BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Konsep, Konstruk, dan Variabel Penelitian
2.1.1
Yayasan
2.1.1.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Yayasan Pengertian yayasan menurut Undang-undang No. 16 Tahun 2001 tentang yayasan sebagai dasar hukum positif yayasan adalah sebagai berikut: “Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota.”
Yayasan dapat melakukan kegiatan usaha untuk menunjang pencapaian maksud dan tujuannya dengan cara mendirikan badan usaha dan/atau ikut serta dalam suatu badan usaha. Menurut Bastian (2007) yayasan sebagai suatu badan hukum mampu dan berhak serta berwenang untuk melakukan tindakan-tindakan perdata. Pada dasarnya, keberadaan badan hukum yayasan bersifat permanen, yaitu hanya dapat dibubarkan melalui persetujuan para pendiri dan pengurus. Yayasan hanya dapat dibubarkan jika segala ketentuan dan persyaratan dalam anggaran dasarnya telah dipenuhi.
9
10
2.1.1.2 Tujuan Yayasan Menurut Bastian (2007) setiap organisasi termasuk yayasan, memiliki tujuan yang spesifik dan unik yang dapat bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Tujuan yang bersifat kuantitatif mencakup pencapaian laba maksimum, penguasaan pangsa pasar, pertumbuhan organisasi, dan produktivitas. Sementara tujuan kualitatif dapat disebutkan sebagai efisiensi dan efektivitas organisasi, manajemen organisasi yang tangguh, moral karyawan yang tinggi, reputasi organisasi, stabilitas, pelayanan kepada masyarakat, dan citra perusahaan. Menurut Undang-undang No. 16 Tahun 2001, yayasan mempunyai fungsi sebagai pranata hukum dalam rangka mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan. Undang-undang tersebut menegaskan bahwa yayasan adalah suatu badan hukum yang mempunyai maksud dan tujuan yang bersifat sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, yang didirikan dengan memperhatikan persyaratan formal yang ditentukan berdasarkan undang-undang.
2.1.1.3 Visi dan Misi Yayasan Visi merupakan pandangan ke depan dimana suatu organisasi akan diarahkan. Dengan mempunyai visi, yayasan dapat berkarya secara konsisten dan tetap eksis, antisipatif, inovatif, serta produktif. Pengertian visi menurut Bastian (2007) adalah sebagai berikut:
11
“Visi adalah suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan yang berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan suatu yayasan. Rumusan visi harus memperhatikan beberapa hal berikut: 1. Mencerminkan apa yang ingin dicapai sebuah yayasan. 2. Memberikan arah dan fokus strategi yang jelas. 3. Memiliki orientasi terhadap masa depan, sehingga segenap jajaran harus berperan dalam mendefinisikan dan membentuk masa depan yayasan. 4. Mampu menumbuhkan komitmen seluruh jajaran dalam lingkungan yayasan. 5. Mampu menjamin keseimbangan kepemimpinan yayasan.”
Misi adalah suatu pernyataan umum tentang maksud yayasan. Misi suatu yayasan adalah maksud khas (unik) dan mendasar yang membedakan
organisasi
dari
organisasi
lainnya
dan
yang
mengidentifikasi ruang lingkup operasi. Pengertian misi menurut Bastian (2007) adalah adalah sebagai berikut: “Misi adalah sesuatu yang diemban atau dilaksanakan oleh suatu yayasan sebagai penjabaran atas visi yang telah ditetapkan. Misi harus jelas dan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi. Perumusan misi harus mampu: 1. Melingkupi semua pesan yang terdapat dalam visi. 2. Memberikan petunjuk terhadap tujuan yang akan dicapai. 3. Memberikan petunjuk kelompok sasaran mana yang akan dilayani. 4. Memperhitungkan berbagai masukan dari stakeholders.”
2.1.1.4 Sumber Pembiayaan/Kekayaan Yayasan Menurut Bastian (2007) sumber pembiayaan yayasan berasal dari sejumlah kekayaan yang dipisahkan dalam bentuk uang atau barang. Selain itu, yayasan juga memperoleh sumbangan atau bantuan yang tidak mengikat, berupa:
12
1.
Wakaf
2.
Hibah
3.
Hibah wasiat
4.
Perolehan lain yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar Yayasan dan/atau peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sumbangan
atau
bantuan
yang
tidak
mengikat
adalah
sumbangan atau bantuan sukarela yang diterima yayasan, baik dari Negara, bantuan luar negeri, masyarakat, maupun pihak lain yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan perolehan lain adalah dividen, bunga tabungan bank, sewa gedung, dan perolehan dari hasil usaha yayasan (Bastian, 2007).
2.1.1.5 Struktur Organisasi Yayasan Struktur organisasi yayasan merupakan turunan dari fungsi, strategi, dan tujuan organisasi. Sementara itu, tipologi pemimpin, termasuk pilihan dan orientasi organisasi sangat berpengaruh terhadap pilihan struktur birokrasi pada yayasan. Kompleksitas organisasi sangat berpengaruh terhadap struktur organisasi. Menurut Undang-undang No. 16 Tahun 2001, yayasan mempunyai organ yang terdiri dari pembina, pengurus, dan pengawas. Pembina adalah organ yayasan yang mempunyai kewenangan yang tidak diserahkan kepada Pengurus atau Pengawas oleh Undangundang tersebut atau Anggaran Dasar. Kewenangan pembina meliputi:
13
1.
Membuat keputusan mengenai perubahan Anggaran Dasar.
2.
Mengangkat dan menghentikan anggota Pengurus serta anggota Pengawas.
3.
Menetapkan kebijakan umum yayasan berdasarkan Anggaran Dasar Yayasan.
4.
Mengesahkan program kerja dan rancangan anggaran tahunan yayasan.
5.
Membuat keputusan mengenai penggabungan atau pembubaran yayasan. Pengurus
adalah
organ
yayasan
yang
melaksanakan
kepengurusan yayasan, dan pihak yang dapat diangkat menjadi Pengurus adalah individu yang mampu melakukan perbuatan hukum. Pengurus tidak boleh merangkap sebagai Pembina atau Pengawas. Pengawas adalah organ yayasan yang bertugas melakukan pengawasan serta memberi nasihat kepada Pengurus dalam menjalankan kegiatan yayasan. Yayasan memiliki sekurang-kurangnya 1 (satu) orang Pengawas yang wewenang, tugas, dan tanggung jawabnya diatur dalam Anggaran Dasar. Pengawas tidak boleh merangkap sebagai Pembina atau Pengurus. Pengawas wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan yayasan.
14
2.1.2
Audit Internal
2.1.2.1 Pengertian Audit Internal Pengertian Audit Internal menurut The Institute of Internal Auditors (IIA) yang dikutip oleh Boynton et al (2001) adalah sebagai berikut: “Internal auditing is an independent, objective assurance and consulting activity designed to add value and improve an organization’s opertaion. It helps an organization accomplish its objectives by bringing a systematic, disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness of risk management, control, and governance processes.”
Audit internal adalah kegiatan assurance dan konsultasi yang independen dan objektif, yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan-kegiatan operasi organisasi. Audit internal membantu organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui suatu pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas dari manajemen risiko, pengendalian, dan proses tata kelola. Pengertian Audit Internal menurut Agoes (2012) adalah sebagai berikut: ”Audit internal adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak yang telah ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan ketentuan-ketentuan dari ikatan profesi yang berlaku.”
15
Dari beberapa pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa: 1.
Audit internal bertanggung jawab kepada manajemen puncak atas hasil pekerjaan yang dilaksanakan.
2.
Audit internal merupakan alat kontrol bagi manajemen yang berfungsi mengukur dan menilai keefektivan alat-alat pengendalian lainnya.
3.
Objek penelitian dan penilaian bagi audit internal adalah prosedurprosedur, catatan-catatan, dan ketentuan-ketentuan lain yang telah ditetapkan pimpinan perusahaan.
4.
Penilaian dilakukan dengan objektif dan independen.
2.1.2.2 Tujuan Audit Internal Menurut Agoes (2012) untuk mencapai tujuan dari pemeriksaan audit internal, auditor internal harus melakukan hal-hal berikut: 1. “Menelaah dan menilai kebaikan, memadai tidaknya dan penerapan dari sistem pengendalian manajemen, pengendalian intern dan pengendalian operasional lainnya serta mengembangkan pengendalian yang efektif dengan biaya yang tidak terlalu mahal. 2. Memastikan ketaatan terhadap kebijakan, rencana, dan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan oleh manajemen. 3. Memastikan seberapa jauh harta perusahaan dipertanggungjawabkan dan dilindungi dari kemungkinan terjadinya segala bentuk pencurian, kecurangan, dan penyalahgunaan. 4. Memastikan bahwa pengelolaan data yang dikembangkan dalam organisasi dapat dipercaya. 5. Menilai mutu pekerjaan setiap bagian dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh manajemen. 6. Menyarankan perbaikan-perbaikan operasional dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas.”
16
2.1.2.3 Fungsi Audit Internal Fungsi audit internal menurut Mulyadi dan Kanaka (1998) adalah sebagai berikut: “Fungsi audit internal adalah menyediakan jasa yaitu menyediakan jasa analisis dan evaluasi serta memberikan keyakinan dan rekomendasi kepada manajemen dan dewan komisaris serta pihak lain yang setara dengan wewenang dan tanggung jawabnya.”
Fungsi audit internal secara terperinci dan relatif lengkap menunjukan bahwa aktivitas audit internal harus diterapkan secara menyeluruh terhadap seluruh aktivitas perusahaan, sehingga tidak hanya terbatas pada audit atas catatan-catatan akuntansi. Fungsi audit internal adalah menyelidiki dan menilai pengendalian intern dan efisiensi pelaksanaan fungsi berbagai unit organisasi. Dengan demikian fungsi audit internal merupakan bentuk pengendalian yang fungsinya adalah untuk mengukur dan menilai efektifitas unsur-unsur pengendalian intern lainnya. Jadi fungsi audit internal tidak harus dibatasi pada pencarian rutin atas kesalahan mengenai ketepatan dan kebenaran catatan akuntansi, tetapi juga harus melakukan suatu penilaian dari berbagai fungsi operasional.
17
2.1.2.4 Unsur-Unsur Audit Internal Menurut Tugiman (2002) tiga unsur dalam audit internal yaitu: 1.
Memastikan/memverifikasi (verification) Merupakan suatu aktivitas penilaian dan pemeriksaan dan kebenaran data dan informasi yang dihasilkan dari suatu sistem akuntansi sehingga dapat dihasilkan laporan akuntansi yang akurat yaitu cepat dan dapat dipercaya. Catatan yang telah diverifikasi dapat ditentukan oleh audit internal tertentu apakah terdapat kekurangan dan kelemahan dalam prosedur pencatatan untuk diajukan saran-saran perbaikan.
2.
Menilai/mengevaluasi (evaluation) Merupakan aktivitas penilaian secara menyeluruh atas pengendalian
akuntansi
keuangan
dari
kegiatan
menyeluruh
berdasarkan kriteria yang sesuai. Hal ini merupakan suatu cara untuk memperoleh kesimpulan yang menyeluruh dari kegiatan perusahaan yang berhubungan dengan aktivitas yang dilakukan perusahaan. 3.
Rekomendasi (recommendation) Merupakan suatu aktivitas penilaian dan pemeriksaan terhadap ketaatan pelaksanaan dan prosedur operasi, prosedur akuntansi, kebijakan dan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan (tindakan korektif terhadap manajemen), sehingga dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur audit internal, yaitu memastikan/memverifikasi
18
(verification), menilai, mengevaluasi (evaluation) dan rekomendasi (recommendation).
2.1.2.5 Ruang Lingkup Audit Internal Lingkup
penugasan
audit
internal
menurut
Konsorsium
Organisasi Profesi Audit Internal (2004) yaitu sebagai berikut: “Fungsi auditor internal melakukan evaluasi dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan proses pengelolaan risiko, pengendalian, dan governance, dengan menggunakan pendekatan yang sistematis, teratur, dan menyeluruh.”
Lingkup penugasan audit internal antara lain sebagai berikut: 1.
Pengelolaan Risiko Fungsi audit internal harus membantu organisasi dengan cara mengidentifikasi
dan
mengevaluasi
risiko
signifikan
dan
memberikan kontribusi terhadap pengelolaan risiko dan sistem pengendalian internal. 2.
Pengendalian Fungsi audit internal harus membantu organisasi dalam memelihara pegendalian intern
yang efektif dengan
cara mengevaluasi
kecukupan, efisiensi dan efektivitas pengendalian tersebut, serta mendorong
peningkatan
berkeseimbangan.
pengendalian
internal
secara
19
3.
Proses Governance Fungsi audit internal harus menilai dan memberikan rekomendasi yang sesuai untuk meningkatkan proses governance dalam mencapai tujuan-tujuan berikut: a. Mengembangkan etika dan nilai-nilai yang memadai di dalam organisasi. b. Memastikan pengelolaan kinerja organisasi yang efektif dan akuntabilitas. c. Secara efektif mengkomunikasikan risiko dan pengendalian kepada unit-unit yang tepat dalam organisasi. d. Secara
efektif
mengkomunikasikan
mengkoordinasikan informasi
diantara
kegiatan
dan
pimpinan,
dewan
pengawas, auditor internal dan eksternal, serta manajemen.
2.1.2.6 Standar Profesi Audit Internal Menurut Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (2004) tujuan standar profesi audit internal adalah sebagai berikut: 1. “Memberikan kerangka dasar yang konsisten untuk mengevaluasi kegiatan dan kinerja satuan audit internal maupun individu auditor internal. 2. Menjadi sarana bagi pemakai jasa dalam memahami peran, ruang lingkup, dan tujuan audit internal. 3. Mendorong peningkatan praktik audit internal dalam organisasi. 4. Memberikan kerangka untuk melaksanakan dan mengembangkan kegiatan audit internal yang memberikan nilai tambah dan meningkatkan kinerja kegiatan operasional organisasi.
20
5. Menjadi acuan dalam menyusun program pendidikan dan pelatihan bagi auditor internal. 6. Menggambarkan prinsip-prinsip dasar praktik audit internal yang seharusnya (international bassed practices).”
Standar IIA (The Institute of Internal Auditors) untuk praktik profesional audit internal dibagi menjadi lima kategori yang luas, yaitu: independensi,
kemampuan
profesional,
lingkungan
pekerjaan,
pelaksanaan kegiatan audit internal, resolusi penerimaan risiko oleh manajemen. Adapun Standar Profesional Audit Internal meliputi: 1.
Independensi dan Objektivitas Dalam menjalankan tugasnya seorang auditor internal harus independen dan meliliki sikap objektif dalam memberikan jasa assurance dan jasa konsultasi sebagaimana diatur dalam Standar Profesi Audit Internal (SPAI) yang memungkinkan fungsi tersebut memenuhi tanggung jawabnya. Menurut Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal dalam Standar Profesi Audit Internal (2004) menyatakan: “Fungsi audit internal harus ditempatkan pada posisi yang memungkinkan fungsi tersebut memenuhi tanggung jawabnya. Independensi akan meningkat jika fungsi audit internal memiliki akses komunikasi yang memadai terhadap pimpinan dan dewan pengawas organisasi dan auditor internal harus memiliki sikap mental yang objektif, tidak memihak dan menghindari kemungkinan timbulnya pertentangan kepentingan (conflict of interest).”
21
Jadi unit audit internal ini harus terpisah dari unit-unit lain dalam suatu organisasi. Audit internal ini bertanggung jawab melakukan pemeriksaan dan memberikan laporan serta rekomendasi langsung kepada pimpinan perusahaan. Objektivitas merupakan perilaku yang tidak memihak, tidak bias, dan menghindari konflik kepentingan. Karena itu auditor harus memiliki objektivitas agar auditor internal tidak mengurangi pengembangannya atas suatu masalah audit atas pertimbangan lain.
2.
Keahlian dan Kecermatan Profesional a. Keahlian Auditor internal harus memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi lain yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawab mereka. Aktivitas audit internal secara kolektif harus memiliki atau mengupayakan pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi lain yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawabnya. b. Kecermatan Profesional Auditor
internal
harus
menggunakan
kecermatan
dan
keterampilan yang diharapkan dari seorang auditor internal yang cukup berhati-hati dan kompeten. Kecermatan profesional yang tidak tepat berarti sempurna bebas dari kesalahan.
22
3.
Lingkungan Pekerjaan Audit Internal Ruang lingkup audit internal menurut The Institute of Internal Auditors (IIA) yang dikutip oleh Boynton et al (2001) adalah sebagai berikut: “The scope of internal auditing should encompass the examination and evaluation of the adequacy and effectiveness of the organizations system of internal control and quality of performance in carrying out assigned responsibilitties: (1) reability and integrity of information; (2) compliance with policies, plans, procedures, laws, regulations and contracs; (3) safeguarding of assets; (4) economical and efficient use of resources; (5) accomplishment of estabilished objectives and goals for operations programs.”
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa lingkup pekerjaan audit internal meliputi keandalan informasi; kesesuaian dengan kebijaksanaan, rencana, prosedur, dan peraturan perundangundangan; perlindungan terhadap harta; penggunaan sumber daya secara ekonomis dan efisien; dan pencapaian tujuan organisasi. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut: a.
Keandalan informasi Auditor harus memeriksa keandalan informasi keuangan dan pelaksanaan pekerjaan dengan cara yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, mengklasifikasi, dan melaporkan informasi tersebut.
23
b.
Kesesuaian dengan kebijaksanaan, rencana, prosedur, dan peraturan perundang-undangan Auditor internal harus memeriksa sistem yang diterapkan untuk memastikan ketaatan terhadap kebijaksanaan, rencana, prosedur, dan peraturan perundang-undangan.
c.
Perlindungan terhadap harta Auditor internal harus memeriksa kesesuaian sarana yang digunakan untuk melindungi harta kekayaan organisasi.
d.
Penggunaan sumber daya secara ekonomis dan efisien Auditor internal harus menilai keekonomisan dan efisiensi sumber daya yang digunakan.
e.
Pencapaian tujuan Agar tujuan dan sarana yang telah ditetapkan sesuai dengan apa yang dicapai maka auditor internal harus memeriksa operasi dan program.
4.
Pelaksanaan Tugas Audit Internal Pelaksanaan tugas audit diperlukan oleh auditor internal untuk memberikan informasi yang mendukung kegiatan audit. Pelaksanaan kegiatan audit menurut Standar Profesi Audit Internal yang dikutip oleh Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (2004) adalah sebagai berikut:
24
“Dalam melaksanakan audit, auditor internal harus mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi dan mendokumentasikan informasi yang memadai untuk mencapai tujuan penugasan.”
Dari pernyataan diatas, auditor internal harus dapat mengidentifikasi,
menganalisis,
mengevaluasi,
dan
mendokumentasikan informasi yang tepat pada pelaksanaan audit untuk memastikan tercapainya sasaran, terjaminnya kualitas, dan meningkatnya kemampuan staf. Menurut The Institute of Internal Auditors (IIA) yang dikutip oleh Boynton et al (2001) pelaksanaan audit internal adalah sebagai berikut: “Audit work should include planning the audit, examining and evaluating information, communicating results, and following up performance of audit work should include: 1. Planning the audit. Internal auditors should plan each audit. 2. Examining and evaluation information. Internal auditors should collect, analyze, interpret, and document information to support audit results. 3. Communicating result. Internal auditors should report the results of their audit work. 4. Following up. Internal auditors should follow up to ascertain thet appropriate action is taken or reported audit findings.”
Berikut ini akan dijelaskan tahap-tahap pelaksanaan kegiatan audit: 1.
Perencanaan audit (planning the audit) Audit internal melakukan suatu perencanaan audit agar dapat lebih memahami tugas audit yang akan dijalani dan agar audit
25
yang dilakukan tersebut terarah dan tepat sasaran. Perencanaan audit internal harus didokumentasikan dan meliputi hal-hal berikut: a. Penetapan tujuan audit dan lingkup audit. b. Memperoleh informasi dasar tentang kegiatan yang akan diaudit. c. Penentuan
berbagai
tenaga
yang
diperlukan
untuk
melaksanakan audit. d. Pemberitahuan kepada pihak yang dipandang perlu. e. Melaksanakan survey. f. Penulisan program audit. g. Menentukan bagaimana, kapan, dan kepada siapa jasil-hasil audit akan disampaikan. h. Memperoleh persetujuan bagi rencana kerja audit.
2.
Pengujian dan pengevaluasian informasi (examining and evaluation information) a. Mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan ruang lingkup dan tujuan audit. b. Informasi harus cukup, kompeten, relevan, dan berguna sebagai dasar untuk memberi rekomendasi dan temuan audit. c. Prosedur audit yang meliputi teknik sampling dan pengujian harus dipilih pada awal audit.
26
d. Mengawasi
proses,
pengumpulan,
penganalisisan,
penginterpretasian, dan pendokumentasian informasi untuk memberikan jaminan yang memadai bahwa tujuan audit internal diperoleh dan dicapai sesuai sasaran. e. Menyiapkan kertas kerja audit.
3.
Penyampaian hasil audit (communicating result) Laporan audit harus disebarkan jika pelaksanaan audit telah lengkap, dapat disajikan secara tertulis, baik secara formal maupun informal.
4. Tindak lanjut hasil audit (following up) Pekerjaan audit internal tidak berakhir sampai dikeluarkannya laporan tetapi harus berlanjut dengan pemantauan untuk menentukan apakah tindakan yang tepat telah diambil dan dilaksanakan sebagaimana diungkapkan dalam temuan-temuan dan saran-saran audit di dalam laporan akhir audit.
5.
Manajemen Bagian Audit Internal Fungsi audit internal harus dikelola secara tepat agar dapat bekerja secara efektif. Pimpinan audit internal bertanggung jawab mengelola bagian audit internal secara tepat, sehingga pekerjaan pemeriksaan memenuhi tujuan umum dan tanggung jawab disetujui
27
oleh manajemen senior dan diterima oleh dewan, sumber daya bagian audit internal digunakan secara efektif dan efisien, pelaksanaan pekerjaan dan pemeriksaan dilakukan sesuai standar profesi. Menurut Boyton et al (2001) pimpinan audit harus mengelola bagian audit internal secara tepat mengenai: a.
Tujuan, kewenangan, dan tanggung jawab (purpose, authority, and responsibility) Pimpinan audit internal harus memiliki pernyataan, tujuan, kewenangan, dan tanggung jawab bagian audit internal.
b.
Perencanaan (planning) Pimpinan audit internal harus merencanakan segala sesuatu untuk pelaksanaan tanggung jawab bagian audit internal.
c.
Kebijaksanaan (policies and procedures) Sebagai pedoman bagi staf audit maka pimpinan audit internal harus membuat kebijaksanaan da prosedur secara tertulis.
d.
Manajemen personil (personal management and development) Untuk memilih dan mengembangkan sumber daya bagian audit internal, maka pimpinan audit internal harus menetapkan program.
e.
Auditor eksternal (external auditor) Pimpinan audit internal harus mengkoordinasi upaya antara auditor internal dengan auditor eksternal.
28
f.
Pengendalian mutu (quality assurance) Untuk mengevaluasi berbagai kegiatan bagian audit internal, pimpinan audit internal harus menetapkan dan mengembangkan pengendalian mutu atau jaminan kualitas.
2.1.3
Kas
2.1.3.1 Pengertian Kas Kas adalah aktiva perusahaan yang selalu berputar ke segenap bagian dalam tubuh perusahaan. Kas merupakan media pertukaran dan dasar untuk mengukur perkiraan yang terdapat di dalam laporan keuangan karena kas bersifat relevan, sederhana, serta dipakai secara universal di dalam menilai perubahan modal dan pertukaran barang dan jasa. Kas juga merupakan aktiva lancar karena kas mamiliki tingkat likuiditas yang tinggi, bahkan paling tinggi diantara semua aktiva perusahaan yang ada. Oleh karena itu dalam mengelola kas harus diterapkan suatu pengendalian yang baik atas kas, karena kas sering dijadikan alat untuk melakukan penyelewengan dan kecurangan. Pengertian kas menurut PSAK No. 2 yang disusun oleh IAI (2009) adalah sebagai berikut: “Kas terdiri dari saldo kas (cash on hand) dan rekening giro. Setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan. Arus kas adalah arus masuk dan arus keluar atau setara kas.”
29
Berdasarkan pengertian diatas dapat dikatakan bahwa kas terdiri dari uang tunai yang ada di perusahaan, baik yang ada di dalam kas kecil maupun dana-dana kas lainnya seperti penerimaan uang tunai dan cekcek yang belum disetor ke bank serta item-item lainnya yang dapat disamakan dengan kas, artinya dapat digunakan sebagai alat tukar atau dapat diterima sebagai simpanan. Bentuk kas sangat mudah untuk disembunyikan dan mudah untuk dipertukarkan, sehingga jika hilang akan sulit melacaknya. Karena faktor risiko tinggi yang melekat pada kas tersebut, maka dibutuhkan tindakan-tindakan pengendalian dan pengamanan yang baik.
2.1.3.2 Fungsi Kas Kas adalah aset yang sangat likuid karenanya harus dijaga agar jumlah kas tidak terlalu besar sehingga tidak ada kas yang menganggur. Daya beli uang bisa berubah-ubah mungkin naik atau turun, tetapi kenaikan atau penurunan daya beli ini tidak akan mengakibatkan penilaian kembali terhadap kas. Kas juga begitu penting baik bagi perseorangan, perusahaaan, maupun pemerintah untuk mempertahankan posisi likuiditas yang memadai, yaitu mereka harus memiliki sejumlah uang yang mencukupi untuk membayar kewajiban pada saat jatuh tempo agar aktivitas operasional perusahaan yang bersangkutan dapat terus berlangsung.
30
Fungsi kas menurut Kieso et al (2010) adalah sebagai berikut: “Cash the most liquid asset is the standard medium of exchange and the basic for measuring and accounting for all other item.”
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi kas adalah: 1.
Memberikan dasar bagi pengukuran dan akuntansi untuk semua pos lain dalam neraca.
2.
Karena berlaku sebagai alat tukar dalam perekonomian, maka kas dapat terlibat secara langsung dalam hampir semua transaksi usaha.
3.
Untuk mengetahui posisi likuiditas perusahaan.
2.1.3.3 Pengelolaan Kas Manajemen kas atau pengelolaan kas merupakan salah satu fungsi manajemen dalam merencanakan dan mengendalikan kas. Manajemen kas dapat dianggap sebagai suatu fungsi keuangan yang mendasar dalam kebanyakan perusahaan karena kas mempunyai kedudukan sentral dalam usaha sehari-hari, maupun bagi keperluan yang menunjang pelaksanaan operasi perusahaan. Jumlah kas yang memadai sangat penting bagi kelancaran usaha sehari-hari, maupun bagi keperluan yang menunjang pelaksanaan keputusan-keputusan strategis berjangka panjang, seperti: usaha penelitian dan pengembangan, usaha perluasan kapasitas, dan sebagainya.
31
Tujuan utama perusahaan dalam mengelola kas pada dasarnya adalah meminimalkan risiko perusahaan dalam keadaan insolvency, yaitu keadaan perusahaan yang tidak mampu lagi untuk membayar hutanghutang tepat pada waktunya. Dalam keadaan demikian, perusahaan secara teknis dapat dikatakan bangkrut. Alasan perlunya dilakukan pengelolaan dan pengendalian kas adalah sebagai berikut: 1. Kas
merupakan
aktiva
lancar
yang
mudah
sekali
disalahgunakan. Pengendalian terhadap arus kas dibentuk atau diciptakan untuk meyakinkan bahwa kas milik perusahaan tidak disalahgunakan untuk kepentingan pribadi oleh seseorang dalam hubungannya dengan perusahaan. 2. Jumlah kas yang dimiliki oleh suatu perusahaan harus diatur secara hati-hati sehingga tidak terjadi kelebihan atau kekurangan kas pada sewaktu-waktu. Pengeluaran kas secara harian, seperti membayar seluruh keperluan dan jasa yang diperlukan atau dibeli oleh perusahaan dan menyelesaikan seluruh kewajibannya jika jatuh tempo, mengharuskan suatu kas memadai yang harus tetap dipertahankan untuk keperluan tersebut. Pada yayasan, sumber dana yang diperoleh berasal dari donasi yang derajat kebebasannya bergantung pada sumber dana tersebut. Penerimaan dana tersebut berasal dari berbagai pihak yang secara
32
sukarela memberikan bantuan untuk kelancaran operasional yayasan. Bantuan yang dimaksud merupakan bantuan yang tidak mengikat apapun. Yayasan tidak perlu memberikan konsekuensi tertentu
atas
bantuan yang diberikan. Selain itu sumber dana yayasan dapat diperoleh dari berbagai kegiatan yang dilakukan oleh yayasan. Kegiatan tersebut misalnya badan usaha yang menangani bidang tertentu. Pemasukan dana kas tersebut dapat dijadikan modal untuk mengembangkan yayasan secara maksimal. Setelah mendapatkan pemasukan dana kas, yayasan dapat menggunakan dana kas tersebut untuk kegiatan operasional atau kegiatan lain yang mendukung efektivitas kinerja yayasan tersebut seperti beasiswa, pembangunan, atau apapun yang berhubungan dengan bidang yayasan itu sendiri.
2.1.3.4 Pengendalian Internal Kas Pengendalian internal kas menolak adanya campur tangan terhadap catatan akuntansi oleh mereka yang menangani kas. Hal ini akan mengurangi kemungkinan terjadinya ayat jurnal yang tidak wajar untuk menyembunyikan penyalahgunaan penerimaan dan pengeluaran kas. Pengendalian internal kas juga mensyaratkan pemisahan fungsi antara penerimaan dan pengeluaran kas karena sifatnya yang mudah untuk dipindahtangankan dan tidak dapat dibuktikan pemiliknya, maka
33
kas sangat mudah digelapkan. Oleh karena itu perlu diadakan pengawasan yang ketat terhadap kas. Pengendalian internal kas juga memisahkan
fungsi
penyimpanan
dan
pencatatan
kas
untuk
meminimalisir penyalahgunaan kas.
2.1.3.5 Tujuan Pengendalian Internal Kas Kas merupakan aktiva lancar yang paling berharga bagi perusahaan karena sifatnya yang likuid. Karena itu kas sangat mudah diselewengkan sehingga perlu adanya suatu pengendalian yang menjadi tugas manajemen perusahaan agar kas dapat dilindungi dari pencurian maupun penggelapan. Tujuan
utama
pengendalian
internal
kas
adalah
untuk
meyakinkan diri bahwa saldo kas yang tercantum di dalam neraca benarbenar ada di dalam perusahaan pada tanggal neraca dan bahwa penyajian kas dan dana-dana likuid lainnya di dalam neraca telah dilakukan dengan tepat. Tujuan dari pemeriksaan kas menurut Agoes (2012) adalah sebagai berikut: 1.
2.
3. 4.
“Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang baik atas kas dan setara kas serta transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dan bank. Untuk memeriksa apakah saldo kas dan setara kas yang ada di neraca pertanggal neraca betul-betul ada dan dimiliki perusahaan. Untuk memeriksa apakah ada pembatasan untuk penggunaan saldo kas dan setara kas. Untuk memeriksa, seandainya ada saldo kas dan setara kas dalam valuta asing, apakah saldo tersebut dikonversikan ke
34
5.
2.1.4
dalam rupiah menggunakan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal neraca dan apakah selidih kurs yang terjadi sudah dibebankan atau dikreditkan ke laba rugi tahun berjalan. Untuk memeriksa apakah penyajian di neraca sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.”
Pengaruh Audit Internal Terhadap Sistem Pengendalian Kas Kas merupakan aset yang paling likuid dimana hampir setiap transaksi di dalam perusahaan berhubungan dengan kas. Kas juga sangat berpengaruh terhadap tingkat likuiditas perusahaan. Untuk menjaga tingkat likuiditas sesuai yang diharapkan perusahaan diperlukan arus persediaan kas yang lancar dan memadai. Berdasarkan uraian diatas maka perlu adanya pemeriksaan internal
atau
pengendalian
internal
yang
memadai.
Aktivitas
pengendalian internal ini harus didukung oleh pimpinan perusahaan agar pengendalian dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Pengendalian internal merupakan alat bantu manajemen dalam usaha untuk mencapai tujuan perusahaan. Untuk mengetahui baik tidaknya suatu pengendalian internal yang telah dijalankan perusahaan, maka harus ada penilaian terhadap pengendalian internal tersebut. Untuk memeriksa dan menilai keefektivan pengendalian internal yang telah ditetapkan, diperlukan auditor internal yang telah ditetapkan serta menilai juga petugas yang melaksanakannya.
35
Dalam melakukan penilaian atas pengendalian internal kas, manajemen memerlukan penilaian yang independen yang dapat dilakukan oleh auditor internal. Audit internal merupakan jasa assurance dan konsultasi yang bersifat independen dan objektif, yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan operasi organisasi. Audit internal menggunakan pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas pengendalian tersebut. Jadi audit internal atas pengelolaan kas meliputi audit terhadap semua aspek pengendalian internal pengelolaan kas, sehingga dapat diketahui keefektivan pengendalian pengelolaan kas. Suatu fungsi dapat dikatakan efektif apabila dalam kegiatan manajemennya mencapai tujuan yang ditetapkan sebelumnya. Jadi pengendalian internal pengelolaan kas dikatakan efektif apabila telah berhasil mencapai tujuan pengendalian internal pengelolaan kas yang telah ditetapkan. Sementara itu untuk menghindari keterbatasan-keterbatasan dari pengendalian internal kas, maka auditor internal dan manajemen melakukan pemantauan dan pengevaluasian secara terus menerus sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Dengan demikian apabila pelaksanaan audit internal memadai dan dipatuhuinya pengendalian internal tersebut oleh seluruh personil perusahaan maka akan meningkatkan efektifitas pengelolaan kas.
36
2.2
Kerangka Pemikiran Menurut Nainggolan (2007) yayasan bukan merupakan suatu lembaga yang semata-mata mencari keuntungan. Namun walaupun tidak berfokus untuk mencari keuntungan, suatu yayasan memiliki dana kas untuk dapat menunjang kegiatan operasional yayasan. Suatu yayasan memiliki sistem pengelolaan kas yang digunakan untuk mengelola kas yang ada pada yayasan baik untuk pemasukan maupun pengeluaran kas. Sistem pengelolaan kas bertujuan untuk meyakinkan bahwa kas milik yayasan tidak disalahgunakan untuk kepentingan pribadi oleh seseorang dalam hubungannya dengan yayasan. Dalam organisasi nirlaba, kas merupakan hasil realisasi dari penerimaan dana yang berasal dari donasi maupun dari usaha sendiri. Menurut Nainggolan (2007) pendapatan (revenue) dalam yayasan merupakan salah satu hal yang berbeda secara signifikan dibandingkan dengan pendapatan pada perusahaan atau bisnis komersial. Pada yayasan, pendapatan merupakan penerimaan dana yang diperoleh dari berbagai sumber. Akan tetapi derajat kebebasan penggunaannya berbeda tergantung pada batasan yang diberikan oleh sumber penerimaan dana tersebut. Sedangklan pada perusahaan komersial diperoleh dari kegiatan atau penjualan produknya. Penggunaan dana kas tersebut tergantung pada kebijakan manajemen sendiri.
37
Dalam
hal
ini
terkadang
suatu
yayasan
menemukan
ketidakcocokan antara jumlah kas yang tercatat dengan jumlah fisik kas sehingga menimbulkan adanya selisih kas. Untuk menghindari adanya selisih kas tersebut, perlu dilakukannya pemeriksaan berkala agar tidak terjadinya kesalahpahaman. Hal inilah yang menjadi peran auditor internal untuk melakukan pemeriksaan tersebut karena jika terjadi kesalahpahaman atau penyelewengan terhadap kas, berarti auditor internal belum melaksanakan tugasnya dengan baik. Pengertian audit internal menurut Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (2004) adalah sebagai berikut: “Audit internal adalah kegiatan asuransi dan konsultasi yang independen dan objektif yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan operasi organisasi. Audit internal membantu organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui suatu pendekatan sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas pengelolaan risiko, pengendalian dan proses governance.”
Kas sangat penting dalam suatu yayasan karena dengan ketersediaan kas yang memadai maka kesinambungan jalannya kegiatan operasional yayasan akan terjamin. Pengendalian kas juga berguna untuk memprediksi pengelolaan kas untuk periode yang akan datang sehingga pengalokasian dana kas untuk kegiatan operasional yayasan sesuai dengan kebutuhannya. Pengertian kas menurut Agoes (2012) adalah sebagai berikut: “Kas merupakan harta lancar perusahaan yang sangat menarik dan mudah untuk diselewengkan. Selain itu banyak transaksi perusahaan yang menyangkut penerimaan dan pengeluaran kas.
38
Karena itu untuk memperkecil kemungkinan terjadinya kecurangan atau penyelewengan yang menyangkut uang kas perusahaan, diperlukan adanya pengendalian internal yang baik atas kas dan bank.”
Suatu pengendalian internal kas digunakan untuk mencegah adanya kecurangan. Untuk mencegah kecurangan tersebut diperlukan adanya tujuan pengendalian internal yang jelas. Tujuan pengendalian internal menurut Arens et al (2008) adalah sebagai berikut: 1.
“Reliability of financial reporting
2.
Efficiency and effectiveness of operations
3.
Compliance with laws and regulations”
Untuk menunjang tujuan tersebut maka penetapan pengendalian internal terhadap kas harus benar-benar dilaksanakan dengan baik. Kemudian setelah adanya berbagai kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan oleh pengurus yayasan, dibutuhkan laporan mengenai aktivitas pengendalian internal kas. Laporan tersebut disajikan oleh auditor internal yang kompeten melalui pelaksanaan tugas audit internal yang memadai, sehingga laporan tersebut dapat menunjukan sejauh mana efektivitas pengendalian internal kas pada yayasan tersebut. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa suatu audit internal yang memadai harus independen dan objektif. Unit audit internal harus terpisah dari unit lain dan tidak boleh berpihak pada siapa pun. Aktivitas audit internal juga harus mendapatkan hubungan penuh dari
39
pimpinan agar dalam melaksanakan pemeriksaan terhadap pengendalian internal termasuk pengendalian pengelolaan kas dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Secara skematis penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran Audit Internal
a. Independensi dan objektivitas b. Keahlian dan kecermatan profesional c. Lingkup pekerjaan audit internal d. Pelaksanaan tugas audit internal e. Manajemen bagian audit internal
Sistem Pengendalian Kas
a. Tercapainya pengelolaan kas yang baik b. Pengamanan kas c. Efisiensi penggunaan kas d. Disusunnya laporan kas yang akurat e. Dipatuhinya kebijakan tentang kas
Pengendalian Internal Kas yang Efektif
40
2.2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
No.
Nama Peneliti dan Tahun Penelitian
1.
Iriyadi (2004)
Peranan Internal Auditor dalam Menunjang Efektivitas Sistem Pengendalian Intern Penggajian pada PT. Organ Jaya
Perusahaan telah memiliki pelaksana audit internal yang dilakukan oleh pengawas intern yang bertanggung jawab kepada direktur utama yang salah satu fungsinya adalah memeriksa dan mengevaluasi efektivitas sistem pengendalian pengeluaran petty cash yang termasuk juga penggajian.
2.
Kusrini (2012)
Pengaruh Pelaksanaan Audit Internal Terhadap Pengendalian Intern Kas pada PT.Hotel Sofyan Tbk
terdapat hubungan atau pengaruh signifikan pelaksanaan audit internal terhadap pengendalian intern kas sebesar 60,0%. Dalam melaksanakan fungsinya pemeriksaan intern yang memadai harus objektif dalam melaksanakan pemeriksaan, Selain itu, aktivitas pemeriksaan intern harus mendapatkan dukungan dari pimpinan agar pemeriksaan intern dan pengendalian dapat berjalan efektif dan efisien.
Judul Penelitian
Hasil Penelitian
41
3.
2.3
Serny Tuerah (2013)
Evaluasi Efektivitas Sistem Informasi Akuntansi Pembelian dan Pengeluaran Kas pada UD. Roda Mas Manado
Efektivitas terhadap sistem informasi akuntansi pembelian dan pengeluaran kas yang diterapkan sudah efektif karena prosedur sejak pencatatan sampai pelaporan pada sistem pembelian dan pengeluaran kas dilakukan sesuai standar.
Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan dan tujuan dari penelitian, maka penulis mengambil hipotesis yang akan diuji kabenarannya sebagai berikut: Ho
= Audit internal tidak berpengaruh positif terhadap sistem pengendalian kas.
Ha
= Audit internal berpengaruh positif terhadap sistem pengendalian kas.