BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rasio Keuangan Laporan
keuangan
yang
dipublikasikan
oleh
perusahaan
memberikan
gambaran mengenai kondisi keuangan perusahaan pada saat tertentu (dalam jangka waktu periode setahun), prestasi operasi dalam suatu rentang waktu, serta informasi-informasi lainnya yang berkaitan dengan perusahaan itu sendiri.
Dari
sudut pandang manajemen, laporan keuangan adalah media bagi mereka untuk mengkomunikasikan performance keuangan perusahaan yang dikelolanya kepada pihak-pihak yang berkepentingan, sedangkan ditinjau dari sudut pandang pemakai, diharapkan dapat digunakan untuk mengambil keputusan yang rasional dalam praktek bisnis yang sehat. Dalam menilai kondisi keuangan dan prestasi perusahaan, diperlukan beberapa tolok ukur, antara lain adalah rasio yang menghubungkan data-data keuangan yang satu dengan lainnya. Analisis rasio keuangan adalah sebuah instrumen analisis dalam menilai prestasi perusahaan yang menjelaskan berbagai hubungan dan indikator keuangan, yang ditujukan untuk menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau prestasi operasi di masa lalu dan membantu menggambarkan tren pola perubahan tersebut, untuk kemudian menunjukkan resiko dan peluang yang melekat pada perusahaan yang bersangkutan.
Makna dan kegunaan rasio keuangan dalam
praktek bisnis pada kenyataannya bersifat subjektif tergantung kepada untuk apa suatu analisis dilakukan dan dalam konteks apa analisis tersebut diaplikasikan.
Universitas Sumatera Utara
Meskipun pelaporan keuangan memiliki tujuan sosial yang luas, akan tetapi orientasinya
terletak pada investor dan kreditor, karena dengan memenuhi
kebutuhan mereka maka hampir semua kebutuhan dari para pemakai eksternal lainnya akan terpenuhi (Warsidi, 2000). Rasio keuangan dapat dikelompokkan dalam 5 (lima) jenis, yaitu: rasio likuditas (liquidity ratios), rasio aktivitas (activity ratios), rasio profitabilitas (profitability ratios), rasio leverage (levareges ratios), dan rasio pasar (Ang, 1997). Dalam penelitian ini akan digunakan rasio current ratio/CR (rasio likuiditas), debt to equity ratio/DER (rasio leverage), total assets turnover/TAT (rasio aktivitas) dan return on assets/ROA (rasio profitabilitas).
2.1.1 Rasio Likuiditas Rasio likuiditas memberikan gambaran posisi keuangan dalam jangka waktu yang pendek, tetapi juga digunakan untuk mengecek efisiensi modal kerja yang digunakan dalam perusahaan. Rasio ini sering disebut sebagai rasio modal kerja. Tidak hanya Bank dan para kreditor jangka pendek saja yang tertarik dengan angka-angka rasio likuiditas, rasio likuiditas juga berguna bagi kreditor jangka panjang dan pemegang saham yang akhirnya atau setidaknya ingin mengetahui prospek dari deviden dan pembayaran bunga di masa yang akan datang (Munawir, 2001). Lebih lanjut, menurut Munawir (2001) ada beberapa kriteria sehingga perusahaan bisa dikatakan mampu memiliki posisi keuangan yang baik, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Mampu memenuhi kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya, yaitu pada
waktu ditagih (kewajiban perusahaan terhadap pihak eksternal). 2. Mampu memelihara modal kerja yang cukup baik untuk operasi yang
optimal (kewajiban keuangan pada pihak internal). 3. Mampu membayar bunga dan deviden yang dibutuhkan. 4. Mampu memelihara tingkat kredit yang menguntungkan.
Rasio yang paling umum digunakan untuk menganalisa posisi modal kerja suatu perusahaan (likuiditas) adalah dengan menggunakan current ratio (CR). Rasio ini menunjukkan perbandingan nilai kekayaan lancar (yang segera dapat dijadikan uang) dengan hutang jangka pendek (Munawir, 2001). Menurut Husnan (2002), current ratio adalah rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan aktiva lancar perusahaan biasa dipergunakan untuk memenuhi kewajiban lancarnya.
Secara matematis CR dapat dirumuskan
sebgai berikut: Aktiva Lancar Current Ratio =
x 100% Kewajiban Lancar
Alasan digunakannya CR secara luas sebagai ukuran likuiditas karena kemampuannya untuk menggambarkan (Wild, 2005): 1. Kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban lancarnya. 2. Kemampuan perusahaan dalam menyangga kerugian. 3. Kemampuan perusahaan untuk menyediakan cadangan dana lancar.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Rasio Leverage Perusahaan untuk mendanai biaya operasional yang terus meningkat, kerapkali perusahaan memakai dana pinjaman yang dikenal dengan leverage keuangan. Leverage keuangan adalah penggunaan pembiayaan dengan hutang. Leverage keuangan akan mempengaruhi laba per lembar saham, tingkat risiko dan harga saham.
Nilai perusahaan yang tidak mempunyai hutang untuk
pertama kalia akan naik pada saat kebutuhan akan tambahan modal dipenuhi hutang dan nilai tersebut kemudian akan mencapai puncaknya dan akhirnya nilai itu akan menurun setelah penggunaan hutang berlebihan. Brigham dan Houston (1998) menjelaskan bahwa leverage keuangan adalah rasio yang memberikan suatu ukuran sampai sejauh mana sekuritas berpenghasilan tetap (utang dan saham preferen) digunakan dalam struktur modal perusahaan. Para investor yang rasional cenderung untuk menghindari resiko, akan tetapi apabila suatu perusahaan menggunakan hutang dalam struktur modalnya maka para pemodal perusahaan tersebut akan menanggung resiko finansial (financial risk). Resiko finansial adalah resiko tambahan yang ditanggung oleh investor karena perusahaan menggunakan leverage keuangan. Robert Ang (1997) menyatakan bahwa rasio
leverage
adalah
kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka panjangnya, rasio ini sering disebut sebagai rasio solvabilitas. Rasio leverage ini dibedakan menjadi 8 (delapan) rasio yaitu: debt ratio, debt to equity ratio, long term debt to equity ratio, long term debt to capitalization ratio, time interest earned, cash flow interest coverage, cash flow to net income, dan cash return on sales. Rasio
Universitas Sumatera Utara
leverage yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Debt to Equity Ratio (DER). Debt to Equity Ratio selain digunakan untuk melihat struktur permodalan perusahaan juga bisa digunakan untuk melihat tingkat solvabilitas (penggunaan hutang) terhadap total shareholder’s equity (Ang, 1997). DER yang tinggi menandakan modal usaha lebih banyak dibiayai oleh hutang dibandingkan dengan penggunaan modal sendiri. Secara matematis DER dapat dirumuskan sebagai berikut (Ang, 1997): Total Hutang Debt to Equity Ratio =
x 100% Total Ekuitas
Salah satu hal yang mempengaruhi tingkat return yang diperoleh oleh investor adalah financial risk. Tingkat financial risk menyatakan variabilitas laba yang akan diterima pemegang saham. Financial leverage adalah salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat financial risk. Semakin banyak penggunaan financial leverage maka semakin banyak penggunaan biaya tetap (jangka panjang) yang dibutuhkan oleh perusahaan, sehingga laba operasional akan semakin kecil karena digunakan untuk menutup biaya jangka panjang dan beban bunganya. Hal ini menjelaskan bahwa semakin tinggi nilai rasio DER maka akan menyebabkan meningkatnya nilai hutang yang akan menyebabkan penurunan laba bersih yang pada akhirnya akan mengurangi laba yang diterima oleh pemegang saham (Sartono, 2001). 2.1.3. Rasio Aktivitas
Universitas Sumatera Utara
Salah satu tujuan manajer keuangan adalah menentukan seberapa besar efisiensi investasi pada berbagai aktiva. Dengan kata lain rasio aktivitas menunjukkan bagaimana suatu sumber daya sudah dimanfaatkan secara optimal, kemudian dengan membandingkan rasio aktivitas dengan standar industri maka akan diketahui efisiensi perusahaan (Sartono, 2001). Rasio aktivitas meliputi: perputaran persediaan (inventory turnover), periode pengumpulan piutang (average collection period), perputaran aktiva tetap (fixed asset turnover), dan perputaran total aktiva (total asset turnover). Rasio aktivitas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Total Asset Turnover (TAT) (Sartono, 2001). Total Asset Turnover menunjukkan bagaimana efektifitas perusahaan menggunakan keseluruhan aktiva untuk meningkatkan nilai penjualan dan meningkatkan laba (Sartono, 2001). Secara matematis nilai Total Asset Turnover (TAT) dapat dirumuskan sebagai berikut: Pendapatan Bersih Total Assets Turnover =
x1 Total Aktiva
TAT dipengaruhi oleh nilai penjualan bersih yang dilakukan oleh perusahaan dibandingkan dengan nilai aktiva total yang dimiliki oleh perusahaan. Apabila nilai TAT ditingkatkan berarti terjadi kenaikan penjualan bersih perusahaan, peningkatan penjualan bersih perusahaan akan mendorong peningkatan laba yang akan direspon dengan peningkatan harga saham
Universitas Sumatera Utara
perusahaan yang pada akhirnya akan meningkatkan return saham perusahaan (Sartono, 2001).
2.1.4 Rasio Profitabilitas (profitablity Ratios) Daya tarik utama bagi pemilik perusahaan (pemegang saham) dalam suatu perseroan adalah profitabilitas. Dalam konteks ini profitabilitas berarti hasil yang diperoleh melalui usaha manajemen atas dana yang diinvestasikan pemilik perusahaan. Menurut Machfoedz (1989) profitabilitas adalah hasil dari kebijakan dan keputusan yang diambil manajemen. Pemilik juga tertarik pada pembagian laba yang menjadi haknya yaitu, seberapa banyaknya yang diinvestasikan kembali dan seberapa banyak yang dibagikan sebagai deviden kepada mereka. Pada akhirnya, pemilik juga berkepentingan dengan dampak hasil perusahaan terhadap nilai pasar investasi mereka, khususnya jika saham dijual kepada umum (Helfert, 1997). Dalam melakukan investasi, investor maupun calon investor akan memperhatikan faktor profitabilitas dan resiko. Hal ini disebabkan karena kestabilan harga saham akan berpengaruh pada deviden dan return yang akan diterima oleh investor pada masa yang akan datang. Bila kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba tergolong tinggi, maka harga saham akan juga akan mengalami peningkatan yang akan berdampak pada peningkatan return saham di masa yang akan datang (Husnan, 2000). Kemakmuran (wealth) investor akan sangat tergantung pada return yang diharapkan dan resiko dari taksiran aliran kas di masa yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
Laporan keuangan perusahaan menggambarkan hasil masa lalu telah cukup dijadikan pedoman aktivitas di masa yang akan datang, namun analisis profitabilitas yang didasarkan pada rate of return di masa lampau dapat memberikan gambaran dan informasi yang berguna bagi manajemen dan para analis di luar
perusahaan
(Ardhiastari,
2006).
Apabila
pasar
modal
menganggap seluruh investor adalah investor yang rasional maka para investor tersebut akan selalu memilih untuk berinvestasi pada perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi. Karena dengan kemungkinan perusahaan menghasilkan laba
tinggi maka
return
ekspektasi juga
tinggi.
Rasio
Profitabilitas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah rasio Return on Asset (ROA). Return on Asset sering disebut juga sebagai Return on Investment (ROI). Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan sumber ekonomi yang ada untuk menciptakan laba. ROA diperoleh dengan cara membandingkan nilai pendapatan bersih setelah pajak (Net Income After Tax / NIAT) terhadap rata-rata total aktiva/asset (avegae total asset). NIAT adalah nilai pendapatan / laba bersih setelah dikurangi dengan pajak. Average total asset adalah rata-rata jumlah asset dari awal tahun hingga akhir tahun. Semakin tinggi nilai ROA maka kinerja perusahaan semakin baik, karena tingkat pengembalian semakin besar (Ang, 1997).
Universitas Sumatera Utara
Secara umum ROA dapat dirumuskan sebagai berikut: (Machfoedz, 1989) NIAT ROA
=
x1 Total Assets
NIAT
= Net Income After Tax (laba bersih sesudah pajak).
Tot. Assets = Total Aset perusahaan pada periode laporan akhir tahun. Nilai ROA dipengaruhi oleh Net Income After Tax (pendapatan bersih sesudah pajak. Dengan meningkatnya ROA maka kemampuan perusahaan dalam meningkatkan kemampuan menghasilkan laba tinggi. Investor akan merasa aman dengan melakukan investasi pada perusahaan yang memiliki karakteristik seperti ini.
2.2 Saham 2.2.1 Pengertian saham Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan (Fakhruddin, 2001:6). Wujudnya adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut. Ada dua tipe saham yang diperdagangkan, yaitu saham preferen (preferrend stock) dan saham biasa (common stock) (Kusumarsono, 2005 : 22).
Saham preferen
adalah saham yang membayarkan deviden secara reguler/teratur
kepada
pemilik saham. Sedangkan saham biasa lebih memberikan semacam perluasan hak atas kepemilikan perusahaan dari pada saham preferen. Saham mana yang
Universitas Sumatera Utara
akan dibeli oleh investor tergantung kepada tujuannya untuk memiliki saham tersebut. 2.2.2 Return Saham Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang (Jogiyanto, 2003:109). Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data histori. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return histori ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return) dan risiko di masa mendatang. Return ekspektasi (expected return) adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi. Return yang digunakan dalam penelitian ini adalah return realisasi (realized return) yang merupakan capital gain/capital loss yaitu selisih antara harga saham periode saat ini (Pt) dengan harga saham pada periode sebelumnya (Pt-1). Secara matematis actual return dapat diformulasikan sebagai berikut (Jogiyanto, 2003:110) : Pt− Pt−1 RS = Pt−1
Universitas Sumatera Utara
Dimana: Pt = harga saham penutupan pada periode ke-t Pt-1 = harga saham penutupan pada periode ke t-1 Apabila harga saham sekarang (Pt) lebih tinggi dari harga saham periode lalu (Pt-1) maka terjadi keuntungan modal (capital gain), dan sebaliknya apabila harga saham sekarang (Pt) lebih rendah dari harga saham periode lalu (Pt-1) maka terjadi kerugian modal (capital loss). 2.2.3. Harga Saham Harga saham di bursa efek akan ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran. Pada saat permintaan saham meningkat, maka harga saham tersebut akan cenderung meningkat. Sebaliknya, pada saat banyak orang menjual saham, maka harga saham tersebut cenderung akan mengalami penurunan. Market Price merupakan harga pada pasar riil dan merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena merupakan harga dari suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung atau jika pasar sudah tutup, maka harga pasar adalah harga penutupannya (closing price) (Anoraga, 2006:59). Harga sebuah saham dapat berubah naik atau turun dalam hitungan yang begitu cepat. Harga tersebut dapat berubah dalam hitungan menit, bahkan dalam hitungan detik. Hal tersebut dimungkinkan karena banyaknya pesanan yang dimasukkan ke sistem JATS (Jakarta Automated Trading System). Pada lantai perdagangan Bursa Efek Indonesia terdapat lebih 400 terminal komputer di mana para floor trader dapat memasukkan pesanan yang diterimanya dari
Universitas Sumatera Utara
nasabah. Pada monitor-monitor yang memantau perdagangan saham, tertera beberapa istilah harga saham yaitu (Darmadji, 2006:131): a. Previous Price menunujukkan harga pada penutupan hari sebelumnya. b. Open atau Opening Price menunjukkan harga pertama kali pada saat pembukaan sesi I perdagangan, yaitu jam 09.30. c. High atau Highest Price menunjukkan harga tertinggi atas suatu saham yang terjadi sepanjang perdagangan pada hari tersebut. d. Low atau Lowest Price menunjukkan harga terendah atas suatu saham yang terjadi sepanjang perdagangan pada hari tersebut. e. Last Price menunjukkan harga terakhir yang terjadi atas suatu saham. f. Change menunjukkan selisih antara harga pembukaan dengan harga terakhir yang terjadi. g. Close atau Closing Price menunjukkan harga penutupan suatu saham pada saat akhir sesi II yaitu jam 16.00 sore.
2.2.4 Analisis Saham Analisis saham merupakan salah satu dari sekian tahapan dalam proses investasi yang berarti melakukan analisis terhadap individual atau kelompok sekuritas.
Analisis yang sering digunakan dalam menilai suatu saham yaitu
analisis fundamental dan analisis teknikal.
2.2.4.1 Analisis Fundamental
Universitas Sumatera Utara
Analisis fundamental adalah metode analisis yang didasarkan pada fundamental ekonomi suatu perusahaan.
Teknis ini menitik beratkan pada
rasio finansial dan kejadian-kejadian yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan.
Sebagaian pakar
berpendapat bahwa teknik analisis fundamental lebih cocok untuk membuat keputusan dalam memilih saham perusahaan mana yang dibeli untuk jangka panjang. Analisis fundamental menurut Hamzah (2006) merupakan pendekatan yang didasarkan pada anggapan bahwa setiap saham memiliki nilai intrinsik. Nilai intrinsik merupakan fungsi dari variabel-variabel perusahaan yang dikombinasikan untuk menghasilkan suatu return yang diharapkan dan suatu resiko yang melekat pada saham tersebut.
Analisis fundamental mempelajari
semua informasi yang berhubungan dengan saham dan pasar yang dituju dengan mencoba melihat di masa yang akan datang dan perkembangan keuangan/finansial, termasuk pergerakan dari harga saham itu sendiri. Analisis
fundamental
merupakan
analisis
historis
atau
kekuatan
keuangan dari suatu perusahaan yang sering disebut dengan company analysis. Data yang digunakan adalah data historis, artinya data yang telah terjadi dan mencerminkan keadaan keuangan yang telah lewat dan bukan mencerminkan keadaan keuangan yang sebenarnya.
Para analis fundamental mencoba
memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan mengestimasi nilai dari faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham dimasa
Universitas Sumatera Utara
datang dan menempatkan hubungan faktor-faktor tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham.
2.2.4.2 Analisis Teknikal Analisis teknikal merupakan analisis yang mendasarkan diri pada berbagai data tentang pola pergerakan harga saham dari waktu ke waktu (Tandelilin, 2008).
Model teknik analisis lebih menekankan pada perilaku
pasar modal dimasa datang berdasarkan kebiasaan dimasa lalu.
Analisis ini
berupaya memperkirakan harga saham (kondisi pasar) dengan mengamati perubahan harga saham tersebut (kondisi pasar) diwaktu lalu. Analisis teknikal mengamati pembentukan grafik harga dengan berbagai varian yang mungkin terjadi dibandingkan dengan perilaku harga sebelumnya. Sekalipun analis teknikal mempertimbangkan data-data statistik
lainnya,
namun perangkat utama analisis adalah pada grafik harga yang dianggap dapat memenuhi prediksi harga terkini dan kecenderungannya. Para penganut analisis ini menyatakan bahwa : 1. Harga saham mencerminkan informasi yang relevan. 2. Informasi tersebut ditunjukkan oleh perubahan harga saham diwaktu lalu. 3. Karena perubahan harga saham akan mempunyai pola, maka pola tersebut akan berulang. Sasaran yang ingin dicapai dari analisis adalah ketepatan waktu dalam memprediksi pergerakan harga jangka pendek suatu saham. Oleh karena itu
Universitas Sumatera Utara
informasi yang berasal dari faktor-faktor teknis sangat penting bagi pemodal untuk menentukan kapan suatu saham dibeli atau harus dijual.
2.3
Penelitian Terdahulu 1. Adhiastari (2006) Melakukan penelitian mengenai analisis fundamental dan resiko sistematik perusahaan terhadap nilai return saham. Objek penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ 45 selama periode pengamatan tahun 2002-2004. Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ROA, DTA (Debt to Total Asset), EPS (Earning Per Share) dan sebagai variabel independen penelitian. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah return saham. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ROA dan EPS berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap return saham, sedangkan variabel DTA berpengaruh positif tapi tidak signifikan terhadap nilai return saham. 2. Restiyani (2006) Melakukan penelitian mengenai analisis faktor-faktor fundamental terhadap return saham. Objek penelitian ini adalah perusahaan otomotif dan komponennya. Periode pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini pada tahun 2001-2004. Variabel penelitian yang digunakan adalah current ratio (CR), debt to equity ratio (DER), price to book value (PBV), dan total
Universitas Sumatera Utara
asset turnover (TAT) sebagai variabel independen dan return saham sebagai variabel dependen. Peneliitan ini membuktikan variabel CR, DER, dan PBV secara individual tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai return saham sedangkan variabel TAT secara individu berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Penelitian ini juga membuktikan bahwa variabel CR, DER, PB, dan TAT secara bersa-sama berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Penelitian ini menggunakan metode regresi linear. 3. Natarsyah (2000) Melakukan penelitian mengenai analisis fundamental terhadap return saham. Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang tergabung dalam Bursa Efek Jakarta. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah return on asset (ROA), return on equity (ROE), debt to equity ratio (DER), devidend payout ratio (DPR), i variabel dependen dan return saham sebagai variabel dependen. Penelitian kali ini menggunakan metode analisis log linier. Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa variabel DPR tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai return saham sedangkan variabel ROA, ROE, BVES, DER, dan Beta berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap nilai return saham.
Universitas Sumatera Utara
4. Tuasikal (2001) Penelitian ini meneliti tentang pengaruh informasi akuntansi dalam upaya memprediksi return
saham.
Penelitian ini meneliti pengaruh
informasi akuntansi yang dikeluarkan oleh perusahaan-perusahaan yang go public dan terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah CR, DY, DER, NPM, PBV, PER, QR, ROA, ROI, ROE, SAR, STA, TUTA, dan ULTA sebagai variabel independen penelitian dan variabel return saham sebagai variabel dependen penelitian. Hasil penelitian membuktikan bahwa satu tahun ke depan seluruh variabel tersebut tidak dapat digunakan dalam memprediksi return saham akan tetapi pada dua tahun ke depan seluruh variabel tersebut berguna untuk memprediksi return saham yang akan terjadi di masa yang akan datang. 5. Prastyo (2006) Penelitian ini meneliti tentang pengaruh faktor-faktor fundamental dan faktor makroekonomi terhadap nilai return saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar dalam Bursa Efek Jakarta. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah capital adequency ratio (CAR), ROA, non performing loan (NPL), net interest margin (NIM), loan deposit ratio (LDR), tingkat inflasi, dan tingkat nilai tukar. Variabel dependen sebagai objek penelitian adalah return saham. Hasil metode statistik regresi berganda yang digunakan dalam penelitian ini membuktikan
bahwa
variabel inflasi dan
nilai tukar
berpengaruh secara signifikan terhadap return saham sedangakan variabel
Universitas Sumatera Utara
CAR, ROA, LDR, NPL, BOPO, NIM tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai retrun saham. 6. Widyarani (2006) Penelitian ini meneliti tentang pengaruh faktor-faktor fundamental dan makro eknomi terhadap nilai return saham. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah CR, TAT, net profit margin (NPM), retun on equity (ROE), DER, earning per share (EPS), price earning ratio (PER), dan price to book value (PBV) sebagai variabel independen. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah return saham. Sampel penelitian yang digunakan adalah perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam miscellaneous industries pada periode pengamatan 2002-2003. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah regesi berganda. Hasil penelitian menyatakan bahwa CR, TAT, NPM, ROE, EPS, PER, PBV tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham sedangkan variabel DER berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. 7. Ulupui (2006) Penelitian ini meneliti tentang pengaruh rasio-rasio keuangan seperti likuiditas, leverages, aktivitas, dan profitabilitas terhadap return saham. Sampel penelitian adalah perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEJ. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode regresi berganda.
Universitas Sumatera Utara
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah CR, DER, TAT, dan ROA sebagai variabel independen dan return saham sebagai variabel dependen. Hasil penelitian ini membuktikan CR dan ROA berpengaruh positif dan sigifikan. DER berpengaruh positif tetapi tidak signifikan. TAT berpengaruh negatif dan tidak signifikan. Secara simultan, semua variabel berpengaruh terhadap return saham secara signifikan. 8. Prasetyo (2005) Penelitian ini meneliti pengaruh rasio-rasio keuangan yang diwakili oleh ROE, DER, price earning ratio (PER), price to book value (PBV), dan economic value added (EVA) terhadap nilai return saham. Objek penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ 45 di BEJ pada tahun 1999-2003. Penelitian menyimpulkan
ini bahwa
menggunakan
metode
variabel-variabel
regresi
ROE,
PER,
berganda
dan
DER,
PBV
berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai return saham sedangakan variabel EVA tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai return saham. 9. Anastasia (2003) Penelitian ini meneliti pengaruh rasio-rasio keuangan yang diwakili oleh ROA, ROE, DER, TAT, CR, PBV, dan resiko sistematik saham terhadap nilai return saham. Penelitian ini memiliki objek penelitian perusahaan-perusahaan properti yang tergabung dalam Bursa Efek Jakarta. Periode pengamatan adalah tahun 1996-2001.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian
ini
menggunakan
analisis
regresi
berganda
dan
menyimpulkan bahwa hanya variabel PBV saja yang berpengaruh secara sigifikan terhadap return saham secara parsial dan seluruh variabel secara simultan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. 10. Suharli (2005) Penelitian
ini meneliti tentang
pdua
faktor
fundamental
yaitu
solvabilitas dan resiko sistematik perusahaan dalam mempengaruhi return saham. Objek penelitian ini adalah perusahaan food & beverages. Rasio
saham.
Penelitian ini menggunakan metode regresi berganda.
Hasil
penelitian ini menyatakan bahwa variabel DER berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Secara ringkas, penelitian-penelitian terdahulu tersebut dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini: Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Nama
Variabel
Ardhiastari (2006)
X: ROA, DTA, EPS,
Restiyani (2006)
Y: Return saham X: CR, DER, TAT, PBV Y: Return saham
Metode Analisis Regresi berganda
Analisis Regresi
Hasil ROA dan EPS berpengaruh positif signifikan DTA dan Beta tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham CR, DER, dan PBV berpengaruh tidak signifikan terhadap return saham. TAT berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Secara simultan variabel berpengaruh signifikan terhadap return saham
Universitas Sumatera Utara
Nama Natarsyah (2000)
Variabel X: ROA, ROE, DER, DPR, BVES, beta
Metode Analisis log linier
Y: Return saham
Hasil DPR tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. ROA, ROE, DER, DPR, BVES, beta berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap return saham. Satu tahun kedepan rasio tersebut tidak berguna memprediksi return saham, 2 tahu ke depan beberapa rasio berguna untuk memprediksi return saham.
Tuasikal (2001)
X: CR, DY, LTDTA, DER, NPM, PBV, PER, QR, ROA, ROE, ROI, SAR, STA, TUTA, ULTA Y: Return saham
Analisis Regresi
Prasetyo (2006)
X: CAR, ROA, NPL, NIM, BOPO, LDR, inflasi, dan kurs Y: Return saham X: CR,TAT, NPM, ROE, DER, EPS, PER, PBV Y: Return saham X: CR, ROA, DER, dan TAT Y: Return saham
Analisis Regeresi berganda
Inflasi dan kurs berpengaruh signifikan terhadap return saham. ROA, NPL, NIM, BOPO, LDR tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham.
Analisis Regresi Berganda
CR, TAT, NPM, ROE, EPS, PER, PBV tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham DER berpengaruh secara signifikan terhadap return saham
Analisis Regresi berganda
X: ROE, DER, PER, PBV, EVA Y: Return saham
Analisis Regresi berganda
CR dan ROA berpengaruh positif dan sigifikan. DER positif tetapi tidak signifikan. TAT berpengaruh negatif dan tidak signifikan. Secara simultan, semua variabel berpengaruh terhadap return saham secara signifikan. ROE, DER, PER, PBV memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap nilai return saham EVA berpengaruh tidak signifikan terhadap nilai return saham
Widyarani (2006)
Ulupui (2006)
Prasetyo (2005)
Universitas Sumatera Utara
Anastasia (2003)
Suharli (2003)
X: ROA, ROE, PBV, CR, TAT, resiko sistematik Y: Perubahan Harga Saham X: DER dan Beta Saham Y: Return Saham
Analisis Regresi Berganda
Analisis Regresi Berganda
Secara Parsial hanya PBV yang berpengaruh signifikan terhdap perubahan harga saham Secara simultan seluruh variabel tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham Secara parsial maupun simultan, DER dan beta tidak berpengaruh terhadap return saham.
2.4 Kerangka Konseptual Investasi yang dilakukan pada surat berharga oleh seorang pemodal diharapkan mendapat keuntungan/return.
Namun, mungkin saja potensi
keuntungan tersebut bisa berbalik menjadi sebuah kerugian yang tidak diduga sebelumnya.
Dunia pasar modal memang tidak terlepas dari dua sisi yaitu risk
dan return.
Investasi dalam bentuk saham mempunyai risiko tinggi karena
harga saham sangat peka terhadap banyak faktor, baik faktor eksternal maupun internal perusahaan.
Di samping itu berlaku pula suatu prinsip
risk-high return”. Hal ini menggambarkan semakin tinggi tingkat
yaitu ”high keuntungan
(return) yang diharapkan investor maka akan semakin tinggi pula risiko yang harus dihadapi. Melihat kondisi ini maka investor sangat perlu melakukan analisis untuk menilai kinerja dari perusahaan dimana investor melakukan investasi. Dalam melakukan analisis untuk memutuskan investasi suatu jenis saham Investor perlu menganalisis risiko (risk) yang dihadapi dan keuntungan (return) yang diharapkan. Salah satu alat analisis yang digunakan adalah analisis fundamental berupa laporan keuangan. Semakin baik kinerja suatu perusahaan maka semakin besar return yang akan diterima oleh investor.
Universitas Sumatera Utara
Begitu juga sebaliknya, semakin menurun kinerja suatu perusahaan maka semakin kecil kemungkinan return yang akan diterima oleh investor. Kinerja suatu perusahaan dapat dianalisis dengan menggunakan rasio keuangan.
Rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio
likuiditas, leverage, aktivitas dan profitabilitas. Rasio likuiditas menggunakan current ratio (CR), rasio leverage menggunakan debt to equity ratio (DER), rasio aktivitas dengan total asset turnover (TAT) dan rasio profitabilitas diukur dengan return on asset (ROA).
Likuiditas (CR) Leverage Return Saham
(DER)
(RS)
Aktivitas (TAT) Profitabilitas (ROA)
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual
2.5 Hipotesis
Universitas Sumatera Utara
a.
Pengaruh Current Ratio (CR) terhadap Return Saham Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
untuk
memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Current
ratio
(CR)
didapatkan dengan membandingkan nilai aktiva lancar dengan kewajiban lancar perusahaan. Semakin tinggi nilai CR berarti semakin baik kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya. Semakin baik kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajibannya berarti semakin kecil resiko likuidasi yang dialami perusahaan dengan kata lain semakin kecil resiko yang harus ditanggung oleh pemegang saham perushaan. Sangat penting bagi para investor untuk mengetahui nilai CR, walaupun nilai CR hanya bersifat sementara atau jangka pendek. Investor akan menganggap perusahaan beroperasi dengan baik
dan menutupi kewajiban jangka
pendeknya sehingga ketika CR meningkat maka nilai return saham juga akan mengalami peningkatan.
Hipotesis CR berpengaruh terhadap return saham
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ulupui (2005). Dengan demikian hubungan antara pengaruh current ratio (CR) terhadap return saham dihipotesiskan sebagai berikut: H 1 : Current ratio (CR) berpengaruh positif terhadap return saham. b.
Pengaruh Deb to Equity Ratio (DER) terhadap Return Saham Semakin tinggi rasio DER menunjukkan tingkat pengembalian yang
semakin kecil. Resiko yang ditanggung oleh investor akan semakin tinggi karena tingkat hutang yang tinggi berarti beban bunga yang semakin tinggi yang akan mengurangi resiko, dan berakibat menurunkan return saham (Ang,
Universitas Sumatera Utara
1997). Hipotesis ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Restiyani (2006) dan Suharli (2005). Dengan demikian hubungan antara pengaruh debt to equity ratio (DER) terhadap return saham dapat dihipotesiskan sebagai berikut: H 2 : Debt to equity ratio (DER) berpengaruh negatif terhadap return saham. c. Pengaruh Total Assets Turnover (TAT) terhadap Return Saham Peningkatan
pada
nilai TAT
akan
menyebabkan
meningkatnya
penjualan netto (penjualan bersih) yang dicapai perusahaan yang akan mendorong terjadinya peningkatan laba. Peningkatan laba akan mendorong terjadinya peningkatan return saham dengan kata lain peningkatan nilai TAT akan menyebabkan peningkatan return saham. Rasio TAT sangat berguna bagi para kreditur dan pemilik perusahaan (pemegang saham) karena dapat mengetahui efisiensi perusahaan untuk meningkatkan penjualan akan tetapi TAT sangat berguna bagi manajemen perusahaan untuk mengetahui seberapa efektifkah perusahaan mengelola aktivanya sehingga mampu meningkatkan nilai perusahaan yang akan berakibat pada meningkatnya nilai return saham yang akan diterima investor (Sartono, 2001). Hipotesis bahwa TAT berpengaruh terhadap return saham didukung oleh Restiyani (2006). Dengan demikian hubungan antara pengaruh total assets turnover (TAT) terhadap Return Saham dihipotesiskan sebagai berikut: H 3 : Total assets turnover (TAT) berpengaruh positif terhadap return saham.
Universitas Sumatera Utara
d. Pengaruh Return On Assets (ROA) terhadap Return Saham Meningkatkan ROA berarti di sisi lain juga meningkatkan nilai pendapatan bersih yang berarti meningkatkan nilai penjualan. Perusahaan yang penjualannya meningkat akan mendorong terjadinya peningkatan laba yang menunjukkan operasional perusahaan sehat dan baik. Hal ini akan disukai oleh para investor.
Investor yang rasional tentu saja akan memilih
investasi pada perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi, sehingga akan mendorong peningkatan harga saham yang pada akhirnya akan mendorong peningkatan return saham yang akan diterima investor. Hipotesis ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ardhiastari (2006), Natarsyah (2002), dan Ulupui (2005). Dengan demikian hubungan antara pengaruh return on assets (ROA) terhadap Return Saham dihipotesiskan sebagai berikut: H 4 : Return on assets (ROA) berpengaruh positif terhadap Return Saham. e. Pengaruh Current Ratio (CR), Deb to Equity Ratio (DER), Total Assets Turnover (TAT) dan Return On Assets (ROA) terhadap Return Saham Semakin tinggi nilai CR berarti semakin baik kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya. Sehingga semakin kecil resiko likuidasi yang dialami perusahaan dan nilai return saham juga akan mengalami peningkatan.
Sedangkan semakin tinggi rasio DER, maka
resiko yang ditanggung oleh investor akan semakin tinggi karena tingkat
Universitas Sumatera Utara
hutang yang tinggi berarti beban bunga yang semakin tinggi yang akan menambah resiko, dan berakibat menurunkan return saham. Peningkatan pada nilai TAT akan menyebabkan meningkatnya laba yang menyebabkan peningkatan terhadap return saham.
Peningkatan
rasio ROA akan meningkatkan pendapatan bersih perusahaan, yang dapat menarik minat investor dalam dalam menginvestasikan modalnya pada perusahaan.
Hal ini mendorong peningkatan harga saham yang pada
akhirnya akan mendorong peningkatan return saham.
Dengan demikian
dapat disimpulkan sebuah hipotesis sebagai berikut : H5 : Current Ratio (CR), Deb to Equity Ratio (DER), Total Assets Turnover (TAT) dan Return On Assets (ROA) berpengaruh positif terhadap Return Saham.
Universitas Sumatera Utara