BAB II TINJAUAN TEORI
2.1
Konsep, Konstruk, dan Variabel Penelitian
2.1.1
Laporan Keuangan
2.1.1.1 Definisi Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi. Setiap transaksi yang dapat diukur dengan nilai uang, dicatat, dan diolah sedemikian rupa. Laporan akhir pun disajikan dalam nilai uang. Transaksi yang tidak dapat dicatat dengan nilai uang tidak akan terlihat dalam laporan keuangan, karena itu hal-hal yang belum terjadi dan masih berupa potensi tidak tercatat dalam laporan keuangan. Dengan demikian, laporan keuangan merupakan informasi historis guna melengkapi analisis untuk proyeksi masa depan perusahaan, informasi kualitatif, dan informasi-informasi lain yang sejenis perlu ditambahkan. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1 (Ikatan Akuntan Indonesia (2009) pengertian dan tujuan laporan keuangan yaitu : “Laporan keuangan merupakan suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang di percayakan kepada mereka”.
10
11
Laporan keuangan (financial statement) berbeda dengan pelaporan keuangan (financial reporting). Kieso et al (2007:2) menjelaskan bahwa laporan keuangan merupakan sarana yang digunakan untuk mengkomunikasikan informasi keuangan perusahaan yang menampilkan sejarah perusahaan yang dikuantifikasi dalam nilai moneter sedangkan pelaporan keuangan merupakan laporan yang juga mengungkapkan informasi keuangan tertentu yang tidak diungkapkan melalui laporan keuangan formal seperti surat presiden direktur atau skedul tambahan dan laporan tahunan korporasi, prakiraan manajemen dan pernyataan mengenai dampak atau lingkungan perusahaan.
2.1.1.2 Komponen Laporan Keuangan Laporan keuangan yang lengkap menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1 (Ikatan Akuntan Indonesia (2009) terdiri dari komponenkomponen berikut ini : (a) laporan posisi keuangan pada akhir periode; (b) laporan laba rugi komprehensif selama periode; (c) laporan perubahan ekuitas selama periode; (d) laporan arus kas selama periode; (e) catatan atas laporan keuangan; dan (f) laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif. a) Laporan Posisi Keuangan Laporan posisi keuangan adalah laporan keuangan yang mempresentasikan posisi keuangan perusahaan pada waktu tertentu atau merupakan ringkasan dari jumlah aset yang dimiliki perusahaan serta ekuitas pemegang saham.
12
b) Laporan Laba Rugi Komprehensif Laporan laba rugi komprehensif menyajikan seluruh pos pendapatan dan beban yang di akui dalam satu periode berdasarkan konsep perbandingan atau pengaitan (mantching concept). Konsep ini diterapkan dengan membandingkan atau mengaitkan beban dengan pendapatan yang dihasilkan selama periode terjadinya beban tersebut. c) Laporan Perubahan Ekuitas Laporan perubahan ekuitas merupakan laporan keuangan yang menjelaskan perubahan laba ditahan dan perubahan ekuitas lainnya. d) Laporan Arus Kas Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukan sumber kas dan penggunaan kas yang masuk atau keluar dalam suatu bisnis. Informasi arus kas memberikan dasar bagi pengguna laporan keuangan untuk menilai kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas serta kebutuhan entitas dalam menggunakan arus kas tersebut. Dimana dalam laporannya arus kas dipisahkan berdasarkan aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. e) Catatan atas Laporan Keuangan Catatan atas laporan keuangan bagian dari laporan keuangan dimana mempunyai fungsi (a) menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan
dan
kebijakan
akuntansi
tertentu
yang
digunakan;
(b)
mengungkapkan informasi yang di syaratkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang tidak disajikan dibagian manapun dalam laporan keuangan; dan (c) memberikan informasi yang tidak di sajikan dibagian manapun dalam
13
laporan keuangan, tetapi informasi tersebut relevan untuk memahami laporan keuangan. f) Laporan Posisi Keuangan pada Awal Periode Komparatif Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.
2.1.1.3 Pemakai Laporan Keuangan Selain sebagai alat pertanggungjawaban, informasi keuangan diperlukan sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi. Pengambilan keputusan ekonomi adalah keputusan yang dilakukan secara sadar untuk menetapkan sesuatu atas dasar data dalam bidang bisnis. Pengguna laporan keuangan dan kebutuhan informasi keuangannya dapat dikelompokan ke dalam beberapa kelompok. Penggua
laporan
keuangan
menurut
Darsono
dan
Ashari
(2005:11)
dikelompokan sebagai berikut : 1. Investor dan Pemilik Pemilik perusahaan menanggung risiko atas harta yang ditempatkan pada perusahaan. Pemilik membutuhkan informasi untuk menilai apakah perusahaan memiliki kemampuan untuk membayar dividen. Disamping itu untuk menilai apakah investasinya akan tetap dipertahankan atau dijual. Bagi calon pemilik, laporan keuangan dapat memberikan informasi mengenai kemungkinan penempatan investasi dalam perusahaan.
14
2. Pemberi Pinjaman (Kreditor) Pemberi pinjaman membutuhkan informasi keuangan guna memutuskan memberikan pinjaman dan kemampuan membayar angsuran pokok dan bunga pada saat jatuh tempo. Jadi kepentingan kreditor terhadap perusahaan adalah apakah perusahaan mampu membayar hutangnya kembali atau tidak. 3. Pemasok atau Kreditor Usaha Lainnya Pemasok memerlukan informasi keuangan untuk menentukan besarnya penjualan kredit yang diberikan kepada perusahaan pembeli dan kemampuan membayar pada saat jatuh tempo. 4. Pelanggan Dalam beberapa situasi, pelanggan sering membuat kontrak jangka panjang dengan perusahaan, sehingga perlu informasi mengenai kesehatan keuangan perusahaan yang akan melakukan kerja sama. 5. Karyawan Karyawan memerlukan informasi keuangan guna menilai kemampuan perusahaan untuk mendatangkan laba dan stabilitas usahanya. Dalam hal ini, karyawan membutuhkan informasi untuk menilai kelangsungan hidup perusahaan sebagai tempat menggantungkan hidupnya. 6. Pemerintah Informasi keuangan bagi pemerintah digunakan untuk menentukan kebijakan dalam bidang ekonomi, misalnya alokasi sumber daya, UMR, pajak, pungutan serta bantuan.
15
7. Masyarakat Laporan keuangan digunakan untuk bahan ajar, analisis, serta infomasi trend dan kemakmuran.
2.1.1.4 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009) terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu : 1. Dapat Dipahami Kualitas informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahan untuk segera dipahami oleh pengguna. 2. Relevan Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan apabila dapat mempengaruhi keputusan ekonomi penggunaan dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa ini, atau masa depan, menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi pengguna di masa lalu. 3. Keandalan Agar bermanfaat informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan penggunanya sebagai penyajian yang tulus dan jujur (faithfull representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.
16
4. Dapat Diperbandingkan Pengguna harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pengguna juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk perusahaan tersebut, antar periode perusahaan yang sama dan untuk perusahaan yang berbeda.
2.1.2
Laba Bersih
2.1.2.1 Definisi Laba Laba merupakan angka yang termasuk diminati oleh pengguna laporan keuangan terutama dalam pasar uang. Laba merupakan ringkasan hasil bersih aktivitas operasi usaha dalam periode tertentu yang dinyatakan dalam istilah keuangan Subramanyam (2013:109). Semua aktivitas operasi perusahaan dalam mengelola sumber daya perusahaan akan selalu memberikan hasil yang bernilai positif yang berarti laba bagi perusahaan dan bernilai negatif yang berarti rugi bagi perusahaan. Menurut Harahap (2008:113) laba adalah kelebihan penghasilan diatas biaya selama satu periode akuntansi. Sementara pengertian laba yang dianut oleh struktur akuntansi sekarang ini adalah selisih pengukuran pendapatan dan biaya.
17
Besar kecilnya laba sebagai pengukur kenaikan sangat bergantung pada ketepatan pengukuran pendapatan dan biaya. Menurut Simamora (2002:45) laba merupakan perbandingan antara pendapatan dengan beban apabila pendapatan melebihi beban maka hasilnya laba bersih. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa laba berasal dari semua transaksi atau kejadian yang terjadi pada badan usaha dan akan mempengaruhi kegiatan perusahaan pada periode tertentu dan laba di dapat dari selisih antara pendapatan dengan beban, apabila pendapatan lebih besar daripada beban maka perusahaan akan mendapatkan laba apabila terjadi sebaliknya maka perusahaan mengalami kerugian. Laba atau keuntungan dapat didefinisikan dengan dua cara yaitu laba ekonomi dan laba akuntansi. Harahap (2008:267) menjelaskan dalam teori ekonomi juga dikenal dengan istilah laba namun pengertian laba dalam teori ekonomi berbeda dengan laba menurut akuntansi. Subramanyam (2013:5) mengatakan bahwa : “Laba ekonomik mengukur perubahan bersih kekayaan pemegang saham selama satu periode dan pada umumnya sama dengan arus kas bersih satu periode ditambah nilai sekarang arus kas yang diharapkan terjadi di masa di masa depan”. menurut Belkaoui (2006:233) mengatakan bahwa : “Laba akuntansi secara operasional didefinisikan sebagai perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang timbul dari transaksi periode tersebut dan biaya historis yang sepadan dengannya”.
18
Laba terdiri dari empat elemen utama yaitu pendapatan (revenue), beban (expense), keuntungan (gain), dan kerugian (loss). Definisi dari elemen-elemen laba tersebut telah dikemukakan oleh Financial Accounting Standard Board dalam Stice dan Skousen (2004:230) : 1. Pendapatan (revenue) adalah arus masuk atau peningkatan lain dari aktiva suatu entitas atau pelunasan kewajibannya (atau kombinasi dari keduanya) dari penyerahan atau produksi suatu barang, pemberian jasa atau aktivitas lain yang merupakan usaha terbesar atau usaha utama yang sedang dilakukan entitas tersebut. 2. Beban (expense) adalah arus kas keluar atau penggunaan lain dari aktiva atau timbulnya kewajiban (atau kombinasi keduanya) dari penyerahan atau produksi suatu barang, pemberi jasa, atau pelaksanaan aktivitas lain yang merupakan usaha terbesar atau usaha utama yang sedang dilakukan entitas tersebut. 3. Keuntungan (gain) adalah peningkatan dalam ekuitas (aktiva bersih) dari transaksi sampingan atau transaksi yang terjadi sesekali dari suatu entitas dari semua transaksi, kejadian dan kondisi lainnya yang memengaruhi entitas tersebut kecuali yang berasal dari pendapatan atau investasi pemilik. 4. Kerugian (loss) adalah penurunan dalam ekuitas (aktiva bersih) dari transaksi sampingan atau transaksi yang terjadi sesekali dari suatu entitas dan dari semua transaksi, kejadian, dan kondisi lainnya yang mempengaruhi entitas tersebut, kecuali yang berasal dari pendapatan atau investasi pemilik.
19
2.1.2.2 Definisi Laba Bersih Laba atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai prestasi perusahaan atau sebagai dasar ukuran penilaian yang lain, seperti laba per lembar saham. Pengukuran laba bukan saja penting untuk menentukan prestasi perusahaan tetapi penting juga sebagai informasi bagi pembagian laba dan penentuan kebijakan investasi. Oleh karena itu, laba menjadi informasi yang dilihat oleh banyak orang seperti profesi akuntansi, pengusaha, analis keuangan, pemegang saham, ekonom, fiskus, dan sebagainya. Laba bersih merupakan salah satu komponen yang ada di laporan laba rugi komprehensif. Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk labanya adalah pendapatan dan biaya. Soemarso (2004:227) menyatakan bahwa angka terakhir dalam laporan laba rugi adalah laba bersih (net income). Jumlah ini merupakan kenaikan bersih dari terhadap modal. Sebaliknya, apabila perusahaan menderita rugi, angka terakhir dalam laporan laba ruginya adalah rugi bersih (net loss). Rasio yang digunakan untuk laba bersih adalah Earning Per Share (EPS). EPS adalah rasio yang menunjukkan bagian laba untuk setiap saham. EPS menggambarkan profitabilitas perusahaan yang tergambar pada setiap lembar saham. Makin tinggi nilai EPS tentu saja menggembirakan pemegang saham karena makin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham dan kemungkinan peningkatan jumlah dividen yang diterima pemegang saham. Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2011:154) EPS dihitung dengan rumus sebagai berikut : EPS =
20
Soemarso (2004:235) menyatakan bahwa laba bersih merupakan selisih lebih semua pendapatan dan keuntungan terhadap semua biaya-biaya kerugian. Selain itu menurut Belkaoui (2006:279) laba bersih merupakan kelebihan dan kekurangan pendapatan dibandingkan dengan biaya yang telah habis masa berlaku serta keuntungan dan kerugian bagi perusahaan dari penjualan, pertukaran, atau konversi lainnya dari aktiva.
2.1.2.3 Jenis-Jenis Laba Dalam laporan laba rugi, terdapat beberapa tahap dalam mencapai laba bersih diantaranya : 1. Laba Kotor Menurut Subramanyam (2005:120) laba kotor merupakan pendapatan dikurangi harga pokok penjualan. Apabila hasil penjualan barang dan jasa tidak dapat menutupi beban yang langsung terkait dengan barang dan jasa tersebut atau harga pokok penjualan, maka akan sulit bagi perusahaan tersebut untuk bertahan. Format dasar dalam mencari laba kotor : Penjualan
xxxx
Retur Penjualan
(xxxx)
Potongan Penjualan
(xxxx)
Penjualan Bersih Harga Pokok Penjualan Laba Kotor
xxxx (xxxx) xxxx
21
2. Laba Operasi Menurut Stice dan
Skousen (2004:243) laba operasi mengukur kinerja
operasi bisnis fundamental yang dilakukan oleh sebuah perusahaan dan didapat dari laba kotor dikurangi beban operasi. Laba operasi menunjukan seberapa efisien dan efektif perusahaan melakukan aktivitas operasinya. Adapun format dasar dari pembentukan laba operasi :
Laba Kotor
xxxx
Beban Operasi
(xxxx)
Laba Operasi
xxxx
3. Laba Bersih Laba bersih menurut Subramanyam (2005:25) merupakan laba dari bisnis perusahaan yang sedang berjalan setelah bunga dan pajak. Terbentuk dari selisih laba operasi dengan beban bunga yang hasilnya akan dikurangi pajak penghasilan sehingga pada akhirnya akan timbul laba bersih. Format dasar dari pembentukan laba bersih : Laba Operasi
xxxx
Beban Bunga
(xxxx)
Pajak Penghasilan
(xxxx)
Laba Bersih
xxxx
22
2.1.3
Arus Kas Operasi
2.1.3.1 Definisi Arus Kas Arus kas menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1 Paragraf 6 adalah arus kas masuk dan arus keluar kas atau setara kas. Pengertian setara kas yang masih dijelaskan dalam paragraf yang sama yaitu setara kas (cash equivalent) investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek, dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah yang dapat ditentukan dan memiliki risiko perubahan nilai yang tidak signifikan Ikatan Akuntan Indonesia (2009). Subramanyam (2013:92) menjelaskan bahwa kas merupakan aset yang paling likuid diantara aset yang lainnya yang mampu menawarkan likuiditas dan fleksibilitas perusahaan. Kas di anggap sebagai awal dan akhir dari aktivitas operasi perusahaan. Aktivitas operasi perusahaan dimulai dari penggunaan kas untuk membeli persediaan yang kemudian dijual kepada pelanggan. Penjualan tersebut akan memunculkan piutang yang disebut dengan penjualan kredit. Kas perusahaan akan kembali muncul ketika penagihan piutang kepada pelanggan. Penagihan tersebut akan memungkinkan siklus baru perputaran kas dalam aktivitas operasi perusahaan.
2.1.3.2 Laporan Arus Kas Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 2 menyatakan bahwa “Laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode tertentu dan
23
diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan” Ikatan Akuntan Indonesia (2009). Aktivitas operasi (operating activities) merupakan aktivitas perusahaan yang terkait dengan laba. Selain pendapatan dan beban yang disajikan dalam laporan laba rugi, aktivitas operasi juga meliputi arus kas masuk dan arus kas keluar bersih yang berasal dari aktivitas operasi terkait, seperti pemberian kredit kepada pelanggan, investasi dalam persediaan, dan perolehan kredit dari pemasok. Aktivitas operasi terkait dengan pos-pos laporan laba rugi (dengan beberapa pengecualian kecil) dan dengan pos-pos operasi dalam neraca umumnya pos modal kerja seperti piutang, persediaan, pembayaran di muka (prepayment), hutang, dan beban yang masih harus dibayar. Menurut Brigham dan Houston (2010:108) arus kas operasi dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Arus Kas Operasi = NOPAT + Penyusutan dan Amortisasi Dimana : NOPAT (Net Operating Profit After Taxes) = EBIT (1-Tarif Pajak)
Aktivitas
investasi
(investing
activities)
merupakan
cara
untuk
memperoleh dan menghapuskan aset non-kas. Aktivitas ini meliputi aset yang diharapkan untuk menghasilkan pendapatan bagi perusahaan, seperti pembelian dan penjualan aset tetap dan investasi dalam efek. Aset ini juga meliputi pemberian pinjaman dan penagihan pokok pinjaman Subramanyam (2013:94).
24
Aktivitas pendanaan (financing activities) merupakan cara untuk mendistribusikan, menarik, dan mendapatkan dana untuk mendukung aktivitas usaha. Aktivitas ini meliputi perolehan pinjaman dan pelunasan dana dengan obligasi dan pinjaman lainnya. Aktivitas ini juga meliputi kontribusi dan penarikan
oleh
pemilik
serta
pengembalian
atas
investasi
(dividen)
Subramanyam (2013:94).
2.1.3.3 Penyajian Laporan Arus Kas Operasi Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator utama untuk menentukan apakah operasi entitas dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi entitas, membayar dividen, dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar. Informasi tentang unsur tertentu arus kas historis bersama dengan informasi lain berguna dalam memprediksi arus kas operasi masa depan. Arus kas operasi terutama diperoleh dari aktivitas utama pendapatan entitas. Oleh karena itu, arus kas tersebut pada umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi neto. Beberapa contoh arus kas dari aktivitas operasi adalah : a) Penerimaan kas dari penjualan barang dan pemberian jasa. b) Penerimaan kas dari royalti, komisi, dan pendapatan lain. c) Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa. d) Pembayaran kas kepada dan untuk kepentingan karyawan.
25
e) Penerimaan dan pembayaran kas oleh entitas asuransi sehubungan dengan premi, klaim, anuitas, dan manfaat polis lain. f) Pembayaran kas atau penerimaan kembali (restitusi) pajak penghasilan kecuali jika dapat diidentifikasikan secara khusus sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan investasi. g) Penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang dimiliki dengan tujuan diperdagangkan atau diperjualbelikan (dealing). Laporan arus kas mempunyai format dasar pada tabel 2.1 sebagai berikut : Tabel 2.1 Format Dasar Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas Arus Kas dari Aktivitas Operasi
xxxx
Arus Kas dari Aktivitas Investasi
xxxx
Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan
xxxx
Kenaikan (penurunan) bersih kas
xxxx
Kas Awal Tahun
xxxx
Kas Akhir tahun
xxxx
Sumber : Lisan (2011:26)
Perusahaan dapat melaporkan arus kas bersih dari aktivitas operasi dengan menggunakan salah satu metode berikut :
26
A. Metode Langsung, yaitu metode yang mengkonversikan pos-pos laporan labarugi dari dasar akrual ke dasar kas/tunai yang titik tolak pada penerimaan kas dari penjualan dan pengeluaran kas untuk pembelian, beban operasi, bayar pajak, dan lain-lain. B. Metode Tidak Langsung, dengan metode ini laba atau rugi neto disesuaikan dengan mengoreksi pengaruh dari transaksi non kas, penangguhan atau akrual dari penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi di masa lalu dan masa depan, dan unsur penghasilan atau beban yang terkait dengan arus kas investasi atau pendanaan. Adapun format arus kas operasi dengan metode langsung sebagai berikut : Tabel 2.2 Laporan Arus Kas Operasi Metode Langsung
Cash Flow from Operating Activities Cash Received from Customers Cash Paid to Supplier
xxxx xxxx
Selling and Administration Expenses Paid Taxes Paid
xxxx xxxx
Cash Disbursed for Operating Activities Net Cash Provided by (used in) Operating Activities Sumber : Jayaatmaja (2009:36)
xxxx xxxx
27
Sedangkan perbedaan format arus kas operasi dengan metode tidak langsung sebagai berikut :
Tabel 2.3 Laporan Arus Kas Operasi Metode Tidak Langsung
Cash Flow from Operating Activities Net income reported on the income statement
xxxx
Adjusment for revenue and expense non cash + Expense Non Cash
xxxx
- Revenue Non Cash
xxxx
xxxx
Adjusment for Gains and Losses kegiatan regular/non regular + Gains
xxxx
- Losses
xxxx
Adjusment for changes in current asset and current liabilities - Increase in current asset account (except cash)
xxxx
+ Decrease in current asset account (except cash)
xxxx
+ Increase in current liabilities accounts
xxxx
- Decrease in current liabilities accounts
xxxx
Net cash povided by (used in) operating activities
Sumber : Jayaatmaja (2009:36)
xxxx xxxx
28
2.1.4
Arus Kas Bebas
2.1.4.1 Definisi Arus Kas Bebas Menurut Brigham dan Houston (2010:65) Arus kas bebas merupakan arus kas yang benar-benar tersedia untuk di distribusikan kepada seluruh investor (pemegang saham dan pemilik hutang) setelah perusahaan menempatkan seluruh investasinya pada aktiva tetap, produk-produk baru dan modal kerja yang dibutuhkan untuk mempertahankan operasi yang sedang berjalan. Oleh karena itu, salah satu cara manajer dalam meningkatkan nilai dari suatu perusahaan adalah dengan meningkatkan aliran kas bebas perusahaan. Free cash flow dinyatakan dalam satuan rupiah dengan skala rasio. Menurut Brigham dan Houston (2010:115) arus kas bebas dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Free Cash Flow = NOPAT – Investasi Bersih pada Modal Operasi Dimana : NOPAT (Net Operating Profit After Taxes) = EBIT (1-Tarif Pajak)
Dalam prakteknya, kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba ternyata tidak merefleksikan besarnya dividen tunai yang dapat diterima oleh investor atau pemegang saham. Adakalanya perusahaan beroperasi pada margin positif namun aliran arus kas bebasnya ternyata nol atau negatif. Dan sebaliknya terkadang perusahaan beroperasi pada kerugian tertentu namun ia masih memiliki arus kas yang siap dipakai untuk kegiatan operasionalnya.
29
Arus kas bebas positif mencerminkan jumlah yang tersedia bagi aktivitas bisnis setelah penyisihan untuk pendanaan dan investasi yang diperlukan untuk mempertahankan kapasitas produktif pada tingkat sekarang. Pertumbuhan dan fleksibilitas keuangan bergantung pada keterbatasan arus kas bebas. Suatu perusahaan yang mempunyai arus kas bebas mampu mendanai pertumbuhan internal, melunasi hutang dan menikmati fleksibilitas keuangan. Sementara perusahaan yang tidak mempunyai arus kas bebas, tidak akan mampu untuk mempertahankan kapasitas produktif saat ini atau membiayai dividen kepada pemegang saham. Terkadang nilai aliran kas bebas dapat bernilai negatif walaupun laba bersih setelah pajak positif sepanjang tahun. Hal ini disebabkan kas perusahaan tersebut digunakan untuk di investasikan pada aset-aset operasional. Hal ini juga mengimplikasikan bahwa perusahaan perlu mengusahakan adanya dana segar baru dari investor maupun dari kreditor dalam bentuk pengeluaran surat obligasi dan saham istimewa. Disatu sisi para pemegang saham akan membantu membiayai pertumbuhan perusahaan walaupun mereka belum menerima dividen pada awal investasinya namun seiring dengan pertumbuhan yang lambat tersebut, aliran kas bebasnya kembali menjadi positif dan perusahaan dapat menggunakan kas bebas yang positif tersebut untuk membayar dividennya. Free cash flow menunjukkan gambaran bagi investor bahwa dividen yang dibagikan oleh perusahaan tidak sekedar menyiasati pasar dengan maksud meningkatkan nilai perusahaan. Bagi perusahaan yang melakukan pengeluaran modal, free cash flow akan mencerminkan dengan jelas mengenai perusahaan
30
manakah yang masih mempunyai kemampuan untuk bertahan di masa depan dan mampu mempengaruhi hubungan antara rasio pembayaran dividen dan pengeluaran modal.
2.1.4.2 Tujuan Penggunaan Arus Kas Bebas Arus kas bebas dapat dijadikan sebai indikator yang baik untuk kinerja operasi perusahaan. Brigham dan Daves (2004:206) menyatakan ada lima kegunaan arus kas bebas, yaitu: 1) Membayar bunga kepada kreditor 2) Membayar pokok hutang kepada kreditor 3) Membayar dividen kepada pemegang saham 4) Membeli kembali saham dari pemegang saham 5) Membeli surat-surat berharga, dan aset non operasi lainnya.
2.1.5
Dividen Tunai
2.1.5.1 Definisi Dividen Investor menaruh sebagian dananya untuk investasi di saham biasanya mempunyai dua alasan. Pertama mereka mengharapkan keuntungan dari selisih jual dan beli saham (capital gain). Kedua para investor tersebut mengharapkan pembagian dividen. Dividen adalah pembagian penghasilan yang dapat berbentuk kas, aktiva lain, surat atau bukti yang menyatakan hutang perusahaan kepada pemegang saham suatu perusahaan sesuai dengan proporsi saham yang dimiliki oleh pemilik
31
perusahaan. Karena laba ditahan (retained earnings) adalah salah satu bentuk pendanaan internal, maka keputusan mengenai dividen dapat mempengaruhi kebutuhan pendanaan eksternal perusahaan. Dengan demikian, semakin besar dividen kas yang dibayarkan oleh perusahaan, maka semakin besar pula jumlah pendanaan eksternal yang dibutuhkan melalui pinjaman hutang atau penjualan saham. Pembayaran dividen berkaitan erat dengan kinerja perusahaan, adapun pengertian dividen menurut Hanafi (2008:361) yaitu kompensasi yang diterima oleh pemegang saham, disamping capital gain. Dividen juga dikatakan sebagai komponen pendapatan dari return investasi pada saham. Jadi dapat disimpulkan bahwa dividen merupakan kompensasi yang diterima oleh pemegang saham, disamping capital gain yang dibagikan kepada pemegang saham baik dalam bentuk kas maupun saham.
2.1.5.2 Prosedur Pembayaran Dividen Dalam hal pembayaran, dividen tidak dibagikan begitu saja, semua memiliki prosedur pembayaran aktual yang telah ditetapkan, Brigham dan Houston (2010:227), mengemukan beberapa hal terkait prosedur pembayaran dividen diantaranya adalah sbb: 1) Tanggal deklarasi (declaration date), ini terkait dengan tanggal dimana direksi suatu perusahaan mengeluarkan pernyataan yang mendeklarasikan dividen.
32
2) Tanggal pemilik tercatat (holder of record date), jika perusahaan menyusun daftar pemegang saham sebagai pemilik pada tanggal ini, maka pemegang saham tersebut akan menerima dividen. 3) Tanggal eks dividen (ex-dividend date), tanggal dimana hak atas dividen berjalan tidak lagi dimiliki oleh suatu saham, biasanya dua hari kerja sebelum tanggal pemilik tercatat. 4) Pembayaran (payment date), tanggal dimana perusahaan benar-benar mengirimkan cek pembayaran dividen.
2.1.5.3 Kebijakan Dividen Kebijakan dividen adalah berkaitan dengan penentuan pembagian pendapatan (earning) untuk dibayarkan kepada pemegang saham sebagai dividen atau ditahan oleh perusahaan untuk diinvestasikan kembali. Keputusan perusahaan untuk membagikan dividen atau menahan laba pada dasarnya berada di tangan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sesuai dengan Undang-undang No. 1 tahun 1995. Jika RUPS telah memutuskan membagi dividen maka tanggal keputusan tersebut disebut declaration date. RUPS juga menetapkan date of record yaitu menetapkan bahwa para pemegang saham yang tercantum dalam daftar pemegang saham berhak untuk menerima dividen pada tanggal tertentu Warsini (2003:243). Menurut Riyanto (2008:269) ada macam-macam kebijakan dividen yang dilakukan oleh perusahaan, antara lain sebagai berikut :
33
1. Kebijakan Dividen yang Stabil Kebijakan dividen yang stabil artinya jumlah dividen per lembar yang dibayarkan setiap tahunnya relatif tetap selama jangka waktu tertentu meskipun pendapatan per lembar saham per tahunnya berfluktuasi. 2. Kebijakan Dividen dengan Penetapan Dividen Payout Ratio yang Konstan Pembayaran dividen merupakan presentase yang tetap dari pendapatan perusahaan. Jarang sekali perusahaan menjalankan kebijakan jenis ini, dimana perusahaan membayarkan dividen dalam bentuk presentase yang kontan terhadap pendpatan perusahaan yang berfluktuasi, maka jumlah dividen yang dibayarkan ikut berfluktuasi. 3. Kebijakan Dividen yang Fleksibel Merupakan penetapan Dividend Payout Ratio yang besarnya setiap tahunnya disesuaikan dengan posisi finansial dan kebijakan finansial dari perusahaan yang bersangkutan.
2.1.5.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Ada beberapa faktor yang menentukan kebijakan dividen diantaranya : 1.
Peraturan Hukum Undang-undang menetukan bahwa dividen harus dibayarkan dari laba, baik laba tahun berjalan, maupun laba tahun lalu yang ada pada pos laba ditahan di neraca.
34
2.
Posisi Likuiditas Laba ditahan biasanya diinvestasikan dalam bentuk aktiva yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha, laba tersebut tidak disimpan dalam bentuk kas. Jadi meskipun perusahaan mempunyai catatan mengenai laba, perusahaan mungkin tidak dapat membayar tunai dividen karena posisi likuiditasnya.
3.
Kebutuhan Pelunasan Hutang Jika perusahaan mengambil hutang untuk membiayai ekspansi atau untuk mengganti jenis pembiayaan yang lain, maka perusahaan dihadapkan pada pilihan untuk melunasi hutang tersebut. Sehingga pembayaran hutang tersebut biasanya memerlukan penahanan laba.
4.
Pembatasan dalam Perjanjian Hutang Perjanjian hutang, khususnya jika merupakan hutang jangka panjang seringkali membatasi kemampuan perusahaan untuk membayar dividen tunai.
5.
Tingkat Ekspansi Aktiva Posisi
perusahaan
yang
mengalami
pertumbuhan
akan
semakin
membutuhkan dana besar untuk membiayai ekspansi aktiva. Apabila kebutuhan dana masa datang. 6.
Tingkat Laba Tingkat hasil pengembalian yang diharapkan akan menentukan pilihan relative untuk membayar laba tersebut dalam bentuk dividen kepada pemegang saham atau menggunakannya diperusahaan tersebut.
35
7.
Stabilitas Laba Suatu
perusahaan
yang
mempunyai
laba
stabil
seringkali
dapat
memperkirakan berapa besar laba dimasa yang akan datang, perusahaan seperti ini biasanya cenderung membayarkan laba dengan presentase yang lebih tinggi daripada perusahaan yang labanya berfluktuasi. 8.
Akses kepasar Modal Suatu perusahaan yang besar dan telah berjalan baik, dan mempunyai catatan profitabilitas dan stabilitas akan mempunyai akses yang mudah ke pasar modal. Sedangkan perusahaan yang baru, kecil dan bersifat coba-coba akan lebih banyak mengandung risiko bagi penanaman modal potensial. Jadi perusahaan yang sudah mapan cenderung untuk memberi tingkat pembayaran dividen yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil atau baru.
9.
Kendali Perusahaan Kendali perusahaan dapat dipengaruhi oleh sumber-sumber pembiayaan alternatif lain. Sumber pembiayaan yang berasal dari hutang memilki risiko naik turunnya laba yang diperoleh perusahaan. Pembiayaan dengan menerbitkan saham baru dapat mengurangi kelompok dominan dalam perusahaan tersebut. Dengan mengetahui konsekuensi penggunaan sumbersumber tersebut, perusahaan sering memilih menggunakan dana internal sebagai sumber pembiayaan investasi. Akibatnya perusahaan akan membayarkan dividen yang rendah.
36
10.
Posisi Pemegang Saham Sebagai Pembayar Pajak Suatu perusahaan yang dipegang hanya oleh beberapa pembayar pajak dalam golongan berpendapatan tinggi, cenderung untuk membayar dividen yang rendah. Pemilik memilih untuk menempatkan pendapatan mereka dalam bentuk peningkatan modal daripada dividen, karena akan terkena pajak.
2.1.5.5 Jenis-Jenis Dividen Menurut Kieso et al (2009) ada lima jenis dividen suatu perusahaan yaitu: 1.
Dividen Tunai (Cash Dividend) Jenis pembayaran dividen paling umum yang dilakukan oleh perusahaan dalam bentuk uang yang dibayarkan kepada pemegang sahamnya. Oleh karena itu perusahaan harus mengawasi kasnya apakah memungkinkan untuk melakukan cash dividend.
2.
Dividen Barang (Property Dividend) Jenis pembayaran dibayarkan dalam bentuk aset, namun cara pembagian dividen ini jarang digunakan. Pemegang saham akan mencatat dividen yang diterimanya ini sebesar harga pasar aktiva tersebut.
3.
Dividen Skrip (Scrip Dividend) Dividen utang timbul apabila laba tidak dibagi itu saldonya mencukupi untuk pembagian dividen, tetapi saldo kas yang ada tidak cukup. Sehingga
37
pimpinan PT akan mengeluarkan scrip dividend yaitu janji tertulis untuk membayar jumlah tertentu di waktu yang akan datang. 4.
Dividen Likuidasi (Liquidating Dividend) Dividen yang dibagikan berdasarkan perngurangan, bukan berdasarkan keuntungan yang diperoleh perusahaan.
5.
Dividen Saham (Stock Dividend) Stock dividend adalah dividen yang dibayarkan dalam bentuk saham sebagai pengganti atau pelengkap dari dividen tunai. Pembayaran dividen saham juga harus di sarankan adanya laba atau surplus yang tersedia, dengan adanya pembayaran dividen saham ini maka jumlah saham yang beredar meningkat, namun pembayaran dividen saham ini tidak akan merubah posisi likuiditas perusahaan karena yang dibayarkan oleh perusahaan bukan merupakan bagian dari arus kas perusahaan.
2.1.6
Definisi Dividen Tunai Dari berbagai jenis dividen yang ada, dividen tunai adalah jenis yang
paling umum dibagikan oleh perusahaan kepada pemegang saham. Hal ini dikarenakan pembagian dividen dalam bentuk tunai lebih banyak di inginkan pemegang saham daripada bentuk lain, karena dividen tunai membantu mengurangi ketidakpastian dalam aktivitas investasi pemegang saham. Dividen tunai adalah pembagian uang tunai secara pro rata kepada pemegang saham. Rasio yang digunakan untuk dividen tunai adalah Dividend Payout Ratio (DPR). Dividend Payout Ratio merupakan indikasi atas persentase jumlah
38
pendapatan yang diperoleh yang didistribusikan kepada pemilik atau pemegang saham dalam bentuk tunai. Dividend Payout Ratio (DPR) ini ditentukan perusahaan untuk membayar dividen kepada pemegang saham setiap tahun, penentuan DPR berdasarkan besar kecilnya laba setelah pajak. Rata-rata Dividend Payout Ratio (DPR) di Bursa Efek Indonesia yaitu 0-25%. Menurut Gitman (2003:135) DPR dihitung dengan rumus sebagai berikut :
DPR =
Warren et al (2005:18) mengatakan bahwa ada tiga kondisi yang biasanya harus dipenuhi perusahaan dalam pembagian dividen tunai : a. Laba ditahan yang mencukupi b. Kas yang memadai c. Tindakan formal dewan direksi Jumlah laba yang besar tidak selalu berarti bahwa perusahaan mampu membagikan dividen tunai karena ketersediaan kas juga harus memadai. Dividen tunai berperan penting bagi perusahaan sebagai isyarat mengenai kondisi perusahaan serta prospeknya dalam menghasilkan keuntungan dimasa depan. Seperti yang diungkapkan oleh Sundjaja dan Barlian (2002:380) : “Dividen tunai adalah sumber dari aliran kas untuk pemegang saham dan memberikan informasi tentang kinerja perusahaan saat ini dan yang akan datang”.
39
2.1.6.1 Pencatatan Dividen Tunai Pada umumnya pencatatan dividen tunai menurut akuntansi terdiri dari 3 tahap yaitu pada saat pengumuman, pencatatan dan pembayaran. Pada saat pengumuman perusahaan akan mencatat jurnal sebagai berikut : Dr.
Saldo Laba
Cr.
xxxx
Hutang dividen
xxxx
Pada saat pencatatan perusahaan tidak melakukan pencatatan jurnal melainkan hanya memberikan memo kepada pemegang saham agar mengetahui berapa besar dividen yang akan diterimanya. Pada saat pembayaran merupakan saat dimana dividen dibayarkan perusahaan akan mencatat jurnal sebagai berikut Dr. Cr.
Hutang
xxxx Kas
xxxx
2.2
Kerangka Pemikiran
2.2.1
Pengaruh Laba Bersih terhadap Dividen Tunai Menurut Weston dan Copeland (1997:125) dalam Ferdi (2012:43)
suatu perusahaan
yang mempunyai laba yang stabil seringkali dapat
memperkirakan berapa besar laba di masa yang akan datang. Perusahaan seperti ini biasanya cenderung membayarkan laba dengan presentase lebih tinggi dalam bentuk dividen kepada investornya dibanding perusahaan yang labanya berfluktuasi. Perusahaan yang tidak stabil dengan hasil dari kinerja keuangannya biasanya tidak yakin apakah laba yang diharapkan pada tahun-tahun yang akan
40
datang dapat dicapai, sehingga perusahaan cenderung untuk menahan sebagian besar laba bersih saat ini. Akibat dari penahanan laba tersebut dividen yang lebih rendah akan lebih mudah dibayar apabila laba menurun di masa yang akan datang.
2.2.2
Pengaruh Arus Kas Operasi terhadap Dividen Tunai Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan acuan
yang
menentukan
apakah
perusahaan
dari
kegiatan
operasinya
dapat
menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendapatan dari luar. Arus kas operasi yang negatif memberikan sinyal yang kurang baik bagi investor karena arus kas operasi yang negatif dapat diartikan bahwa perusahaan tersebut tidak dapat menghasilkan kas yang cukup untuk membiayai kegiatan perusahaan termasuk dalam hal pembayaran dividen sehinggan dividen tunai yang akan diterima oleh pemegang saham akan berkurang, begitu juga sebaliknya. Hal ini terbukti dari penelitian Damanik (2007) yang hasil penelitiannya mengatakan bahwa arus kas operasi berpengaruh positif terhadap pembagian dividen tunai.
2.2.3
Pengaruh Arus Kas Bebas terhadap Dividen Tunai Dalam arus kas operasi terdapat terdapat arus kas operasi yang tidak di
manfaatkan untuk kegiatan operasi perusahaan tersebut atau dikenal juga dengan arus kas bebas.
41
White et al (2003) dalam Dini (2007) mendefinisikan arus kas bebas sebagai aliran kas diskresioner yang tersedia bagi perusahaan. Arus kas bebas adalah kas dari aktivitas operasi dikurangi dikurangi capital expenditure yang dibelanjakan perusahaan untuk memenuhi kapasitas produksi saat ini. Arus kas bebas dapat digunakan untuk penggunaan diskresioner seperti akuisisi dan pembelanjaan modal dengan orientasi pertumbuhan, pembayaran hutang, dan pembayaran kepada pemegang saham dalam bentuk dividen. Semakin besar arus kas bebas yang tersedia, maka semakin sehat perusahaan tersebut karena memiliki kas yang tersedia untuk pertumbuhan, pembayaran hutang dan dividen. Sedangkan Ross et al (2000) dalam Dini (2007) mendefinisikan arus kas bebas sebagai kas perusahaan yang dapat didistribusi kepada kreditur atau pemegang saham yang tidak digunakan untuk modal kerja atau investasi pada aset tetap. Arus kas bebas menunjukan gambaran bagi investor bahwa dividen yang dibagikan oleh perusahaan tidak sekedar strategi menyiasati pasar dengan maksud meningkatkan nilai perusahaan. Bagi perusahaan yang melakukan pengeluaran modal, arus kas bebas akan mencerminkan dengan jelas mengenai perusahaan manakah yang masih mempunyai kemampuan di masa depan dan yang tidak Uyara dan Tuasikal (2003). Arus kas bebas dikatakan mempunyai kandungan informasi bila arus kas bebas memberi signal bagi pemegang saham. Dapat dikatakan pula bahwa arus kas bebas yang mempunyai kandungan informasi menunjukan bahwa arus kas bebas mampu mempengaruhin rasio pembayaran dividen.
42
2.2.4
Pengaruh Laba Bersih, Arus Kas Operasi, dan Arus Kas Bebas terhadap Dividen Tunai Menurut Soemarso (2004:235) laba bersih merupakan selisih lebih
semua pendapatan dan keuntungan terhadap semua biaya-biaya kerugian. Selain itu menurut Belkaoui (2006:279) laba bersih merupakan kelebihan dan kekurangan pendapatan dibandingkan dengan biaya yang telah habis masa berlaku serta keuntungan dan kerugian bagi perusahaan dari penjualan, pertukaran, atau konversi lainnya dari aktiva. Laba bersih merupakan angka terakhir dari laporan laba rugi dimana terbentuk dari dua komponen yaitu pendapatan dan beban. Apabila terdapat selisih lebih antara pendapatan dan beban maka dinamakan laba bersih (Net Income). Sebaliknya apabila terdapat selisih lebih antara beban dan penghasilan maka dinamakan rugi bersih (Net Loss). Pengakuan pendapatan dan pengakuan beban dalam laporan laba rugi terbentuk dengan menggunakan basis akrual. Basis akrual sendiri merupakan basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa-peristiwa lainnya pasa saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, atau pada saat hak dan kewajiban timbul tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar. Arus kas operasi merupakan aktivitas penghasil utama pendapatan entitas dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. Aktivitas operasi meliputi transaksi-transaksi yang tergolong sebagai penentu besarnya laba atau rugi bersih. Penerimaan dari penjualan barang atau pemberian jasa merupakan sumber arus kas masuk utama. Penerimaan kas lainnya
43
berasal dari pendapatan bunga, dividen, dan sebagainya. Sedangkan arus kas keluar meliputi pembayaran untuk membeli barang dagangan, membayar gaji, upah, beban pajak, bunga, beban utilitas, sewa, dan sebagainya. Menurut Brigham dan Houston (2006:65) Arus kas bebas merupakan arus kas yang benar – benar tersedia untuk di distribusikan kepada seluruh investor (pemegang saham dan pemilik utang) setelah perusahaan menempatkan seluruh investasinya pada aktiva tetap, produk-produk baru dan modal kerja yang dibutuhkan untuk mempertahankan operasi yang sedang berjalan. Oleh karena itu, salah satu cara manajer dalam meningkatkan nilai dari suatu perusahaan adalah dengan meningkatkan aliran kas bebas perusahaan. Arus kas bebas dapat digunakan untuk penggunaan diskresioner seperti akuisisi dan pembelanjaan modal dengan orientasi pertumbuhan (growth oriented), pembayaran hutang, dan pembayaran kepada pemegang saham dalam bentuk dividen. Semakin besar arus kas bebas yang tersedia dalam suatu perusahaan, maka semakin sehat perusahaan tersebut karena memliki kas yang tersedia untuk pertumbuhan, pembayaran hutang dan dividen. Jumlah laba yang besar tidak selalu berarti bahwa perusahaan mampu membagikan dividen tunai karena ketersediaan kas juga harus memadai. Dividen tunai berperan penting bagi perusahaan sebagai isyarat mengenai kondisi perusahaan serta prospeknya dalam menghasilkan keuntungan dimasa depan. Seperti yang diungkapkan oleh Sundjaja dan Barlian (2002:380) : Dari berbagai jenis dividen yang ada, dividen tunai adalah jenis yang paling umum dibagikan oleh perusahaan kepada pemegang saham. Hal ini dikarenakan pembagian dividen
44
dalam bentuk tunai lebih banyak di inginkan pemegang saham daripada bentuk lain, karena dividen tunai membantu mengurangi ketidakpastian dalam aktivitas investasi pemegang saham. Dividen tunai merupakan sumber dari aliran kas untuk pemegang saham dan memberikan informasi tentang kinerja perusahaan saat ini dan yang akan datang.
45
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran
Laporan Keuangan Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009) Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas.
Laporan Laba Rugi Komprehensif
Laporan Arus Kas
Laporan laba rugi komprehensif menyajikan
Laporan
seluruh pos pendapatan dan beban yang di
keuangan berisi arus kas masuk dan arus kas
akui dalam satu periode berdasarkan konsep
keluar dari suatu perusahaan untuk satu
penandingan
periode.
atau
pengaitan
(mantching
arus
kas
merupakan
laporan
concept).
Laba Bersih (X1)
Arus Kas Operasi (X2)
Menurut Soemarso (2004:227) menyatakan
Menurut Subramanyam (2013:93) aktivitas
bahwa laba bersih merupakan selisih lebih
operasi meliputi arus kas masuk dan arus kas
semua pendapatan dan keuntungan terhadap
keluar bersih yang berasal dari aktivitas
semua biaya-biaya kerugian.
operasi terkait. Arus Kas Bebas(X3) Menurut Brigham dan Houston (2010:65) Arus kas bebas merupakan arus kas yang benar – benar tersedia untuk di distribusikan kepada seluruh investor.
Dividen Tunai (Y) Menurut Sumadji (2006:147) Dividen Tunai merupakan pembayaran uang tunai (kas) kepada pemegang saham perseroan yang di distribusikan dari laba atau akumulasi laba, dan dikenakan pajak sebagai
2.2.5
penndapatan.
Tinjauan Penelitian Terdahulu
46
Ada beberapa penelitian yang dilakukan berhubungan dengan topik pengaruh laba bersih, arus kas operasi, dan arus kas bebas terhadap dividen tunai, antara lain: 1.
Dini (2007), meneliti tentang pengaruh free cash flow terhadap dividen payout ratio. Objek penelitian difokuskan pada seluruh perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia pada periode 2000-2002. Hasil penelitian menunjukan bahwa free cash flow berpengaruh secara signifikan terhadap dividen payout ratio, dan dapat di tarik kesimpulan bahwa free cash flow dapat dijadikan salah satu indikator dalam penetapan kebijakan dividen dalam suatu perusahaan. Adapun perbedaannya yaitu penelitian sekarang menambah variabel independen menjadi dua yaitu laba bersih dan arus kas operasi, serta variabel dependennya dividen tunai, perbedaan lainnya yaitu penelitian sekarang menggunakan laporan keuangan perusahaan dari Bursa Efek Indonesia dengan jenis perusahaan manufaktur consumer goods pada periode 2009-2011.
2.
Surya (2010), meneliti tentang pengaruh laba, arus kas operasi dan arus kas bebas terhadap dividen kas. Sampel penelitiannya adalah 109 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 20012005. Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif signifikan antara laba bersih dan dividen kas begitu pula dengan arus kas operasi sedangkan untuk arus kas bebas tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap dividen kas dan secara simultan terdapat hubungan yang positif antara laba bersih dan arus kas bebas terhadap dividen kas pada
47
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2001-2005. Perbedaannya terletak pada periode yang digunakan yaitu penelitian ini mengambil periode 2009-2011 dengan kriteria sampel yang berbeda. 3.
Metha (2011), meneliti tentang pengaruh aliran kas bebas dan keputusan pendanaan terhadap nilai pemegang saham dengan set kesempatan Investasi dan dividen sebagai variabel moderasi. Sampel penelitian ini adalah 23 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2005-2009. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa aliran kas bebas berpengaruh negatif terhadap nilai pemegang saham, keputusan pendanaan tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai pemegang saham, set kesempatan investasi dapat memoderasi pengaruh positif aliran kas bebas terhadap nilai pemegang saham, dividen dapat memoderasi pengaruh positif aliran kas bebas terhadap nilai pemegang saham, set kesempatan investasi dapat memoderasi pengaruh positif keputusan pendanaan terhadap nilai pemegang saham, dividen bukan merupakan variabel pemoderasi yang dapat menginteraksi hubungan antara keputusan pendanaan dengan nilai pemegang saham. Perbedaannya terdapat pada variabel independen dimana peneliti sekarang hanya menggunakan laba bersih dan arus kas bebas serta periode yang digunakan yaitu pada tahun 2009-2011.
4.
Ferdi (2012), meneliti pengaruh laba bersih dan arus kas operasi dengan dividen kas. Sampel yang digunakan yaitu 15 perusahaan manufaktur consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Hasil penelitian
48
menunjukan bahwa secara parsial terdapat pengaruh positif signifikan antara laba bersih terhadap dividen kas. Begitu pula untuk arus kas operasi dimana hasilnya terdapat pengaruh yang positif signifikan terhadap dividen kas. Selanjutnya secara simultan, laba bersih dan arus kas operasi berpengaruh secara signifikan terhadap dividen kas sebesar 88,6% ini artinya bahwa pembagian dividen kas dipengaruhi sebesar 88,6% oleh laba bersih dan arus kas operasi, sedangkan sisanya 11,4% dipengaruhi oleh faktor lain. Perbedaannya terdapat pada variabel independen yaitu penelitian sekarang menggunakan
arus
kas
bebas
sedangkan
penelitian
sebelumnya
menggunakan arus kas operasi, serta periode yang di digunakan yaitu pada tahun 2009-2011.
49
Tabel 2.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu Peneliti
Judul
Variabel
Objek
Indikator
Hasil
Dini
Pengaruh free X1: free cash
Objek
Free cash
Hasil penelitian
(2007)
cash flow
flow,
penelitian
flow,
menunjukan bahwa
terhadap
Y: dividen
difokuskan
dividen,
free cash flow
dividen
payout ratio.
pada seluruh
dividen
berpengaruh secara
perusahaan
payot ratio.
signifikan terhadap
payout ratio.
yang listing di
dividen payout ratio,
Bursa Efek
dan dapat ditarik
Indonesia pada
kesimpulan bahwa
periode 2000-
free cash flow dapat
2002.
dijadikan salah satu indikator dalam penetapan kebijakan dividen dalam suatu perusahaan.
Surya
Pengaruh
X1: laba
109
Laba, arus
Hasil penelitian ini
(2010)
laba, arus kas
bersih,
perusahaan
kas operasi
menunjukan bahwa
operasi dan
X2: arus kas
manufaktur
dan arus kas secara parsial terdapat
arus kas
operasi,
yang terdaftar
bebas dan
pengaruh yang
bebas
X3: arus kas
di Bursa Efek
dividen kas
signifikan antara laba
terhadap
bebas,
Indonesia
dan dividen kas
dividen kas
Y: dividen
periode (2001-
begitupula dengan
kas
2005).
arus kas operasi dan dividen kas, sedangkan arus kas bebas terhadap dividen kas tidak memiliki pengaruh
50
yang signifikan. Sedangkan secara simultan laba bersih dan arus kas bebas memiliki pengaruh yang signifikan. Metha
Pengaruh
X1: aliran kas
23 perusahaan
Aliran kas
Hasil penelitian ini
(2011)
aliran kas
bebas,
manufaktur
bebas,
menunjukan bahwa
bebas dan
X2:keputusan
yang terdaftar
keputusan
aliran kas bebas
keputusan
pendanaan,
di Bursa Efek
pendanaan,
berpengaruh negatif
pendanaan
Y: nilai
indonesia
set
terhadap nilai
terhadap nilai
pemegang
(BEI) periode
kesempatan
pemegang saham,
pemegang
saham
2005-2009.
investasi,
keputusan pendanaan
saham
dividen
tidak berpengaruh
dengan set
nilai
signifikan terhadap
kesempatan
pemegang
nilai pemegang
investasi dan
saham.
saham, set
dividen
kesempatan investasi
sebagai
dapat memoderasi
variabel
pengaruh positif
moderasi.
aliran kas bebas terhadap nilai pemegang saham, dividen dapat memoderasi pengaruh positif aliran kas bebas.
Ferdi
Pengaruh
X1: laba
15 perusahaan
Laba bersih, Hasil penelitian
(2013)
laba bersih
bersih,
manufaktur
arus kas
menunjukan bahwa
dan arus kas
X2 arus kas
consumer
operasi, dan
terdapat pengaruh
51
operasi
operasi,
goods yang
dividen kas.
positif signifikan
terhadap
Y: dividen
terdaftar di
antara laba bersih
dividen kas
kas
Bursa Efek
terhadap dividen kas.
Indonesia pada
Begitu pula untuk
periode 2008-
arus kas operasi
2010.
dimana hasilnya terdapat pengaruh yang positif signifikan terhadap dividen kas.
2.3 A.
Hipotesis Penelitian H01 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara laba bersih terhadap dividen tunai. Ha1 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara laba bersih terhadap dividen tunai.
B.
H02 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara arus kas operasi terhadap dividen tunai. Ha2 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara arus kas operasi terhadap dividen tunai.
C.
H03 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara arus kas bebas terhadap dividen tunai. Ha3 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara arus kas bebas terhadap dividen tunai.
52
D.
H04 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara laba bersih, arus kas operasi dan arus kas bebas terhadap dividen tunai. Ha4 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara laba bersih, arus kas operasi dan arus kas bebas terhadap dividen tunai.