TINJAUAN PUSTAKA Kelompok Tani Pengelompokan petani telah dimulai sejak zaman penjajahan Belanda dengan nama saat itu Rukun (Jawa Barat) dan Kring Tani (jawa Timur) (Abbas, 1995). Salah satu syarat pelancar pembangunan pertanian adalah adanya kegiatan kejasama kelompok tani. Oleh sebab itu, sejak pelaksanaan Repelita Idi Indonesia mulai dikembangkan pembentukan kelompok tani, yang diawali dengan kelompokkelompok kegiatan (kelompok pemberantasan hama, dan kelompok pendengar siaran pedesaan) dan akhirnya sejak tahun 1976 dengan dilaksanakannya proyek penyuluhan tanaman pangan (National Food Crop Extension Project, NFCEP) dikembangkan pula kelompok tani berdasarkan hamparan lahan pertaniannya (Mardikanto,1993). Berdasarkan surat keputusan Menteri Pertanian No.881/Kpts/OT.210 /12/1988, yang dimaksud dengan kelompok tani nelayan adalah: "kumpulafi petani nelayan yang terikat secara non formal atas dasar keserasian, kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya), keakraban, kepentingan bersama dan saling percaya mempercayai, serta mempunyai pimpinan untuk mencapai tujuan bersama." Berdasarkan pengertian diatas dapat disebutkan beberapa ciri kelompok tani nelayan, yaitu : (a) saling mengenal dengan baik antara sesama anggotanya, akrab dan saling percaya mempercayai; (b) mempunyai pandangan dan kepentingan yang sama dalam berusaha tani; (c) memiliki kesamaan tradisilkebiasaan, pemukiman, hamparan usaha tani, jenis usaha, status ekonomi maupun sosial; dan (d) bersifat non formal, tidak berbadan hukum tetapi mempunyai pembagian dan tanggung jawab atas dasar kesepakatan bersama baik tertulis maupun tidak.
Penumbuhan kelompok tani nelayan didasarkan atas faktor-faktor pengikat sebagai berikut : (a) adanya kepentingan bersama antara anggotanya, (b) adanya kesamaan kondisi sumber daya alam dalam berusaha tani-nelayan, (c) adanya kondisi masyarakat dan kehidupan sosial yang sama, dan (d) adanya saling percaya mempercayai antara sesama anggota. Dengan pendekatan kelompok ini rnaka akan terjalin kerjasama antara individu anggota kelompok dalam proses belajar, proses berproduksi, pengolahan hasil dan pemasaran hasil untuk peningkatan pendapatan dan penghidupan yang layak. Pembentukan kelompok tani nelayan adalah fleksibel, anggota kelompok dapat sehamparan (terutarna Supra Insus), dapat sesuai domisili dan dapat pula berdasar komoditi. Jumlah anggota tiap kelompok berkisar antara 10 - 20 orang (Abbas, 1995). Menurut Torres (Mardikanto,l993), beberapa keuntungan pembentukan kelompok tani adalah sebagai berikut : (a) sernakin eratnya interaksi dalam kelompok dan semakin terbinanya kepemimpinan kelompok; (b) semakin terarahnya peningkatan secara cepat tentang jiwa kerjasama antar petani; (c) semakin cepatnya proses perembesan (difusi) penerapan inovasi (teknologi) baru; (d) semakin naiknya kemampuan rata-rata pengembalian hutang (pinjaman) petani; (e) semakin meningkatnya orientasi pasar, baik yang berkaitan dengan masukan (input) maupun produk yang dihasilkannya; dan (9 semakin dapat membantu efisiensi pembagian air irigasi serta pengawasannya oleh petani sendiri. Margono Slamet di dalam makalah yang disajikan pada Seminar Perhiptani 2001 di Tasik Malaya Jawa Barat mengemukakan bahwa pendekatan kelompok ini disarankan bukan hanya karena pendekatan ini lebih efisien, tetapi
karena
pendekatan itu mempunyai konsekuensi dibentuknya kelompok kelompoktani dan terjadinya interaksi antar petani dalam wadah kelompok kelompok itu. Selanjutnya
disebutkan juga bahwa interaksi antar petani dalam kelompok-kelompok itu sangat penting sebab itu merupakan forum komunikasi yang demokratis. Forum itu juga sebagai forum belajar sekaligus forum pengambilan keputusan untuk memperbaiki nasib mereka sendiri. Melalui forum semacam itulah pemberdayaan ditumbuhkan yang akan berlanjut pada tumbuh dan berkembangnya kemandirian rakyat petani. Sajogyo (Mardikanto, 1993) memberikan tiga alasan utama dibentuknya kelompok tani, yaitu : (a)
Untuk memanfaatkan secara lebih baik (optimal) semua sumber daya yang tersedia.
(b)
Dikembangkan oleh pemerintah sebagai alat pembangunan
(c)
Adanya alasan ideologis yang "mewajibkann para petani untuk terikat oleh suatu amanat suci yang harus mereka amalkan melalui kelompok taninya. Kelompok tani yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kelompok tani
padi sawah yang anggota-anggotanya terdiri dari petani-petani padi sawah sehamparan dan jumlah anggotanya berkisar antara 10 - 25 orang. Peranan Kelompok Tani
Peranan merupakan seperangkat harapan yang ditujukan pada diri seseorang dan ha1 ha1 yang seharusnya dilaksanakan (Slamet, 2001). Kegiatan atau aktivitas yang berkaitan dengan status dalam masyarakatllingkungannya disebut sebagai peranan individulkelompok yang bersangkutan. Jadi ha1 ha1 yang menjadi harapan terhadap diri seseoranglkelompok dan yang seharusnya dilaksanakan oleh oranglkelompok tersebut, merupakan peran oranglkelompok yang bersangkutan.
Sesuai Surat Keputusan Menteri Pertanian No.881/KptslOT.210/12/1988 'kelompok tani nelayan berperan dan berfungsi sebagai kelas belajar, unit produksi usaha tani, dan wahana kerjasama antara anggota kelompok dengan pihak lain. Kelompok tani nelayan adalah organisasi non formal". Kelompok tani sebagai kelas belajar dan mengajar bagi petani nelayan merupakan wadah bagi setiap anggotanya untuk berinteraksi guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam berusaha tani nelayan yang lebih baik dan inenguntungkan, serta berperilaku lebih mandiri untuk mencapai kehidupan yang lebih sejahtera. Oleh karena itu, pembinaannya diarahkan agar anggota kelompok secara merata memiliki kemampuan kemampuan, antara lain dalam : menggali dan merumuskan keperluan belajar; berhubungan dan bekerja sama dengan sumber informasi dan teknologi yang diperlukan dalam proses belajar mengajar baik yang berasal dari sesama petani nelayan, instansi pembina maupun pihak pihak lain; menciptakan iklimllingkungan belajar yang serasi; mempersiapkan sarana belajar; berperan aktif dalam proses belajar mengajar dan merumuskan kesepakatan bersama baik dalam memecahkan masalah maupun melaksanakan berbagai kegiatan kelompok (Abbas, 1995). Sebagai unit produksi usahatani nelayan, kelompok tani merupakan satu kesatuan unit usaha tani untuk mewujudkan kerjasama dalam rnencapai skala ekonomi yang lebih menguntungkan. Oleh karena itu, pembinaan diarahkan agar anggota kelompok secara bersama memiliki kemampuan, antara lain dalam mengambil keputusan untuk menentukan pola usahatani yang menguntungkan berdasarkan teknologi terapan berorientasi pasar tanpa melupakan kepentingan nasional; menyusun rencana usahatanilrencana definitif kelompok serta rencana permodalan; menerapkam teknologi maju dalam usahatani sesuai rekomendasi; bemubungan dan bekerjasama dengan pihak pihak penyedia sarana produksi dan
pemasaran hasil; menganalisa dan menilai usahatani yang dilaksanakan dan mengelola administrasi kelompok (Abbas, 1995). Sebagai wahana kerjasama, kelompok tani nelayan merupakan tempat untuk memperkuat kerja sama diantara sesama petani nelayan dalam kelompok dan antara kelompok dengan pihak lain untuk menghadapi berbagai ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan. Upaya pembinaan kelompoktani nelayan agar anggota kelompok memiliki kemampuan kemampuan, antara lain dalam : menciptakan suasana saling kenal, saling percaya dan selalu berkeinginan untuk bskerjasama; menciptakan suasana keterbukaan dalam menyatakan pendapat dan pandangan pandangan diantara anggota; mengatur dan melaksanakan pembagian tugas; bekerjasama dengan pihak pihak penyedia kemudahan sarana produksi, pengolahan dan pemasaran hasil, dan melaksanakan hubungan melembaga dengan KUD dalam pelaksanaan Rencana Definitif Kelompok (RDK), Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK), pengolahan, pemasaran hasil dan permodalan (antara lain kelompoktani sebagai tempat pelayanan koperasilTPK). Dalam penelitian ini peranan kelompok tani yang dimaksudkan adalah peranan kelompok tani tersebut sebagai (a) Kelas belajar, yaitu : menentukan apa yang harus dipelajari, berhubungan dan bekerjasama dengan instansi pembina, sesama petani maupun pihak lainnya untuk mendapatkan informasi dan teknologi yang diperlukan anggota, menjadikan suasana belajar yang menyenangkan, menyediakan sarana belajar, dan menggali pendapat serta masalah usahatani anggotanya;
(b)
sebagai Unit Produksi Usahatani, yaitu : menentukan pola
usahatani yang menguntungkan, menyusun rencana usahatani serta rencana permodalan, menyediakan saprodi, dan berhubungan serta bekerjasama dengan pihak pihak penyedia sarana produksi dan pemasaran hasil; dan (c) sebagai
Wahana kerja sama, yaitu :
menjadikan suasana di kelompok untuk saling
mengenal dan saling percaya antar anggota, mengatur dan membagi tugaslkerja untuk anggotanya, tempat pemasaran hasil usahatani anggotanya, bekerjasama dengan pihak pihak penyedia kemudahan saprodi, pengolahan dan pemasaran hasil, dan melaksanakan hubungan melembaga dengan KUD. Psrsepsi Anggota Kelompok tani terhadap Peranan Kelompok Tani
Persepsi adalah proses menerima informasi atas stimuli dari lingkungan dan mengubahnya kedalam kesadaran psikologis (van den Ban, 1999). Desirato (Rakhmat, 2000) mengatakan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi memberikan makna pada stimuli inderawi (sensoly stimuli). Hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian dari persepsi. Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi (perhatian), ekspektasi (harapan), motivasi dan memori. Persepsi seperti juga sensasi, ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional (Rakhmat, 2000). Thoha (1999) mengatakan bahwa persepsi pada hakekatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman.
Kunci ontuk memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan
bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi, dan bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap situasi.
Menurut Litterer (Asngari,1984), persepsi adalah ?he understanding or view people have of things in the world around them."
Dalam ha1 ini berarti bahwa
persepsi adalah pemahaman atau pandangan seseorang tentang segala sesuatu yang ada disekitarnya.
Selanjutnya di kemukakan oleh Litterer (Asngari,1984)
bahwa persepsi orang dipengaruhi oleh pandangan seseorang pada suatu keadaan, fakta atau tindakan. Karena itu, individu perlu mengerti dengan jelas tugas dan tanggung jawab yang dipikulkan kepadanya. Litterer (Asngari,l984) mengemukakan ada tiga mekanisme pembentukan persepsi yaitu : selectivity, closure, and intepretation. lnforrnasi yang sampai kepada seseorang menyebabkan individu yang bersangkutan membentuk persepsi, dimulai dengan pemilihan atau menyaringnya, kemudian inforrnasi yang masuk tersebut disusun menjadi kesatuan yang bermakna, dan akhimya terjadilah interpretasi mengenai fakta keseluruhan informasi itu. Menurut Asngari (1984), pada fase interpretasi ini, pengalaman masa silam atau dahulu memegang peranan yang penting. Tentang faktor-faktor yang berpengaruh pada persepsi, Krech & Crutchfield (Sarwono,
1983) menyatakan bahwa ada dua golongan variabsl yang
mempengaruhi persepsi, yaitu : (1) Variabel struktural, yaitu faktor-faktor yang terkandung dalam rangsang fisik dan proses neurofisiologik; dan (2) Variabel fungsional, yaitu
faktor-faktor yang terdapat dalam diri si pengamat seperti
kebutuhan (needs), suasana hati (moods), pengalaman masa lampau dan sifat-sifat individual lainnya. Mengacu pada pengertian-pengertiantentang persepsi tersebut, maka dalam penelitian ini ditetapkan konsep persepsi anggota kelompok tani adalah pandangan dan penilaian anggota kelompok tani terhadap suatu objek, dalarn ha1 ini yang
menjadi objek adalah peranan kelompoktani sebagai kelas belajar, unit produksi usahatani dan sebagai wahana kerjasama.
Usahatani Padi Sawah Padi merupakan komoditi yang akan tetap menempati posisi strategis dalam perekonomian Indonesia. Rata-rata kebutuhan Padi meningkat 3,6% per tahun sementara tiagkat pertumbuhan produksi hanya 2,8g0/6 per tahun (Balai Penelitian Tanaman Pangan Lahan Rawa, 1996). Teknologi Usahatani (Panca Usahatani) padi sawah telah diperkenalkan sejak tahun 1963, yang meliputi : (1) Penggunaan benih varietas unggul, (2) bercocok tanam yang baik, (3) Pemupukan, (4) Pengaturan air, dan (5) Pengendalian hama penyakit. Agar peningkatan produksi lebih baik, pemerintah menambahkan 2 paket teknologi lainnya, yaitu : panen dan pasca panen. Perpaduan teknologi panca usahatani dengan teknologi panen dan pasca panen dikenal dengan nama teknologi Sapta Usahatani. Teknologi Sapta Usahatani disempurnakan dengan paket teknologi baru yang dikenal dengan nama Supra Insus, yang terdiri dari 10 unsur teknologi, yaitu : (1) Pengolahan tanah yang sempurna, (2) Pemakaian benih berrnutu tinggi, (3)
Penggunaan jarak tanam dengan populasi tanaman minimal 200.000 rumpun per hektar, (4) Pemakaian pupuk yang lengkap dan berimbang (Urea 250Kg/ha, ZA 100Kg/ha, TSP 125 Kglha, dan KCL 125 Kglha), (5) Pengelolaan air di tingkat usahatani, (6) Pelaksanaan Pengedalian hama dan penyaki secara terpadu, (7) Penggunaan PPCIZPT, (8) pelaksanaan pola tanam tahunan dengan lndeks tanam tidak kurang dari 200 %, (9) Pergiliran varietas, dan (10) Pengelolaan pasca panen.
Penanaman padi pada lahan sawah bisanya dilakukan melalui tahapantahapan, yaitu : Persemaian, penaburan benih diatas persemaian dan pemindahan bibit ke sawah. Kegiatan awal sebelum melakukan penanaman adalah menyiapkan areal persemaian. (Girisonta, 1995). Persiapan pesemaian basah dilakukan dengan membuat bedengan setinggi 20-30 cm, lebar 100-150 cm dan panjang 500-600 cm atau sesuai dengan kebutuhan serta parit dengan ukuran lebar 3040 cm. persemaian harus diupayakan 1/25
Pemakaian lahan untuk
- 1/20 luas sawah yang akan ditanami dan
penggunaan benih setiap hektamya sebanyak 2540 Kg. Langkah selanjutnya adalah penaburan benih di persemaian. Sebelum benih disemaikan terlebih dahulu benih direndam selama 24 jam. Tujuan perendamaan ini adalah agar gabah dapat menghisap air yang cukup, sehingga dapat mempercepat proses perkecambahan dan benih agar tumbuh seragam. Setelah bibit berumur sekiar 3 4 minggu, bibit siap dipindah tanamkan ke lapang. Jarak tanam yang dianjurkan untuk teknologi Supra lnsus adalah jumlah tanaman minimal 200.000 rumpun per hektar atau dengan jarak tanam 18 cm x 18
cm, 18 cm x 20 cm, dan 20 cm x 20 cm. Pemeliharaan adalah rnerupakan kegiatan yang sangat penting dalam budidaya tanaman padi sawah. Dalam pemeliharaan tanarnan padi sawah ada beberapa kegiatan yang haruis dilakukan, yaitu : Penyulaman dan penyiangan, pengairan, pemupukan, pengendalian hama penyaki secara terpadu. Dalam kegiatan penyulaman ada beberapa ha1 yang pedu diperhatikan , yaitu bibit yang digunakan harus dari jenis yang sarna, bibit yang digunakan bisa dari bibit yang terdahulu, dan penyulaman harus dilakukan sekiar 7-14 hari setelah di pindah tanamkan.
Penyiangan adalah suatu kegiatan yang bertujuan
untuk
membersihkan gulma yang tumbuh pada lahan sawah.
Dalam pertumbuhan
tanaman (bibit) p[adi sawah, sering diikuti dengan pertumbuhan beberapa jenis gulma. Hal ini dapat menyebabkan persaingan antara tanaman pokok (padi) dengan gulma dalam memperoleh atau mendapatkan makanan (unsur hara). Karena itu penyiangan harus dilakukan. Pengairan adalah suatu kegiatan atau usaha untuk memberikan air guna keperluan pertanian. Pemberian dilakukan secara tertib dan teratur untuk daerah pertanian yang membutuhkan dan kemudian setelah air tersebut digunakan sebaiknya secara tertib dan teratur pula dialirkan ke saluran pembuangan air (Siregar, 1981).
Dalam budidaya padi sawah, air sangat diperlukan untuk
pertumbuhan tanaman.
Pemberian air (pengairan) pada prinsipnya harus
disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan tanaman (fase vegetatif dan fase generatif).
Fase pertumbuhan vegetatif adalah fase (masa) pertumbuhan dan
perkembangan akar, batang dan daun. Untuk itu diperlukan air yang cukup. Fase generatif adalah fase terjadinya pembentukan malai bunga.
Pada saat inilah
pengairan ditingkatkan sesaat kemudian dikurangi secara bertahap (Girisonta, 1995). Pemupukan padi sawah pada program Supra lnsus adalah melaksanakan pemupukan berimbang, yaitu Urea 250 Kglha, TSP 125 Kglha, KCL 125 Kglha dan
ZA 100 Kglha atau sesuai dengan rekomendasi instansi terkait. Selain pemupukan yang berimbang juga dianjurkan menggunakan pupuk pelengkap cair (PPC) atau Zat Pengatur Tumbuh (ZPT). Penentuan PPC yang digunakan baik dosis, cara maupun waktu harus berdasarkan kesepakatan kelompoktani dengan bimbingan Penyuluh Pertanian lapangan (PPL).
Panen dilakukan setelah gabah telah rnenguning secara merata dengan menggunakan alat (sabit) yang tajam dan bergerigi, agar saat pemungutan hasil tidak banyak yang rontok (terbuang). Perontokan segera dilakukan setelah selesai panen dengan cara menggunakan alat perontok padi yang digerakkan oleh manusia maupun motor. Pengangkutan dari sawah ke rumah haws menggunakan karung atau wadah yang baik, agar gabah jangan banyak yang bejatuhan. Untuk menjaga kualitas gabah atau beras, maka hams dilakukan pengeringan dengan sempurna.
Pengeringan haws dilakukan segera setelah
perontokan sampai kadar air mencapai 14 persen, dan selanjutnya gabah disimpan di gudang penyimpanan yang bebas hama, bersih serta tidak lembab dan bocor. Hasil Penelitian di Lahan Pasang Surut Tidak Langsung Kalimantan Selatan yang dilakukan oleh Balai Penelitian Tanaman Pangan Lahan Rawa pada tahun 1996, mengemukakan ada 2 macam Pola tanam Padi sawah yang dilaksanakan
petani. Pola tanam tersebut adalah : ada yang menanam padi varietas unggul diikuti varietas lokal dan yang hanya menanam padi varietas lokal saja. Beberapa varietas unggul yang sering ditanam petani di daerah ini antara lain adalah IR 42, IR 46, dan IR 66. Varietas lokal yang disenangi antara lain adalah Siyam, Pandak, dan Adil. Benih pada umumnya dibuat sendiri dari pertanaman terdahulu. Persemaian padi varietas unggul maupun varietas lokal dilaksanakan pada bulan Oktober-Nopember. Persemaian padi varietas unggul dilakukan hanya 1 kali selama lebih kurang 20 hari, kemudian ditanam.
Sedangkan
Varietas lokal
persemaiannya dilakukan dengan 3 tahapan, yaitu persemaian I yang disebut dengan Taradak, persemaian II yang disebut dengan Ampakan, dan persemaian Ill
disebut dengan Lacakan. Lama pertanaman pada setiap tahapan persemaian berturut turut 30 hari, 40 hari, dan 75 hari. Di Lahan Pasang Surut pada umumnya tidak dikenal pengolahan tanah, tetapi dikenal istilah persiapan lahan.
Persiapan lahan disini hanya dengan
membabat gulma. Gulma setelah ditebas dibiarkan lebih kurang 10 hari, kemudian dikumpulkan menjadi bagian bagian yang memanjang atau tumpukan tumpukan yang disebut dengan puntalan. Puntalan dibiarkan selama lebih kurang 10 hari kemudian di balik yaitu bagian atas di kebawahkan, maksudnya agar pembusukan gulma merata.
Apabila pembusukan telah meiata kemudian gulma tersebut
dihamburkan pada lahan pertanaman secara merata, yang berarti khan siap untuk ditanami. Pada pertanaman padi varietas unggul tahapan persiapan lahan tersebut kadang-kadang dilaksanakan dan kadang kadang tidak dilaksanakan. Jadi tahapan persiapan lahan tersebut umumnya dilaksanakan dalam usaha pertanaman padi varietas
lokal. Penanaman padi varietas
unggul dilakukan pada bulan
OktoberINopember, sedangkan padi varietas lokal ditanam pada bulan MaretIApril. Jenis pupuk yang digunakan baik oleh petani yang menanam varietas unggul maupun varietas lokal relatif sama seperti pupuk Urea dan pupuk TSP. Dosis pupuk padi varietas unggul adalah 100-300 Kg Urea per hektar dan 77-125 Kg TSP per hektar. Untuk memelihara padi varietas unggul terhadap serangan hama tikus pada umumnya petani membuat kandang dari plastik diseluruh sisi pertanaman setinggi lebih kurang 60 cm, sebagian diatas permukaan air (45 cm) dan sebagian lagi terendam (15 cm).
Penyiangan dilakukan setelah tanaman berumur 30 hari.
Pestisida yang umum digunakan adalah Furadan 3 G. Hama yang sering menyerang tanaman padi selain hama tikus adalah hama penggerek batang padi.
Panen padi varietas unggul pada bulan PebruarWret, sedangkan padi varietas lokal pada bulan AgustusISepternber. Alat panen yang digunakan adalah ani-ani dan arit. Perontokan sangat sederhana, yaitu dengan rnenginjak-injak sarnbil digulung dengan kaki yang disebut mairiklmarapai. Setelah dirontok gabah dijernur dengan rnenggunakan alas tikar, kernudian dibersihkan dengan alat yang di sebut gumbaan.
Hasil panen pada urnurnnya dijual sebagian kepada pedagang
pengurnpul. Kebutuhan Petani pada Kegiatan Usahatani Padi Sawah
Rucm (Anantanyu, 1998) rnendefinisikan kebutuhan (need) sebagai : "kebutuhan seseorang untuk rnencapai keadaan yang lebih baik dari keadaan sebelurnnya atau lebih baik dari keadaan orang lain". Kebutuhan ini rnenandakan ketidakseirnbangan atau kesenjangan antara keadaan sekarang dengan serangkaian perubahan dari kondisi yang lebih diinginkan. Maslow (Soedijanto, 1994) rnernbagi kebutuhan dalarn lima kelompok berdasarkan prioritas tuntutannya, rneliputi : (1) Kebutuhan Faal; yaitu kebutuhan fisiologis agar rnanusia bisa hidup, (2) Kebutuhan akan rasa arnan, (3) Kebutuhan Sosial (kebutuhan berafiliasi), (4) Kebutuhan ego, prestise, penghargaan dan kehormatan, dan (5) Kebutuhan akan aktualisasi din. Soedijanto (1994) merangkum pendapat beberapa ahli tentang kebutuhan sebagai berikut : '(1) Kebutuhan (need) adalah suatu ha1 yang diperlukan seseorang untuk rnencapai keadaan yang lebih baik dari keadaan sebelurnnya, atau lebih baik dari keadaan orang lain, (2) Kebutuhan seseorang akan tirnbul karena adanya kekurangan yang dirasakan, dan (3) Sernua kegiatan manusia itu akan selalu berhubungan dengan usaha untuk mernenuhi kebutuhannya."
Menurut Kartasapoetra (1994). ada lima unsur atau lima fasilitas dan jasa yang hams tersedia atau disediakan bagi para petani di pedesaan yang merupakan syarat mutlak untuk melaksanakan pembaharuan-pembaharuan (modernisasi) pertanian yaitu : (1) penyediaan bahan-bahan dan alat-alat produksi yang dapat dibeli, diambil dengan mudah oleh para petani; (2) ilmu dan teknologi pertanian yang senantiasa berubah sesuai dengan perkembangan; (3) adanya pasar bagi setiap jenis produk usaha tani yang mudah dihubungi para petani; (4) rangsangan bagi para petani untuk aktif berproduksi; dan (5) tersedianya alat-alat angkutan yang baik dan ekonomis yang dapat memperlancar usaha tani. Selain itu, ada lima elemen yang berupa fasilitas-fasilitas yang dapat memperlancar berlangsungnya berbagai perubahan dalam bidang pertanian yaitu : (1) perkembangan pendidikan dan skill, (2) penyediaan modal berupa kredit produksi, (3) pembinaan kelompok dan kegiatan gotong royong, (4) memperbaiki dan mengadakan tanah- tanah pertanian baru, dan (5) perencanaan nasional dalam ha1 modernisasi pertanian (Kartasapoetra, 1994). Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kebutuhan petani adalah kebutuhan mereka dalam kegiatan usaha tani padi sawah yang meliputi segala sesuatu yang diperlukan dalam kegiatan usahataninya. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan dalam ha1 penguasaan teknologi, yaitu : pengolahan tanah, pemupukan, cara penanaman benih, panen, dan pasca panen; kebutuhan dalam ha1 pemenuhan Saprodi (benih, pupuk, dan obat-obatan); dan kebutuhan dalam ha1 pemasaran hasil usahatani.