahan-bahan organik alami namun sulit membusuk/terurai, seperti kertas, dan bahan organik sintetik (buatan) yang juga sulit membusuk/terurai, seperti plastik dan karet, tidak termasuk dalam limbah organik. Hal ini berlaku terutama ketika orang
13)
Gatot P. Soemartono, Hukum Lingkungan Indonesia, Sinar Grafika: 1996, hlm.143, Dikutip dari Djatmiko, Margono, Wahyono, Pendayagunaan Industri Waste Management ( Kajian Hukum Lingkungan Indonesia), PT,Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000.
44
memisahkan limbah padat (sampah) di tempat pembuangan sampah untuk keperluan pengolahan limbah.
Limbah organik yang berasal dari makhluk hidup mudah membusuk karena pada makhluk hidup terdapat unsure karbon (C) dalam bentuk gula (karbohidrat) yang rantai kimianya relatif sederhana sehingga dapat dijadikan sumber nutrisi bagi mikroorganisme, seperti bakteri
dan
jamur.
Hasil
pembusukan
limbah
organik
oleh
mikroorganisme sebagian besar adalah berupa gas metan (CH4) yang juga dapat menimbulkan permasalahan lingkungan.
2) Limbah Anorganik
Berdasarkan pengertian secara kimiawi, limbah organik meliputi limbah-limbah yang tidak mengandung unsur karbon, seperti logam (misalnya besi dari mobil bekas atau perkakas, dan alumunium dari kaleng bekas atau peralatan rumah tangga), kaca, dan pupuk anorganik (misalnya yang mengandung unsur nitrogen dan fosfor). Limbah-limbah ini tidak memiliki unsur karbon sehingga tidak dapat diurai oleh mikroorganisme. Seperti halnya limbah organik, pengertian limbah organik yang sering diterapkan dilapangan umumnya limbah anorganik dalam bentuk padat (sampah). Agak sedikit berbeda dengan pengertian di atas secara teknis, limbah anorganik didefinisikan sebagai segala limbah yang tidak dapat atau sulit terurai/busuk secara alami oleh mikroorganisme pengurai. Dalam hal ini, bahan organik seperti plastik,
45
kertas, dan karet juga dikelompokan sebagai limbah anorganik. Bahanbahan tersebut sulit diurai oleh mikroorganisme sebab unsur karbonnya membentuk rantai kimia yang kompleks dan panjang (polimer).
Pengelompokan Berdasarkan Wujud :
1) Limbah Cair
Limbah cair adalah segala jenis limbah yang berwujud cairan, berupa air beserta bahan-bahan buangan lain yang tercampur (tersuspensi) maupun terlarut dalam air. Limbah cair diklasifikasikan menjadi empat kelompok yaitu :
a. Limbah cair domestik (domestic wastewater) yaitu limbah cair hasil buangan dari rumahtangga, bangunan perdagangan, perkantoran, dan sarana sejenis. Misalnya air deterjen sisa cucian, air sabun, tinja b. Limbah cair industri (industrial wastewater), yaitu limbah cair hasil buangan industri. Misalnya air sisa cucian daging, buah, sayur dari industri pengolahan makanan dan sisa dari pewarnaan kain/bahan dari industri tekstil. c. Rembesan dan luapan (infiltration and inflow), yaitu limbah cair yang berasal dari berbagai sumber yang memasuki saluran pembuangan limbah cair melalui rembesan ke dalam tanah atau melalui luapan dari permukaan.
46
d. Air Hujan (strom water), yaitu limbah cair yang berasal dari aliran air hujan di atas permukaan tanah.
2) Limbah Padat
Merupakan limbah yang terbanyak dilingkungan. Biasanya limbah padat disebut sebagai sampah. Klasifikasi limbah padat (sampah) menurut istilah teknis ada 6 kelompok, yaitu :
a. Sampah organik mudah busuk (garbage), yaitu limbah padat semi basah, berupa bahan-bahan organik yang mudah busuk b. Sampah anorganik dan organik tak membusuk (rubbish), yaitu limbah padat anorganik atau organik cukup kering yang sulit terurai oleh mikroorganisme, sehingga sulit membusuk, misalnya kertas, plastik, kaca dan logam. c. Sampah abu (ashes), yaitu limbah padat yang berupa abu, biasanya hasil pembakaran. d. Sampah bangkai binatang (dead animal), yaitu semua limbah yang berupa bangkai binatang. e. Sampah sapuan (street sweeping), yaitu limbah padat hasil sapuan jalanan yang berisi berbagai sampah yang tersebar di jalanan. f. Sampah industri (industrial waste), semua limbah padat buangan industri.
3) Limbah Gas
47
Jenis limbah gas yang berada di udara terdiri dari bermacammacam senyawa kimia. Misalnya, karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), Nitrogen oksida (NOx), Sulfur dioksida (SOx), asam klorida (HCl), Ammonia (NH3), Metan (CH4), Klorin (Cl2). Limbah gas yang dibuang ke udara biasanya mengandung partikel-partikel bahan padatan, disebut materi partikulat.
Pengelompokan Berdasarkan Sumber :
1) Limbah domestik, adalah limbah yang berasal dari kegiatan permukiman penduduk 2) Limbah industri, merupakan buangan hasil proses industri 3) Limbah pertanian, berasal dari daerah pertanian atau perkebunan 4) Limbah pertambangan, berasal dari kegiatan pertambangan
2. Pengertian Limbah Cair Terdapat banyak pengertian mengenai limbah cair yang telah di kemukakan, umumnya meliputi komposisi serta sumber atau asal dari limbah cair tersebut. Menurut Enlers dan steel, limbah cair adalah cairan yang dibawa oleh saluran air limbah. Menurut Metcalf dan Eddy, limbah cair adalah kombinasi cairan dan sampah-sampah cairan yang berasal dari daerah permukiman, perdagangan, perkantoran, dan industri, bersama dengan air tanah, air permukaan dan air hujan yang mungkin ada kandungan berbahaya bagi lingkungan. Sedangkan menurut Kristanto limbah cair
48
industri adalah air limbah yang dihasilkan baik dari proses suatu pabrik maupun dari penggunaan air untuk hal-hal lain (misalnya, air yang di gunakan untuk mendinginkan mesin ataupun peralatan lainnya). Maka, secara umum limbah cair dapat di definisikan sebagai cairan buangan atau kotoran masyarakat yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya dan biasanya mengandung bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan hidup. Limbah cair merupakan air buangan dari suatu lingkungan masyarakat, bahan ini dapat seluruhnya berasal dari rumah tangga atau dapat juga mengandung air buangan dari industri atau pertanian. Terdapat dua jenis limbah cair berdasakan sumber cair tersebut, yaitu: 1. Limbah cair rumah tangga. Limbah cair rumah tangga ini umumnya terdiri dari ekskreta (tinja dan urin), air bekas cucian dapur, dan kamar mandi, di mana sebagian besar merupakan bahan-bahan organik. Limbah cair domestik mencakup seluruh limbah rumah tangga yang di buang saluran pembuangan yang meliputi: a. Limbah cair dari permukiman atau perumahan, untuk daerah perumahan yang kecil, aliran air buangan diperhitungkan melalui kepadatan penduduk dan rata-rata perorangan dalam menghasilkan air buangan.
49
b. Limbah cair dari daerah perdagangan, sumber dari daerah perdagangan meliputi lapangan terbang, hotel, gedung perusahaan, kantor, rumah makan, masjid, pasar, dan lain-lain. c. Limbah cair dari daerah kelembagaan, sumber dari daerah kelembagaan meliputi rumah sakit, rumah tahanan, sekolah, asrama dan lain-lain. 2. Limbah cair industri “Yang di maksud dengan limbah industri menurut Syamsuharya Bethan adalah, limbah yang ditimbulkan akibat proses produksi dalam suatu industri. Limbah cair ini berasal dari berbagai jenis industri, akibat proses produksi dan umumnya pengolahannya sulit serta mempunyai variasi pengolahan yang banyak”. 14)
Kadangkala air buangan industri ini ada yang bersifat toksik, kualitas dan kuantitas limbah cair industri bervariasi tergantung pada: a.
Besar kecilnya industri,
b. Pengawasan proses produksi pada industri, c.
Derajat penggunaan air,
d. Derajat pengolahan air.
14)
Syamsuharya Bethan, Penerapan Prinsip Hukum Pelestarian Fungsi Lingkungan Hidup Dalam Aktifitas Industri Nasional, Sebuah upaya penyelamatan lingkungan hidup dan kehidupan antar generasi, Alumni, Bandung, 2008. hal 19.
50
Pada dasarnya kegiatan suatu industri adalah mengelola masukan (input) menjadi keluaran (output), pengamatan terhadap sumber pencemaran sektor industri dapat dilakukan pada masukan, proses, maupun pada keluarnya dengan melihat spesifikasi dan jenis limbah yang di produksi. Jumlah aliran air limbah yang berasal dari industri sangat bervariasi tergantung dari jenis dan besar kecilnya industri, pengawasan pada proses industri, derajat penggunaan air, derajat pengolahan air limbah yang ada. Puncak tertinggi aliran selalu tidak akan melewati apabila menggunakan tangki penahan dan bak pengaman. Untuk memperkirakan jumlah air limbah yang dihasilkan oleh industri yang tidak menggunakan proses basah diperkirakan sekitar 50 m3/ha.hari. sebagai patokan dapat dipergunakan pertimbangan bahwa 85-95 % dari jumlah air yang dipergunakan adalah berupa air limbah industri tersebut tidak menggunakan kembali limbahnya. Air dari industri membawa sejumlah padatan dan partikel, baik yang larut maupun yang mengendap. Bahan ini ada yang kasar dan ada yang halus. Kerapkali ada buangan pabrik berwarna keruh dan bersuhu tinggi. Air limbah yang telah tercemar mempunyai ciri yang dapat diindentifikasikan secara visual dari kekeruhan, warna, rasa, bau yang ditimbulkan dari industri lainnya. Sedangkan identifikasi secara laboratorium ditandai dengan perubahan sifat kimia air.
51
3. Limbah B3 Menurut PP No. 18 tahun 1999, yang dimaksud dengan limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusakan lingkungan hidup dan atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain. Intinya adalah setiap materi yang karena konsentrasi dan atau sifat dan atau jumlahnya mengandung B3 dan membahayakan manusia, mahluk hidup dan lingkungan, apapun jenis sisa bahannya.
a. Tujuan pengelolaan limbah B3 Tujuan pengelolaan B3 adalah untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah B3 serta melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga sesuai dengan fungsinya kembali.Dari hal ini jelas bahwa setiap kegiatan/usaha yang berhubungan dengan B3, baik penghasil, pengumpul, pengangkut, pemanfaat, pengolah dan penimbun B3, harus memperhatikan aspek lingkungan dan menjaga kualitas lingkungan tetap pada kondisi semula. Dan apabila terjadi pencemaran akibat tertumpah, tercecer dan rembesan limbah B3, harus dilakukan upaya optimal agar kualitas lingkungan kembali kepada fungsi semula.
52
b. Identifikasi limbah B3 Pengidentifikasian limbah B3 digolongkan ke dalam 2 (dua) kategori, yaitu: 1. Berdasarkan sumber 2. Berdasarkan karakteristik Golongan limbah B3 yang berdasarkan sumber dibagi menjadi: 1.
Limbah B3 dari sumber spesifik;
2.
Limbah B3 dari sumber tidak spesifik;
3.
Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan dan buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi.
c.
Karakteristik limbah B3 Limbah bahan berbahaya dan beracun antara lain adalah bahan baku yang bersifat berbahaya dan beracun yang tidak digunakan karena rusak, sisa pada kemasan, tumpahan, sisa proses, sisa oli bekas dari kapal yang memerlukan penanganan dan pengelolaan khusus. Limbah yang termasuk limbah B3 adalah limbah yang memenuhi salah satu atau lebih karakteristik, yaitu: 1) Mudah meledak; limbah mudah meledak adalah limbah yang melalui reaksi kimia yang dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan sekitarnya. 2) Mudah terbakar; limbah mudah terbakar adalah limbah yang apabila berdekatan dengan api, percikan api, gesekan atau sumber nyala lain akan mudah menyala atau terbakar dan apabila telah nyala akan terus
53
terbakar dalam waktu lama. Limbah mudah terbakar adalah limbah yang pada suhu dan tekanan standar (250 C, 760 mmHg) dapat meledak atau melalui reaksi kimia dan atau fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan sekitarnya. Adapun sifat-sifat limbah yang mudah terbakar adalah limbah berupa cairan yang mengandung alcohol kurang dari 24% volume dan atau pada titik nyala tidak lebih dari 600 C (1400F) akan menyala apabila terjadi kontak dengan api atau sumber nyala lain pada tekanan udara 760 mmHg. Selain itu limbah yang bukan cairan, yang pada temperatur dan tekanan standar (250 C, 760 mmHg) dapat mudah menyebabkan kebakaran yang terus menerus. Dan yang terakhir adalah limbah yang bertekanan yang mudah terbakar, serta merupakan limbah pengoksidasi. 3) Bersifat reaktif; limbah yang bersifat reaktif adalah limbah yang dapat menyebabkan kebakaran karena melepaskan atau menerima oksigen. Adapun sifatsifatnya adalah limbah yang pada keadaan normal tidak stabil dan dapat menyebabkan perubahan tanpa peledakan, limbah yang dapat bereakasi hebat dengan air akan berpotensi menimbulkan ledakan, menghasilkan gas, uap atau asap beracun dalam jumlah yang membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan. 4) Limbah beracun; limbah beracun adalah limbah yang mengandung racun yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Limbah B3 dapat menyebabkan kematian dan sakit yang serius, apabila masuk kedalam tubuh melalui pernafasan kulit atau mulut. Penentuan sifat racun untuk identifikasi limbah ini dapat menggunakan baku mutu konsentrasi TCLP (Toxicity Characteristic Leaching Procedure) pencemaran organik dan anorganik dalam limbah. 5) Limbah yang menyebabkan infeksi; limbah ini sangat berbahaya karena mengandung kuman penyakit seperti hepatitis dan kolera yang ditularkan pada pekerja, pembersih tanjalan, masyarakat di sekitar lokasi pembuangan limbah. 6) Limbah yang bersifat Korosif; limbah yang mempunyai salah satu sifat antara lain menyebabkan
54
iritasi (terbakar) pada kulit, menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja dengan laju korosi lebih besar dari 6,35 mm/tahun dengan temperatur pengujian 55o C serta mempunyai Ph sama atau kurang dari 2 untuk limbah bersifat asam dan sama atau lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat basa. 7) Limbah jenis lainnya; adalah limbah lain yang apabila di uji dengan metode toksilogi dapat di ketahui termasuk dalam jenis limbah B3, misalnya dengan metode LD-50 (lethal dose fifty) yaitu perhitungan dosis (gram pencemaran per kilogram berat bahan) yang dapat menyebabkan kematian 50% populasi makhluk hidup yang dijadikan percobaan. 15)
Peningkatan karakteristik materi yang disebut B3 ini menunjukan bahwa pemerintah sebenarnya memberikan perhatian khusus untuk pengelolaan lingkungan Indonesia. Hanya memang perlu menjadi perhatian bahwa implementasi dari Peraturan masih sangat kurang di negara ini.
D. Dampak dari Pencemaran Limbah Cair terhadap Lingkungan Hidup Limbah pasti akan berdampak negatif pada lingkungan hidup jika tidak ada pengolahan yang baik dan benar, ada beberapa kemungkinan yang akan terjadi akibat masuknya limbah ke dalam lingkungan adalah : lingkungan tidak dapat mendapat pengaruh berarti, hal ini disebabkan karena volume limbah kecil. Parameter yang terdapat dalam limbah sedikit dengan konsentrasi kecil, ada pengaruh perubahan tetapi tidak mengakibatkan pencemaran, memberikan perubahan dan menimbulkan pencemaran. Dan adapun dampak lain dari kegiatan 15)
Gatot P. Soemartono, op.cit, hlm. 144-145.
55
industri terjadi pada komponen lingkungan geofisika kimia lebih banyak terjadi pada tahap komponen lingkungan kualitas air, baik air sungai, air tanah bebas (air tanah dangkal). Sedangkan pada tahap pra konstruksi dan konstruksi, dampak lingkungan (DAL) terjadi secara lebih merata, walaupun dengan intensitas yang diperkirakan lebih kecil, yaitu pada komponen lingkungan kualitas air, hydrogen sungai, dan kestabilan tanah (erosi). 1. Dampak pada Kualitas Air Sungai Cikaranggelam Buangan limbah cair yang paling menonjol adalah limbah yang berasal dari pabrik pupuk, dengan parameter pencemar yang paling menonjol adalah COD, BOD, NO2-N, NO3-N, NH3-N, dan lain-lain. Dan oleh karena itu pula dampak kegiatan industri pada kualitas air sungai (Sungai Cikaranggelam) ditandai dengan cukup banyak tingginya beberapa parameter tersebut terutama NH3 (ammonia), NO2-N (Nitrit) serta turunnya DO (Dissolve Oksigen) pada beberapa titik di bagian bawah (Down Stream) dari titik pembuangan limbah. Secara umum kondisi air sungai Cikaranggelam tidak memenuhi syarat bagi penggunaan untuk perikanan, dampak lebih lanjut dari pencemaran air sungai tersebut adalah matinya ikan pada bagian hilir Sungai Cikaranggelam dan diperkirakan pencemaran tersebut apabila tidak dikendalikan pada jangka panjang akan merugikan para petambak ikan atau udang di pantai Cimalaya. 2. Dampak pada Kualitas Air Tanah Dangkal Air tanah dangkal atau air tanah bebas pada dasarnya adalah merupakan rembesan langsung air permukaan (air hujan atau limpasan air hujan), pada
56
umumnya jenis air tanah tersebutlah yang merupakan sumber air minum dan kebutuhan rumah tangga yang lain, bagi penduduk di sekitar lokasi PT Pupuk Kujang Cikampek. Berdasarkan pengamatan lapangan, kedalaman muka air tanah dangkal berkisar antara 3 m - 12 m dari muka tanah. Kondisi kualitas air tanah dangkal dan sekaligus menelaah ada atau tidaknya dampak dari limbah pabrik terhadap air tanah, dilakukan analisis contoh kualitas air tanah dari lima sumur tanah dangkal yang terletak di sekitar lokasi kawasan industri PT Pupuk Kujang Cikampek. Hasilnya menunjukan bahwa telah terjadi pencemaran pada semua sumur yang dianalisis tersebut, hal ini ditunjukan baik pada hasil analisis air sumur pada musim hujan maupun pada awal musim kemarau. Dengan tingkat intensitas pencemaran yang berbeda, dapat diketahui bahwa jenis zat pencemar yang telah melampaui baku mutu lingkungan untuk air golongan A dan B (air baku untuk air minum), secara umum mencakup BOD, COD, NO2-N, NH3-N dan Mn. Dari fenomena tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1) Dapat diketahui bahwa kadar zat pencemar yang menonjol dari limbah pabrik adalah ammoniak, total-N, COD, dan BOD), atau pembusukan dan penguraian sampah organik di permukaan tanah. Dugaan ini diperkuat dengan bukti bahwa pencemaran yang terjadi pada musim hujan lebih besar intensitasnya dibanding pada musim kemarau, dapat diketahui bahwa pada musim hujan rembesan air permukaan yang berasal dari limpasan air hujan (run-off) ke dalam tanah jauh lebih besar dibanding pada musim kemarau. Dan kemungkinan besar pula bahwa limpasan air
57
hujan tersebut akan membawa ceceran limbah pabrik, maupun sampah organik termasuk kotoram manusia atau tinja. 2) Kotoran manusia diduga merupakan salah satu sumber pencemar air tanah dangkal, diperbuat dengan data yang menunjukan cukup tingginya kandungan bakteri coli-tinja pada air sumur yang dianalisis. Pengamatan lapangan juga menunjukan masih banyaknya aktivitas buang hajat di lahan terbuka di permukiman penduduk tersebut. Secara lebih lanjut dampak pencemaran air tanah tersebut tentunya akan mengena pada kesehatan masyarakat pengguna (air), data kesehatan masyarakat yang didapat dari hasil survey lapangan menunjukkan bahwa indeks penyakit yang berkaitan dengan konsumsi air yaitu: penyakit pencernaan, penyakit kulit dan gigi. Pengertian pengelolaan lingkungan hidup sering disalah artikan sebagai pengelolaan dampak. Pengertian pengelolaan dampak adalah menangani akibat yang timbul (bisa saja berupa kerusakan lingkungan) dari suatu kegiatan. Jika mengibaratkan pengelolaan lingkungan hidup sama dengan pengelolaan limbah, maka yang terbayang adalah disana ada proyek-proyek bernilai tinggi untuk membersihkan limbah cair (pemasangan water treatment dan pembelian bahan kimia yang dibutuhkan), disana akan diibaratkan teknologi tinggi dan teknologi mutahir serta uang untuk mengatasi limbah. Kerusakan sumber daya alam dan pencemaran lingkungan hidup pada umumnya disebabkan oleh kegiatan pembangunan yang kurang memperhatikan
58
daya dukung lingkungan hidup. Limbah industri dan rumah tangga yang langsung dibuang kedalam sungai dan perairan alamiah atau ke udara menimbulkan biaya sosial yang makin besar bagi masyarakat, baik dalam bentuk biaya untuk kesahatan, menurutnya produktivitas dan pendapatan karena sakit, tidak berfungsinya sungai untuk mendukung kegiatan perikanan dan penyediaan air minum, dan sebagainya, apabila akibat limbah bahan berbahaya dan beracun yang dibuang secara seimbang ke dalam lingkungan/alam sekitar akan memetikan kemampuan dan fungsi lingkungan hidup dalam mendukung perikehidupan. Sangat disayangkan bahwa perusakan lingkungan berupa pencemaran udara, air dan berbagai kerusakan lingkungan lainnya, menyebabkan dampak kerugian yang tiada nilai dampak ini merusak lingkungan hidup/alam sekitar yang lainnya tidak pernah ditujukan dalam perhitungan kebijakan pendanaan untuk perbaikan lingkungan. Yang menjadi masalah selanjutnya adalah, apabila pencemaran tersebut menimbulkan kerugian bagi penderita, misalnya korban harus pergi ke dokter, tidak dapat menjalankan pekerjaannya, atau menjadi cacat dan lain-lain, maka sesuai dengan asas prinsip pencemar membayar (polluter pays principle), pencemar berkewajiban mengganti kepada penderita yang telah dilanggar haknya atas lingkungan hidup yang baik dan sehat, dengan kata lain korban berhak menggugat ganti kerugian yang besarnya sesuai dengan kerugian yang diderita. Pasal 98 ayat (1) Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan bahwa: “Setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara
59
ambient, baku mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling sedikit Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) dan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)”. 16)
E. Proses Pengolahan Limbah Cair Industri Air yang telah digunakan untuk keperluan industri sering dikembalikan lagi ke sumber asalnya, keadaan ini merupakan masalah karena semakin lama jumlah polutan di dalam air akan semakin tinggi. Bentuk kontrol terhadap pencemaran air akibat buangan limbah industri ini adalah sistem buangan dan dialirkan ke tempat pengolahan limbah, dimana buangan yang keluar dari tempat pengolahan limbah tersebut diharapkan mutunya sudah memenuhi syarat untuk dibuang kembali ke badan air penerima. 1. Pengolahan Pertama (Preliminary dan Primary Treatment)
Tujuan dari preliminary treatment adalah untuk memisahkan konstituen limbah cair yang dapat menyebabkan masalah pada proses operasi maupun pada pemeliharaan dalam keseluruhan proses pengolahan, sedangkan tujuan dari primary treatment adalah memisahkan padatan dan bahan organik dari limbah cair. Biasanya dilakukan dengan operasi fisik seperti sedimentasi, adapun bangunan yang digunakan pada tahap preliminary dan primary treatment ini adalah: 16)
Pasal 98, Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, ibid. hlm. 56.
60
1) Bak Ekualisasi Tujuan dari bak ekualisasi adalah untuk mengurangi atau mengkontrol fluktuasi dari air limbah sehingga didapatkan aliran yang sama rata atau konstan, keuntungan dari penggunaan bak ekualisasi ini adalah; (1) Beban pengolahan biologis dapat dikurangi karena terjadinya shock loading bisa dihindari sehingga sejumlah inhibitor dapat dikurangi dan nilai pH stabil. (2) Kualitas effluent secondary clarifier dan kualitas thickener suspended solid baik karena solid loading trap atau konstan. 2) Bak Pemisahan Minyak dan Lemak (gravity oil separator) Minyak atau lemak yang ada dalam air limbah harus dipisahkan terlebih dahulu sebelum air limbah mengalami pengolahan lebih lanjut khususnya pengolahan biologis. Hal ini dikarenakan minyak dapat bergabung dengan mikroorganisme membentuk lapisan film sehingga akan mengganggu proses pengolahan biologis dan pengolahan-pengolahan selanjutnya. Pemisahan minyak atau lemak dari air limbah melalui dua cara yakni flotasi dan sendimentasi, yang dimaksud flotasi adalah memisahkan partikel yang berat jenisnya kecil dari pada zat cair, sedangkan sedimentasi adalah memisahkan partikel yang berat jenisnya lebih besar dari air.
61
3) Bak Netralisasi Tujuan dari bak netralisasi adalah untuk menetralkan air limbah industri, Hal ini karena air limbah industri yang dihasilkan mengandung kadar asam atau basa yang tinggi sehingga perlu dinetralkan terlebih dahulu. Apabila air limbah mengandung kadar asam yang tinggi maka pada air limbah tersebut ditambahkan basa, dan begitupun sebaliknya. 2. Pengolahan Kedua (Secondary Treatment) Tujuan dari pengolahan ini adalah untuk memisahkan bahan organik dan padatan tersuspensi yang dapat terdegradasi secara biologis. Pengolahan tahap ini biasanya memanfaatkan kemampuan mikroorganisme untuk memisahkan kontaminan-kontaminan dalam limbah cair sehingga dikategorikan sebagai inti pengolahan biologis. Target utama pengolahan ini adalah penurunan kandungan organik dan mikroorganisme patogen. Tahapan pengolahan ini merupakan lanjutan dari Primary Treatment. Jenis bangunan yang biasa digunakan adalah bak pengendap yang berfungsi untuk memisahkan lumpur. Langkah ini merupakan langkah terakhir untuk menghasilkan efluen yang stabil. 3. Pengolahan Lanjutan (Advanced Treatment) Seringkali proses pengolahan limbah yang telah diterapkan tidak memberikan hasil yang memuaskan. Keadaan ini akan menjadi nyata jika terdapat senyawa anorganik dalam air limbah. Senyawa semacam ini perlu
62
dihilangkan guna mendapatkan air buangan yang memenuhi syarat. Adapun contoh dari senyawa anorganik dalam air limbah misalnya ammonia yang dapat menjadi racun bagi ikan. Kalsium, Magnesium, Kalium meningkatkan kesadaran air. Merkuri, Fosfat pada konsentrasi tertentu adalah bentuk anorganik lain yang memberi dampak negatif terhadap lingkungan. Proses pengolahan lanjut melalui proses fisika, kimia, dan biologis. Pemilihan proses tergantung pada bahan-bahan yang terdapat dalam air buangan. Tertera pada tabel di bawah ini:
63
Pilihan Proses Untuk Berbagai Tujuan
Proses
Tujuan Penggunaan
FISIKA 1. Striping Udara
Menghilangkan gas terlarut dalam air limbah, menghilangkan partikel
2. Filtrasi
Memisahkan bahan dengan menciptakan 2 macam kondisi
3. Destilisasi
Pemisahan zat padat/partikel cair dari limbah dengan bantuan udara
b. Pengapungan
Pemisahan air dari garam terlarut melalui membrane semipermaebel
5. Reverse Osmosis
Menghilangkan fosfat
6. Absorbi
Menghilangkan senyawa organik yang sulit dipisahkan
KIMIA 1. Karbon aktif
Mengendapkan bahan yang mudah mengendap/menggumpal
2. Pengendapan kimia
Penjernihan (permukaan air)
3. Pertukaran ion
Memperoleh zat tertentu dalam buangan (daur ulang)
4. Elektrolisa
Menurunkan konsentrasi zat organik dan mengurangi bakteri
5. Oksidasi
Mengurangi konsentrasi zat tertentu
6. Reduksi
Mengoksidasi amoniak nitrogen
BIOLOGIS 1. Asimilasi bakteri
Menghilangkan nitrogen dan fosfor
2. Algae
Menghilangkan nitrogen
5) Baku Mutu LimbahMenghilangkan/menambahkan Cair Industri 3. Nitrifikasi-Denitrifikasi nitrogen
(Sumber : Dokumen Unit Utility, PT. Pupuk Kujang, 2005)
64
F. Baku Mutu Lingkungan
Limbah dapat menimbulkan dampak negatif apabila jumlah atau konsentrasinya di lingkungan telah melebihi baku mutu. Salah satu upaya untuk menanggulangi pencemaran lingkungan perlu baku mutu lingkungan. UndangUndang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup mendefinisikan:
“Baku mutu lingkungan sebagai ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup”. 17)
Baku mutu lingkungan adalah ambang batas/batas kadar maksimum suatu zat atau komponen yang diperbolehkan berada di lingkungan agar tidak menimbulkan dampak negatif. Baku mutu lingkungan mencakup baku mutu limbah padat, baku mutu air laut, baku mutu udara emisi, baku mutu limbah cair, dan baku mutu air pada sumber air.
Baku mutu air pada sumber air, yaitu batas kadar yang diperbolehkan untuk suatu zat atau bahan pencemar terdapat di dalam air, tetapi air tetap dapat digunakan sesuai dengan kriterianya. Menurut Pasal 2 ayat (1) Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. KEP-02/MENKLH/I/1988 tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan menyatakan bahwa : 17)
Pasal 1 Angka (13), Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, ibid. hlm. 4.
65
“Air pada sumber air menurut kegunaannya digolongkan menjadi: a. golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu; b. golongan B, yaitu air yang dapat dipergunakan sebagai air baku untuk diolah sebagai air minum dan keperluan rumah tangga; c. golongan C, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan; d. golongan D, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan pertanian, dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri, listrik tenaga air”. 18)
Pencemaran udara di lingkungan dapat dibedakan menjadi baku mutu udara ambient dan baku mutu udara emisi. Baku mutu udara ambien adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di udara karena tidak menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup dan/atau benda. Adapun baku mutu udara emisi adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar untuk dikeluarkan dari sumber pencemar ke udara sehingga tidak mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambient.
Baku mutu limbah cair industri pupuk di atur dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair industri pupuk urea. Yang kemudian disempurnakan dengan Keputusan Menteri Lingkungan hidup No. 122 Tahun 2004, dan dipakai sebagai acuan sampai saat ini. Berikut adalah baku mutu limbah cair industri pupuk:
18)
Www.google.com, Pasal 2 ayat (1) Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. KEP-02/MENKLH/I/1988 tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan
66
Baku Mutu Limbah Cair Untuk Industri Pupuk Urea
Parameter
Kadar Maksimum (mg/l)
Beban Pencemar Maksimum (kg/ton)
BOD
100
1,5
COD
250
3,75
Total Suspended Solid
100
1,5
Minyak, Lemak
25
0,4
NH3-N
50
0,75
pH
6-9
6-9
Q maksimum
15 m3/ton
15 m3/ton
(Sumber : Kep Men LH No. 51 tahun 1995)
Baku Mutu Air Limbah bagi kegiatan industri Pupuk Pupuk Urea
Pupuk Nitrogen Lain
Ammonia
Beban Pencemar Maksimum (kg/ton produk)
Beban Pencemar Maksimum (kg/ton produk)
Beban Pencemar Maksimum (kg/ton produk)
COD
3,0
3,0
0,3
Total Suspended Solid
1,5
3,0
0,15
Minyak, Lemak
0,3
0,3
0,03
NH3-N
0,17
1,5
0,3
TKN
1,5
2,25
-
pH
6-10
6-10
6-10
Q maksimum
3
3
15m3/ton
Parameter
15m /ton
(Sumber : Kep Men LH No. 122 tahun 2004)
15m /ton