BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1
Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Pelaporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang mengkomunikasikan keaadan keuangan dari hasil operasi perusahaan
dalam
periode tertentu
kepada
pihak-pihak
yang
berkepentingan. Laporan keuangan mempunyai tujuan utama yakni memberikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan ekonomis. Para pemakai laporan keuangan akan menggunakannya untuk meramalkan, membandingkan dan menilai dampak keuangan yang timbul dari keputusan ekonomis yang diambilnya. Semakin berkembangnya pasar modal di Indonesia menyebabkan semakin besarnya kebutuhan akan transparansi. Di dalam dunia akuntansi, transparansi dapat diartikan sebagai seberapa jauh pembaca laporan keuangan atau pihak-pihak lain yang mempunyai kepentingan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan untuk mengetahui dan menggali kandungan informasi yang terdapat dalam laporan keuangan. Semakin banyak pihak yang secara aktif menaruh perhatian terhadap kualitas pelaporan keuangan perusahaan yang telah go public. Di dalam masyarakat yang sudah maju perekonomiannya, komunikasi data keuangan dan data ekonomi lainnya sangat diperlukan. Para
Universitas Sumatera Utara
penanam modal tersebut merasa bahwa modal yang mereka tanamkan perlu diawasi dan dikendalikan, sehingga mereka sangat memerlukan laporan keuangan yang dapat dipercaya dari perusahaan tempat mereka menanamkan modalnya. Penyajian laporan keuangan menuntut pemenuhan karakteristik kualitatif dan informasi yang disajikan. Karakteristik kualitatif merupakan ciri yang melekat pada informasi keuangan atau akuntansi sehingga bisa mempunyai nilai tambah. Ciri ini tidak dapat diukur dengan bentuk kuantitatif. Standar
Akuntansi
Keuangan
(SAK)
menyebutkan
empat
karakteristik kualitatif pokok dalam laporan keuangan (IAI 2004): a. Dapat Dipahami Kualitas penting informasi dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dipahami oleh pemakai. Guna mencapai maksud ini, diasumsikan pemakai memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketentuan yang wajar. b. Relevan Informasi disebut relevan ketika dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai. Agar relevan, informasi harus dapat digunakan untuk mengevaluasi masa lalu, masa sekarang dan masa mendatang (predictive value), menegaskan atau memperbaiki harapan yang dibuat sebelumnya (feedback value), juga harus tersedia tepat waktu bagi pengambil keputusan sebelum mereka kehilangan kesempatan atau untuk mempengaruhi keputusan yang diambil (timeliness). c. Keandalan Informasi disebut andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus dan jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang dapat disajikan secara wajar.
Universitas Sumatera Utara
d. Dapat Dibandingkan Identifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan laporan keuangan perusahaan antar periode hendaknya dapat dibandingkan oleh pemakai. Dengan demikian pemakai dapat memperoleh informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan dan perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut. Ketaatan pada standar akuntansi keuangan, termasuk pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan oleh perusahaan, membantu pencapaian karakteristik ini. Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan yang berkualitas adalah laporan keuangan yang isi informasinya dapat dipahami, relevan dan dapat diandalkan, dan mempunyai daya banding. Karakteristik relevan di sini berarti laporan tersebut mampu mendeskripsikan kondisi keuangan secara tepat waktu. Selain itu, laporan keuangan harus menunjukkan keadaan perusahaan secara tepat dan netral sehingga para pengambil keputusan menggunakan laporan keuangan sebagai dasar pertimbangan yang tidak menyesatkan. 2.1.2
Audit
a. Definisi Audit Secara umum auditing adalah proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataanpernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan (Mulyadi, 2002:9).
Universitas Sumatera Utara
b. Tujuan Audit Menurut Arens (dalam kartika, 2009) tujuan audit secara umum atas laporan keuangan oleh auditor adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan hasil usaha dan arus kas yang sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum di Indonesia. Kewajaran laporan keuangan dinilai berdasarkan asersi yang terkandung dalam setiap unsur yang disajikan dalam laporan keuangan. Asersi adalah pernyataan manajemen yang terkandung dalam komponen laporan keuangan yang dapat bersifat implisit atau eksplisit (Arens, 1995:114). c. Standar Auditing Standar auditing merupakan ukuran pelaksanaan tindakan yang menjadi pedoman umum bagi auditor dalam melaksanakan audit (Mulyadi, 2002). IAI (2001) telah menetapkan standar auditing sebagai berikut: 1. Standar Umum a. Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor. b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus diperhatikan oleh auditor. c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya oleh auditor. 2. Standar Pekerja Lapangan a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. b. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi
Universitas Sumatera Utara
sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diudit. 3. Standar Pelaporan a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerepan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandangan memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor. d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor. Dalam praktiknya, pelaksanaan audit yang makin sesuai dengan standar akan membutuhkan waktu makin lama. Demikian pula sebaliknya, waktu yang diperlukan akan makin pendek ketika pelaksanaan audit makin tidak sesuai dengan standar. Pertimbangan bahwa
laporan
keuangan
harus
disampaikan
tepat
waktu
mengakibatkan auditor cenderung mengambil pilihan mengabaikan standar, sementara di sisi lain adanya tuntutat relevansi informasi mengharuskan auditor untuk melaksanakan audit sesuai standar. d. Laporan Audit Laporan audit merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam berkomunikasi dengan masyarakat lingkungannya. Dalam laporan
Universitas Sumatera Utara
tersebut auditor menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan auditan. Pendapat auditor tersebut disajikan dalam suatu laporan tertulis yang umumnya berupa laporan audit baku yang terdiri dari tiga paragraf yaitu paragraf pengantar (introductory paragraph), paragraf lingkup (scope paragaraph), dan paragaraf pendapat (opinion paragraph). Auditor sebagai pihak yang independen di dalam pemeriksaan laporan keuangan suatu perusahaan, akan memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan yang diauditnya. Ada lima kemungkinan pernyataan pendapat auditor independen (Mulyadi, 2002:19), yaitu: a. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion) Laporan keuangan dianggap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha suatu organisasi apabila prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia digunakan untuk menyusun laporan keuangan, perubahan penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia dari periode ke periode telah cukup dijelaskan, informasi dalam catatan-catatan yang mendukungnya telah digambarkan dengan cukup dalam laporan keuangan sesuai dengan akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. b. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Tambahan Bahasa Penjelasan (Unqualified Opinion Report With Explanatory Language) Jika terdapat hal-hal yang memerlukan bahasa penjelasan, namun laporan keuangan menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan klien, auditor dapat menambahkan laporan hasil auditnya dengan bahasa penjelas. c. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion) Pendapat wajar dengan pengecualian akan diberikan oleh auditor jika dijumpai hal-hal seperti, lingkup audit dibatasi oleh klien, auditor tidak dapat melaksanakanprosedur audit penting atau tidak dapat memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi yang berada di luar kekuasaan klien maupun auditor, laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia
Universitas Sumatera Utara
yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten. d. Pendapat Tidak Wajar (Adverse Opinion) Auditor akan memberikan pendapat tidak wajar jika laporan keuangan klien tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas perusahaan klien. Selain auditor memberikan pendapat tidak wajar jika ia tidak dibatasi lingkup aduitnya, sehingga auditor dapat mengumpulkan bukti kompeten yang cukup untuk mendukung pendapatnya. Jika laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar, maka informasi yang disajikan oleh klien dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya, sehingga tidak dapat dipakai oleh pemakai informasi untuk pengambilan keputusan. e. Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer Opinion) Jika auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit, maka laporan audit ini disebut dengan laporan tanpa pendapat (no opinion report). Kondisi yang menyebabkan auditor tidak memberikan pendapat adalah karena pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkup audit dan auditor tidak independen dalam hubungannya dengan klien. 2.1.3
Audit Delay
a. Definisi Audit Delay Menurut Halim (2000), Audit Delay didefinisikan sebagai lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal diterbitkannya laporan audit. Audit Delay inilah yang dapat mempengaruhi ketepatan informasi yang dipublikasikan, sehingga akan berpengaruh terhadap tingkat ketidakpastian keputusan yang berdasarkan informasi yang dipublikasikan. Dalam Audit Delay semakin panjang waktu yang dibutuhkan di dalam mempublikasikan laporan keuangan tahunan sejak akhir tahun buku suatu perusahaan milik klien, maka semakin besar pula kemungkinan informasi tersebut bocor kepada investor tertentu atau
Universitas Sumatera Utara
bahkan insider trading dan rumor-rumor lain di bursa saham. Apabila hal ini sering terjadi maka akan mengarahkan pasar tidak dapat lagi bekerja dengan maksimal. Dengan demikian, regulator harus menentukan suatu regulasi yang dapat mengatur batas waktu penerbitan laporan keuangan yang harus dipenuhi pihak emiten. Tujuannya untuk tetap menjaga realibilitas dan relevansi suatu informasi yang dibutuhkan oleh pihak pelaku bisnis di pasar modal. Ketepatan waktu penyusunan atau pelaporan suatu laporan keuangan perusahaan bisa berpengaruh pada nilai laporan keuangan tersebut. Keterlambatan informasi akan menimbulkan reaksi negatif dari pelaku pasar modal. Informasi laba yang dihasilkan perusahaan dijadikan sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan untuk membeli atau menjual kepemilikan yang dimiliki oleh investor. Artinya, informasi yang dipublikasikan tersebut akan menyebabkan kenaikan atau penurunan harga saham. Proses dalam mencapai ketepatwaktuan terutama dalam penyajian laporan auditor independen menjadi semakin tidak mudah mengingat semakin meningkatnya perkembangan perusahaan publik yang ada di Indonesia. Hambatan ini juga terlihat dalam Standar Pemeriksaan Akuntan Publik pada standar yang ketiga yang menyatakan bahwa audit harus dilaksanakan dengan penuh kecermatan dan ketelitian serta pengumpulan alat-alat pembuktian yang cukup menunda publikasi
Universitas Sumatera Utara
laporan audit dan laporan keuangan auditan apabila dirasakan perlu untuk memperpanjang masa audit. Berdasarkan penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya di Indonesia, menunjukkan bahwa rata-rata audit delay di Indonesia mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Kesimpulan atas beberapa penelitian
sebelumnya,
bahwa
kenaikan
ini
disebabkan
oleh
incremental audit report, masalah pajak yang sering diperdebatkan, dan penggunaan staf audit yang kurang berpengalaman. Penelitian lainnya mencoba mencari penyebab audit delay dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Audit delay dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal perusahaan. Beberapa penelitian menghubungkan kaitan antara faktor-faktor internal
maupun
eksternal
tersebut
dan
audit
delay dengan
menggunakan logika teori. Semakin tinggi profitabilitas, maka audit delay akan semakin pendek. Semakin besar ukuran perusahaan, maka audit delay akan semakin pendek. Solvabilitas yang tinggi akan memperpendek audit delay. Menurut Ratnawaty dan Sugiharto (2005:289-290), hal ini dikarenakan perusahaan dengan jumlah hutang besar dimonitor oleh kreditor sehingga akan memberikan tekanan kepada perusahaan untuk mempublikasikan laporan keuangan auditan lebih cepat untuk meyakinkan kembali para pemilik modal yang pada dasarnya
menginginkan
mengurangi
tingkat
risiko
dalam
pengembalian modal mereka.
Universitas Sumatera Utara
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay 1. Ukuran Perusahaan Menurut Ashton dkk (1989) serta Owusu-Ansah (2000), perusahaan besar melaporkan lebih cepat dibandingkan dengan perusahaan kecil. Menurut Dyer dan Mc Hugh, 1975 (seperti yang dikutip oleh Halim, 2000), perusahaan besar lebih konsisten untuk tepat
waktu
dibandingkan
perusahaan
kecil
dalam
menginformasikan laporan keuangannya. Perusahaan yang lebih besar memiliki pengendalian internal yang lebih kuat dan akan mengurangi kecenderungan kesalahan pelaporan keuangan yang mungkin terjadi dan memampukan auditor untuk mengendalikan pengendalian yang lebih luas serta melakukan
pekerjaan
intern.
Selain
itu,
manajemen
dari
perusahaan yang berskala besar cenderung diberikan insentif untuk mengurangi audit delay dikarenakan perusahaan-perusahaan tersebut
dimonitor
permodalan,
dan
secara
ketat
pemerintah.
oleh
investor,
Pihak-pihak
pengawas
ini
sangat
berkepentingan terhadap informasi yang termuat dalam laporan keuangan. menghadapi
Sehingga tekanan
perusahaan eksternal
berskala yang
besar
lebih
cenderung
tinggi
untuk
mengumumkan laporan audit lebih awal.
Universitas Sumatera Utara
2. Profitabilitas Profitabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam memperoleh keuntungan. Maka tingkat profitabilitas rendah ditenggarai berpengaruh terhadap (audit delay). Hal tersebut berkaitan dengan akibat yang dapat ditimbulkan pasar terhadap pengumuman rugi oleh perusahaan. Ada dua alasan mengapa perusahaan yang menderita kerugian cenderung mengalami audit delay yang lebih panjang. Pertama, ketika kerugian terjadi perusahaan ingin menunda bad news sehingga perusahaan akan meminta auditor untuk menjadwal ulang penugasan audit (Carslaw, 1991). Kedua, auditor akan akan lebih berhati-hati selama proses audit jika percaya bahwa kerugian ini mungkin disebabkan karena kegagalan keuangan perusahaan dan kecurangan manajemen informasi tentang laba perusahaan (Chariri dan Ghozali, 2001). Menurut Owusu-Ansah (2000), perusahaan yang memiliki hasil gemilang (good news) akan melaporkan lebih tepat waktu dibandingkan dengan perusahaan yang mengalami kerugian (bad news). Ungkapan senada juga dikemukakan dalam penelitian Annisa (2004), perusahaan dengan hasil yang baik akan melaporkan lebih cepat dari perusahaan yang gagal operasi atau merugi. Sebagai dasar pemikiran bahwa tingkat keuntungan dipakai salah satu cara untuk menilai keberhasilan efektivitas perusahaan, tentu saja berkaitan dengan hasil akhir dari berbagai
Universitas Sumatera Utara
kebijakan dan keputusan perusahaan yang telah dilaksanakan oleh perusahaan dalam periode berjalan. Perusahaan yang profitable memiliki insentif untuk menginformasikan ke publik kinerja unggul mereka dengan mengeluarkan laporan tahunan secara cepat. Dalam penelitian ini, rasio yang digunakan adalah Return on Asset (ROA). ROA adalah perbandingan antara laba sebelum pajak dan total asset (Wild, Subramanyan, dan Halsey, 2005:41). 3. Solvabilitas Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam membayar semua hutang perusahaan tersebut (Almilia dan Setiady, 2006:7). Tingkat solvabilitas menunjukkan resiko perusahaan sehingga berdampak pada ketidakpastian harga saham. Bila tingkat solvabilitas tinggi, maka resiko kegagalan perusahaan dalam mengembalikan pinjaman juga akan tinggi, demikian pula sebaliknya. Solvabilitas yang buruk merupakan bad news bagi perusahaan sehingga perusahaan cenderung berusaha untuk memoles terlebih dahulu sebelum laporan keuangan disajikan. Dalam penelitian ini, rasio yang akan digunakan adalah Debt to Equity
Ratio
kewajiban
dan
(DER). ekuitas
DER dalam
menggambarkan pendanaan
perbandingan
perusahaan
dan
menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Semakin tinggi DER, maka
Universitas Sumatera Utara
semakin besar perusahaan menggunakan modal dari kreditor. Perusahaan dengan kewajiban besar cenderung mendesak auditor untuk memulai dan menyelesaikan audit lebih cepat. Hal ini dikarenakan, perusahaan dengan kewajiban besar diawasi dan dimonitor oleh kreditor sehingga akan memberikan tekanan kepada perusahaan untuk mempublikasikan laporan keuangan auditan lebih cepat untuk meyakinkan kembali para pemilik modal yang pada dasarnya menginginkan mengurangi tingkat resiko dalam pengembalian modal mereka. Maka semakin besar tingkat solvabilitas, semakin singkat pula audit delay.
2.2 Penelitian Terdahulu 2.2.1
Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian yang pernah dilakukan untuk meneliti faktorfaktor yang mempengaruhi audit delay. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Peneliti
Variabel Bebas
Tahun
Hasil Penelitian
Penelitian Ashton dkk.
Kompleksitas perusahaan,
1982
Jenis opini
(1987),
kompleksitas operasional,
qualified,
Amerika
kompleksitas keuangan,
perusahaan industri,
Serikat
kompleksitas pelaporan
perusahaan
keuangan, jenis industri,
nonpublik, tahun
perusahaan publik atau
buku selain 31
nonpublik, tahun buku,
Desember, SPI dan
Universitas Sumatera Utara
SPI, EDP, audit firm
EDP yang lemah
tenure, besarnya
memperpanjang
laba/rugi, profitabilitas,
audit delay.
dan jenis opini. Subekti dan
Profitablitas, ukuran
2001
Kelima variabel
Widiyanti
perusahaan, sektor
independen
(2004),
industri, opini auditor,
berpengaruh
Indonesia
KAP Big 5.
signifikan terhadap audit delay.
Wirakusuma
Jenis opini, solvabilitas,
1999-2001
Jenis opini,
(2004),
internal auditor, ukuran
solvabilitas, internal
Indonesia
perusahaan, profitabilitas,
auditor, dan ukuran
reputasi auditor, jenis
perusahaan
industri.
berpengaruh terhadap rentang waktu penyelesaian audit.
Haron dkk.
Contingen liability,
2002-2004
Hanya variabel
(2006),
extraordinary item, opini
opini auditor, tipe
Indonesia
auditor, ukuran
industri dan anak
perusahaan, tipe industri,
cabang perusahaan
pengumuman rugi, ratio
multinasional yang
of gathering, anak cabang
berpengaruh
perusahaan multinasional,
terhadap audit
good corporate
delay.
governance.
Sumber: Jurnal Audit Delay, diolah oleh Penulis
Ashton dkk (1987) meneliti hubungan antara audit delay dengan variabel bebas sebanyak 14 meliputi kompleksitas perusahaan,
Universitas Sumatera Utara
kompleksitas operasional, kompleksitas keuangan, kompleksitas pelaporan keuangan, jenis industri, perusahaan publik atau non-publik, tahun buku, SPI, EDP, audit firm tenure, besarnya laba/rugi, profitabilitas, dan jenis opini. Ashton menggunakan 488 sampel perusahaan pada tahun 1982. Hasil analisis unvariate pada keseluruhan sampel menunjukkan bahwa audit delay signifikan lebih lama pada perusahaan yang mempunyai qualified opinion, merupakan perusahaan industrial, bukan perusahaan publik, mempunyai tahun tutup buku selain bulan Desember, pengendalian internal dan EDP yang lemah, dan
pekerjaan
pemeriksaan
relatif
banyak
dilakukan
setelah
berakhirnya penutupan tahun buku. Sementara pada uji analisis multivariate, hanya ukuran perusahaan, kompleksitas operasional, status perusahaan publik atau non-publik, kualitas SPI dan campuran relatif antara waktu pemeriksaan pada interim dan akhir tahun yang berpengaruh secara signifikan pada keseluruhan sampel. Subekti dan Widiyanti (2004) menggunakan 72 sampel perusahaan manufaktur dan finansial yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2001. Dari kelima faktor yang diuji, yaitu meliputi profitabilitas perusahaan, ukuran perusahaan, sektor industri perusahaan, jenis pendapat akuntan publik, dan ukuran KAP, semuanya berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Rata-rata audit delay yang terjadi adalah 98,83 hari.
Universitas Sumatera Utara
Wirakusuma (2004) melakukan penelitian tentang rentang waktu penyajian laporan keuangan ke publik pada tahun 1999-2001 dengan sampel 132 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Menggunakan variabel dependen rentang waktu penyelesaian audit laporan keuangan dan rentang waktu pengumuman laporan keuangan serta variabel independen yaitu jenis opini, solvabilitas, internal auditor, ukuran perusahaan, profitabilitas, reputasi auditor, jenis industri. Wirakusuma melakukan dua tahap analisis. Tahap pertama menunjukkan bahwa rentang waktu penyelesaian audit laporan keuangan dipengaruhi jenis opini, solvabilitas, keberadaan internal auditor dan ukuran perusahaan. Tahap kedua memperlihatkan rentang waktu penyelesaian audit laporan keuangan bersama-sama dengan variabel solvabilitas dan opini auditor mempengaruhi rentang waktu pengumuman laporan keuangan auditan ke publik. Rata-rata audit delay pada penelitian ini adalah 99,92 hari. Haron dkk
(2006)
menggunakan sampel
108 perusahaan
manufaktur dan finansial yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2002-2004 untuk meneliti apakah reputasi KAP, contingen liability, extraordinary item, opini auditor, ukuran perusahaan, tipe industri, pengumuman rugi, ratio of gathering, anak cabang perusahaan multinasional, good corporate governance dapat mempengaruhi audit delay
pada
perusahaan
publik
di
Indonesia.
Penelitiannya
menunjukkan hanya variabel opini auditor, tipe industri, dan anak
Universitas Sumatera Utara
cabang dari perusahaan multinational yang terbukti berpengaruh terhadap audit delay. Perusahaan yang mendapatkan qualified opinion dan perusahaan dengan jenis industri manufaktur audit delay-nya cenderung panjang. Sedangkan perusahaan yang merupakan anak cabang perusahaan multinational akan lebih cepat waktu audit delaynya. Rata-rata audit delay-nya adalah 68,04 hari. 2.2.2
Catatan Penulis Tentang Penelitian Terdahulu Setelah membaca beberapa hasil penelitian terdahulu tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay, ada banyak penelitian-penelitian yang sudah dilakukan. Penelitian-penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan berbagai macam sampel perusahaan dan variabel bebas. Sampel perusahaan yang digunakan ada yang perusahaan publik dan juga non-publik. Variabel independen yang digunakan juga beragam jenisnya. Dari penelitian-penelitian tersebut ditemukan variabel-variabel independen yang mempengaruhi maupun yang tidak mempengaruhi audit delay. Beberapa variabel bebas yang paling sering ditemukan dalam penelitian-penelitian tersebut adalah ukuran perusahaan, tingkat profitabilitas dan solvabilitas. Menurut beberapa penelitian perusahaan besar dan perusahaan yang go public biasanya menghasilkan proses audit yang lebih cepat. Alasannya adalah perusahaan yang berukuran besar memiliki pengendalian internal yang lebih kuat dan lebih baik sehingga akan
Universitas Sumatera Utara
memudahkan
pekerjaan
auditor.
Selain
itu,
manajemen
dari
perusahaan yang berskala besar cenderung diberikan insentif untuk mengurangi audit delay karena perusahaan-perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan dan pemerintah. Demikian juga dengan profitabilitas, perusahaan-perusahaan dengan hasil yang baik atau selalu mengalami keuntungan biasanya akan melaporkan lebih tepat waktu dibandingkan dengan perusahaan yang mengalami kerugian. Hal ini membuat proses audit juga menjadi lebih cepat. Solvabilitas yang tinggi akan memberikan resiko kegagalan bagi sebuah perusahaan. Perusahaan-perusahaan besar yang memiliki pinjaman dengan jumlah yang tinggi biasanya akan mendesak auditor untuk memulai dan menyelesaikan audit lebih cepat. Hal ini dilakukan agar bisa meyakinkan pihak pemilik modal yang pada dasarnya menginginkan mengurangi tingkat resiko dalam pengembalian modal mereka. Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa perusahaan besar memberikan pengaruh proses audit yang lebih cepat, sehingga audit delay tidak terlalu panjang atau bisa tepat waktu sesuai dengan yang ditetapkan. Karena itu di penelitian kali ini, penulis melakukan penelitian terhadap perusahaan-perusahaan sampel yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan merupakan perusahaan besar
Universitas Sumatera Utara
yang profitable dan mempunyai tingkat resiko yang tinggi. Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah variabel-variabel tersebut memang mempunyai pengaruh atau tidak terhadap audit delay. 2.2.3
Tinjauan Penelitian Terdahulu Berikut adalah beberapa tinjauan tentang penelitian-penelitian terdahulu analisis faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay. Tabel 2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
1.
Nama Peneliti Judul Penelitian
Tahun Penelitian Sampel Perusahaan Variabel Dependen Variabel Independen
Metode Analisis Data Hasil Penelitian
2
Nama Peneliti Judul Penelitian
Tahun Penelitian Sampel Perusahaan Variabel Dependen Variabel Independen
Dewi Lestari Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay pada Perusahaan Consumer Goods yang Terdaftar di BEI 2004-2008 2009 20 Perusahaan Audit Delay Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Solvabilitas, Kualitas Auditor dan Opini Auditor Regresi Linear Berganda Solvabilitas, Profitabilitas dan Kualitas Auditor mempengaruhi Audit Delay. Sedangkan Ukuran perusahaan dan Opini Auditor tidak memiliki pengaruh terhadap Audit Delay. Tania Prameswari Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay pada Perusahaan Consumer Goods yang Terdaftar di BEI 2008-2010 2012 93 Perusahaan Audit Delay Profitabilitas, Solvabilitas, Perusahaan Holding, Opini Auditor, Lamanya Perusahaan Menjadi Klien
Universitas Sumatera Utara
Metode Analisis Data Hasil Penelitian
3
Nama Peneliti Judul Penelitian
Tahun Penelitian Sampel Perusahaan Variabel Dependen Variabel Independen
Metode Analisis Data Hasil Penelitian
4
Nama Peneliti Judul Penelitian
Tahun Penelitian Sampel Perusahaan Variabel Dependen Variabel Independen Metode Analisis Data Hasil Penelitian
KAP Regresi Linear Berganda Solvabilitas dan Perusahaan Holding memiliki pengaruh terhadap Audit Delay, sedangkan Profitabilitas, Opini Auditor dan lamanya Perusahaan Menjadi Klien KAP tidak memiliki pengaruh terhadap Audit Delay. Anna Maria Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay pada Perusahaan Consumer Goods yang Terdaftar di BEI 2007-2011 2012 15 Perusahaan Audit Delay Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Solvabilitas, Ukuran KAP dan Pergantian Auditor Regresi Linear Berganda Ukuran Perusahaan dan Ukuran KAP memiliki pengaruh terhadap Audit Delay, sedangkan Profitabilitas, Solvabilitas dan Pergantian Auditor tidak memiliki pengaruh terhadap Audit Delay.
I Md Ngr Sudewa Mantik Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay pada Perusahaan Foods and Beverages yang Terdaftar di BEI 2009-2011 2012 14 Perusahaan Audit Delay Ukuran perusahaan, Solvabilitas, dan Reputasi Auditor Regresi Linear Berganda Solvabilitas dan Reputasi Auditor memiliki pengaruh terhadap Audit Delay. Sedangkan Ukuran Perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap Audit Delay.
Sumber: Jurnal Audit Delay, diolah oleh Penulis
Universitas Sumatera Utara
2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis 2.3.1
Kerangka Konseptual Audit Delay berpengaruh terhadap tingkat relevansi informasi dalam laporan keuangan, dan pada akhirnya berdampak pula pada tingkat kepastian keputusan yang didasarkan pada informasi tersebut. Hal ini dikarenakan jangka waktu penyelesaian audit dapat mempengaruhi ketepatwaktuan penyampaian informasi dalam laporan keuangan perusahaan. Panjang pendeknya jangka waktu tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang selanjutnya akan dibahas secara mendalam. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, ada banyak faktorfaktor yang mempengaruhi lamanya audit delay. Penelitian kali ini akan menguji faktor-faktor tersebut antara lain ukuran perusahaan (Size), tingkat profitabilitas (ROA), dan tingkat solvabilitas (DER). Berdasarkan gambaran tersebut, hubungan antar variabel akan diperlihatkan dalam model penelitian berikut:
Ukuran Perusahaan (X1)
H1
Tingkat Profitabilitas (X2)
H2
Audit Delay (Y) Universitas Sumatera Utara
Tingkat Solvabilitas
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.3.2
Hipotesis Menurut
Erlina
(2008),
dirumuskan dengan maksud
“hipotesis
adalah
proporsi
yang
untuk diuji secara empiris. Proporsi
merupakan uangkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal, atau diuji kebenerannya mengenai struktur atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena”. Hipotesis merupakan jawaban sementara atas permasalahan yang dihadapi dan kebenarannya harus dibuktikan melalui hasil penelitian. Berdasarkan latar belakang, tujuan penelitian, dan tinjauan teoritis, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. H1: Ukuran perusahaan (Size) berpengaruh terhadap audit delay. 2. H2: Tingkat profitabilitas (ROA) berpengaruh terhadap audit delay. 3. H3: Tingkat solvabilitas (DER) berpengaruh terhadap audit delay.
Universitas Sumatera Utara
4. H4: Ukuran perusahaan (total asset), tingkat profitabilitas (ROA), dan tingkat solvabiltas (DER) berpengaruh secara bersama-sama terhadap audit delay.
Universitas Sumatera Utara