BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Risiko dan Enterprise Risk Management 2.1.1 Risiko Risiko adalah ketidakpastian dari keuntungan masa mendatang (Chance dan Brooks, 2016: 8). Risiko dihadapi dalam setiap aktivitas yang dilakukan, begitu pula aktivitas bisnis. Potensi kejadian yang menimbulkan risiko dapat muncul kapan saja dan menyebabkan kerugian baik bagi individu maupun perusahaan. Risiko menunjukkan kemungkinan hasil yang berbeda dari yang diharapkan. Menurut Siahaan (2009: 2), risiko berkaitan dengan kemungkinan (probability) kerugian terutama yang menimbulkan masalah. Jika kerugian diketahui dengan pasti terjadinya, mungkin dapat direncanakan di muka untuk mengatasinya dengan mengeluarkan ongkos tertentu. Risiko menjadi masalah penting jika kerugian yang ditimbulkannya tidak diketahui secara pasti. Manajemen risiko adalah proses dimana perusahaan mengidentifikasi risiko dan mengambil tindakan sebelum serta sesudah untuk mengontrol deviasi antara toleransi risiko dengan risiko yang dihadapi (Culp, 2002). Manajemen risiko pada dasarnya dilakukan melalui proses- proses berikut ini (Hanafi, 2014: 10-12): 1. Identifikasi Risiko Ini dilakukan untuk mengidentifikasi risiko-risiko apa saja yang dihadapi oleh suatu organisasi. 2. Evaluasi dan Pengukuran Risiko
11 Universitas Sumatera Utara
Tujuan dari hal ini adalah untuk memahami karakteristik risiko dengan lebih baik. Jika memperoleh pemahaman yang lebih baik, akan lebih mudah dikendalikan. Evaluasi yang lebih sistematis dilakukan untuk mengukur risiko tersebut. 3. Pengelolaan Risiko Risiko harus dikelola. Risiko bisa dikelola dengan berbagai cara, seperti penghindaran, ditahan (retention), diversifikasi, atau ditransfer ke pihak lainnya.
2.1.2 Enterprise Risk Management (ERM) Enterprise Risk Management (ERM) adalah filosofi manajemen risiko yang menekankan pendekatan strategis dan terintegrasi untuk mengelola risiko dan ketidakpastian dari banyak risiko yang muncul dengan mekanisme tata kelola perusahaan yang membatasi dan mengkoordinasikan perilaku manajer (Baxter et al., 2012). Dalam Excecutive Summary yang dikeluarkan oleh COSO (2004), yang dimaksud dengan Enterprise Risk Management (ERM) adalah sebuah proses yang dipengaruhi oleh dewan direksi, manajemen, dan personil lainnya yang diterapkan dalam pengaturan strategi dan mencakup perusahaan
secara keseluruhan,
dirancang untuk mengidentifikasi peristiwa potensial yang dapat memengaruhi perusahaan dan mengelola risiko yang berada dalam batasannya untuk memberikan keyakinan yang cukup yang berkaitan dengan pencapaian tujuan perusahaan. COSO menyatakan bahwa Enterprise Risk Management meliputi enam hal berikut:
12 Universitas Sumatera Utara
1. Aligning risk appetite and strategy Manajemen mempertimbangkan besar risiko entitas dalam mengevaluasi strategi alternatif, menetapkan tujuan yang terkait, dan mengembangkan mekanisme untuk mengelola risiko yang terkait. 2. Enchancing risk response decisions ERM menyediakan kekuatan untuk mengidentifikasi dan memilih di antara tanggapan alternatif risiko – mennghindari, mengurangi, membagi, dan menerima risiko. 3. Reducing operational surprises and losses Keuntungan entitas meningkatkan kapabilitas untuk mengidentifikasi peristiwa potensial dan menetapkan respon, mengurangi kejutan, dan menghubungkan dengan biaya atau kerugian. 4. Identifiying and managing multiple and cross-enterprise risks Setiap perusahaan menghadapi banyak sekali risiko yang memengaruhi berbagai bagian organisasi dan Enterprise Risk Management memfasilitasi respon yang efektif terhadap dampak yang saling berhubungan dan mengintegrasikan respon terhadap beberapa risiko. 5. Seizing opportunities Dengan mempertimbangkan berbagai peristiwa potensial, manajemen diposisikan untuk mengidentifikasi dan secara proaktif merealisasikan peluang.
13 Universitas Sumatera Utara
6. Improving deployment of capital Memperoleh informasi risiko yang kuat memungkinkan manajemen untuk secara efektif menilai kebutuhan modal secara keseluruhan dan meningkatkan alokasi modal. Dari keenam hal tersebut, dapat dilihat bahwa Enterprise Risk Management (ERM) mengatasi risiko melalui identifikasi, evaluasi, meminimalkan biaya yang ditimbulkan oleh risiko, serta melihat kemungkinan kejadian potensial yang dapat menyebabkan kerugian. Selain itu, Enterprise Risk Management yang dikeluarkan oleh COSO memiliki delapan komponen yang terdiri dari lingkungan internal, penentuan tujuan, identifikasi kejadian, evaluasi (assessment) risiko, respon terhadap risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, serta monitoring. Risiko yang dikelola mencakup risiko strategis, operasi, dan kepatuhan dan mencakup seluruh oragnisasi, mulai dari level perusahaan keseluruhan, level divisi, level unit bisnis, dan level anak perusahaan (Hanafi, 2014: 19). Enterprise Risk Management dianggap sebagai paradigma yang baru dalam pengelolaan manajemen risiko, sebelumnya diberbagai organisasi seperti asuransi, nilai tukar, operasi perusahaan, kredit, dan komoditas masing-masing aktivitas dilakukan terfokus dan terpisah. Di bawah Enterprise Risk Management, semua area risiko akan berfungsi sebagai bagian dari sebuah integrasi, srategi, dan keseluruhan sistem perusahaan. Manajemen
risiko dikoordinasikan dengan
tingkat pengawasan senior, karyawan di semua tingkat organisasi menggunakan Enterprise Risk Management didorong untuk melihat manajemen risiko sebagai
14 Universitas Sumatera Utara
bagian integral dan berkelanjutan dari pekerjaan mereka (Fraser dan Simkins, 2010: 3). Nocco dan Stulz (2006), menyatakan bahwa fungsi manajemen risiko diarahkan oleh seorang eksekutif senior, yaitu Chief Risk Officer (CRO) serta peranan dewan dalam langkah-langkah pemantauan dan pengaturan batasan risiko untuk langkah-langkah ini telah meningkat di banyak perusahaan. Sebuah perusahaan yang memilih untuk mengelola risiko dapat melakukannya dengan dua cara yang berbeda secara fundamental: mengelola satu risiko pada satu waktu atau mengelola semua risiko yang ada secara holistik, yaitu melalui Enterprise Risk Management. Perusahaan yang berhasil menerapkan Enterprise Risk Management memiliki keunggulan kompetitif jangka panjang jika dibandingkan dengan orangorang yang mengelolanya secara individual atau terpisah. Dengan mengukur dan mengelola risiko yang sistematis dan secara konsisten dan menyelaraskan insentif karyawan untuk mengoptimalkan tradeoff antara risiko dan pendapatan, peningkatan perusahaan secara tajam kemungkinannya akan mencapai tujuan stategis. Dalam konteks misi atau visi perusahaan yang didirikan, manajemen menetapkan tujuan strategis, memilih strategi, dan menetapkan tujuan selaras dengan mengalirnya perusahaan. Kerangka manajemen risiko perusahaan ini diarahkan untuk mencapai suatu tujuan perusahaan, yang diatur dalam empat kategori: 1. Strategic (Strategi), tujuan tingkat tinggi, sejalan dan mendukung misi,
15 Universitas Sumatera Utara
2. Operations (Operasi), penggunaan yang efektif dan efisien dari sumber daya, 3. Reporting (Pelaporan), keandalan pelaporan, 4. Compliance (Kepatuhan), kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku (COSO, 2004). Nocco dan Stulz (2006) menjelaskan bahwa Enterprise Risk Management menciptakan nilai, baik melalui dampaknya terhadap perusahaan secara makro maupun mikro. Secara makro, Enterprise Risk Management menciptakan nilai dengan memungkinkan perusahaan untuk mengukur dan merasionalisasi tradeoff risiko dan pendapatan dihadapi dan karenanya memungkinkan bagi perusahaan untuk mengakses sumber daya dari waktu ke waktu untuk menerapkan strategi dan mengambil risiko yang menciptakan nilai. Secara mikro, Enterprise Risk Management menjadi cara hidup perusahaan. Semua risiko material yang dimiliki dan tradeoff antara pendapatan dan risiko berhubungan dengan risiko individu harus diinternalisasikan. Oleh karena itu, penerapan Enterprise Risk Management ditujukan untuk meminimalkan risiko secara menyeluruh dan ditujukan untuk mencapai tujuan strategis perusahaan dan meningkatkan nilai perusahaan.
2.2 Nilai Perusahaan Nilai perusahaan publik ditentukan oleh pasar saham begitu juga dengan nilai perusahaan yang sahamnya tidak diperdagangkan kepada publik juga sangat dipengaruhi oleh pasar yang sama (Walsh, 2003: 144). Harga saham yang tinggi akan menunjukkan tingginya nilai perusahaan juga. Bagi pemilik perusahaan, nilai perusahaan yang tinggi sangat diharapkan yang pastinya akan menunjukkan
16 Universitas Sumatera Utara
kelangsungan perusahaan dan menunjukkan kemakmuran pemegang saham perusahaan tersebut. Menurut Rodoni dan Ali (2014: 4), kekayaan pemegang saham dan perusahaan dipresentasikan oleh harga pasar dari saham yang merupakan cerminan dari keputusan investasi, pendanaan, dan manajemen aset. Nilai perusahaan adalah nilai pasar dari hutang dan ekuitas perusahaan (Keown et al., 2010). Untuk dapat menciptakan value/nilai bagi perusahaan, manajer keuangan harus (Rodoni dan Ali, 2014: 3): 1. Mencoba untuk membuat keputusan investasi yang tepat. 2. Mencoba untuk membuat keputusan pendanaan yang tepat. 3. Keputusan dividen yang tepat dan juga keputusan investasi modal kerja bersih. Menurut Sanjaya dan Linawati (2015), nilai perusahaan merupakan perpsepsi investor terhadap potensi pertumbuhan sebuah perusahaan yang sering dikaitkan dengan perkembangan harga saham. Harga pasar saham perusahaan mencerminkan penilaian khusus dari semua pelaku pasar atas nilai suatu perusahaan (Horne dan Wachowicz, 2007). Untuk mengukur nilai perusahaan, penelitian ini menggunakan Tobin’ s Q sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hoyt dan Lienbenberg (2008), Bertinetti et al (2013), dan Tahir dan Razali (2011). Tobin’s Q adalah rasio yang membandingkan nilai pasar aset perusahaan untuk biaya penggantian mereka dimana Tobin’s Q mencerminkan ekspektasi pasar dan mencerminkan harapan masa depan investor. Tobin’s Q didefinisikan sebagai nilai pasar ekuitas ditambah nilai buku kewajiban dibagi dengan nilai
17 Universitas Sumatera Utara
buku aset (Hoyt dan Lienbenberg, 2008). Jika Q>1 berarti harga pasar satuan saham lebih besar dari harga buku satuan saham yang menunjukkan bahwa perusahaan memiliki respon pasar yang kuat.
2.3 Ukuran Perusahaan (Size) Ukuran perusahaan merupakan atau besarnya asset yang dimiliki perusahaan (Pantow et al., 2015). Penelitian ini menggunakan Log natural total asset. Karena nilai total aset biasanya sangat besar dibandingkan variabel keuangan lainnya. Tongli et al (2005), menjelaskan (dalam Tahir dan Razali, 2011) bahwa ukuran perusahaan terkait dengan kinerja perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan yang lebih besar dapat meningkatkan ukuran mereka saat ini dengan cepat karena kinerja masa lalu saat ini berkaitan dengan nilai perusahaan. Pemaksimalan ukuran perusahaan dapat berarti mempertahankan investasi yang mengurangi nilai perusahaan atau investasi berlebihan dalam pegawai dan mengembangkan perusahaan ke dalam usaha yang tidak terkait yang pada akhirnya meningkatkan besar perusahaan, namun tidak meningkatkan nilai perusahaan (Basyaib, 2007: 138).
2.4 Leverage Leverage artinya harta perusahaan didongkrat dengan utang atau leverage adalah kemampuan perusahaan menggunakan utang untuk membiayai investasi. Rasio total utang terhadap harta idealnya sebesar 40%. Dalam kondisi ekonomi yang baik, tingkat leverage bisa tinggi karena diharapkan akan menghasilkan laba
18 Universitas Sumatera Utara
operasi yang tinggi, sedangkan dalam kondisi ekonomi buruk tingkat leverage harus rendah agar beban bunga rendah (Utari et al., 2014: 61) Semakin besar hutang, semakin besar risiko yang ditanggung. Seluruh hutang dalam neraca memberikan pihak ketiga klaim legal atas perusahaan. Klaim ini dapat berupa pembayaran bunga pada interval waktu yang teratur, ditambah pembayaran kembali pokok pinjaman selama waktu yang telah disetujui. Biaya hutang lebih kecil daripada dana ekuitas. Dengan menambahkan hutang ke dalam neracanya, perusahaan secara umum dapat meningkatkan profitabilitasnya, yang kemudian menaikkan harga sahamnya, sehingga meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham dan membangun potensi pertumbuhan yang lebih besar ( Walsh, 2003: 23).
2.5 Profitabilitas Profitabilitas ialah kemampuan manajemen untuk memperoleh laba. Laba terdiri dari laba kotor, laba operasi, dan laba bersih. Untuk memperoleh laba di atas rata-rata, manajemen harus mampu meningkatkan pendapatan (revenue) dan mengurangi semua beban (expenses) atas pendapatan. Analisis profitabilitas dapat menggunakan Return On Asset, yaitu laba bersih dibagi dengan total aset (Utari et al., 2014: 63). Husnan dan Pudjiastuti (2004:72) dalam Pantow et al (2015), mengatakan bahwa Return On Asset (ROA) adalah rasio untuk mengukur kemampuan aktiva perusahaan memperoleh laba dari operasi perusahaan. Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan
19 Universitas Sumatera Utara
keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Laba perusahaan bisa meningkat melalui dua cara (Sjahrial, 2012:119): 1. meningkatkan pendapatan/laba dari penjualan 2. menurunkan biaya-biaya Profitabilitas juga mengacu kepada kemampuan perusahaan untuk membuat keuntungan setelah banyak biaya, biaya overhead, dan biaya lainnya. Profitabilitas penting bagi perusahaan, karena peningkatan laba bisa memengaruhi kenaikan harga pasar. Di sisi lain, jika sebuah perusahaan menunjukkan pendapatan yang baik, ini akan menarik lebih banyak investasi.
2.6 Pertumbuhan Penjualan (Sales Growth) Pertumbuhan penjualan diukur sebagai pertumbuhan penjualan masa lalu (satu tahun) dan digunakan sebagai pengukur peluang pertumbuhan di masa depan (Hoyt dan Lienbenberg, 2008). Pertumbuhan penjualan diukur dengan membandingkan penjualan tahun ini dikurangi dengan penjualan tahun sebelumnya dan dibagi penjualan tahun sebelumnya. Semakin besar angka pertumbuhan penjualan, akan semakin besar pertumbuhan penjualannya. Hal ini akan meningkatkan keuntungan bagi perusahaan. Menurut Hansen dan Juniarti (2014), pertumbuhan penjualan memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan yang ditandai dengan peningkatan market share yang akan berdampak pada peningkatan penjualan dari perusahaan. Pertumbuhan penjualan yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek pertumbuhan yang baik di masa depan sehingga perusahaan memiliki kemampuan dalam memberikan return saham yang tinggi kepada investor.
20 Universitas Sumatera Utara
2.7 Penelitian Terdahulu Pada Tabel 2.1 disajikan penelitian-penelitian sebelumnya yang membahas tentang pengaruh Enterprise Risk Management terhadap nilai perusahaan, sebagai berikut:
No 1
2
3
Judul/Peneliti
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu Teknik Variabel Analisis Data
Hasil
Pengaruh penerapan Enterprise Risk Management dan variabel kontrol terhadap nilai perusahaan di sektor keuangan/ Chyntia K. Sanjaya dan Nanik Linawati (2015) Enterprise Risk Management and firm value within China”s insurance industry/ Qyujing Li et al (2014)
VD: Nilai perusahaan (Tobins Q) VI: ERM (variabel dummy) VK: Size (Ln book value of total assets) Leverage (DER) VD: Nilai Perusahaan (ROE) VI: ERM (variabel dummy), Size, Leverage, Sales growth, Chinese Ownership, dan Life Insurance VK: -
Analisis regresi bergandaordinary least square
1. ERM tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan 2. Size berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan 3. Leverage berpengaruh negatif siginfikan terhadap nilai perusahaan
Model analisis regresi ordinary least square
The effect ot the Enterprise Risk Management implementation on the firm value of European companies/ Giorgio S. Bertinetti, et al (2013)
VD: Nilai perusahaan (Tobins Q) VI: ERM (variabel dummy)VK: Size (Ln total aset), Leverage (DER), ROA, Sales Growth, dividen dan Beta
Analisis regresi panel dan analisis logistik
1. ERM berpengaruh positif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan 2. Size berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan 3. Leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan 4. Sales growth berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan 5. Chinese Ownership berpengaruh positif tidak siginifikan terhadap nilai perusahaan 6. Life Insurance berpengaruh negatif signifikan terhadap nilai perusahaan 1. ERM berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan 2. ROA dan Beta berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan 3.Leverage,dan Size berpenaruh negatif signifikan terhadap nilai perusahaan 4. Sales growth dan Dividen tidak berpengaruh dan tidak signifikan.
21 Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 2.1 Variabel
Teknik Analisis Data
No
Judul/Peneliti
4
The relationship between Enterprise Risk Management (ERM) and firm value: evidence from Malaysian Public Listed Companies/ Izah Mohd Tahir dan Ahmad Rizal Razali (2011)
VD: Nilai Perusahaan (Tobins Q) VI:ERM (Variabel dummy), Size, Leverage, Profitability, Interntsional Diversification, Majority Ownership. VK:-
Model analisis regresi ordinary least square
5
The Value of Enterprise Risk Management: evidence from the U.S. Insurance Industry/ Hoyt dan Lienbenberg (2008)
VD: Nilai Perusahaan (Tobins Q) VI: ERM VK: Size (Ln nilai nilai bukun aset), Leverage, Profitabilitas, Diversifikasi Industri, Diversifikasi Internasional, Kebijakan Dividen, Kepemilikan Insider, dan Peluang Pertumbuhan
Analisis regresi – Koefisien Korelasi Pearson
Hasil 1. ERM berpengaruh positif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan 2. Size berpnegaruh negatif signifikan terhadap nilai perusahaan 3. Leverage berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan 4. Profitability (ROA) berpengaruh negatif signifikan terhadap nilai perusahaan 5. Internasional Diversifikasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan 6. Majority Ownership berpengaruh positif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. 1. Koefisien ERM positif signifikan 2. Kebijakan dividen memiliki hubungan dengan nilai perusahaan 3. Internasional diversifikasi dan Industrial diversifikasi berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
2.8 Kerangka Konseptual Untuk dapat memahami secara jelas tentang alur dari penelitian ini, diperlukan suatu kerangka konseptual. Kerangka konseptual merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan beberapa faktor yang
22 Universitas Sumatera Utara
telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Berdasarkan uraian teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu, variabel independen penelitian ini adalah Enterprise Risk Management, dengan faktor internal sebagai variabel kontrol yang terdiri dari size, leverage, profitabilitas, sales growth, dan kepemilikan. Variabel dependen dalam penelitian ini, yaitu nilai perusahaan. Penerapan manajemen risiko diharapkan dapat membantu kinerja perusahaan untuk meningkatkan nilai perusahaan melalui pengelolaan risiko yang bertujuan meminimalkan kerugian perusahaan. Dengan adanya peraturan yang mendukung pelaksanaan manajemen risiko, artinya bagi perusahaan manajemen risiko merupakan hal yang penting. Pengelolaan risiko secara terintegrasi dapat dilakukan dengan Enterprise Risk Management dengan hadirnya Chief Risk Officer di dalam suatu perusahaan. Manajemen risiko di dalam perusahaan juga diharapkan akan memberikan jaminan perlindungan bagi investor terhadap berbagai risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Kebutuhan dalam mengelola risiko akan semakin meningkat terhadap perusahaan dengan ukuran yang lebih besar. Total aset yang besar menunjukkan bahwa perusahaan telah mencapai tahap kedewasaan yang berarti risiko yang dihadapi juga semakin kompleks. Pentingnya pengelolaan risiko adalah untuk tetap menjaga nilai perusahaan. Perusahaan yang memiliki kinerja yang semakin baik akan berdampak terhadap meningkatnya ukuran perusahaan, sehingga investasi lebih memungkinkan untuk mencipatkan nilai bagi pemegang saham. Kebijakan
hutang
atau
leverage
dari
sebuah
perusahaan
akan
mempengaruhi kinerja suatu perusahaan. Leverage merujuk kepada pilihan
23 Universitas Sumatera Utara
perusahaan pada komposisi utang dan ekuitas. Perusahaan yang memiliki komposisi utang lebih besar akan cenderung memiliki risiko gagal bayar yang lebih besar. Leverage dapat meningkatkan nilai perusahaan bila leverage mengurangi arus kas bebas yang telah diinvestasikan. Akan tetapi, jumlah utang yang terlalu besar akan meningkatkan kemungkinan kebangkrutan dan besarnya risiko gagal bayar, sehingga investor kurang berminat untuk berinvestasi dan menurunkan nilai perusahaan. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba dari aktivitas bisnisnya. Profitabilitas perusahaan dapat dilihat dari rasio Return On Asset yang menunjukkan bagaimana sebuah perusahaan mungkin untuk memperoleh pendapatan dari investasi asetnya. Profitabilitas juga merupakan salah satu faktor yang akan menciptakan nilai untuk menarik minat investor baru. Semakin tinggi kemampuan perusahaan menggunakan aset yang dimiliki, laba yang dihasilkan oleh perusahaan juga semakin besar sehingga hal ini dapat memengaruhikenaikan harga pasar dan meningkatnya nilai perusahaan. Pertumbuhan penjualan mencerminkan bagaimana perkembangan dari kegiatan bisnis suatu perusahaan di masa akan datang yang diprediksi dari kesuksesan perusahaan dimasa lalu. Pertumbuhan perusahaan juga digunakan untuk melihat sejauh mana peluang pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang dapat menarik minat investor. Pengaruh pertumbuhan penjualan terhadap nilai perusahaan dilihat dari peningkatan penjualan perusahaan yang menunjukkan prospek pertumbuhan perusahaan di masa depan.
24 Universitas Sumatera Utara
Bentuk kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Enterprise Risk Management Ukuran Perusahaan Leverage
Nilai Perusahaan
Profitabilitas
Sales Growth
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.9 Hipotesis Berdasarkan latar belakang, uraian teoritis, dan penelitian terdahulu, maka hipotesis penelitian adalah Enterprise Risk Management dan faktor internal perusahaan yang terdiri dari size, leverage, profitabilitas, dan sales growth berpengaruh signifikan secara bersama-sama dan parsial terhadap nilai perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia.
25 Universitas Sumatera Utara