BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Motivasi Perawat 1. Definisi Sarwono (2000) dalam Sunaryo (2004) mengemukakan, motivasi menunjuk pada proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong yang timbul dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan atau akhir daripada gerakan atau perbuatan. Motivasi adalah bagian fundamental dari kegiatan manajemen sehingga semua kegiatan organisasi tidak akan berfaedah jika anggota yang ada didalam organisasi tersebut tidak termotivasi menyumbangkan usaha guna memenuhi tugas yang dibebankan kepadanya (Suyanto, 2008). Terry dalam Hasibuan (2005) mengemukakan, motivasi adalah keinginan yang terdapat pada diri seseorang individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan. Harlley (1997) mengemukakan, perawat adalah seseorang yang berperan dalam merawat atau memelihara, membantu dan melindungi seseorang karena sakit, injuri, dan proses penuaan, sedangkan menurut Permenkes Ri No 1239 Th 2001 Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan keperawatan, baik dalam maupun diluar negeri sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Perawat adalah seseorang yang
memiliki
kemampuan
dan
wewenang
melakukan
tindakan
keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya dan memperoleh ilmu itu melalui pendidikan keperawatan (Kozir, 1995). Berdasarkan beberapa definisi yang sudah diuraikan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi perawat merupakan tenaga penggerak yang mendorong seseorang perawat untuk merawat atau memelihara pasien karena sakit, injuri, dan proses penuaan berdasarkan ilmu yang dimilikinya.
2. Tujuan motivasi Hasibuan (2005) mengemukakan, tujuan motivasi adalah : meningkatkan moral dan kepuasan kerja perawat, meningkatkan produktivitas
kerja
perawat,
meningkatkan
kedisiplinan
perawat,
menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik, mempertinggi rasa tanggung jawab perawat terhadap tugas-tugasnya, meningkatkan loyalitas, kreativitas, dan partisipasi perawat. Sowatno
(2001)
mengemukakan,
tujuan
motivasi
adalah
mendorong gairah dan semangat kerja, menciptakan hubungan kerja dan suasana yang baik, mempertahankan kestabilan perawat, meningkatkan kesejahteraan perawat, Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu.
3. Teori motivasi Beberapa teori motivasi menurut Purwanto (2007) : a. Teori Hedonisme Hedone adalah bahasa yunani yang berarti kesukaan, kesenangan, atau kenikmatan. Hedonisme adalah suatu aliran didalam filsafat yang memandang bahwa tujuan hidup yang utama pada manusia adalah mencari kesenangan yang bersifat duniawi. Menurut pandangan faham ini, manusia pada hakekatnya adalah makhluk yang mementingkan kehidupan yang penuh dengan kesenangan dan kenikmatan. Manusia setiap menghadapi persoalan yang perlu pemecahan, manusia cenderung memilih alternatif pemecahan yang dapat mendatangkan kesenangan daripada yang mengakibatkan kesukaran, kesulitan, penderitaan, dan sebagainya. b. Teori Naluri Teori ini mengemukakan bahwa pada dasarnya manusia memiliki tiga dorongan nafsu pokok, yang dalam hal ini disebut juga dengan naluri yaitu: dorongan nafsu (naluri) mempertahankan diri, dorongan nafsu (naluri)
mengembangkan
diri,
dan
dorongan
nafsu
(naluri)
mengembangkan / mempertahankan jenis. Dimilikinya ketiga naluri pokok itu maka kebiasaan-kebiasaan ataupun tindakan dan tingkah laku manusia yang diperbuatnya seharihari mendapat dorongan atau digerakkan oleh ketiga naluri tersebut.
Menurut teori ini, untuk memotivasi seseorang harus berdasarkan naluri mana yang akan dituju dan perlu dikembangkan. c. Teori reaksi yang dipelajari Teori ini berpandangan bahwa tindakan atau perilaku manusia tidak berdasarkan naluri-naluri, tetapi berdasarkan pola-pola tingkah laku yang dipelajari dari kebudayaan ditempat orang itu hidup. Orang belajar banyak dari lingkungan kebudayaan ditempat ia hidup dan dibesarkan. Teori ini disebut juga ”teori lingkungan kebudayaan”. d. Teori daya pendorong Teori ini merupakan perpaduan antara ”teori naluri” dengan ” teori reaksi yang dipelajari”. Daya pendorong adalah semacam naluri, tetapi hanya suatu dorongan kekuatan yang luas terhadap suatu arah yang umum. Menurut teori ini bila ingin memotivasi seseorang harus berdasarkan atas daya pendorong, yaitu atas naluri dan juga reaksi yang dipelajari dari kebudayaan lingkungan yang dimilikinya. e. Teori kebutuhan Teori motivasi yang sekarang banyak dianut orang adalah teori kebutuhan. Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakekatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan psikis. Menurut teori ini apabila ingin memotivasi seseorang, ia harus berusaha mengetahui terlebih dahulu apa kebutuhan-kebutuhan orang yang akan dimotivasinya. Abraham Maslow mendefinisikan lima tingkatan kebutuhan pokok
manusia. Kelima tingkatan pokok inilah yang kemudian dijadikan pengertian kunci dalam mempelajari motivasi manusia. Adapun kelima tingkatan kebutuhan pokok yang dimaksud adalah : 1) kebutuhan fisiologis; 2) kebutuhan rasa aman; 3) kebutuhan sosial; 4) kebutuhan penghargaan; 5) kebutuhan aktualisasi diri. Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tiaptiap teori memiliki kelemahan dan kekurangannya masing-masing, jika dihubungkan dengan manusia sebagai pribadi dalam kehidupannya sehari-hari, teori-teori motivasi yang telah dikemukakan ternyata memiliki
hubungan
yang
komplementer
yang
berarti
saling
melengkapi satu sama lain. Kita dapat mengambil manfaat dari beberapa teori sesuai dengan situasi dan kondisi seseorang pada saat kita melakukan tindakan motivasi.
4. Unsur-unsur motivasi Purwanto (1998) mengemukakan, unsur-unsur motivasi adalah : merupakan suatu tenaga dinamis manusia dan munculnya memerlukan rangsangan baik dari dalam maupun dari luar, motivasi sering kali ditandai dengan perilaku yang penuh emosi, motivasi merupakan reaksi pilihan dari beberapa alternatif pencapaian tujuan, motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan dalam diri. Fitri (2009) mengemukakan, unsur-unsur motivasi meliputi ; unsur motivasi berasal dari dalam diri seseorang yaitu berupa keadaan yang tidak
puas atau ketegangan psikologis ini bisa timbul oleh karena keinginankeinginan untuk memperoleh penghargaan, pengakuan, serta berbagai macam kebutuhan lainnya dan motivasi berasal dari luar yaitu tujuan yang ingin dicapai oleh seseoran, tujuan itu sendiri berada diluar diri seseorang itu namun mengarahkan tingkah laku orang itu untuk mencapainya. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi berasal dari dalam diri manusia yang biasanya timbul dari perilaku yang dapat memenuhi kebutuhan sehingga manusia menjadi puas dan berasal dari luar yang merupakan pengaruh dari orang lain atau lingkungan.
5. Fungsi motivasi Purwanto (2007) mengemukakan, fungsi motivasi adalah : mendorong
timbulnya
tingkah
laku
atau
suatu
perbuatan
serta
menyeleksinya, sebagai pengarah artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang diinginkan, sebagai penggerak, ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil, besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan. Sadirman (2001) mengemukakan, fungsi motivasi adalah ; mendorong manusia untuk berbuat, menentukan arah perbuatan, menyeleksi perbuatan, sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi motivasi dapat memberikan arah dan menentukan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan.
6. Motivasi Perawat Motivasi perawat untuk melanjutkan pendidikan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi karena tertarik untuk mencapai karir yang lebih baik, lebih dihargai dengan pendidikan yang lebih tinggi, menjadi perawat yang profesional, memperoleh peningkatan golongan dan kenaikan pangkat, mendapatkan imbalan gaji yang lebih baik, serta dapat mengambil keputusan yang tepat dalam segala situasi berdasarkan ilmu pengetahuan dalam melaksanakan praktek keperawatan (Sunaryo, 2004). Sasongko
(2000)
mengemukakan,
motivasi
perawat
untuk
melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi karena dipengaruhi oleh keinginan yang bermacam-macam, beberapa keinginan yang umum dinyatakan yaitu gaji atau upah yang baik, penghargaan, pekerjaan yang berarti, sikap teman kerja yang baik, kesempatan untuk maju, kondisi kerja yang aman, nyaman dan menarik, mendapatkan pimpinan yang adil dan bijaksana. Gaji atau upah yang baik, bisa dipakai intuk memuaskan kebutuhan fisiologis, sosial, maupun egoistis. Sebagaian besar perawat menginginkan gaji yang tinggi dari pekerjaannya setelah melanjutkan pendidikan. Sikap teman kerja yang lebih baik merupakan keinginan perawat sebagai cermin dari kebutuhan sosial. Penghargaan merupakan keinginan yang berasal dari kebutuhan egoistis, yang bisa diwujudkan dengan pujian, hadiah yang diumumkan kepada rekan-rekan sekerjanya dan sebagainya. Mendapatkan
pimpinan yang adil dan bijaksana, akan menjamin bahwa pekerjaan akan tetap bisa dipertahankan. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perawat mempunyai motivasi yang tinggi untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi, karena perawat ingin mencapai karir yang lebih baik, serta dapat mengambil keputusan yang tepat dalam segala situasi berdasarkan ilmu pengetahuan dalam melaksanakan praktek keperawatan. Perawat yang memiliki motivasi kerja yang tinggi sebaiknya juga memiliki motivasi yang tinggi pula untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi.
B. Konsep Pendidikan Berkelanjutan Perawat 1. Definisi Pendidikan adalah segala sesuatu untuk membina kepribadian dan mengembangkan kemampuan manusia, jasmaniah, dan rohaniah yang berlangsung seumur hidup, baik didalam maupun diluar sekolah, untuk pembangunan persatuan dan masyarakat adil dan makmur dan selalu ada dalam keseimbangan (Sastrohadiwiryo, 2002). Pendidikan
berkelanjutan
perawat
didefinisikan
oleh
ANA
(American Nurse Association) dalam Potter (2005) adalah sebagai aktivitas pendidikan
yang direncanakan bertujuan untuk
membangun dasar
pendidikan dan pengalaman dari perawat profesional untuk meningkatkan
praktik, pendidikan, administrasi, penelitian, atau pengembangan teori sampai akhirnya perbaikan kesehatan masyarakat. Pengembangan pendidikan keperawatan seyogyanya dirancang secara berkesinambungan, berjenjang dan berlanjut sesuai dengan prinsip belajar seumur hidup bagi perawat yang mengabdi ditengah-tengah masyarakat.
Pendidikan
yang
berkelanjutan
ini
bertujuan
untuk
mempertahankan profesionalisme perawat baik melalui pendidikan formal, maupun pendidikan non formal (Potter dan Perry, 2005). Berdasarkan definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan berkelanjutan keperawatan merupakan profesi yang dinamik, program
pendidikan
berkelanjutan
membantu
perawat
untuk
mempertahankan keterampilan, pengetahuan dan teori keperawatan terkini.
2. Tujuan Pendidikan Berkelanjutan Potter dan Perry (2005) mengemukakan, tujuan pendidikan berkelanjutan adalah
: untuk menyiapkan perawat klinis mampu
meningkatkan asuhan keperawatan melalui perluasan ilmu-ilmu dan teori keperawatan, membantu perawat untuk mempertahankan keterampilan, pengetahuan, dan teori keperawatan terkini, untuk meningkatkan dan mempertahankan praktik keperawatan, promosi dan uji coba kepemimpinan dalam melakukan perubahan yang efektif dalam sistem pelayanan keshatan serta menjawab kebutuhan belajar profesional.
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan pendidikan berkelanjutan adalah untuk menghasilkan perawat yang berkemampuan profesional, mampu mempertanggungjawabkan secara legal keputusan dan tindakan yang dilakukan.
3. Jenis-jenis pendidikan berkelanjutan Jenis pendidikan berkelanjutan dikelompokkan atas pendidikan secara informal dan pendidikan secara formal (Hasibuan, 2005). a. Pendidikan secara informal, yaitu perawat atas keinginan dan usaha sendiri melatih dan mengembangkan dirinya dengan mempelajari bukubuku literatur yang ada hubungannya dengan pekerjaan atau jabatannya. Pendidikan secara informal menunjukkan bahwa karyawan tersebut berkeinginan keras untuk maju dengan meningkatkan kemampuan kerjanya melalui pelatihan-pelatihan. b. Pendidikan secara formal, yaitu perawat ditugaskan perusahaan untuk mengikuti pendidikan baik yang dilaksanakan oleh instansi yang bersangkutan atau oleh lembaga-lembaga pendidikan atau pelatihan yang resmi. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan berkelanjutan baik secara formal atau informal sangat diperlukan oleh perawat
untuk
mengembangkan
diri.
Pendidikan
hendaknya juga dapat bermanfaat bagi perawat.
berkelanjutan
4. Manfaat serta dampak pendidikan berkelanjutan Setiap aktifitas pasti memiliki arah yang dituju, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Arah yang dituju merupakan rencana yang dinyatakan sebagai hasil yang harus dicapai. Manfaat dan dampak yang diharapkan dari pendidikan berkelanjutan harus dirumuskan dengan jelas tidak mengabaikan dan kemampuan instansi yang bersangkutan. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa manfaat serta dampak
yang
diharapkan
dari
pendidikan
berkelanjutan
meliputi:
Peningkatan keahlian kerja, pengurangan keterlambatan, kemangkiran dan perpindahan tenaga kerja, pengurangan kecelakaan kerja dan kerusakan peralatan kerja, peningkatan produktifitas kerja, peningkatan kecakapan kerja, peningkatan rasa tanggung jawab (Sastrohadiwiryo, 2002). Perawat yang ingin melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi sangat membutuhkan dukungan pimpinan.
C. Konsep Dukungan Pimpinan 1. Definisi Siegel dalam Taylor (1999) mengemukakan, dukungan adalah Suatu kondisi dimana seseorang diberi dorongan sehingga merasa aman dan nyaman secara psikologis. Termasuk di dalamnya kesadaran dari keberadaan yang baik dan kepuasan dari affec hunger (senang akan keinginan besar ). Dukungan menawarkan suatu proses penyembuhan
sebuah integrasi dari seluruh bagian orang, hal itu akan menolong dari halhal yang menyakitkan. Hasibuan (2005) mengemukakan, pimpinan adalah seseorang yang mempergunakan wewenang dan kepemimpinannya, mengarahkan bawahan untuk mengerjakan sebagian pekerjaannya dalam mencapai tujuan organisasi. Sebagai seorang pimpinan, sehari-hari dalam bekerja menggunakan proses manajemen untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan oleh
orang
lain.
Seorang
pimpinan
harus
memiliki
ketrampilan
kepemimpinan, sehingga efektif dalam mengelola pelayanan sesuai dengan perkembangan iptek dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat (Marquis & Houston, 1998). Melihat dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa dukungan pimpinan adalah kebijakan yang diberikan pihak manajemen rumah sakit terhadap perawat yang ingin melanjutkan pendidikan. Pimpinan merupakan pendukung utama dalam membantu perawat mencapai target jangka panjang.
2. Bentuk-Bentuk Dukungan : Sheridan dan Radmacher (1992), sarafino (1998) serta Taylor (1999) membagi dukungan kedalam lima bentuk. Yaitu ;
a. Dukungan instrumental Bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat memberikan pertolongan langsung seperti pinjaman uang, pemberian barang, makanan serta pelayanan. Bentuk dukungan ini dapat mengurangi stress karena individu dapat langsung memecahkan masalahnya yang berhubungan dengan materi. Dukungan instumental sangat diperlukan terutama dalam mengatasi masalah dengan lebih mudah. b. Dukungan informasional Bentuk dukungan ini melibatkan pemberian informasi, saran atau umpan balik tentang situasi dan kondisi individu, Jenis informasi seperti ini dapat menolong individu untuk mengenali dan mengatasi masalah dengan lebih mudah. c. Dukungan emosional Bentuk dukungan ini membuat individu memiliki perasaan nyaman, yakin, diperdulikan dan dicintai oleh sumber dukungan sehingga individu dapat menghadapi masalah dengan lebih baik. Dukungan ini sangat penting dalam menghadapi keadaan yang dianggap tidak dapat dikontrol. d. Dukungan pada harga diri Bentuk dukungan ini berupa penghargaan positif pada individu, pemberian semangat, persetujuan pada pendapat induividu, perbandingan yang positif dengan individu lain. Bentuk dukungan ini membantu
individu dalam membangun harga diri dan kompetensi. e. Dukungan dari kelompok Bentuk dukungan ini akan membuat individu merasa anggota dari suatu kelompok yang memiliki kesamaan minat dan aktifitas dengannya. Dengan begitu individu akan merasa memiliki teman senasib. Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dukungan pimpinan sangat mempengaruhi seseorang untuk melakukan tindakan.
3. Fungsi dan Tugas Pimpinan Suyanto (2008) mengemukakan, fungsi dan tugas pimpinan adalah : a. Orientasi tugas meliputi : merencanakan dan mengorganisir kegiatan, membuat
pengawasan,
memberi
pengarahan
dan
bimbingan,
bertanggung jawab atas pekerjaannya dan pekerjaan orang lain, mendukung kerjasama dan partisipasi staf, mengevaluasi hasil dan menganalisa kekuatan dan kelemahan staf b. Orientasi HAM meliputi : memberi dorongan dengan sikap bersahabat, mendamaikan /mempertemukan pendapat yang berbeda, menyelesaikan konflik, memperlancar urusan dengan sebaik-baiknya, menentukan aturan main. Berdasarkan
orientasi
fungsi
dan
tugas
pemimpin
dapat
disimpulkan aktifitas kepemimpinan dapat digolongkan dalam empat
aspek yaitu memberikan pengarahan, melakukan supervisi, melakukan koordinasi, memberikan motivasi.
4. Gaya Kepemimpinan Gaya kepemimpinan menurut Hasibuan (2005) yaitu : a. Kepemimpinan Otoriter Kekuasaan atau wewenang sebagian besar mutlak tetap berada pada pimpinan. Pengambilan keputusan dan kebijaksanaan hanya ditetapkan sendiri oleh pemimpin, bawahan tidak diikutsertakan untuk memberikan saran, ide, dan pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan. b. Kepemimpinan Partisipatif Kepemimpinan Partisipatif adalah apabila dalam kepemimpinannya dilakukan dengan cara persuasif, menciptakan kerja sama yang serasi, menumbuhkan loyalitas, dan partisipasi para bawahan. Pemimpin memotivasi bawaahan agar merasa ikut memiliki perusahaan. c. Kepemimpinan Delegatif Kepemimpinan Delegatif apabila seorang pemimpin mendelegasikan wewenang kepada bawahan dengan agak lengkap, bawahan dapat mengambil keputusan dan kebijaksanaan dengan bebas atau leluasa dalam melaksanakan pekerjaannya. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan bertujuan untuk mendorong gairah kerja, kepuasan kerja,
dan produktivitas kerja karyawan yang tinggi agar dapat mencapai tujuan organisasi yang maksimal.
D. Kerangka Teori
Bentuk-bentuk dukungan : 1. Instrumental 2. Emosional 3. Informasional 4. Harga diri 5. Kelompok
Motivasi perawat melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi
Fungsi dan Tugas Pimpinan : 1. Orientasi tugas 2. Orientasi HAM
Sumber : Sheridan dan Radmacher (1992), Sarafino (1998), Taylor (1999) Suyanto (2008).
E. Kerangka Konsep Variabel Independen
Dukungan pimpinan : harga diri
Variabel Dependen
Motivasi perawat untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.
F. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel independent (variabel bebas) adalah Dukungan pimpinan : harga diri 2. Variabel dependent (variabel terikat) adalah Motivasi perawat untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.
G. Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan antara dukungan pimpinan rumah sakit dengan motivasi perawat untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi di Rumah Sakit Umum Kota Semarang tahun 2009.