BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Tinjauan Terhadap Pasar Modal Indonesia Pada zaman penjajahan Belanda telah ada badan yang bernama “Vereneging Voor de Effecten Handel” yang didirikan tanggal 14 Desember 1912 di Batavia, badan ini memiliki fungsi yang menyerupai pasar modal pada zaman sekarang. Badan yang didirikan pemerintah kolonial Belanda ini bertujuan menghimpun dana guna menunjang perluasan perkebunan milik kolonial Belanda di Indonesia. Perkembangan pasar modal di Batavia diikuti dengan berdirinya bursa efek di Surabaya pada tanggal 11 Januari 1925 dan di Semarang 1 Agustus 1925. Peranan pasar modal yang sangat penting dalam perekonomian suatu negara mendorong pemerintah Indonesia untuk mengaktifkan kembali pasar modal. Pemerintah mengambil langkah dengan mengeluarkan Undang Undang Darurat Nomor 13 tanggal 1 September 1951, yang pada kelanjutannya ditetapkan sebagai Undang Undang Bursa Nomor 15 tahun 1952. Pada waktu itu pemerintah menyerahkan penyelenggaraan kepada Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek (PPEU) yang terdiri dari 3 bank negara dan beberapa makelar efek lainnya dengan Bank Indonesia sebagai penasehat.
Universitas Sumatera Utara
Keadaan yang telah berlangsung relatif baik pada saat itu hanya berlangsung sementara, karena pada kelanjutannya politik konfrontasi yang dilakukan pemerintah terhadap Kolonial Belanda dan tindakan susulan dengan menasionalisasi perusahaanperusahaan Belanda membuat bursa efek mengalami kelesuan. Kondisi politik yang konfrontatif ini berdampak yang sangat buruk terhadap kelangsungan pasar modal Indonesia, sehingga pasar modal pada saat itu yang menjadi tidak berfungsi dengan baik lagi dan akhirnya menjadi tidak aktif. Berakhirnya pemerintahan Orde Lama yang digantikan pemerintah Orde Baru membuat beberapa perubahan dalam kebijakan politik dan ekonomi. Pemerintah segera mengambil langkah-langkah perbaikan untuk mengatasi laju inflasi yang sangat tinggi dan juga memperbaiki perekonomian. Kepercayaan masyarakat terhadap mata uang rupiah dan pasar modal mulai pulih. Selanjutnya pemerintah mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1976 dengan Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 1976. Pemerintahan orde baru dalam 5 tahun pertama setelah diaktifkannya pasar modal melakukan beberapa langkah untuk mendorong pertumbuhan pasar modal diantaranya pemberian fasilitas perpajakan pada perusahaan yang go public, investor, dan para lembaga penunjang pasar modal termasuk di dalamnya perantara pedagang efek dan Perseroan Terbatas (PT) Danareksa. PT Danareksa yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memiliki misi pemerataan pemilikan saham perusahaan diberikan fasilitas yang sangat menarik yaitu tidak dikenakan pajak perseroan atas laba perusahaan dan pembebanan bea materai modal atas penempatan
Universitas Sumatera Utara
dan penyetoran modal saham. Hal ini mampu mendorong PT Danareksa untuk berkembang dengan cepat. Langkah selanjutnya yang dilakukan pemerintah adalah memberikan keringanan yang sifatnya non tax seperti yang dilakukan dalam serangkaian kebijakan yaitu dengan dikeluarkannya Paket Desember 1987, Paket Oktober 1988, dan Paket Desember 1988. Rangkaian kebijakan ini berisikan keputusan-keputusan yang mengurangi atau menghilangkan berbagai peraturan yang mempersulit perkembangan pasar modal yang sebelumnya menjadi penghambat pertumbuhan pasar modal. Berbagai kebijakan yang dikeluarkan pemerintah tersebut merupakan usaha untuk mendorong pertumbuhan pasar modal. Hasil dari kebijakan ini terlihat dari semakin meningkatnya aktivitas perdagangan di bursa, termasuk juga jumlah emiten yang go public. Pada akhir tahun 1991 bursa efek diswastanisasi dengan didirikannya Perseroan Terbatas Bursa Efek Jakarta (PT BEJ). PT BEJ didirikan untuk menciptakan pasar modal yang lebih baik. Pada tahun 2003 jumlah emiten yang terdaftar telah mencapai 300 lebih emiten yang terdaftar. 2.1.2. Produk Domestik Bruto (PDB) Setiap negara hampir dipastikan akan selalu melakukan pembangunan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Pembangunan ekonomi ini sering dianalisis dengan menggunakan angka pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Pertumbuhan
ekonomi
merupakan
ukuran
keberhasilan
aktivitas
ekonomi
menghasilkan tambahan pendapatan bagi masyarakat pada suatu periode tertentu sementara aktivitas ekonomi tersebut adalah penggunaan faktor produksi untuk
Universitas Sumatera Utara
menghasilkan balas jasa. Peningkatan pertumbuhan ekonomi mengindikasikan keberhasilan dalam pembangunan, demikian sebaliknya jika terdapat penurunan pertumbuhan perekonomian. Dalam suatu negara faktor produksi dimiliki oleh masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung, karena itu pertumbuhan ekonomi menggambarkan peningkatan pendapatan masyarakat. Perekonomian mengalami pertumbuhan apabila balas jasa faktor produksi tersebut pada suatu masa tertentu lebih besar dari periode sebelumnya. Hal ini berarti faktor produksi yang dimiliki masyarakat tersebut memberikan return yang meningkat sehingga kesejahteraannya mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode sebelumnya. Kondisi ini membuat kekayaan dan daya beli masyarakat mengalami peningkatan. 2.1.3. Penghitungan Pertumbuhan Ekonomi Dalam menghitung pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) ada berbagai cara yang sering digunakan walaupun hasil penghitungan tersebut tidak memiliki perbedaan yang besar. Penggunaan metode penghitungan harus disesuaikan dengan tujuan dari penghitungan yang dilakukan, karena masing-masing metode memiliki kelemahan dan kelebihan. Selain disesuaikan dengan tujuan pemilihan metode juga disesuaikan keterbatasan-keterbatasan yang dihadapi. 1.
Metode Sederhana Metode ini memiliki cara penghitungan yang sangat sederhana sehingga sangat mudah untuk digunakan, namun memiliki kelemahan karena hanya
Universitas Sumatera Utara
dapat digunakan menghitung tingkat pertumbuhan tahunan. Secara sederhana dapat diformulasikan sebagai berikut : GRWt =
PDBt − PDBt −1 PDBt −1
......................................................(2.1)
Untuk menghitung tingkat pertumbuhan untuk periode yang lebih panjang, tingkat pertumbuhan masing-masing tahun yang berurutan dijumlahkan kemudian dibagi dengan banyak tahun yang ditinjau, atau dengan formulasi sebagai berikut : GRW =
2.
GRW( t −1−t ) + GRW( t −t +1) + GRW( t +1−t + 2 ) 3
................................(2.2)
Metode End to End Metode
ini
dapat
mengatasi
kelemahan
metode
sederhana.
Hasil
perhitungannya sebenarnya tidak berbeda dengan penghitungan metode sederhana, namun dalam jangka yang lebih panjang hasil pengukuran akan memiliki kemungkinan perbedaan yang lebih besar. Kelemahan dari metode ini dibandingkan dengan metode sederhana adalah kemampuannya dalam menangkap fluktuasi pada data. Penghitungan dengan metode ini dapat diformulasikan sebagai berikut : GRWt = n
PDBt − 1x100% PDBt −1
.......................................(2.3)
Universitas Sumatera Utara
3.
Metode Regresi. Untuk kemudahan perhitungan sekaligus dapat menangkap adanya fluktuasi pada data, maka dibuat suatu metode perhitungan dengan metode regresi. Formulasi dari model ini sebagai berikut : LnPDBt = A + GRW T
................................................(2.4)
Berdasarkan formulasi diatas nilai pertumbuhan ditentukan dari nilai koefisien GRW. 2.1.4. Rasio Keuangan Pengukur Profitabilitas Untuk mengetahui makna yang ada pada laporan keuangan diperlukan sebuah alat analisis. Alat analisis yang digunakan biasanya adalah analisis laporan keuangan yang berupa rasio-rasio laporan keuangan. Rasio keuangan ini bertujuan untuk mengukur kinerja perusahaan dari berbagai aspek kinerja. Ukuran kinerja dapat berupa ukuran Likuiditas dimana mengukur kinerja perusahaan dari aspek kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dalam jangka pendek. Ukuran kinerja kedua adalah leverage atau solvabilitas yang mengukur kinerja perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dalam jangka panjang. Ukuran ketiga adalah profitabilitas yang mengukur kinerja perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan sumber daya yang dimiliki. Menurut Kieso, Weygandt, Warfield (2002:247) informasi kualitatif dari laporan keuangan dapat dikumpulkan dengan memeriksa hubungan antar pos-pos dalam laporan keuangan dengan mengidentifikasi kecendrungan dalam hubungan ini.
Universitas Sumatera Utara
Titik awal yang baik dalam mengumpulkan informasi ini adalah mengimplikasikan analisis rasio. Keunggulan analisis rasio keuangan dibandingkan dengan teknik analisis yang lainnya (Harahap, 2003:298): b. Rasio merupakan angka-angka atau iktisar statistik yang lebih mudah dibaca dan signifikan. c. Mengetahui posisi perusahaan ditengah industri lain. d. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (z-score) e. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau time series. f. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi dimasa yang akan datang. Dalam pengukuran kinerja perusahaan terdapat dua ukuran yang sangat umum digunakan yaitu : 1. Return on Asset (ROA). Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan menggunakan asset yang dimiliki. Dengan mengetahui rasio ini kita bisa menilai apakah perusahaan ini efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini juga memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan.
Net Income After Taxes ……….. . (2.5) Total Assets
Return on Assets (ROA) = 2. Return on Equity (ROE)
Rasio ini berguna untuk mengukur tingkat kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Rasio ini bisa dihitung dengan membagi laba bersih dengan jumlah ekuitas perusahaan.
Return on Equity (ROE) =
Net Income After Taxes ……………(2.6) Total Equity
2.1.5. Makroekonomi dan Perusahaan Pemerintah suatu negara selalu berusaha menjaga kegiatan perekonomiannya mengalami suatu pertumbuhan. Namun pada kenyataannya keadaan perekonomian selalu mengalami fase membaik dan menurun. Keadaan ini selalu terjadi secara berulang sehingga menyerupai sebuah siklus. Indikator-indikator ekonomi makro seperti tingkat inflasi, jumlah pengangguran, jumlah uang beredar, dan indikator lainnya menunjukkan adanya siklus ini. Produk Domestik Bruto sebagai akumulasi semua kegiatan ekonomi juga dapat memberikan gambaran terjadinya fase-fase dalam perekonomian tersebut. Fase perekonomian yang mengalami peningkatan dan penurunan tersebut dapat dipandang sebagai suatu fluktuasi dalam aktifitas
Universitas Sumatera Utara
perekonomian yang terjadi secara terus menerus dan terkait dengan berbagai faktor seperti kebijakan dan keadaan perekonomian secara global. Seperti yang telah dikemukakan bahwa kondisi perekonomian mengalami fase yang tidak konstan yang dapat juga dipandang sebagai fluktuasi aktifitas perekonomian. Fluktuasi aktifitas perekonomian ini mengakibatkan timbulnya resiko bisnis yang ditanggung oleh suatu perusahaan yang juga berarti melekat pada saham perusahaan tersebut. Resiko ini berbeda antara suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya atau antara kelompok industri tertentu. Perbedaan ini mengakibatkan perlu dilakukan suatu analisa terhadap saham yang akan dibeli atau dijual sebelum melakukan keputusan investasi. Dalam analisis makroekonomi, sebelum melakukan analisa individual perusahaan, analisis diarahkan untuk menemukan industri yang memberikan tingkat pengembalian yang cukup baik atau disesuaikan dengan ekspektasi lain seperti tingkat resiko. Pada keadaan ekonomi yang diramalkan mengalami pertumbuhan, seorang investor cenderung akan memilih saham yang sensitif terhadap aktifitas perekonomian sehingga memberikan kemungkinan return yang relatif besar, namun sebaliknya pada tahap aktifitas perekonomian diramalkan mengalami penurunan maka investor akan cenderung memilih saham yang tidak sensitif terhadap aktifitas perekonomian. Tingkat kesensitifan saham terhadap aktifitas perekonomian ini akan tercermin pada gejolak harga saham tersebut dan juga pada tingkat pengembalian saham tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Hal terpenting berdasarkan penjelasan diatas adalah bahwa setiap perusahaan yang diwakili oleh sahamnya memiliki karakteristik masing-masing. Analisa harus dilakukan terhadap saham dan membuat keputusan investasi yang sesuai dengan karakteristik investasi yang diinginkan dalam suatu situasi perekonomian atau tahap aktifitas perekonomian tertentu. 2.1.6. Perusahaan LQ 45 Indeks LQ 45 adalah indeks harga saham gabungan dari 45 saham likuid yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Indeks LQ 45 dijadikan benchmark karena LQ 45 adalah kumpulan 45 saham-saham yang memiliki likuiditas yang tinggi atau paling sering ditransaksikan. Saham-saham yang termasuk di dalam LQ 45 terus dipantau dan setiap 6 bulan akan diadakan review (awal februari sampai agustus). Apabila ada saham yang sudah tidak masuk kriteria maka akan diganti dengan saham lain yang memenuhi syarat.Pemilihan saham LQ45 harus wajar, oleh karena itu BEI mempunyai komite penasehat yang terdiri dari para ahli di Bapepam, universitas, dan profesional di pasar modal.
2.2. Review Penelitian Terdahulu (Theoretical Mapping) Penelitian pengaruh atau hubungan antara faktor-faktor makro ekonomi dengan pasar modal telah banyak dilakukan baik di dalam maupun di luar negeri. Penelitian ini menggunakan berbagai proxy sebagai pengukur pengaruh atau hubungan yang sedang diteliti. Beberapa proxy yang sering digunakan adalah tingkat
Universitas Sumatera Utara
suku bunga, tingkat inflasi, nilai tukar (exchange rate), jumlah uang beredar dan tingkat bunga, produk domestik bruto, dan proxy lainnya yang bertujuan mempelajari pengaruh makroekonomi terhadap pasar modal. Tabel 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu No
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Hasil Yang Diperoleh Penelitian menggunakan test kausalitas Granger untuk melihat hubungan GDP terhadap harga saham di Amerika Serikat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan harga saham dapat digunakan memprediksi perubahan GDP untuk 6 triwulan kedepan (optimal lag). Penelitian yang meneliti variabel makroekonomi yang berpengaruh pada indeks harga saham. Nilai PDB tidak berpengaruh signifikan namun tidak menggunakan lag time. Mempelajari hubungan pasar modal dengan siklus bisnis dengan dividen discount model. Penelitian ini menghasilkan interaksi expected earning dan suku bunga menentukan harga saham.
1
Mahdavi dan Sohrabian (1991)
The Link Between The Rate of Growth of Stock Prices and The Rate of Growth of GNP in The United States
Harga Saham PDB
2
Manurung (1996)
Pengaruh Variabel Makro, Investor Asing, Bursa yang Telah Maju Terhadap Indeks BEJ
PDB Investor Asing Harga saham
3
Bolten dan Weigand (1998)
The Generation of Stock Market Cycles
Harga Saham Siklus Perkonomian
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 2.1 Analisis Pengaruh Perkembangan Variabel Makro Ekonomi Terhadap Tingkat Pengembalian Saham di Bursa Efek Jakarta Pada Periode Sebelum Krisis Moneter dan Periode Krisis Moneter di Indonesia Analisis Hubungan Anatara IndikatorIndikator Ekonomi dan Nilai Transaksi Portofolio Saham di Bursa Efek Jakarta
Jumlah Uang beredar Suku bunga Nilai Tukar Harga Saham
Pada periode sebelum krisis variabel uang beredar dan suku bunga mempengaruhi harga saham sedangkan untuk periode setelah krisis dipengaruhi jumlah uang beredar dan nilai tukar.
Suku bunga Nilai tukar Harga Saham
Mariono dan Murasawa (2002)
A New Coincident Index of Business Cycles Based On Monthly and Quarterly Series
PDB Indeks Siklus Bisnis
Situmeang (2004)
Analisa Pengaruh Indeks Defensive Stock Dan Indeks Cyclical Stock Terhadap Produk Domestik Bruto
Harga Saham PDB
Penelitian yang dilakukan Januari 1995 sampai Maret 2001 menghasilkan bahwa suku bunga dan nilai tukar tidak signifikan mempengaruhi nilai transaksi saham. Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa dengan interpretasi ekonomi yang tepat, nilai PDB dapat menjadi variabel pembentuk indeks untuk mengukur siklus bisnis. Pertumbuhan ekonomi mempengaruhi harga saham berdasarkan karakteristik masingmasing saham.
4
Panjinegara (2000)
5
Wirjono (2001)
6
7
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan seperti telah dikemukakan diatas, penulis tertarik untuk mempelajari pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap profitabilitas perusahaan.
Universitas Sumatera Utara