BAB II TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN PROPOSISI
2.1
Tinjauan Teoritis
2.1.1 Definisi Dasar Corporate Social Responsibility Tanggung jawab sosial (social responsibility) merupakan pelebaran tanggung jawab perusahaan sampai lingkungan baik secara fisik maupun psikis, Chapra (1983). Hal itu dapat dilakukan dengan berinvestasi pada sektor – sektor ramah lingkungan, menjaga keseimbangan eksploitasi, pengolahan limbah (daur ulang limbah) menaikkan pengeluaran–pengeluaran sosial (biaya sosial) serta cara lain guna menjaga keseimbangan lingkungan dan sejenisnya. Biaya-biaya tersebut dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan antara keberadaan perusahaan dengan harapan masyarakat dan lingkungan. Definisi lain menyatakan bahwa tanggung jawab sosial merupakan komitmen berkelanjutan para pelaku bisnis untuk memegang teguh pada etika bisnis
dalam
beroperasi,
member
konstribusi
terhadap
pembangunan
berkelanjutan, serta berusaha mendukung peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan bagi pekerja, termasuk meningkatkan kualitas hidup bagi masyarakat sekitar.Satu terobosan besar perkembangan gema tanggung jawab sosial perusahaan dikemukakan oleh John Elkington (1997) yang dikutip oleh Hadi, N (2011: 56-58) yang terkenal dengan sebutan : “The Triple Botton Line” yang dimuat dalam buku “Canibals with Forks, the Triple Botton Line of Twentieth Century Business.”
8
9
Konsep tersebut mengakui bahwa jika perusahaan ingin sustain maka perlu memperhatikan 3P, yaitu bukan cuma profit yang diburu, namun juga harus memberikan kontribusi positif kepada masyarakat (people) dan ikut aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet). Konsep Triple Botton Line tersebut merupakan kelanjutan dari konsep sustainable development yang secara eksplisit telah mengaitkan antara dimensi tujuan dan tanggung jawab , baik kepada shareholder maupun stakeholder. 1.
Profit, merupakan satu bentuk tanggung jawab yang harus dicapai perusahaan, bahkan mainstream ekonomi yang dijadikan pijakan filosofis operasional perusahaan, profit merupakan orientasi utama perusahaan. Peningkatan kesejahteraan personil dalam perusahaan, meningkatkan tingkat kesejahteraan pemilik (shareholder), peningkatan kontribusi bagi masyarakat lewat pembayaran pajak, melakukan ekspansi usaha dan kapasitas produksi membutuhkan sumberdana, hal itu bisa dilakukan manakala didukung kemampuan menciptakan keuntungan (profit) perusahaan.
2.
People, merupakan lingkungan masyarakat (community) di mana perusahaan berada. Mereka adalah para pihak yang mempengaruhi dan dipengaruhi perusahaan. Dengan demikian, community memiliki interrelasi kuat dalam rangka menciptakan nilai bagi perusahaan. Hamper tidak mungkin perusahaan mampu menjalankan operasi secara survive tanpa didukung masyarakat sekitar. Disitulah letak terpenting dari kemauan dahn kemampuan perusahaan mendekatkan diri dengan masyarakat lewat strategi social responsibility.
10
3.
Planet, merupakan lingkungan fisik (sumberdaya fisik) perusahaan. Lingkungan fisik memiliki signifikansi terhadap eksistensi perusahaan. Mengingat, lingkungan merupakan tempat di mana perusahaan berada. Satu konsep yang tidak bisa dihiraukan adalah hubungan perusahaan dengan alam yang bersifat sebab – akibat. Kerusakan lingkungan, eksploitasi tanpa batas keseimbangan, cepat atau lambat akan menghancurkan perusahaan dan masyarakat.
1. Prinsip – prinsip Social Responsibility Tanggung jawab sosial (social responsibility) mengandung interpretasi yang sangat berbeda, terutama dikaitkan dengan kepentingan pemangku kepentingan (stakeholder). Untuk itu, dalam memudahkan pemahaman dan penyederhanaan, banyak ahli mencoba menggaris bawahi prinsip dasar yang terkandung dalam tanggung jawab sosial. Menurut Crowther David (2008) yang dikutip oleh Hadi, N (2011:5961)mengurai prinsip – prinsip tanggung jawab sosial (social responsibility) menjadi tiga, yaitu : 1.
Sustainability, berkaitan dengan bagaimana perusahaan dalam melakukan aktivitas tetap memperhitungkan keberlanjutan sumberdaya di masa depan. Keberlanjutan juga memberikan arahan bagaimana penggunaan sumberdaya sekarang tetap memperhatikan dan memperhitungkan kemampuan generasi di masa depan.
2.
Accountability, merupakan upaya perusahaan terbuka dan bertanggung jawab atas aktivitas yang telah dilakukan. Akuntabilitas dibutuhkan , ketika aktivitas
11
perusahaan
mempengaruhi
dan
dipengaruhi
lingkungan
eksternal.
Akuntabilitas dapat dijadikan sebagai media bagi perusahaan membangun image dan network terhadap para pemangku kepentingan. 3.
Transparency , merupakan satu hal yang amat penting bagi pihak eksternal, berperan untuk mengurangi asimetri informasi, kesalahpahaman , khususnya informasi dan pertanggung jawaban berbagai dampak dari lingkungan.
2. Manfaat Penerapan CSR Dengan adanya CSR akan meningkatkan profit bagi perusahaan dan kinerja finansial yang lebih baik karena banyak perusahaan-perusahaan besar yang mengungkapkan program CSR menunjukan keuntungan yang nyata terhadap peningkatan nilai saham.CSR juga mampu meningkatkan reputasi perusahaan yang dapat dipandang sebagai social marketing bagi perusahaan. Social marketing akan dapat memberikan manfaat dalam pembentukan brand image suatu perusahaan dalam kaitannya dengan kemampuan perusahaan terhadap komitmen yang tinggi terhadap lingkungan selain memiliki produk yang berkualitas tinggi. Hal ini tentu saja akan memberikan dampak positif terhadap voume unit produksi yang terserap pasar yang akhirnya akan mendatangkan keuntungan yang besar terhadap peningkatan laba perusahaan. Kegiatan CSR yang diarahkan memperbaiki konteks korporat inilah yang memungkinkan alignment antara manfaat sosial dan bisnis yang muaranya untuk meraih keuntungan materi dan sosial dalam jangka panjang.
12
Ada beberapa banyak manfaat CSR yang diperoleh perusahaan antara lain : 1. Mampu meningkatkan reputasi perusahaan tersebut yang juga merupakan bagian dari pembangunan citra perusahaan (corporate image building). 2. Meningkatkan
kemampuan
untuk
menarik
hati,
memotivasi,
dan
mempertahankan (retain) karyawan. 3. CSR yang dilaksanakan secara konsisten akan mampu memperbaiki dan mempererat hubungan antara perusahaan dengan para stakeholdernya. 4. Meningkatkan penjualan. Satyo (2005) menyatakan penyajian laporan berkaitan aktivitas sosial dan lingkungan
memberikan
banyak
manfaat
bagi
perusahaan
antara
lain
meningkatkan citra perusahaan, disukai konsumen, dan diminati investor. Tanggung jawab sosial perusahaan tersebut memberikan keuntungan bersama bagi semua pihak, baik perusahaan sendiri, karyawan, masyarakat, pemerintah maupun lingkungan. 2.1.2 Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial Definisi akuntansi pertanggungjawaban sosial menurut Belkaoi (2008) dalam Wardani, D. K (2011:19) adalah :“The process of ordering, measuring, and disclosing the impact of exchanges between a firms and its social environment.” Definisi menunjukkan bahwa akuntansi pertanggungjawaban sosial sebagai proses penyusunan, pengukuran, dan pengungkapan dampak pertukaran antara suatu perusahaan dengan lingkungan sosialnya. Dampak ini mengacu pada akibat yang ditimbulkan dari aktivitas-aktivitas perusahaan-perusahaan terhadap lingkungan
13
sosialnya baik yang bersifat positif yang disebut manfaat sosial, maupun negatif yang berupa biaya sosial. Sedangkan definisi akuntansi pertanggungjawaban social menurut Harahap, S.S (2007:291) adalah akuntansi sosio ekonomi timbul dari penerapan akuntansi ilmu sosial, ini menyangkut pengaturan, pengukuran, analisis, dan pengungkapan pengaruh ekonomi dan sosial dari kegiatan pemerintah dan perusahaan. Hal ini termasuk kegiatan makro dan mikro. Pada tingkat makro bertujuan untuk mengukur dan mengungkapkan kegiatan ekonomi dan sosial Negara, mencakup: social accounting and report serta peranan akuntansi dalam pembangunan ekonomi. Pada tingkat mikro bertujuan untuk mengukur dan melaporkan pengaruh kegiatan perusahaan terhadap lingkungannya, mencakup: financial and managerial social accounting, social auditing. Manfaat yang akan diperoleh pihak manajemen dengan penerapan akuntansi pertanggungjawaban sosial ini adalah : a. Dapat meningkatkan citra baik perusahaan dan timbul simpati masyarakat terhadap perusahaan dalam jangka panjang dimasa mendatang. b. Bermanfaat bagi anggota masyarakat dalam menilai kinerja sosial perusahaan dan membantu manajemen mencapai tujuannya yaitu dengan meyakini adanya suatu pertimbangan yang lebih menyeluruh atau lengkap yang telah diberikan kepada kebutuhan bisnis secara total dan pengharapan publik. c. Membantu manajemen berfikir tentang akibat secara keseluruhan dari tindakan mereka sehingga manajemen dapat mengambil keputusan yang lebih baik.
14
2.1.3 Kategori Pengungkapan Informasi Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial Harahap, S.S (2007:395) menyebutkan bahwa sejak tahun 1971 tentang keterlibatan sosial perusahaan yang diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan. Beberapa hal yang diungkapkan adalah sebagai berikut : 1. Lingkungan : a. Polusi b. Pencegahan kerusakan lingkungan, konservasi sumber-sumber alam, dan lain-lain. 2. Energi : a. Konservasi energi b. Penghematan, dan lain-lain 3. Praktik Usaha yang fair : a. Merekrut pegawai dari minoritas dan peningkatan kemampuannya b. Penggunaan tenaga wanita sebagai karyawan c. Pembukaan unit usaha di luar negeri, dan lain-lain 4. Sumber tenaga manusia : a. Kesehatan dan keamanan pegawai b. Training, dan lain-lain 5. Keterlibatan terhadap masyarakat : a. Kegiatan masyarakat sekitar b. Bantuan kesehatan c. Pendidikan, seni, dan lain-lain
15
6. Produksi : a. Keamanan produksi b. Mengurangi polusi c. Keracunan, dan lain-lain. 2.1.4 Biaya Tanggungjawab Sosial dan Lingkungan Ketika laporan tanggungjawab sosial diundangkan dalam UU No. 40 Tahun 2007, maka untuk industri tertentu sebagaimana dinyatakan dalam UndangUndang tersebut menjadi mandatory. Secara eksplisit Undang-Undang No.40 Tahun 2007 pasal 74 ayat 2 menyebutkan bahwa : “Tanggungjawab sosial dan lingkungan Perseroan wajib dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang besarnya ditentukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. Untuk itu, Perseroan wajib menyisihkan dana untuk keperluan kegiatan program sosial dan lingkungan.” Dengan mengacu pada UU No. 40 Tahun 2007 proses akuntansi khususnya yang terkait dengan pengakuan, pengukuran dan pengungkapan biaya sosial tersebut dalam laporan keuangan perusahaan menyatakan bahwa : “Biaya tanggungjawab diambil dari penyisihan laba bersih yang ditetapkan lewat RUPS tahunan, sehingga semula masyarakat beranggapan biaya sosial tersebut diakui sebagai pengurang laba ditahan dan disajikan pada laporan perubahan ekuitas Perseroan”. 2.1.5 Pelaporan Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial Pada Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 (Revisi 2009) paragraf sembilan tercantum : “Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting”.
16
Laporan Tanggung Jawab Sosial merupakan laporan aktifitas tanggung jawab sosial yang telah dilakukan perusahaan baik berkaitan dengan perhatian masalah dampak sosial maupun lingkungan. Laporan tersebut menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan laporan tahunan (annual report) yang dipertanggung jawabkan direksi di depan sidang Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Laporan ini berisi laporan program – program sosial dan lingkungan perseroan yang telah dilaksanakan selama tahun buku berakhir. Dalam pelaporan Biaya Sosial, menurut Glautier dan Underdown (1986) dalam Trigoyanti, S. D (2009:26-27),terdapat tiga pendekatan : 1)
Pendekatan Deskriptif (descriptive approach) Laporan Sosial Deskriptif mengandung semua data aktivitas sosial perusahaan dan laporan ini merupakan laporan sosial yang simpel dan dengan format yang paling informatif.
2)
Pendekatan Biaya yang Dikeluarkan (the-cost-of-the outlay approach) Pendekatan ini dilaporkan secara kuantitatif, dimana biaya-biaya yang dikeluarkan untuk aktivitas social dikuantifikasikan dalam bentuk satuan mata uang.
3)
Pendekatan Biaya Manfaat (the-cost-benefit approach) Pendekatan biaya manfaat ini mengungkapkan keduanya baik biaya maupun manfaat yang berhubungan dengan aktivitas sosial perusahaan. Namun, pendekatan ini sulit untuk diterapkan karena adanya kesulitan dalam pengukuran manfaat atas biaya-biaya yang dikeluarkan untuk aktivitas-aktivitas social perusahaan.
17
Penerapan Laporan Tanggung Jawab Sosial dengan menggunakan pendekatan biaya yang dikeluarkan menurut penulis merupakan pendekatan yang paling sesuai untuk dilaksanakan. Hal ini dikarenakan pendekatan biaya manfaat dapat menggambarkan perbandingan (comparability) antara tahun yang satu dengan tahun
yang lain dalam hal-hal yang berhubungan dengan komitmen
keuangan bagi aktivitas social. Meskipun pendekatan ini juga memiliki kelemahan yaitu tidak disajikannya manfaat yang diperoleh sehubungan dengan telah dikeluarkan biaya untuk suatu aktivitas social, namun pada kenyataannya orang lebih cenderung untuk mengukur biaya kegiatan dari pada manfaatnya. Dalam tabel pendekatan biaya yang dikeluarkan dari Laporan Realisasi Peredaran Dana Program Kemitraan (pinjaman dan pembinaan) serta Laporan Daftar Realisasi Program Bina Lingkungan yang terdiri dari berbagai bentuk kegiatan yaitu bidang lingkungan, bidang social, bidang pendidikan dan pelatihan, bidang kesehatan, dan bidang keselamatan konsumen. Berikut ini tabel 1 merupakan contoh Laporan Realisasi Dana yang Tersedia Dalam Program Bina Lingkungan. Dan tabel 2 merupakan contoh Laporan Pertanggungjawaban Sosial dengan menggunakan pendekatan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan.
18
Tabel 1 Laporan Realisasi Dana yang Tersedia Dalam Program Bina Lingkungan PT. Perkebunan Nusantara 31 Desember 2010 No. A
B
C
Uraian
A.Dana yang Tersedia : 1.Saldo Awal 2.Penerimaan alokasi laba a. Eks. Laba sebelum tahun X-1 b. Eks. Laba Tahun X-1 3. Penerimaan Jasa Giro / Bunga deposito 4. Lain – lain Jumlah Dana yang Tersedia Penggunaan Dana 1. Program Bina Lingkungan Bantuan-Bantuan Untuk : a. Bantuan korban bencana alam b. Bantuan pendidikan dan pelatihan Pendidikan Pelatihan c. Bantuan peningkatan kesehatan d. Pengembangan Prasarana dan Sarana Umum e. Bantuan Sarana ibadah Jumlah bantuan Bina Lingkungan 2. Beban Operasional a. Beban Survai / Penelitian, Monitoring/ evaluasi dan penyerahan bantuan b. Beban-beban Pengiriman barang c. Beban Administrasi Jumlah Beban Operasional 3. Penyisihan BUMN Peduli Jumlah Penggunaan Dana (1+2) Saldo Akhir Dana 31 Desember Tahun X (A-B)
Sumber: Siska Sugiarti. Skripsi. 2012:68
Realisasi (Rp)
19
Tabel 2 Laporan Biaya Sosial PT. Ezly Bazliyah Opeerating Report 31 Desember 2000 I. Kaitan dengan masyarakat : A. Perbaikan : 1. Pelatihan orang cacat 2. Sumbangan pada lembaga pendidikan 3. Biaya extra karena merekrut minoritas 4. Biaya penitipan bayi Total Perbaikan 1. Kerusakan : Penundaan pemasangan alat pengaman Perbaikan (bersih) untuk masyarakat (I) II. Kaitan dengan lingkungan : A. Perbaikan : 1. Reklamasi lahan dan pembuatan taman 2. Biaya pemasangan kontrol polusi 3. Biaya pematian racun limbah Total Perbaikan B. Kerusakan : 1. Biaya yang akan dikeluarkan untuk reklamasi Pertambangan 2. Taksiran biaya pemasangan penetralan racun air Total Kerusakan C. Defisit (II) III. Kaitan dengan produk : A. Perbaikan : 1. Gaji eksekutif sewaktu melayani Komisi Pengamanan Produk 2. Biaya pengganti cat beracun Total Perbaikan B. Kerusakan : 1. Pemasangan alat pengaman produksi C. Net perbaikan (III) Total Socio Economic Defisit 1993 (I+II+III) Saldo Kumulatif 1.01.1993 Saldo Kumulatif Net Perbaikan
Sumber : Sofyan Syafrie Harahap. 2007 : 410
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
………. ………. ………. ………. ……….
(Rp. Rp.
……….) ……….
Rp. Rp. Rp. Rp.
………. ………. ………. ……….
Rp.
……….
Rp. Rp. (Rp.
………. ………. ……….)
Rp. Rp. Rp.
………. ………. ……….
Rp. Rp.
………. ……….
(Rp. Rp. Rp.
……….) ………. ……….
20
Untuk melaporkan aspek sosial ekonomi yang diakibatkan perusahaan ada beberapa teknik pelaporan Social Economic Accounting (SEA), menurut Diller yang dikutip oleh Harahap, S.S (2007:409), yaitu sebagai berikut : 1. Pengungkapan dalam surat kepada pemegang saham baik dalam laporan tahunan atau bentuk laporan lainnya. 2. Pengungkapan dalam catatan atas laporan keuangan. 3. Dibuat dalam perkiraan tambahan misalnya melalui adanya perkiraan (akun) penyisihan kerusakan lokasi, biaya pemeliharaan lingkungan, dan sebagainya. Namun demikian, sebagai informasi yang akan dilaporkan dalam akuntansi pertanggungjawaban sosial terdapat beberapa metode pengukuran sebagai berikut (Harahap, S.S, 2007:408) : 1. Menggunakan penelitian dengan menghitung Opportunity Cost Approach. Misalnya dalam menghitung social cost dari pembuangan, maka dihitung berapa kerugian manusia dalam hidupnya, berapa berkurang kekayaannya, berapa kerusakan wilayah rekreasi, dan hal lain sebagainya akibat pembuangan limbah. Total kerugian itulah yang menjadi social cost perusahaan. 2. Menggunakan daftar kuesioner, survey, lelang, di mana mereka yang merasa dirugikan ditanyai berapa besar jumlah kerugian yang ditimbulkannya atau berapa biaya yang harus dibayar kepada mereka sebagai kompensasi kerugian yang dideritanya. 3. Menggunakan hubungan antara kerugian masal dengan permintaan untuk barang perorangan dalam menghitung jumlah kerugian masyarakat.
21
4. Menggunakan reaksi pasar dalam menentukan harga. Misalnya vonis hakim akibat pengaduan masyarakat akan kerusakan lingkungan dapat juga dianggap sebagai dasar perhitungan. 2.1.6 Definisi Strategi Diferensiasi Strategi diferensiasi adalah membentuk persepsi pembeli akan keuntungan suatu produk/jasa dibandingkan dengan produk/jasa sejenis sehingga mereka bersedia untuk membeli dengan harga lebih mahal. Sedangkan pengertian strategi diferensiasi menurut Kotler, P (1999) adalah tindakan merancang satu set perbedaan yang berarti untuk membedakan penawaran perusahaan dari penawaran pesaing. Esensi dari strategi diferensiasi adalah perusahaan dapat memberikan perbedaan yang lebih unik dari pada pesaing, sehingga dengan perbedaan itu konsumen memiliki nilai yang lebih tinggi. Aaker dalam Ferdinand, A (2003) menyatakan bahwa strategi diferensiasi yang sukses haruslah strategi yang mampu: (a) menghasilkan nilai pelanggan, (b) memunculkan persepsi yang bernilai khas dan baik serta (c) tampil sebagai wujud berbeda yang sulit untuk ditiru. Diferensiasi adalah strategi yang bertujuan memproduksi barang dan jasa yang di anggap unik oleh industri dan ditujukan kepada pelanggan yang relatif tidak sensitif terhadap harga. 2.1.7 Sumber Diferensiasi Perusahaan melakukan deferensiasi terhadap para pesaingnya bilamana dia berhasil menampilkan keunikan yang bernilai penting oleh pembeli bukan hanya penawaran harga rendah tetapi keunikan yang lain.
22
1. Diferensiasi produk Dalam diferensiasi produk, produk memiliki arti atau nilai bahwa perusahaan menciptakan suatu produk baru yang dirasakan oleh keseluruhan pelanggan sebagai produk yang unik dan berbeda . Dalam hal ini , produk yang dimaksud adalah mutu produk yang akan mendukung posisi produk dipasaran. Mutu dapat didefinisikan sebagai pembanding dengan alternative pesaing dari pandangan pasar . Mutu dapat dikatakan sebagai bagaimana produk itu disesuaikan dengan baik dan sesuai dengan yang digunakan , dan juga dipercaya selama berakhirnya waktu. Suatu penentu terpenting pada kesuksesan produk baru dan keuntungan adalah pada mutu produk , ( Perlusz, Gattiker dan Pedersen, 2000) dalam Lestari, D. E (2005). Produk yang memiliki diferensiasi yang unik dan beda dapat dijadikan sebagai cirri khas dari suatu perusahaan. Dalam hal ini, keunggulan yang berupa posisi superioritas dalam sebuah industri atau pasar sehingga perusahaan dapat meningkatkan kinerja perusahaan karena keunggulan bersaing dapat dicapai dari berbagai kompetensi yang dimiliki dan ditingkatkan melalui aset-aset stratejik bawaan khas perusahaan (Ferdinand, A 2003). 2. Diferensiasi Pelayanan Selain mendiferensiasikan produk fisiknya, perusahaan juga dapat mendiferensiasikan pelayanannya. Jika produk fisiknya tidak mudah didiferensiasikan, kunci sukses lainnya terletak pada peningkatan kualitas pelayanan. Dalam hal ini, pelayanan yang dimaksud meliputi kualitas dari
23
pelayanan. Kualitas merupakan kiat secara konsisten dan efisien untuk member pelanggan/anggota apa yang diinginkan dan diharapkan oleh pelanggan/anggota (Shelton ,1997). 2.1.8 Kinerja Keuangan Kinerja keuangan perusahaan sangat ditentukan oleh kualitas kebijakan manajemen yang di ambil dalam upaya mencapai tujuan organisasi, sehingga untuk mengukur kinerja keuangan perlu dilaksanakannya analisa laporan keuangan, karena dalam laporan keuangan segala hasil kebijakan manajemen terangkai dan terdokumentasi secara memadai dalam bentuk informasi keuangan. Oleh karena itu, agar laporan keuangan mampu memberikan informasi sebagai mana yang diinginkan oleh perusahaan, perlu dilakukan analisa dan interpretasi atas data-data yang terangkum dalam laporan keuangan tersebut sebagai langkah awal untuk memenuhi kebutuhan informasi tersebut. Kinerja keuangan perusahaan adalah prestasi atau kemampuan yang dimiliki perusahaan, terutama kemampuan untuk menghasilkan laba. Kinerja dianalisis dengan mengukur efetivitas manajemen berdasarkan hasil pengambilan yang dihasilkan dari penjualan dan investasi. 2.1.9 Teknik Analisis Laporan Keuangan Menurut Munawir (2007) teknik analisis yang biasa digunakan dalam analisa laporan keuangan adalah sebagai berikut : a. Analisa perbandingan laporan keuangan, adalah metode dan teknik analisa dengan cara memperbandingkan laporan keuangan, adalah metode dan teknik
24
analisa dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau labih, dengan menunjukkan : 1. Data absolut atau jumlah-jumlah dalam rupiah 2. Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah 3. Kenaikan atau penurunan dalam prosentase 4. Perbandingan yang dinyatakan dengan rasio 5. Prosentase total b. Trend atau tendensi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang dinyatakan dalam prosentase (trend percentage analysis), adalah suatu metode atau teknik analisis data untuk mengetahui tendensi dari pada keadaan keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau bahkan turun. c. Laporan dengan prosentase per komponen atau common size statement, adalah suatu metode analisa untuk mengetahui prosentase investasi pada masingmasing aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk mengetahui struktur permodalannya dan komposisi perongkosan yang terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualan. d. Analisa ratio, adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. e. Analisa break-even, adalah suatu analisis untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agarperusahaan tersebut tidak menderita kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan.
25
2.1.10 Pengertian Analisis Laporan Keuangan Setelah mendapat laporan keuangan biasanya langkah yang ditempuh adalah menganalisis laporan keuangan melalui rasio-rasio keuangan. Rasio keuangan harus dibaca secara komparatif dan dinamis, artinya harus dihubungkan dengan informasi lainnya, misalnya antar tahun, antara perusahaan dengan industri, dan antara rasio yang satu dengan rasio yang lainnya dalam tahun yang sama. Menurut Simamora, H (2002) analisis rasio keuangan merupakan cara penting untuk menyatakan hubungan-hubungan yang bermakna di antara komponen-komponen dari laporan keuangan. Rasio laporan keuangan dengan membagi nilai rupiah pos yang dilaporkan pada laporan keuangan dengan nilai rupiah pos yang lainnya yang dilaporkan. Tujuannya adalah untuk menyatakan suatu hubungan di antara dua pos yang relevan yang mudah ditafsirkan dan dibandingkan dengan informasi yang lainnya. Menurut Hanafi, M.M dan Halim, A (2005:77-88) pada dasarnya analisis rasio bisa dikelompokkan ke dalam lima macam kategori, yaitu : 1. Rasio Likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancer perusahaan relative terhadap hutang lancarnya (hutang dalam hal ini merupaka kewajiban perusahaan).
a) Rasio Lancar =
aktiva lancar hutang lancar
26
2. Rasio Aktivitas adalah rasio yang mengukur sejauh mana efektivitas penggunaan asset dengan melihat tingkat aktivitas aktiva-aktiva tersebut pada tingkat kegiatan tertentu. Aktivitas yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam pada aktiva-aktiva tersebut. Dana kelebihan tersebut akan lebih baik bila ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif. Empat rasio aktivitas yang akan dibicarakan adalah : a) Perputaran Aktiva Tetap
=
Penjualan Total Aktiva Tetap
b) Perputaran Total Aktiva
= Penjualan Total Aktiva
3. Rasio Solvabilitas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Rasio ini mengukur likuiditas jangka panjang perusahaan dan dengan demikian memfokuskan pada sisi kanan neraca. Ada beberapa macam rasio yang bisa dihitung : a) Rasio total hutang Terhadap total asset
=
Total Hutang Total Aset
b) Times Interest Earned = Laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) Bunga 4. Rasio Profitabilitas adalah rasio yang melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba (profitabilitas) pada tingkat penjualan, asset, dan modal saham tertentu. Karena kemampuan perusahaan untuk menghasilkan profit
27
dibutuhkan untuk memastikan pertumbuhan jangka panjang dan kelangsungan hidup
perusahaan
karena
perusahaan
harus
berada
dalam
keadaan
menguntungkan. a) Profit margin Rasio ini mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini bisa dihitung dengan rumus : Profit Margin =
Laba bersih Penjualan
Profit
margin
yang
tinggi
menandakan
kemampuan
perusahaan
menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Sebaliknya profit margin yang rendah menandakan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat penjualan tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan tertentu, atau kombinasi dari kedua hal tersebut. b) Return On Asset (ROA) Rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset yang tertentu. Rasio ini bisa dihitung dengan mengguunakan formula sebagai berikut : ROA = Laba Bersih Total Aktiva Rasio yang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen asset, yang berarti efisiensi manajemen.
28
c) Return On Equity (ROE) Rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus : ROE =
Laba Bersih Total Ekuitas
Meskipun rasio ini mengukur laba dari sudut pandang pemegang saham, rasio ini tidak memperhitungkan deviden maupun capital gain untuk pemegang saham.karena itu rasio ini bukan pengukur return pemegang saham yang sebenarnya. ROE dipengaruhi oleh ROA dan tingkat leverage keuangan perusahaan. 2.1.11 Pengertian Pendapatan Pendapatan merupakan unsur yang sangat penting dalam laporan keungan, karena dalam melakukan suatu aktivitas usaha, manajemen perusahaan tentu ingin mengetahui nilai atau jumlah
pendapatan yang diperoleh dalam suatu
periode akutansi yang diakui sesuai dengan prinsip-prinsip yang berlaku umum. Menurut Ikatan Akuntan Indonesiadalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.23 (Revisi 2007)adalah sebagai berikut: “Pendapatan adalah arus masuk bruto manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama periode yang mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Pendapatan hanya terdiri dari arus masuk bruto manfaat ekonomi yang diterima oleh perusahaan untuk dirinya sendiri. Jumlah yang ditagih untuk dan atau atas nama pihak ketiga bukan merupakan pendapatan karena tidak menghasilkan manfaat ekonomi bagi perusahaan dan tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas”.
29
Dalam pengukuran pendapatan merupakan unsur-unsur yang sangat penting dalam laporan keuangan, karena dalam melakukan aktivitas
usaha dan
manajemen perusahaan tentu ingin mengetahui nilai atau jumlah pendapatan yang diperoleh dalam suatu periode akuntansi
yang diakui sesuai dengan prinsip
umum. Hal yang erat dengan masalah pengakuan adalah masalah pengukuran, menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2007 : 23) mendefinisikan : “Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang untuk mengakui dan memasukan setiap unsur laporan keungan dalam neraca dan laporan rugi laba” 2.1.12 Keunggulan Bersaing Keunggulan bersaing menurut Pearce II dan Robinson Jr (1997) dalam Rachman, A. F (2010) adalah faktor – faktor yang memberikan keunggulan bersaing bagi perusahaan dan merupakan faktor – faktor yang seharusnya menjadi landasan strategi perusahaan. Sedangkan menurut Porter (1994:3) adalah strategi pada dasarnya berkembang dari nilai yang mampu diciptakan oleh sebuah perusahaan
untuk
pembelinya
yang
melebihi
biaya
perusahaan
dalam
menciptakannya. Ada 4 faktor yang berpengaruh dalam keunggulan bersaing. Keempat faktor ini juga digunakan untuk menilai keberhasilan penciptaan keunggulan bersaing. Faktor tersebut adalah efisiensi ,kualitas, inovasi, dan tanggapan konsumen. Keunggulan bersaing menurut Porter (1994:3) ada dua jenis dasar yaitu keunggulan biaya dan diferensiasi. Dalam keunggulan biaya, suatu perusahaan berusaha agar dapat memproduksi produk dengan biaya yang rendah dibandingkan dengan pesaingnya dengan memberikan manfaat yang setara.
30
Menurut Porter (1994:11) keunggulan biaya dan diferensiasi pada gilirannya berasal dari struktur industri, dimana keduanya diperoleh dari kemampuan perusahaan dalam menanggulangi lima kekuatan dengan lebih baik bila dibandingkan dengan para pesaingnya. 1. Keunggulan Biaya (Cost Leadership) Startegi cost leadership sebaliknya, lebih memfokuskan kepada harga jual yang rendah. Hal ini bisa dicapai bila biaya-biaya produksi, promosi, riset, dan sebagainya dapat ditekan serendah mungkin. Strategi overall cost leadership adalah mencapai keunggulan biaya menyeluruh dalam industri melalui seperangkat kebijakan fungsional yang ditujukan kepada sasaran pokok ini. Memiliki posisi biaya rendah akan membuat perusahaan mendapatkan hasil laba di atas rata-rata dalam industrinya meskipun ada kekuatan persaingan yang besar. 2. Diferensiasi Strategi Diferensiasi adalah mendeferensiasikan produk dan jasa yang ditawarkan perusahaan yaitu dengan menciptakan sesuatu yang baru yang dirasakan oleh keseluruhan industri sebagai hal yang unik. Diferensiasi merupakan srategi yang baik untuk menghasilkan laba di atas rata-rata dalam suatu industri karena strategi ini menciptakan posisi yang aman untuk mengatasi kelima kekuatan persaingan, meskipun dengan cara yang berbeda dari strategi keunggulan biaya. Diferensiasi memberikan penyekat terhadap persaingan karena adanya loyalitas harga. Diferensiasi juga meningkatkan marjin laba yang menghindarkan kebutuhan akan posisi biaya rendah.
31
2.2 Rerangka Pemikiran PERSAINGAN
Penerapan Corporate Social
Penerapan Strategi
Responsibility
Diferensiasi
Laporan Corporate Social
Sumber Diferensiasi :
Responsibility
1. Diferensiasi produk Menciptakan
yang unik dan berbeda
Manfaat penerapan CSR : 1. Meningkatkan
reputasi
produk
dengan para pesaing.
perusahaan
tersebut yang juga merupakan bagian
Menambah jasa
dari pembangunan citra perusahaan
pembiayaan untuk
(corporate image building).
produk baru.
2. Meningkatkan Penjualan. 3. CSR yang dilaksanakan akan mampu memperbaiki
dan
mempererat
hubungan antara perusahaan dengan para stakeholdernya.
Kinerja Keuangan Perusahaan KEUNGGULAN BERSAING
32
1.2
Proposisi Penelitian Dalam setiap penelitian ilmiah setelah menentukan rumusan masalah,
maka perlu untuk mengajukan proposisi. Proposisi adalah jawaban sementara yang perlu di uji kebenarannya dalam penelitian ilmiah tersebut. Berdasarkan rumusan masalah dan tinjauan teoritis yang telah disampaikan penulis tersebut di atas maka peneliti mengajukan proposisi sebagai berikut : 1.
Laporan Tanggung Jawab Sosial yang dilakukan oleh PT.Mandiri Tunas Finance Tbk selama periode 2011-2012 berorientasikan pada kegiatankegiatan sosial lingkungan dan masyarakat sekitar beserta pendekatan biaya yang dilakukan selama aktivitas CSR dilakukan.
2.
Strategi Diferensiasi produk yang dilakukan PT. Mandiri Tunas Finance Tbk berorientasikan pada kualitas produk dan mampu meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.
3.
Dengan adanya penerapan CSR dan strategi diferensiasi yang dilakukan pada PT. Mandiri Tunas Finance Tbk sangat berpengaruh besar dalam menciptakan keunggulan bersaing.