BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Hewan Teripang merupakan hewan berkulit duri (Echinodermata). Namun tidak semua teripang mempunyai duri pada kulitnya. Ada beberapa jenis teripang yang tidak berduri. Tubuh
teripang
lunak,
berdaging
dan
berbentuk
silindris
memanjang seperti buah ketimun. Oleh karena itu hewan ini disebut ketimun laut. Gerakan teripang sangat lamban sehingga hampir seluruh hidupanya berada didasar laut. Warna tubuh teripang bermacam-macam, mulai dari hitam, abu-abu, kecoklat-coklatan, kemerah-merahan, kekuning-kuningan, sampai putih. Ukuran tubuh tiap jenis teripang berbeda-beda. Teripang termasuk jenis hewan dioecious yang berarti hewan berkelamin jantan terpisah dengan hewan berkelamin betina.(Martoyo, 2006) 2.1.1. Habitat dan Penyebaran Teripang dapat ditemukan hampir diseluruh perairan pantai, mulai dari daerah pasang surut yang dangkal sampai perairan yang lebih dalam. Teripang lebih menyukai perairan yang jernih dan airnya relatif tenang. Umumnya masingmasing masing jenis memiliki habitat yang spesifik. Misalnya teripang putih banyak ditemukan di daerah yang berpasir atau pasir bercampur lumpurpada kedalaman 1-40 m. penyebaran teripang di Indonesia sangat luas. Beberapa daerah penyebaran antara lain meliputi perairan pantai Madura , Jawa timur, Bali, Sumba, Lombok, Aceh, Bengkulu, Bangka, Riau dan sekitarnya, Belitung, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Timor, Dan Kepulauan Seribu (Martoyo, 2006)
Universitas Sumatera Utara
2.1.2. Sistematika Filum
: Echinodermata
Sub-filum
: Echinozoa
Kelas
: Holothuroidea
Sub-kelas
: Aspidochirotaceae
Ordo
: Aspidochirotda
Famili
: Holothuridae
Genus
: Actinopyga
2.1.3. Morfologi Badan teripang hitam berbentuk bulat panjang dan akan segera mengkerut bila diangkat dari permukaan air. Di seluruh permukaan badan teripang hitam terdapat bintil-bintil halus. Teripang hitam mudah dikenali karena warnanya indah. Bagian punggungnya berwarna hitam keungu-unguan atau kebiru-biruan. Sementara bagian perut, sisi sekitar mulut, dan duburnya kemerah-merahan. Teripang hitam hidup di daerah perairan berkarang atau berpasir yang ditumbuhi ilalang (sea grass) (Martoyo, 2006). 2.1.4. Reproduksi Perkawinan teripang biasanya berlangsung secara eksternal atau diluar tubuh. Sel telur dan sperma masing-masing dihasilkan oleh individu betina dan jantan dengan cara disemprotkan. Setelah itu larva hidup didasar perairan sampai menjadi juvenil (teripang muda) (Martoyo, 2006) 2.2. Uraian Kimia Saponin merupakan senyawa glikosida triterpenoida ataupun glikosida steroida yang merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun
Universitas Sumatera Utara
serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan menghemolisa sel darah merah. Pola glikosida saponin kadang-kadang rumit, banyak saponin yang mempunyai satuan gula sampai lima dan komponen yang umum adalah asam glukoronat. (Harborne, 1996) Senyawa saponin dapat pula diidentifikasi dari warna yang dihasilkannya dengan pereaksi Liebermann-Burchard. Warna biru hijau menunjukkan saponin steroid, warna merah, merah muda, atau ungu menunjukkan saponin triterpenoida (Fransworth, 1966) 2.2.1 Triterpenoid/Steroid Triterpenoid Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isopren dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik yaitu skualen yang merupakan senyawa yang tidak berwarna, berbentuk kristal, biasanya bertitik leleh tinggi dan optis aktif (Harborne, 1987). Pada tumbuhan, senyawa terpenoida terdapat bebas, tidak terikat dengan senyawa lain tetapi banyak juga yang terdapat sebagai glikosida atau ester (Harborne, 1987;Robinson, 1995). CH3 CH2
C
CH
CH2
isoprena
Triterpenoid merupakan komponen aktif dalam tumbuhan yang digunakan untuk beberapa penyakit seperti diabetes, gangguan kulit, antibakteri dan antivirus (Robinson, 1995).
Universitas Sumatera Utara
Steroida Steroida adalah senyawa triterpenoida yang kerangka dasarnya sistem cincin siklopentana perhidrofenantren.Senyawa ini tersebar luas dialam dan mempunyai fungsi biologis yang sangat penting, misalnya kontrasepsi, insektisida, analgesik dan antiinflamasi (Brunetton, 1995; Harborne, 1987). Inti steroida dasar sama dengan inti lanosterol dan triterpenoida tetrasiklik lain, tetapi hanya pada 2 gugus metil yang terikat pada sistem cincin pada posisi 10 dan 13 (Robinson, 1995).
Sistem Penomoran Senyawa Steroida
2.2.2 Saponin Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang menimbulkan busa jika dikocok kut dalam air dan pada konsentrasi yang rendah sering menyebabkan hemolisis sel darah merah.Pada beberapa tahun ini saponin tertentu menjadi penting karena dapat diperoleh dari beberapa tumbuhan dengan hasil yang baik dan digunakan sebagai bahan baku untuk sintesis hormon steroid yang digunakan dalam bidang kesehatan (Robinson, 1995).
Universitas Sumatera Utara
Saponin
merupakan
suatu
glikosida
yang
aglikonnya
berupa
sapogenin.Sapogenin dapat diperoleh dengan hidrolisis dalam suasana asam atu hidrolisis memakai enzim.Berdasarkan sturktur kimianya, sapogenin dibedakan menjadi sapogenin steroida dan sapogenin triterpenoida (Farnsworth, 1966). Sapogenin
steroida
ditemukan
dalam
tumbuhan
monokotil
atau
dikotil.Sapogenin triterpenoida jarang terdapat dalam tumbuhan monokotil, tetapi banyak terkandung pada suku dikotil(Gunawan, 2004). 2.3. Ekstraksi Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan pelarut tertentu (Depkes, 2000) Proses ekstraksi akan menghasilkan ekstrak, merupakan sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan (Depkes, 2000) Beberapa metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut yaitu (Depkes, 2000): A. Cara Dingin 1. Maserasi Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Maserasi adalah proses penyarian simplisia menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur kamar. Maserasi yang dilakukan pengadukan secara terus-menerus disebut maserasi kinetik.
Universitas Sumatera Utara
2. Perkolasi Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/ penampungan ekstrak), terus-menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan. B. Cara Panas 1. Refluks Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses eksatraksi sempurna. 2. Soxhlet Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik. 3. Digesti Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50°C. 4. Infus Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98°C selama waktu tertentu (15-20 menit).
Universitas Sumatera Utara
5. Dekok Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama ≥( 30°C) dan temperatur sampai titik didih air. (Depkes, 2000) 2.4. Kromatografi Kromatografi didefenisikan sebagai pemisahan campuran dua atau lebih senyawa yang berbeda dengan distribusi antara dua fase, yaitu fase diam dan fase gerak (Pavia,et al, 1988). Fase gerak dapat berupa zat cair atau gas dan ada 4 macam sistem kromatografi (Sastrohamidjojo, 1991), yaitu: 1. Fase garak zat cair-fase diam padat (kromatografi serapan) - Kromatografi Lapis Tipis 2. Fase gerak gas-fase diam padat - Kromatografi gas padat 3. Fase cair-fase diam cair (kromatografi partisi) - Kromatografi Kertas 4. Fase gerak gas-fase diam cair - Kromatografi gas cair 2.4.1. Kromatografi Lapis Tipis Kromatografi Lapis Tipis adalah pemisahan memakai fase gerak cair yang bergerak karena gaya kapiler melalui fase diam padat yang disaputkan pada permukaan penyangga datar dengan ketebalan seragam. (Gritter, 1991) Kromatografi Lapis tipis sangat berharga untuk menentukan secara kuantitatif dari kemurnian dalam jumlah kecil, teknik ini mudah dilakukan, efektif gan peralatannya tidak mahal, sehingga sering digunakan untuk menguji tanaman obat. Spesifikasi berikut harus merupakan ketetapan;
Universitas Sumatera Utara
a. tipe penjerap dan metode pengaktivan; jika tidak dinyatakan lain, dipanaskan pada suhu 110 ºC selama 30 menit b. metode persiapan dan konsentrasi dari sampel dan petunjuk pelarut c. volume larutan ditempatkan diatas plat d. fase gerak, temperatur dan waktu pengembwngan; jarak dari perpindahan fase gerak. e. Metode pengeringan dan temperatur yang digunakan dan cara mendeteksi (WHO Geneva, 1979) Kromatografi lapis tipis merupakan kromatografi serapan dimana fase diam berupa zat padat yang disebut adsorbent (penyerap) berupa lapisan tipis dan fase gerak berupa zat cair yang disebut larutan pengembang. KLT dapat dipakai untuk dua tujuan, yaitu (Gritter,1991): 1) sebagai metode untuk mendapatkan hasil kualitatif, kuantitatif dan preparatif. 2) Dipakai untuk mengetahui sistem pelarut yang akan dipakai dalam kromatografi kolom. Fase diam (penyerap) dapat dibagi dua, jenis polar dan non polar. Penyerap polar meliputi berbagai oksida organik seperti silika, alumina, magnesia, magnesia silikat. Penyerap non polar yang biasa digunakan adalah arang. Fasa cocok (fasa gerak), pemisahan terjadi selama pengembangan. Selanjutnya senyawayang tidak berwarna harus ditempatkan/ dideteksi (Gritter, 1991) Pada KLT yang penting diperhatikan dari penyerapannya adalah ukuran partikel dan homogenitasnya. Ukuran partikel yang biasa digunakan adalah 1-25 mikron. Partikel yang butirannya sangat kasar tidak akan memberikan hasil yang
Universitas Sumatera Utara
memuaskan dan salah satu alasan untuk menaikkan hasil pemisahan adalah menggunakan penyerap yang butirannya halus. Beberapa contoh penyerap yang biasa digunakan untuk pemisahan dalam KLT adalah silika gel, alumina, selulosa, dan pati (Sastrohamidjo, 1990). Pada umumnya dipakai larutan 0,1-1 %. Pelarut yang terbaik untuk melarutkan campuran adalah pelarut yang bertitik didih antara 50-100°C karena pelarut yang demikian mudah menguap dari lapisan (Gritter, 1991). Dalam mengidentifikasi noda-noda dalam kromatografi digunakan harga Rf yang didefenisikan sebagai berikut (Sastrohamidjojo,1990): Rf = jarak yang ditempuh oleh senyawa dari titik penotolan Jarak yang ditempuh oleh pelarut dari titik penotolan Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi harga Rf (Sastrohamidjojo, 1990): 1. Struktur kimia 2. sifat dari penyerap 3. tebal dan kerataan dari lapisan penyerap 4. pelarut dan derajat kemurniannya 5. derajat kejenuhan bejana pengembang 6. teknik percobaan 7. jumlah cuplikan yang digunakan 8. suhu 9. kesetimbangan 2.5. Spektrofotometri Ultraviolet (UV) Spektrofotometri UV adalah pengukuran panjang gelombang dan intensitas sinar ultraviolet yang diabsorbsi oleh sampel. Sebagai sumber cahaya
Universitas Sumatera Utara
biasanya digunakan lampu hidrogen. Panjang gelombang dari sumber cahaya akan dibagi oleh pemisah panjang gelombang seperti prisma atau monokromator. Ketika suatu atom atau molekul menyerap cahaya maka energi tersebut akan menyebabkan elektron terluarnya tereksitasi ketingkat energi yang lebih tinggi (Dachriyanus, 2004). Spektrofotometri ultraviolet merupakan sautu metode analisis berdasarkan atas pengukuran serapan suatu larutan yang dilalui radiasi monokromatis ultraviolet. Apabila suatu molekul menyerap menyerap radiasi ultraviolet, didalam molekul tersebut terjadi perpindahan tingkat energi elektron-elektron ikatan diorbital molekul paling luar, dari tingkat energi paling rendah ketingkat energi ysng lebih tinggi. Panjang gelombang cahaya ultraviolet tergantung pada mudahnya promosi elektron akan menyerap radiasi ultraviolet pada panjang gelombang yang lebih pendek. Molekul yang memerlukan energi lebih sedikit akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih panjang (Fessenden dan Fessenden, 1995) 2.6. Spektrofotometri Inframerah Sinar inframerah bila dilewatkan melalui cuplikan senyawa organik maka sejumlah frekwensi akan diserap sedangkan frekwensi yang lain diteruskan tanpa diserap. Daerah inframerah terletak antara spektrum elektromagnetik tampak
dan
spectrum
radio,
yakni
antara
cahaya
4000-400cmˉ¹.(Noerdin,
1985;Sastrohamidjojo, 1985).
Spektrofotometri inframerah memungkinkan identifikasi gugus fungsional karena gugus fungsi tersebut menunjukkan serapan yang spesifik pada daerah inframerah. Spektrum inframerah khas untuk senyawa tertentu sehingga metode ini tepat
Universitas Sumatera Utara
untuk menentukan struktur senyawa yang belim diketahui yaitu dengan cara membandingkannya terhadap senyawa yang sudah diketahui. Sangat jarang dua senyawa organik memiliki spektrum inframerah yang identik baik dalam posisi maupun intensitas puncak-puncaknya(Wingrove and Caret, 1981). Cara menganalisis spektrum inframerah dari senyawa yang tidak diketahui adalah pertama harus ditentukan ada atau tidaknya beberapa gugus fungsional utama, seperti C-O, O-H, N-H, C-O, C=C, C≡C, C=N, C≡N, dan NO2. Langkah-langkah umum untuk memeriksa gugus yang penting pada spektrum inframerah (Pavia, et al.1988) adalah: 1. apakah terdapat gugus karbonil? Gugus C=O memberikan puncak pada daerah 1820-1660 cm-1. puncak ini biasanya merupakan yang terkuat dengan lebar medium pada spektrum. 2. jika gugus C=O ada, periksalah gugus berikut. Jika C=O tidak ada, langsung kenomor 3. Asam
: apakah ada gugus O-H? Serapan melebar didaerah 3300-2500 cm-1. (biasanya tumpang tindih dengan C-H)
Amida
: apakah ada N-H Serapan medium didekat 3500 cm -1, kadang-kadang dengan puncak rangkap.
Ester
: apakah ada C-O? Serapan dengan intensitas medium didaerah 1300-1000c-1.
Anhidrida
: mempunyai dua serapan C=O didaerah 1810 dan 1760 cm-1
Universitas Sumatera Utara
Aldehid
: apakah ada C-H aldehid? Dua serapan lemah didekat 2850-2750 cm-1 yaitu disebelah kanan serapan C-H.
Keton
: jika kelima kemungkinan diatas tidak ada.
3. Jika gugus C-O tidak ada Alkohol/fenol : periksalah gugus O-H, merupakan serapan melebar didaerah 3600-3300cm-1 yang diperkuat adanya serapan C-O didaerah 1300-1000cm-1. Amina
: periksalah gugus N-H, yaitu serapan medium didaerah 3500cm-1.
Eter
: periksalah gugus C-O (dan tidak adanya O-H), yaitu serapan medium didaerah 1300-1000cm-1.
4. Ikatan rangkap dua atau cincin aromatik -
C=C mempunyai serapan lemah didaerah1650cm-1.
-
Serapan medium sampai kuat pada daerah 1650-1450cm-1 sering menunjukkan adanya cincin aromatik.
-
Buktikan kemungkinan diatas dengan memperhatikan serapan pada daerah C-H aromatik disebelah kiri 3000 cm-1, sedangkan C-H alifatis terjadi disebelah kanan daerah tersebut.
5. Ikatan rangkap tiga -
C≡N mempunyai serapan medium dan tajam didaerah 2250 cm-1.
-
C≡C mempunyai serapan lemah tapi tajam didaerah 2150 cm-1. periksa juga CH asetilenik didekat 3300cm-1.
Universitas Sumatera Utara
6. Gugus nitro Dua serapan kuat didaerah 1600-1500 cm-1 dan 1390-1300cm-1 7. Hidrokarbon -
apabila keenam kemungkinan diatas tidak ada.
-
Serapan utama didaerah CH dekat 3000cm-1.
-
Spektrum sangat sederhana, hanya terdapat serapan lain didaerah 1450-1375cm-1.
2.7. Spektrometri Massa Spektrometri
massa
adalah
suatu
teknik
analisis
berdasarkan
pemisahanberkas ion-ion yang sesuai dengan perbandingan massa dengan muatan pengukuran intensitas dari berkas ion-ion tersebut. Pada spektrometri massa, molekul-molekul organik ditembak dengan berkas-berkas elektron dan diubah menjadi ion-ion yang bermuatan positif bertenaga tinggi yang dapat dipecah menjadi ion-ion yang lebih kecil. Lepasnya elektron dari molekul menghasilkan radikal kation, dan proses ini dapat dinyatakan sebagai M→M + . Ion molekul M+ biasanya terurai menjadi sepasang pecahan / fragmen, yang dapat berupa radikal dan ion, atau molekul yang lebih kecil dan radikal kation (Sastrohamidjojo, 1985). Keuntungan utama spektrometri massa sebagai metode analisis yaitu metode ini lebih sensitif dan spesifik untuk identifikasi senyawa yang tidak diketahui atau untuk menetapkan keberadaan senyawa tertentu. Hal ini disebabkan adanya pola fragmentasi yang khas sehingga dapat memberikan informasi mengenai bobot molekul dan rumus molekul. Pincak ion molekul penting dikenali karena memberikan bobot molekul yang diperiksa. Puncak paling kuat
Universitas Sumatera Utara
(tertinggi)pada spektrum, disebut puncak dasar (base peak), dinyatakan dengan nilai 100% dan kekuatan puncak lain, termasuk puncak ion molekulnya dinyatakan sebagai persentase puncak dasar tersebut (Silverstein, 1986; Willard et al, 1981).
Universitas Sumatera Utara